Pertanyaan:
Puji Syukur dan Terimakasih atas segala kebaikan Tuhan Yesus, dan atas kesediaan seluruh tim https://katolisitas.org. untuk memberikan pelayanan kepada sesama. Apalagi, dengan tidak disertai adanya unsur komersial. Saya yakin hal seperti ini hanya dapat terjadi karena KUASA TUHAN. Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati seluruh tim https://katolisitas.org. atas segala pelayanan yang telah diberikan bagi sesama.
Menurut saya, web ini sungguh sangat membantu dalam memperdalam iman kita akan Yesus Kristus, terlebih lagi tentang ajaran katolik, yang mungkin sebagai seorang katolik awam, benar – benar suatu “pencerahan” atau hal yang benar benar baru dan dapat menjadi acuan dari dasar ajaran – ajaran gereja.
Sebelumnya, saya sendiri sering bertanya dalam hati “kenapa banyak ajaran yang secara sepintas tidak masuk akal, seperti tentang Bunda Maria, Api Penyucian (saya pikir dulu adalah Api Pencucian, hehe…), Misa Arwah, dan masih banyak hal lain yang biasanya bertentangan dengan saudara Protestan, yang biasanya kalo mereka bertanya dan memperdebatkan hal tersebut, saya tidak dapat menjelaskannya.
Sejak bulan Oktober tahun lalu,setelah kami menikan, saya bersama istri memutuskan mulai membaca Alkitab setiap hari, minimal 1 Pasal Perjanjian Baru, kemudian diteruskan 1 Pasal Perjanjian Lama. Saya akui istri lebih tekun dalam membacanya, sampai sekarang saya baru sampai 2 Korintus 4 u/ PB dan Bilangan 15 u/ PL.
Saat membaca perjanjian lama,saya merasa seolah – olah menggambarkan Allah yang sangat sering “menghukum”, bahkan hukuman mati, dan kenapa hanya Israel umat pilihannya??? padahal umat ini sering mambangkang??? Apakah dengan “membedakan” bangsa Israel dengan manusia lain yang juga adalah ciptaan-Nya, Allah bertindak Adil??? Pertanyaan itu sering muncul dan semakin jauh lagi mengarah ke pertanyaan : Siapa penulis PL??? Terutama Kejadian – Ulangan???
Mengapa ada yang tau tentang penciptaan dunia oleh Allah, padahal yang ada saat itu hanya Allah dan belum ada manusia???
Akan tetapi pertanyaan2 tersebut tidak membuat saya ragu akan segala yang telah saya Imani.
Hal ini sangat berbeda sekali dengan sosok Allah dalam diri Yesus, yang menggambarkan Allah yang selalu mengampuni.
Mohon dapat diberikan pencerahan akan hal2 tersebut, dan saya ada sedikit pertanyaan tentang adat istiadat seperti Selamatan Rumah, Mitoni, cari hari, dsb…. Saya sebagai anak, hanya bisa menuruti ortu yang juga beralasan demi keselamatan…. Padahal, saya percaya keselamatan hanya ada pada Tuhan Yesus.
Mengingat dulu saat Selamatan rumah, ada Modin yang mendoakan dengan cara Islam, dan sebentar lagi mau diadakan upacara Mitoni, mengingat istri sedang hamil hampir 7 bulan.
Saya mohon dengan suka rela tim https://katolisitas.org. dapat memberikan pencerahan kepada kami dan juga mohon doanya untuk kelancaran proses persalinan anak kami yang pertama.
Terima kasih , Tuhan Memberkati – Hendra
Jawaban:
Shalom Hendra Wijaya,
Terima kasih atas dukungannya terhadap katolisitas.org. Website ini dapat terus berjalan karena belas kasih Tuhan yang menggerakkan beberapa orang donatur untuk mendukung jalannya website ini.
Ajaran Katolik kalau dipelajari lebih mendalam tidak akan bertentangan dengan Alkitab, karena Alkitab adalah salah satu pilar kebenaran bersama dengan Magisterium dan Tradisi Suci. Karena ketiganya datang dari sumber yang sama – Tuhan – maka ketiganya tidak mungkin bertentangan.
Saya juga bersyukur bahwa Hendra dan istri dengan setia membaca Alkitab. Saya ingin mengusulkan agar Hendra membaca Perjanjian Baru (PB) terlebih dahulu, dan kemudian ke Perjanjian Lama (PL). Hal ini disebabkan karena Perjanjian Lama harus dibaca dalam terang Perjanjian Baru. Dengan membaca PB secara keseluruhan, maka akan lebih mudah untuk mengkaitkan antara apa yang ada di PL dengan terang PB. Untuk itu, silakan membaca beberapa artikel tentang bagaimana membaca Kitab Suci (silakan klik, klik ini juga, dan juga ini).
Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya sampaikan terhadap beberapa pertanyaan dari Hendra.
I. Allah di dalam Perjanjian Lama:
1) Memang kalau dibaca secara sekilas terlihat bahwa Allah di dalam PL digambarkan berbeda dengan PB, walaupun sebenarnya Allah yang sama yang memberikan inspirasi dalam penulisan Alkitab dan juga Allah yang sama, yang begitu mengasihi manusia. Dan Allah yang berbelas kasih dan penuh kasih terungkap dalam begitu banyak ayat-ayat di PL, misalkan: “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.” (Mzm 103:8). “Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” (Yes 30:18).
2) Namun, bagaimana kita mengartikan apa yang tertulis di PL bahwa Tuhan sering digambarkan sebagai Tuhan yang menghukum manusia dan pemarah? Sebagai contoh adalah: Ul. 13, 1 Sam 15, dll. Ada beberapa prinsip yang harus kita pegang dalam mengartikan beberapa ayat yang terlihat menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang tidak berbelas kasih:
a) Kita harus berpegang teguh bahwa Tuhan adalah kasih, adil, dan berbelas kasih (Mzm 103:8). Oleh karena itu, Tuhan tidak mungkin melakukan apapun yang bertentangan dengan kasih, keadilan, dan belas kasih, karena semua itu adalah hakekat dari Tuhan. Jadi, pada waktu membaca PL dan kita terbentur pada pemikiran bahwa Tuhan tidak adil, maka kita harus mencoba untuk menganalisa dan merenungkan bagaimana keadilan, belas kasih Tuhan terefleksi dalam ayat-ayat tersebut.
b) Kita juga harus menyadari bahwa upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Oleh karena itu, hukuman yang diterima oleh orang-orang berdosa, termasuk kita sendiri, adalah adil.
c) Mati dan hidup adalah kewenangan Tuhan, karena Tuhan adalah Sang Pemberi Hidup. Oleh karena itu, tidaklah bertentangan dengan prinsip keadilan kalau Tuhan ingin mengambil kehidupan di dunia ini yang telah diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma.
d) Namun bagaimana dengan kematian anak-anak atau “innocent suffering“, yang diakibatkan oleh perintah Tuhan? Bukankah itu bertentangan dengan prinsip keadilan? Kita harus melihat bahwa bagi Tuhan, kehidupan yang terpenting adalah kehidupan bersama Tuhan di Surga untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, penderitaan dan bahkan kematian orang-orang yang tak berdosa tidak bertentangan dengan keadilan Tuhan, karena Tuhan akan memperhitungkan semuanya, terutama dalam kehidupan kekal. Akan menjadi tidak adil, kalau kita melihat hanya kehidupan di dunia ini.
e) Kita juga harus melihat konteks dari ayat-ayat yang menggambarkan Allah yang seolah-olah tidak berbelas kasih, karena dapat saja Tuhan bermaksud mengajar umat-Nya dengan menunjukkan keadilan-Nya, bahwa selalu ada konsekuensi dari dosa dan kesalahan. Contoh yang jelas misalnya pada kisah pemberontakan Korah, Datan dan Abiram (Bil 16).
II. Mengapa umat Israel?
1) Pada saat Tuhan memutuskan untuk masuk di dalam sejarah manusia, yang terikat oleh waktu dan tempat, Tuhan memilih untuk menjadi terikat oleh suatu bangsa dan komunitas tertentu, seperti yang ditunjukkan oleh Inkarnasi. Dan ini adalah merupakan rencana Tuhan, yang memang dimulai dari Adam dan Hawa (sebagai sebuah perkawinan), Nabi Nuh (sebagai keluarga), Abraham (dalam suatu suku), Musa (satu bangsa), Raja Daud (Kerajaan Bangsa Pilihan), dan kemudian Yesus (yang mendirikan Gereja Katolik dan mencakup seluruh bangsa).
Dan kalau dilihat, semua langkah-langkah di atas dari Adam sampai Raja Daud senantiasa diwarnai oleh ketidaksetiaan terhadap Tuhan, juga termasuk dimensi kemanusiaan dari Gereja Katolik. Hanya Yesuslah yang menunjukkan bagaimana seharusnya untuk senantiasa melaksanakan kehendak Bapa.
2) Allah tidak bertindak tidak adil dengan memilih bangsa Israel. Kembali kita harus melihat bahwa Allah melihat kehidupan manusia secara keseluruhan, baik di dunia maupun kehidupan kekal. Bagi bangsa Israel yang telah dipilih oleh Allah dan mengerti tentang hukum-hukum Allah, mereka dituntut lebih banyak daripada bangsa-bangsa yang tidak mengerti hukum Allah. Dan setelah kedatangan Yesus, maka keselamatan dan rahmat Tuhan terbuka untuk seluruh umat manusia, baik bangsa Israel maupun bangsa-bangsa yang lain.
Demikian juga, bukan tidak menjadi tidak adil kalau saya dan Hendra dan umat Katolik yang lain tergabung dalam Gereja Katolik, Tubuh Mistik Kristus yang mempunyai kebenaran penuh, karena bagi kita yang menjadi umat Katolik, dituntut lebih banyak daripada umat yang lain. Yesus mengatakan ” Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” (Lk 12:48).
III. Penulis Kitab Taurat (Kej, Kel, Im, Bil, Ul)
1) Ahli Alkitab mempercayai bahwa penulis dari lima kitab pertama (The Pentateuch) adalah Musa. Ada beberapa teori tentang hal ini, apakah Nabi Musa sendiri yang menuliskan atau orang lain yang mencatat akan perkataan dari Nabi Musa.
2) Bagaimana manusia tahu tentang penciptaan dunia, dan hal-hal lain? Hal ini dikarenakan Tuhan sendiri yang mewahyukannya kepada manusia. Kita dapat melihat:
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.” (Kel 34:27).
“Setelah hukum Taurat itu dituliskan Musa, maka diberikannyalah kepada imam-imam bani Lewi, yang mengangkut tabut perjanjian TUHAN, dan kepada segala tua-tua Israel.“(Ul 31:9,24)
(Deu 31:24)
IV. Hal-hal lain:
1) Untuk selamatan rumah, silakan memberi pengertian kepada orang tua perlahan-lahan. Kemudian, usulkan bahwa sebenarnya seorang pastor juga dapat mendokan untuk keselamatan rumah, yaitu dengan mengadakan pemberkatan rumah, yang kadang kala dapat disertai dengan misa di rumah tersebut.
2) Upacara mitoni, kalau dapat didiskusikan dengan orang tua, maka dapat diganti dengan acara doa bersama. Mungkin dapat mengundang teman-teman satu lingkungan dan juga pastor untuk berdoa bersama.
Demikian jawaban singkat yang dapat saya sampaikan dan semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org
Itu membuktikan klo ktb kejadian d’tulis YAHWEH sendiri dg perantaraan mnusia..sbab klo tnpa ilham dri YAHWEH brarti yg nulis ktb itu adlah pembhong besar..soal misa arwah dsb itu kuncinya adlh kmbali kpd Alkitab sbab cara bergeraja/berjemaat d’tulis lngkap melalui surat kiriman paulus..knpa paulus d’pke Yahweh krna paulus punya profesi pmbuat tenda utk mnckupi kbutuhannya.
rumah Allah>bait Allah dlm PL>gereja/tubuh kita dlm PB (Paulus pembuat tenda)..
[dari katolisitas: Menurut saya, tidak ada hubungan antara Paulus dipakai oleh Allah dengan Paulus sebagai pembuat tenda]
Salam damai Bp/Ibu Moderator,
ada teman yg mengatakan jiwa2 orang dewasa yg menjadi korban teror saat mati masuk ke ‘innocent suffering’. Apa ada tempat ‘innocent suffering’ bagi orang dewasa ? Apa bukan seperti Limbo bagi bayi2 dan jiwa2 yang belum berdosa tapi belum dibaptis ? Apa ada di katekismus ? Mohon pengarahannya,
terimakasih banyak ya, Gbu
Maria
Shalom Maria,
Terima kasih atas pertanyaan anda tentang innocent suffering. Kita tahu bahwa kemungkinan jiwa-jiwa setelah meninggal adalah Sorga, Neraka maupun Api Penyucian (yang masuk Api Penyucian pasti akan masuk Sorga). Jadi, orang-orang dewasa yang menjadi meninggal akibat tindakan teroris, tetap mempunyai tiga kemungkinan tersebut. Innocent suffering bukanlah merupakan tujuan, namun merupakan kategori dari orang-orang yang mengalami penderitaan, yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya sendiri, dalam hal ini seperti: orang-orang yang menderita akibat bencana alam, teroris, dll. Referensi ke tiga hal ini di dalam Katekismus Gereja Katolik adalah sebagai berikut [penekanan adalah dari saya]:
1024. Kehidupan yang sempurna bersama Tritunggal Mahakudus ini, persekutuan kehidupan dan cinta bersama Allah, bersama Perawan Maria, bersama para malaikat dan orang kudus, dinamakan "surga". Surga adalah tujuan terakhir dan pemenuhan kerinduan terdalam manusia, keadaan bahagia tertinggi dan definitif.
1026. Oleh kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah "membuka" surga bagi kita. Kehidupan orang bahagia berarti memiliki secara penuh buah penebusan oleh Kristus. Ia mengundang mereka, yang selalu percaya kepada-Nya dan tetap setia kepada kehendak-Nya, mengambil bagian dalam kemuliaan surgawi-Nya. Surga adalah persekutuan bahagia dari semua mereka yang bergabung sepenuhnya dengan Dia.
1030. Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga.
1031. Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat berbeda dengan siksa para terkutuk, purgatorium [api penyucian]. Ia telah merumuskan ajaran-ajaran iman yang berhubungan dengan api penyucian terutama dalam Konsili Firence Bdk. DS 1304. dan Trente Bdk. DS 1820; 1580.. Tradisi Gereja berbicara tentang api penyucian dengan berpedoman pada teks-teks tertentu dari Kitab Suci Bdk. misalnya 1 Kor 3:15; 1 Ptr 1:7.:
"Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, yang lain di dunia lain" (Gregorius Agung, dial. 4,39).
1032. Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: "Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya" (2 Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi Bdk. DS 856. untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati.
"Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya Bdk. Ayb 1:5., bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka" (Yohanes Krisostomus, hom. in 1 Cor 41,5).
1033. Kita tidak dapat disatukan dengan Allah, kalau kita tidak secara sukarela memutuskan untuk mencintai Dia. Tetapi kita tidak dapat mencintai Allah, kalau melakukan dosa berat terhadap Dia, terhadap sesama kita, atau terhadap diri sendiri: "Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang memiliki hidup kekal di dalam dirinya" (1 Yoh 3:14-15). Tuhan kita memperingatkan kita, bahwa kita dipisahkan dari-Nya, apabila kita mengabaikan perhatian kita kepada kebutuhan-kebutuhan mendesak dari orang miskin dan kecil, yang adalah saudara dan saudari-Nya Bdk. Mat 25:3146.. Mati dalam dosa berat, tanpa menyesalkannya dan tanpa menerima cinta Allah yang berbelas-kasihan, berarti tinggal terpisah dari-Nya untuk selama-lamanya oleh keputusan sendiri secara bebas. Keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus ini, dinamakan "neraka".
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Pak Stef,
Kalau begitu, sebelum kedatangan Kristus sudah ada manusia, lalu apa yang terjadi dengan mereka? Apakah dosa mereka juga ditebus dan otomatis mereka yang sudah mati di masa lalu sebelum Kristus juga masuk ke dalam kehidupan yang kekal?
Terima kasih.
Shalom,
Monica
Shalom Monica,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang keselamatan. Orang-orang yang dibenarkan Allah, termasuk pada nabi di dalam Perjanjian Lama tetap diselamatkan karena misteri Paskah Kristus. Misteri Paskah Kristus walaupun terjadi dalam waktu tertentu ketika Kristus menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga, namun melewati ruang dan waktu, karena dilakukan oleh Kristus – yang adalah Tuhan yang bagi-Nya waktu hanyalah masa sekarang dan tidak ada masa lalu maupun masa depan. Mereka yang dibenarkan oleh Allah sebelum kedatangan Kristus masuk ke tempat penantian atau pangkuan Abraham. Dan dalam doa Aku Percaya, maka kita mengimani, bahwa Kristus datang ke tempat penantian, mewartakan karya keselamatan Allah dan membawa semua jiwa-jiwa yang berada di tempat penantian ke Sorga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
syallom pak stef….
hehehehe… maaf setelah saya baca, saya masih belum ngeh ya……
Dalam perumpamaan tentang lalang di antara gandum, matius 7 :24-30, sangat jelas sifat Tuhan…. yang kalau tidak salah saya mengambil kesimpulan… selama kita hidup didunia, Tuhan memberikan fasilitas yang sama kepada seluruh manusia, tanpa kecuali, semua kembali kepada anugrah kehendak bebas yang dimiliki manusia…
Kalau di perjanjian lama… ketika bangsa israel berperang, Tuhan kelihatan sekali keberpihakannya. Kalau dekat dan melakukan perintahNya, Tuhan pasti bela, kalau tidak, Tuhan murka dan ikut atau mengijinkan untuk membinasakan… juga peristiwa saat nabi Musa menyebrangi laut merah… berapa banyak manusia yang binasa…
Dalam hukum taurat, sepuluh perintah Allah yang ke-5, jangan membunuh. Sudah sangat jelas sekali bahwa firman tersebut adalah mutlak tanpa kecuali…
Banyak sifat yang bertentangan dengan kasih…. Tuhan terkesan, pencemburu, gak konsisten…
Darisini ada kesan bahwa Tuhan yang ada di perjanjian Lama tidak sama dengan Tuhan yang ada di perjanjian Baru… tuhan yang ada di perjajnian lama sama dengan tuhan yang ada (maaf) di ISLAM.
Maaf pak stef, dari penjelasan diatas… saya masih belum merasakan benang merahnya. Mohon bantuannya.. terus terang sampai saat ini saya paling nggak interest untuk baca kitab perjanjian lama.
Terima kasih.
GBU.
Shalom Georgius,
Terima kasih atas tanggapannya. Maaf, kalau jawaban di atas masih belum dapat menjawab pertanyaan Georgius. Memang, hal ini cukup sulit dimengerti. Namun secara prinsip kita harus melihat bahwa Allah yang Maha kasih dan Maha adil digambarkan dan diceritakan, baik di dalam Perjanjian Lama (PL) maupun di dalam Perjanjian Baru (PB).
1) Di dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum (Mt 13:24-30), memang Tuhan akan memisahkan lalang dari gandum, dimana lalang yang tak berguna akan dibakar. Seperti yang Georgius katakan, Tuhan memberikan "sufficient grace" kepada semua orang untuk dapat masuk Sorga. Namun dibutuhkan kehendak bebas manusia untuk menjawab atau menolak rahmat Tuhan. Dan kalau kita meneliti, Yesus tidak datang ke dunia ini dengan tujuan utama untuk memberikan kesehatan, kekayaan, tatanan sosial dan ekonomi yang baik, kehidupan yang panjang, namun Yesus datang untuk membawa manusia kepada kehidupan kekal. Jadi, apapun yang dilakukan oleh Yesus akan senantiasa mempunyai implikasi untuk membawa manusia kepada kehidupan kekal. Dan dengan prinsip yang sama, kita harus menerapkannya di dalam Perjanjian Lama.
2) Mari kita meliihat perintah "Jangan membunuh". Pada saat Tuhan memberikan perintah ini kepada manusia, maka Tuhan ingin mengatakan bahwa manusia dilarang untuk membunuh sesama. Hal ini disebabkan jiwa dari sesama manusia adalah hak Tuhan, karena Tuhan yang menciptakan jiwa manusia dari tidak ada menjadi ada. Kalau manusia mencabut nyawa seseorang, maka ini bertentangan dengan prinsip keadilan, yaitu mengambil hak orang lain (dalam hal ini Tuhan). Namun akan menjadi adil, kalau Tuhan sendiri yang mengambil apa yang memang menjadi haknya, termasuk mengambil jiwa manusia.
Pada saat yang bersamaan, kita melihat secara jelas, bahwa upah dosa memang maut (lih Rm 6:23). Kita melihat bagaimana Tuhan memberikan perintah untuk membunuh semua orang, seperti yang dikatakan-Nya "2 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. 3 Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai." (1 Sam 15:2-3). Dan juga "Demikianlah Yosua mengalahkan seluruh negeri itu, Pegunungan, Tanah Negeb, Daerah Bukit dan Lereng Gunung, beserta semua raja mereka. Tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos, tetapi ditumpasnya semua yang bernafas, seperti yang diperintahkan TUHAN, Allah Israel." (Yos 10:40)
Dalam mengartikan ayat-ayat ini, kita harus berpegang pada beberapa prinsip di bawah ini:
1) Dalam hal ini, kita tidak boleh mengartikan bahwa Tuhan adalah kejam, karena kesimpulan yang salah ini bertentangan dengan hakikat Tuhan yang adalah kasih dan adil. Di ayat yang lain Dia mengatakan "6 Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, 7 yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa…." (Kel 34:6-7). Kita juga tidak dapat mengatakan bahwa Allah adalah tidak adil, karena Allah berhak untuk atas seluruh jiwa manusia.
2) Kita tidak boleh mengukur standard moralitas pada jaman ini dengan standard moralitas pada jaman tersebut. Ada istilah yang mengatakan "what is received is received according to the mode of the receiver". Jadi, Tuhan bekerja menurut manusia pada saat itu, yang tidak dapat diterapkan pada manusia saat ini. Bukan kebenarannya yang berubah, karena kebenarannya adalah sama – bahwa Tuhan tidak bertoleransi dengan dosa, dan Dia ingin manusia untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di Sorga. Dan biasanya pada waktu Tuhan memerintahkan untuk menumpas semua orang di suku tertentu, maka Tuhan melihat bahwa kejahatan yang terjadi di dalam komunitas tersebut sudah tak terkira dan dapat menyebabkan orang yang baik dapat terbawa pada perbuatan yang jahat. Kita dapat melihat seperti kasus Sodom dan Gomorah, Yeriko, Amalek, dll.
3) Kisah tentang penumpasan bangsa Amalek menunjukkan bahwa Allah tidak pernah bertoleransi dengan "dosa". Pada saat Saul tidak menjalankan perintah Allah, maka Allah juga menghukum Saul. (lih. 1 Sam 15:22-23). Dan Allah juga ingin menekankan pentingnya ketaatan. Dosa kesombongan hanya dapat dikalahkan dengan ketaatan.
4) Bagaimana dengan bayi-bayi dan wanita-wanita yang tak berdosa? Di sinilah kita harus mempercayakan mereka kepada Allah yang maha adil. Akan menjadi tidak adil kalau para bayi dan wanita tersebut dibunuh (mengalami penderitaan fisik) yang disebabkan bukan karena kesalahan mereka dan kemudian dimasukkan ke dalam api neraka (mengalami penderitaan abadi – fisik dan spiritual). Namun, kita mempercayakan orang-orang yang tak berdosa pada belas kasihan Allah. Kita percaya bahwa Allah yang sama, yang adil dan berbelas kasih akan memperhitungkan semuanya, termasuk penderitaan bayi-bayi dan wanita-wanita yang tak berdosa.
Dari sini, kita melihat bahwa Allah menyatakan diri-Nya secara bertahap kepada manusia, sampai pada kesempurnaannya dalam diri Yesus. Oleh karena itu, bagi kita umat Kristen, kita tidak dapat membaca PL tanpa diterangi oleh terang Kristus. Mengenal budaya pada saat Perjanjian Lama tersebut ditulis akan membantu kita menangkap kejadian yang tertulis dalam konteks yang benar. Membaca PL membantu kita untuk menangkap kesempurnaan rancangan keselamatan Allah secara lebih lengkap. Tanpa membaca dan tahu PL, maka sama saja kita membaca suatu cerita, namun hanya tahu 1/3 cerita terakhir.
Katekismus Gereja Katolik (KGK, 129) mengatakan "Jadi umat Kristen membaca Perjanjian Lama dalam terang Kristus yang telah wafat dan bangkit. Pembacaan tipologis ini menyingkapkan kekayaan Perjanjian Lama yang tidak terbatas. Tetapi tidak boleh dilupakan, bahwa Perjanjian Lama memiliki nilai wahyu tersendiri yang Tuhan kita sendiri telah nyatakan tentangnya (Bdk. Mrk 12:29-31.). Selain itu Perjanjian Baru juga perlu dibaca dalam cahaya Perjanjian Lama. Katekese perdana Kristen selalu menggunakan Perjanjian Lama (Bdk. 1 Kor 5:6- 8; 10:1-11.). Sesuai dengan sebuah semboyan lama Perjanjian Baru terselubung dalam Perjanjian Lama, sedangkan Perjanjian Lama tersingkap dalam Perjanjian Baru: "Novum in Vetere latet et in Novo Vetus patet" (Agustinus, Hept. 2,73) (Bdk. DV 16.)"
Semoga keterangan ini dapat memberikan kejelasan akan pentingnya membaca Perjanjian Lama dalam terang Perjanjian Baru.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Syallom…
Terima kasih banyak ya pak stef.. dari penjelasan Bapak yang sangat jelas saya tangkap, bahwa Tuhan (perjanjian lama) dalam memberikan “hukumannya” tidak orang per-orang, jadi masalah yang ingin disampaikan adalah berlaku untuk umum tidak perseorangan. Saya akan coba renungkan hal ini.. semoga Tuhan berkenan memberikan peneranganNya ke dalam diri saya. Maaf, sebelumnya saya melihat Tuhan di perjanjian lama sama dengan Tuhan yang di Islam. Dengan penjelasan dari Bapak saya sudah bisa melihat perbedaannya. Terima kasih banyak pak.
Tuhan Yesus memberkati.
Semoga Bapak dan Ibu selalu diberikan berkat KEBAHAGIAAN.. saat ini, nanti, esok.. dan sepanjang masa…
Georgius
Shalom Georgius,
Terima kasih atas tanggapannya. Hukuman yang diberikan oleh Tuhan di dalam Perjanjian Lama bukan hanya untuk umum, namun juga perseorangan. Kita mengingat akan hukuman Tuhan yang diberikan kepada Adam & Hawa, Kain, Saul, bahkan Daud, dll. Namun apa yang dilakukan oleh Tuhan tidak akan mungkin bertentangan dengan prinsip kasih dan keadilan. St. Agustinus mengatakan bahwa Tuhan dapat membalas kejahatan dengan kebaikan atau membalas kejahatan dengan kejahatan (catatan: membalas kejahatan disini bukan secara aktif membalas, tapi dengan tidak memberikan berkat yang berlimpah kepada orang tersebut), namun Dia tidak akan mungkin membalas kebaikan dengan kejahatan. Hal ini disebabkan karena keadilan adalah hakekat dari Tuhan sendiri. Semoga dapat lebih memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Puji Syukur dan Terimakasih atas segala kebaikan Tuhan Yesus, dan atas kesediaan seluruh tim http://www.katolisitas.org. untuk memberikan pelayanan kepada sesama. Apalagi, dengan tidak disertai adanya unsur komersial. Saya yakin hal seperti ini hanya dapat terjadi karena KUASA TUHAN. Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati seluruh tim http://www.katolisitas.org. atas segala pelayanan yang telah diberikan bagi sesama.
Menurut saya, web ini sungguh sangat membantu dalam memperdalam iman kita akan Yesus Kristus, terlebih lagi tentang ajaran katolik, yang mungkin sebagai seorang katolik awam, benar – benar suatu “pencerahan” atau hal yang benar benar baru dan dapat menjadi acuan dari dasar ajaran – ajaran gereja.
Sebelumnya, saya sendiri sering bertanya dalam hati “kenapa banyak ajaran yang secara sepintas tidak masuk akal, seperti tentang Bunda Maria, Api Penyucian (saya pikir dulu adalah Api Pencucian, hehe…), Misa Arwah, dan masih banyak hal lain yang biasanya bertentangan dengan saudara Protestan, yang biasanya kalo mereka bertanya dan memperdebatkan hal tersebut, saya tidak dapat menjelaskannya.
Sejak bulan Oktober tahun lalu,setelah kami menikan, saya bersama istri memutuskan mulai membaca Alkitab setiap hari, minimal 1 Pasal Perjanjian Baru, kemudian diteruskan 1 Pasal Perjanjian Lama. Saya akui istri lebih tekun dalam membacanya, sampai sekarang saya baru sampai 2 Korintus 4 u/ PB dan Bilangan 15 u/ PL.
Saat membaca perjanjian lama,saya merasa seolah – olah menggambarkan Allah yang sangat sering “menghukum”, bahkan hukuman mati, dan kenapa hanya Israel umat pilihannya??? padahal umat ini sering mambangkang??? Apakah dengan “membedakan” bangsa Israel dengan manusia lain yang juga adalah ciptaan-Nya, Allah bertindak Adil??? Pertanyaan itu sering muncul dan semakin jauh lagi mengarah ke pertanyaan : Siapa penulis PL??? Terutama Kejadian – Ulangan???
Mengapa ada yang tau tentang penciptaan dunia oleh Allah, padahal yang ada saat itu hanya Allah dan belum ada manusia???
Akan tetapi pertanyaan2 tersebut tidak membuat saya ragu akan segala yang telah saya Imani.
Hal ini sangat berbeda sekali dengan sosok Allah dalam diri Yesus, yang menggambarkan Allah yang selalu mengampuni.
Mohon dapat diberikan pencerahan akan hal2 tersebut, dan saya ada sedikit pertanyaan tentang adat istiadat seperti Selamatan Rumah, Mitoni, cari hari, dsb…. Saya sebagai anak, hanya bisa menuruti ortu yang juga beralasan demi keselamatan…. Padahal, saya percaya keselamatan hanya ada pada Tuhan Yesus.
Mengingat dulu saat Selamatan rumah, ada Modin yang mendoakan dengan cara Islam, dan sebentar lagi mau diadakan upacara Mitoni, mengingat istri sedang hamil hampir 7 bulan.
Saya mohon dengan suka rela tim http://www.katolisitas.org. dapat memberikan pencerahan kepada kami dan juga mohon doanya untuk kelancaran proses persalinan anak kami yang pertama.
Terima kasih , Tuhan Memberkati
[dari katolisitas: telah dijawab – silakan klik]
Comments are closed.