Pertanyaan:

Shalom,
Sungguh indah sekali,
apa yang ditulis oleh Saudara Stefanus Tay on Dec 14th, 2009 dan di kategorikan: Artikel, Kitab Suci. di atas tentang Kidung Agung 8:1-3
Dengan hanya tiga ayat saja telah dijabarkan begitu luas dan bagus, dikaitkan dengan ayat-ayat lain yang sangat membantu saya dalam memahami isi dari sebagian Alkitab. Terima KASIH. Alangkan bahagianya saya jika Saudara Stefanus Tay juga membahasnya untuk yang lainnya,
hingga akhirnya seluruh isi Alkitab terbahas semua.

Saya berharap Saudara Stefanus Tay dapat mempunyai waktu untuk menguraikan dan menjabarkannya ayat-ayat dalam Kitab Suci secara sistimatis ataupun sesuai pertanyaan yang ada, misalnya untuk Amsal 5:15-17

saya mohon penjelasannya.
pernah ada seorang yang ahli dalam Auto urine therapi mengatakan Raja Salomo pun tersirat dalam
Amsal 15:5 ini minum air urinenya sendiri.

oke, terima kasih.
salam bahagia dan sejahtera
hendro.

Jawaban:

Shalom Hendro,

Terima kasih atas pertanyaan dan dukungannya dalam karya kerasulan ini. Saya bersyukur kalau ada materi di website ini ada yang dapat membantu umat Katolik untuk semakin mengerti iman Katolik. Memang kalau kita membaca Perjanjian Lama dan dimengerti dengan baik, maka kita akan melihat keindahan dari pesan tersebut. Namun, saya mohon maaf, untuk membahas seluruh Alkitab rasanya tidak akan mungkin, karena keterbatasan waktu dan juga kemampuan saya. Namun, saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaan Hendro tentang Kitab Amsal 5:15-17, yang mengatakan:

15 Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual.
16  Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan?
17  Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain.

Secara singkat, kita dapat mengartikan ayat-ayat tersebut sebagai berikut:

1) Secara prinsip, Amsal 5 menceritakan tentang nasihat untuk menghindari perzinahan. Oleh karena itu, kalau ada seseorang yang menginterpretasikan ayat Amsal 5:15 sebagai indikasi bahwa Raja Salomo menasihatkan seseorang untuk minum air urinenya sendiri, rasanya terlalu dibuat-buat dan tidak mempunyai konteks sama-sekali.

2) Haydock Commentary mengatakan bahwa Amsal 5:15 adalah nasihat untuk hidup puas dengan apa yang dipunyainya (lih. hal 805). Hal ini diungkapkan oleh penulis kitab Amsal dengan mengatakan untuk meminum air dari cadangan air dan sumur sendiri. Oleh karena itu, dalam kehidupan perkawinan yang suci, kita tidak boleh untuk meminum air dari sumur orang lain – yaitu istri orang lain atau wanita lain – selain dari istri sendiri yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dan pengertian ini diperkuat dengan ayat 18, yang mengatakan “Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu:” Dan kalau kita melihat nasehat dari Rasul Paulus, dia mengatakan “Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.” (1 Kor 7:9) Dan nasehat yang begitu indah tentang hubungan antara suami istri dapat dilihat di Ef 5 dan juga ditegaskan oleh Rasul Petrus di 1 Pet 3:7, yang mengatakan “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.“.

3) Salah satu penafsiran dari ayat ke-16: “meluap seperti batang-batang air” adalah melambangkan keturunan. Batang-batang air ini bersumber pada sumur atau mata air yang sama (dari orang tua yang sama). Dengan demikian, pasangan suami istri yang telah diikat dalam Sakramen Perkawinan harus terbuka terhadap kehidupan atau anak-anak. Dan dengan mempunyai anak-anak dari hasil perkawinan sendiri, maka mereka (anak-anak) menjadi kepunyaan orang tua dan bukan menjadi anak-anak yang lahir bukan dari hubungan suami-istri yang sah (lih. ay 17).

Semoga keterangan singkat di atas dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org