Pertanyaan:
Melihat 2 Tes 2:15,sesuai bpk Stef jelaskan,inilah yang mendasari Gereja Katolik mempunyai pilar kebenaran yang lain, yaitu Tradisi Suci dan teman saya yang kristen non katolik bertanya jadi coba anda baca Wahyu 22:18-19 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis didalam kitab ini, Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus,seperti yang tertulis didalam kitab ini.
Jadi saya bertanya kepada dia, jika terjadi penafsiran ayat yang berbeda, otoritas apa dan kitab apa sebagai pegangan untuk menklopkannya dan dia menunjukkan contoh diayat Kis 15:1-2 dan seterusnya dia berpesan lihat ayat Mat 24:45-47 dan Kis 20:29-30.-
mohon pencerahaannya
Salam kasih – Jeffmorg
Jawaban:
Shalom Jeffmorg,
Terimakasih atas pertanyaannya dan kesungguhan Jeffmorg untuk mewartakan kebenaran. Mari kita melihatnya satu persatu.
I. Mengurangi dan menambahkan ayat-ayat.
Jeffmorg mengemukakan dasar mengapa Gereja Katolik percaya Kitab Suci and Tradisi Suci, dimana dikatakan “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis” (2 Tes 2:15).
Dan kemudian teman Jeffmorg mengambil ayat dari Wahyu 22:18-19, yang mengatakan “Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.” (Why 22:18-19).
Maka marilah kita menganalisanya:
- Teman Jeffmorg seolah-olah mau mengatakan bahwa Kitab Suci dan Tradisi Suci saling bertentangan atau Tradisi Suci seolah-olah menambahkan atau mengurangi apa yang dikatakan di dalam Kitab Suci. Namun pendapat seperti ini tidaklah benar, karena Alkitab dan Tradisi Suci tidak mungkin bertentangan, karena keduanya datang dari sumber yang sama, yaitu Tuhan. Kitab Suci sendiri mengajarkan agar kita memegang teguh Tradisi yang disampaikan kepada kita secara tertulis ataupun lisan (2Tes 2:15). Dan Rasul Paulus sendiri berkata bahwa Gereja adalah “jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran” (1Tim 3:15).
- Mungkin untuk membuktikan hal ini, silakan membaca beberapa artikel di katolisitas.org, yang semuanya bersumber pada Alkitab, juga Tradisi Suci, beserta dengan ajaran dari Magisterium Gereja. Dan ketiganya tidak dapat terpisahkan dan saling mendukung. Mungkin ada baiknya untuk menanyakan teman Jeffmorg, doktrin atau ajaran Katolik yang manakah yang mengurangi atau menambahkan Alkitab.
- Justru tanpa Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, Alkitab dapat disalahartikan, seperti yang dikatakan oleh St. Petrus (lih. 2 Pet 3:15-17; 2 Pet 1:20-21). Dan inilah yang sebenarnya yang menjadi salah satu sebab terjadinya perpecahan gereja-gereja sampai ada 28,000 denominasi, yang jika dilihat secara objektif sebabnya adalah karena berprinsip pada Sola Scriptura atau Alkitab saja. Padahal doktrin sola Scriptura sendiri tidak ada di Alkitab. Jadi prinsip “Alkitab saja” tidaklah alkitabiah.
II. Penafsiran yang berbeda-beda.
Pada waktu Jeffmorg menanyakan bagaimana jika terjadi penafsiran yang berbeda, maka teman Jeffmorg menambil ayat-ayat berikut ini:
- Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.”Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu“(Kis 15:1-2).
- “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya” (Mat 24:45-47).
- “Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka” (Kis 20:29-30).
Dari ayat-ayat di ambil di atas, kita dapat menganalisanya:
- Ayat yang diambil pada kis 15:1-2 adalah tepat, karena itulah yang terjadi pada waktu ada ketidaksetujuan atau untuk menetapkan doktrin, maka mereka datang kepada para rasul dan penatua-penatua di Yerusalem. Dan yang terjadi di sana adalah Petrus, yang merupakan Paus pertama (lih Mat 16:18), memberikan suatu pandangan yang diterima oleh para rasul dan para penatua (lih Kis 15:7-11).
Dan inilah yang terjadi di dalam Gereja Katolik, dimana melalui konsili-konsili, Gereja Katolik mengambil keputusan yang diterangi oleh Roh Kudus, sehingga Gereja dapat melindungi ajaran Kristus dari penyimpangan-penyimpangan. Rasul Yakobus adalah uskup pertama Yerusalem, yang dalam kondisi sekarang adalah para uskup yang membawahi keuskupan.
Inilah suatu bukti bahwa konsili pertama menjadi alat untuk menghindari perpecahan antara jemaat Kristen perdana dari kaum Yahudi dan non-Yahudi. Pada saat mereka mendasarkan pengajaran pada konsili yang berpegang pada pengajaran Kristus, maka perpecahan dapat dihindari. Dan inilah yang diajarkan oleh Gereja Katolik, sehingga Gereja Katolik tetap satu, kudus, katolik dan apostolik. Empat tanda Gereja Katolik inilah yang membuktikan bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Kristus sendiri. - Ayat dari Mat 24:45-47 : saya tidak terlalu mengerti maksudnya mengapa teman Jeffmorg mengutip ayat tersebut. Kalau maksudnya bahwa yang berpegang pada Firman Tuhan adalah hamba yang setia, maka semua pengajaran Gereja Katolik adalah berdasarkan Firman Tuhan.
- Kis 20:29-30 – Oleh karena itulah Gereja Katolik melalui Magisterium Gereja memberikan interpretasi terhadap Kitab Suci dan Tradisi Suci, sehingga Gereja dapat mewariskan pengajaran Kristus secara murni. Dan ini dapat dibuktikan dengan pengajaran yang senantiasa sama dari awal sampai saat ini, maupun sampai akhir jaman. Sebagai contoh, Kristus mengajarkan bahwa Dia sendiri hadir di dalam rupa roti dan anggur, para bapa Gereja mengajarkan hal tersebut dalam Ekaristi Kudus, dan Gereja Katolik saat ini juga mengajarkan hal yang sama. Kebenaran akan terus bertahan dan tidak tergantung oleh jaman dan opini publik.
Demikian uraian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menjawab pertanyaan Jeffmorg. Perlu diingat, bahwa kita harus menyampaikan kebenaran dengan hormat dan lemah lembut (1 Pet 3:15). Bawalah diskusi seperti ini di dalam doa, sehingga Jeffmorg diberikan kebijaksanaan untuk menyampaikan kebenaran dengan kata-kata yang tepat, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org
Thanks for another great article. Where else could anyone get that kind of information in such a perfect way of writing?
I’ve a presentation next week, and I am at the search for such info.
(Maaf tim katolisitas, ini saja yang ditampilkan)
Kalau melihat penjelasan di atas berarti bahwa :
Hal yang ABSOLUT BENAR / DIVINELY INSPIRED / DIWAHYUKAN / INFALLIBLE oleh Tuhan & Roh Kudusnya dalam Gereja Katolik adalah =
1.Deposit Of Faith ( SELURUH Tradisi Suci & Kitab Suci )
2.Artikel – artikel Iman ( Tradisi Gereja yang berhubungan dengan Iman & Moral ), yaitu :
*Seluruh Hasil – hasil Konsili Gereja.
*Surat pengajaran Bapa Gereja & Bapa Paus.
*Pengajaran Santo – Santa.
*SELURUH dokumen Gereja (Dei Verbum, Lumen Gentium dan sebagainya)
*Katekismus Gereja Katolik.
*Tradisi – tradisi Liturgis Gereja & Tradisi UTAMA Gereja.
*Dan lain – lain
3.Kitab Suci Katolik.
4.Seluruh Doktrin & Dogma Gereja Katolik ( Dimana pastinya seluruh doktrin dan dogma Gereja Katolik ini memiliki akar di dalam Kitab Suci & Tradisi Suci ) serta artikel – artikel yang berhubungan dengan SELURUH doktrin & dogma tersebut.
Dimana ke-4 hal utama SUDAH TERMASUK Magisterium Gereja Katolik.
Sehingga Kitab Suci, Tradisi Suci & Magisterium Gereja saling mengikat & meneguhkan satu sama lain.
Terima Kasih Tuhan atas KEBENARAN ABSOLUT yang telah kau berikan pada Gereja Katolik, karena engkaulah YESUS sang Alfa & Omega.
[dari Katolisitas: pertanyaan-pertanyaan serupa telah pernah kami jawab, mohon dapat membacanya di link berikut, silakan klik]
Syalom Tim Katolisitas,
Dari melihat tentang tingkatan Pengajaran Magisterium Gereja saya hanya ingin memberikan kesimpulan saja. Apakah hal ini benar ?
(Mohon dibenarkan jika ada yang salah, karena banyaknya pembicaraan tentang Tradisi Suci, Kitab Suci dan Magisterium Gereja pada website ini)
1. Tradisi Suci terdiri dari :
*SELURUH artikel Iman yang termasuk dalam Credo Para Rasul.
*Kitab Suci (karena berasal dari Tradisi Suci).
*Tulisan – tulisan / surat – surat para Bapa Gereja yang berkaitan dengan point-point “De-Fide”.
*SELURUH dogma & doktrin.
*SELURUH hasil konsili – konsili.
*SELURUH Katekismus Gereja Katolik (Karena inipun berakar pada Tradisi Suci & Kitab Suci).
*SELURUH dokumen – dokumen RESMI Gereja.
*SELURUH tulisan Santo – Santa didalam Magisterium Gereja dan bersumber pada wahyu ilahi.
2. Kita harus mempercayai isi tradisi suci diatas dengan ‘Catholic Faith, Apostolic Faith & Theological Faith.
3. Credenda dan Tenenda adalah KEBENARAN ABSOLUT yang TIDAK AKAN berubah untuk selama – lamanya.
4. Deposit Of Faith = Tradisi Suci & Kitab Suci.
5. Artikel Iman = Dokumen Gereja, Surat – surat Bapa Paus & Bapa Gereja, etc.
6. Magisterium Gereja itu menegaskan / meresmikan SELURUH Tradisi Suci & Kitab Suci.
7. Magisterium EXTRAORDINARY = Credenda & Tenenda = Divinely Inspired by GOD.
PERTANYAAN :
1.Apakah setiap butir – butir dogma (yang saya lihat dari Dr.Ludwig ODT) MEMILIKI dasar dari Tradisi Suci dan Kitab Suci ?
Terima kasih banyak, semoga penjelasan dari Tim Katolisitas membuat Iman saya semakin ’sreg’ pada Yesus
Shalom Rudi,
Berikut ini adalah tanggapan kami atas pertanyaan Anda:
1. Ya, pengertian Anda tentang Tradisi Suci sudah benar.
2. Yang harus dipercaya/ diimani dengan iman yang ilahi dan iman Katolik (divine and Catholic faith) adalah pengajaran di tingkat Credenda, yaitu: Sabda Tuhan, perbendaharaan iman/ deposit of faith, dogma, seluruh artikel iman. Artinya jika seseorang tidak mempercayai hal- hal yang termasuk di katagori Credenda maka ia bukan seorang Katolik.
Sedangkan pengajaran di tingkat Tenenda harus diterima dengan dipegang dengan teguh dan tidak ditolak, tetapi tingkatannya tidak setingkat dengan iman Katolik.
3. Pengajaran di Credenda dan Tenenda adalah Kebenaran yang tidak mungkin salah (infallible). Pengajaran di tingkat Credenda akan tetap selamanya, namun kebenaran di tingkat Tenenda dapat naik tingkat/ diteguhkan menjadi Credenda; walaupun tidak mungkin diturunkan tingkatannya menjadi Obsequium maupun Servandi.
Selanjutnya tentang Tingkatan Pengajaran Magisterium: Apa itu Credenda, Tenenda, Obsequium dan Servandi, silakan klik di sini.
4. Deposit of faith/ perbendaharaan iman adalah: Tradisi Suci, Kitab Suci dan pengajaran Magisterium Gereja, yang dapat kita ketahui sebagaimana tertulis di dalam Katekismus Gereja Katolik.
5. Artikel iman menurut St. Thomas Aquinas adalah kebenaran- kebenaran adikodrati yang membedakan dirinya sendiri dari kebenaran- kebenaran lainnya, namun yang merupakan satu kesatuan untuk membentuk seluruh ajaran Kristiani secara organik. Artikel- artikel iman inilah yang mendasari ajaran- ajaran iman lainnya. Maka secara mendasar, artikel iman adalah kebenaran- kebenaran yang dinyatakan di dalam Credo/ syahadat; atau kalau mau dilihat secara lebih luas adalah setiap ajaran kebenaran yang disampaikan secara definitif oleh Magisterium Gereja.
6. Magisterium Gereja meresmikan Kitab Suci (dalam artian menentukan Kanon Kitab Suci, pertama kali oleh Paus Damasus I tahun 382, kemudian Konsili Hippo 393 dan Konsili Carthago 397) dan menentukan Tradisi Suci yang sesuai dengan pengajaran para Rasul yang dilestarikan oleh para uskup yang mengajar dalam kesatuan dengan Bapa Paus, sebagaimana diteguhkan di dalam Konsili- konsili dan yang dinyatakan secara ex-cathedra oleh Paus.
7. Extraordinary/ Solemn Magisterium
Wewenang mengajar Gereja (Magisterium) yang mengajarkan ajaran tentang iman dan moral secara definitif melalui konsili- konsili ataupun melalui pernyataan ex-cathedra dari Bapa Paus. Tentang syarat pengajaran infalibilitas Bapa Paus pernah diulas di sini, silakan klik. Sedangkan wewenang mengajar yang dilakukan oleh para uskup dalam kesatuan dengan Bapa Paus, disebut ordinary Magisterium.
Hal wewenang mengajar ini disebutkan di dalam Canon Law Cann. 747-755 (Kitab Hukum Kanonik Kann. 747-755), yang selengkapnya dapat dibaca di link ini, silakan klik atau terjemahannya di link ini, silakan klik.
Buku Fundamentals of Catholic Dogma karangan Dr. Ludwig Ott merupakan ikhtisar/ rangkuman pernyataan dogma yang pernah diajarkan oleh Gereja Katolik. Yang merupakan pengajaran infallible adalah yang diberi tanda De Fide, dan semua pengajaran De Fide ini mempunyai dasar dari Kitab Suci dan Tradisi Suci. Sedangkan pernyataan yang lainnya (Sent. certa, Sent. communis), merupakan pernyataan yang menjadi konsekuensi/ penurunan logis dari pengajaran De Fide tersebut. Sekilas daftar tentang pengajaran De Fide tersebut dapat dibaca di jawaban ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya ingin banyak belajar mengenai tradisi dan ajaran gereja.
Mohon penjelasannya.
Shalom Nien,
Sebenarnya, cara termudah untuk mempelajari Tradisi Suci dan ajaran Gereja Katolik adalah dengan membaca dan mempelajari Katekismus Gereja Katolik, karena di sana dituliskan ajaran Gereja Katolik, beserta dengan dasar ajarannya yang berasal dari Kitab Suci, Tradisi Suci dan ajaran Magisterium Gereja.
Jika anda masih mempunyai pertanyaan tentang topik tertentu yang belum pernah dituliskan di situs ini, dapat anda tanyakan. Silakan mencoba untuk mengetik kata kunci topik yang ingin anda ketahui di rubrik pencarian di sudut kanan atas halaman homepage, dan lalu tekan enter. Semoga anda telah menemukan beberapa judul pembahasan di sana, dan silakan klik di judul tersebut. Atau silakan anda mencari di rubrik Arsip di situs ini, karena di sana sudah ada cukup banyak topik tentang ajaran Gereja Katolik.
Tentang Tradisi Suci, silakan membaca di tanya jawab di sini, silakan klik
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Tim katolisitas,
Saya ingin bertanya agak detail beberapa hal tentang Tradisi Suci lagi, semoga Tim Katolisitas bisa membantu :
1.Apa itu deposit of faith ? apakah kitab suci termasuk di dalamnya ?
2.Buku dari Santo Thomas Aquinas ( yang katanya lebih tebal dari alkitab ), apakah itu termasuk tradisi suci yang kebenarannya absolut 100% ?
3.Apakah katolisitas punya daftar tradisi suci ?
4.Apakah katolisitas juga punya daftar deposit of faith ?
5.Waktu itu dikatakan ada surat bapa gereja yang salah itu RELATIF SANGAT SEDIKIT ?
6.Ada juga dikatakan bahwa surat Bapa Gereja termasuk SALAH SATU ELEMEN dalam Tradisi Suci, nah contoh – contoh elemen lainnya apa ? ( tentunya elemen yang digunakan untuk menghasilkan Doktrin & Dogma )
7.Apakah seluruh elemen – elemen lainnya itu juga secara menyeluruh 100% absolut benar. Apa harus dipilah – pilah lagi oleh magisterium gereja ? ( saya kurang tau, tapi misalnya elemen lainnya itu document2 gereja, lalu dari 100 dokumen, ada 2 dokumen yang tidak sesuai dari kesamaan 98 dokumen. kemudian dengan magisterium menge-sahkan 98 sisanya )
8.Kalau nomer 7 jawabannya iya, saya kok merasa bahwa DASAR KEBENARAN iman kita itu PADA MAGISTERIUM, bukan pada Tradisi Suci. apakah benar seperti itu ( mohon pencerahannya ). Istilahnya, Magisterium ngomong A kita nurut walaupun surat bapa gereja ngomong B ( pada saat itu misalnya B ada 100 dokumen yang ngomong sama, sedangkan yang A cuman ada 2 dokumen yang ngomong beda dari B ).
9.Sehingga dari nomer 8, saya kembali merasa kalau Magisterium hanya memilih suara terbanyak. ( oya, hal ini misalnya nomer 7 – 9 dikondisikan sebelum alkitab ada ). karena Alkitab berdasarkan Tradisi Suci.
Terima kasih banyak tim katolisitas atas bantuan jawabannya, pencerahan dan penjelasannya. Mohon maaf kalau merepotkan. Tuhan YESUS memberkati
Shalom Budi Darmawan,
1. The Deposit of Faith
Berikut ini adalah pengertian the Deposit of Faith, seperti yang dijelaskan oleh Fr. John A. Hardon SJ, seperti tertulis di link ini, silakan klik. (Fr. John Hardon SJ adalah salah seorang penulis dan pengajar/ katekis iman Katolik terkenal di dunia. Bukunya yang terkenal adalah Catholic Catechism, the Modern Catholic Dictionary, and the Treasury of Catholic Wisdom):
“The Deposit of Faith (Puska Suci Iman) adalah milik kepunyaan Gereja tentang kebenaran yang tidak berubah: Apa yang Tuhan nyatakan melalui para nabi-Nya di Perjanjian Lama dan melalui Putera-Nya yang Ilahi di Perjanjian Baru. The Deposit of Faith adalah lautan kebijaksanaan ilahi yang Tuhan telah manifestasikan kepada umat-Nya selama berabad- abad, tetapi secara khusus dinyatakan kepada kita di dalam perkataan- perkataan dan perbuatan- perbuatan Yesus Kristus, Pribadi Allah yang kedua dalam Trinitas, yang menjelma menjadi manusia.
Di manakah the Deposit of Faith ini ditemukan? The Deposit of Faith ditemukan secara substansial dan esensial di dalam Katekismus Gereja Katolik. Paus Yohanes Paulus II di dalam Konsititusi Apostoliknya yang disebut sebagai Deposit of Faith (Fidei Depositum), memperkenalkan Katekismus dengan menyebutnya sebuah “Kompendium dari semua ajaran Katolik”.
Jadi untuk pertanyaan, “Di mana kita menemukan the Deposit of Faith?” Kita menjawab di Katekismus Gereja Katolik, [sebab] semua ada di sana, secara substansial, esensial, tidak ambigu, jelas dan definitif.”
Apakah Kitab Suci termasuk di dalamnya? Jawabnya: Ya, karena memang semua pengajaran Gereja mempunyai sumber dan berakar atas Kitab Suci. Demikian pula, di dalam Katekismus kita melihat bagaimana Kitab Suci dituliskan sebagai dasar ajaran- ajaran Gereja Katolik.
2. Buku Santo Thomas Aquinas (Summa Theology) termasuk Tradisi Suci?
Menurut Katekismus, pengertian Tradisi Suci adalah sebagai berikut:
KGK 81 ….
“Oleh Tradisi Suci Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka, memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia” (Dei Verbum 9)
KGk 83 Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu. Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang dalam gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi konkret itu dapat dipertahankan, diubah, atau juga dihapus.
Dengan demikian, tidak semua ajaran dalam Summa Theology merupakan Tradisi Suci. Hanya ajaran yang sesuai dengan ajaran Magisterium (Wewenang Mengajar Gereja) yang berarti sesuai dengan ajaran para rasul saja, yang dapat dikatakan sebagai Tradisi Suci.
3. Apakah Katolisitas punya daftar Tradisi Suci?
Jawaban singkatnya: Tidak. Sebab ajaran Tradisi Suci yang merupakan ajaran Magisterium Gereja itu banyak sekali. Silakan anda cari link Vatican.va, jika anda ingin memperoleh banyak dokumen Gereja secara online. Namun inipun belum mencakup semua Tradisi Suci Gereja yang sudah berusia 2000 tahun lebih. Sedangkan, jika itu menyangkut kepada daftar dogma, kami pernah sekilas menampilkannya di sini, silakan klik.
4. Apa Katolisitas punya daftar Deposit of Faith?
Tidak juga. Silakan anda membaca Katekismus Gereja Katolik, atau jika ingin membacanya secara online, silakan anda klik di situs Iman Katolik atau Ekaristi.org
5. Waktu itu dikatakan ada pengajaran Bapa Gereja yang salah, walaupun relatif sangat sedikit?
Ya, sekilas sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Mohon maaf, kami belum dapat membuat kajian lengkap tentang ajaran- ajaran Bapa Gereja mana saja yang tidak sesuai dengan ajaran Magisterium. Mungkin suatu saat di waktu yang akan datang, kami dapat mencoba menampilkan beberapa contohnya, dengan ulasannya.
Melihat kenyataan ini, pentinglah pertama- tama untuk mempelajari Katekismus dan ajaran Magisterium Gereja. Setelah kita memahami prinsip ajaran Gereja, kita dapat mempunyai kepekaan untuk melihat apakah suatu ajaran Bapa Gereja itu termasuk Tradisi Suci atau tidak.
6. Elemen lainnya dalam Tradisi Suci selain ajaran Bapa Gereja?
Eleman lainnya adalah misalnya hasil Konsili- konsili Gereja, dokumen- dokumen pengajaran/ doktrin Gereja, Dogma, tradisi yang tertulis dalam liturgi Gereja awal, dan juga pengajaran dari Santa dan Santo, yang sesuai dengan pengajaran Magisterium Gereja.
7. Apakah seluruh elemen- elemen tersebut absolut benar?
Tidak. Hanya yang sesuai dengan ajaran Magisterium saja yang dapat dikatakan benar.
8. Dasar kebenaran adalah Magisterium?
Dasar kebenaran adalah Gereja, yang disebut dalam Kitab Suci sebagai ‘jemaat Allah yang hidup’. Kitab Suci mengajarkan, “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (1 Tim 3:15)
Nah, Gereja di dunia ini dipimpin oleh Magisterium yang diberi kuasa oleh Kristus untuk dapat mengajarkan dan melestarikan Tradisi Suci para rasul dengan murni. Magisterium tidak berada di atas Tradisi Suci, melainkan melayaninya, supaya Tradisi Suci itu dapat dengan murni diteruskan kepada generasi berikutnya. Sebab tanpa Magisterium (Wewenang mengajar) yang tidak dapat salah, maka ajaran Tradisi Suci dapat disalah artikan, atau dibengkokkan tidak sesuai dengan prinsip ajaran para rasul. Ini sesungguhnya sangat obyektif terlihat di manapun- dalam kehidupan sehari- hari, sebab tanpa kuasa otoritas, maka peraturan/ ketentuan yang sama dapat diartikan berbeda oleh orang- orang yang berbeda, tergantung pengertiannya masing- masing. Itulah sebabnya diperlukan otoritas yang mengatur, seperti peran wasit dalam suatu pertandingan sepak bola. Sang wasit tidak berada di atas peraturan sepak bola, ia hanya mengawasi saja, sejauh mana peraturan tersebut diterapkan. Hanya saja dalam permainan sepak bola, wasit bisa salah karena ia tidak mendapat wewenang dari Kristus; sedangkan di dalam Gereja, wewenang ini tidak dapat salah karena Kristus sendiri menjaminnya (lih. Mat 16:18-19).
KGK 85 “Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” (Dei Verbum 10).
KGK 86 “Wewenang Mengajar itu tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, yakni dengan,hanya mengajarkan apa yang diturunkan saja, sejauh Sabda itu, karena perintah ilahi dan dengan bantuan Roh Kudus, didengarkannya dengan khidmat, dipelihara dengan suci, dan diterangkannya dengan-setia; dan itu semua diambilnya dari satu perbendaharaan iman itu, yang diajukannya untuk diimani sebagai hal-hal yang diwahyukan oleh Allah” (Dei Verbum 10).
9. Magisterium hanya memilih suara terbanyak?
Tidak. Magisterium yang dipimpin oleh Bapa Paus, menentukan suatu ajaran secara definitif, atas terang Roh Kudus. Maka dapat saja, para uskup dan para pembantunya memberikan masukan kepadanya untuk suatu penjabaran ajaran tertentu, namun selaku penerus Rasul Petrus, Paus tidak harus mengikuti suara terbanyak dari masukan tersebut. Contoh yang nyata, misalnya dalam hal ajaran Gereja yang menentang kontrasepsi.
Sebelum mengeluarkan surat ensikliknya Humanae Vitae (1968), pada tahun 1964 Paus Paulus VI melibatkan 70 orang anggota komisi (terdiri dari awam, dan para ahli kependudukan, ahli ilmu sosial, dokter, pasangan suami istri, imam, uskup dan kardinal) untuk memberikan masukan tentang hal kontrasepsi. Komisi tidak mencapai kata kesepakatan. Mayoritas anggota menyarankan agar ajaran Gereja yang menentang kontrasepsi diubah, sedangkan minoritas menyarankan agar ajaran Gereja yang menentang kontrasepsi tetap dipertahankan.
Tanggal 25 Juli 1968, Paus Paulus VI mengeluarkan surat ensikliknya, Humanae Vitae, yang isinya mempertahankan ajaran Gereja yang telah diajarkan sejak awal mula, dengan melarang segala bentuk kontrasepsi. Silakan jika anda tertarik membaca tentang hal ini, anda membaca juga artikel ini, silakan klik, dan ini, silakan klik. Di sana terlihat bagaimana peran Paus sebagai ‘wasit’ yang menjaga dan melestarikan ajaran Tradisi Suci yang telah dipraktekkan sejak jaman Gereja di abad- abad awal. Ia tidak begitu saja mengikuti suara terbanyak pada saat itu, yang seolah menekannya untuk melakukan perubahan ajaran Gereja. Paus Paulus VI, sebagai penerus Rasul Petrus, melakukan wewenang mengajar Gereja, dengan menetapkan secara definitif bahwa penggunaan alat- alat kontrasepsi tidak dapat dibenarkan secara moral.
Demikianlah Budi, tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Bu Ingrid,
Terima kasih atas penjelasan untuk tiap pertanyaan, saya sangat menghargai tanggapan & waktu anda.
1) Tapi sebenarnya saya masih susah menerima Tradisi Suci. Menurut saya ( ini konsep saya pribadi ), seharusnya Tradisi Suci itu adalah ajaran, teladan, perintah dari Yesus yang DILAKSANAKAN & DITULIS oleh para rasul menjadi banyak kitab ( misalnya saja menjadi 10 kitab ). Lalu 2 dari 10 kitab dibukukan / dikanonisasi menjadi alkitab. Nah sehingga Tradisi Suci ini adalah 8 kitab, Injil ( yang asalnya dari Tradisi Suci ) adalah 2 kitab dan Magisterium adalah pengajaran yang muncul di kemudian hari dan pada ahkirnya dibukukan menjadi kitab – kitab dimana menggunakan dasar Tradisi Suci & Injil. Sehingga dari sini terlihat Tradisi Suci dari YESUS & Para Rasul, Injil dari Para Rasul dan Magisterium yang diturunkan oleh Paus ke-2 ( setelah Petrus ). Sehingga menurut saya ini adalah pengertian dari Tradisi Suci yang benar. Sehingga kalau ada konsili, tinggal menggunakan dasar 10 kitab itu saja dan hasil dari konsili dimasukkan archive yang mendukung pengajaran dari Tradisi Suci & Alkitab. Jadi jalur Apostolik itu terlihat sampai ke dokumen – dokumen yang ditulis oleh para rasul sendiri / para bapa gereja yang hidup pada jaman para rasul. Nah ini baru kelihatan kebenaran apostoliknya.
2) Apakah ada tulisan – tulisan dari para rasul sendiri yang menjadi bagian dari Tradisi Suci, atau tulisan dari para bapa gereja dimana saat itu para rasul sendiri masih hidup yang tidak dimasukkan ke dalam alkitab, namun menjadi kitab diluar alkitab ? ( atau mungkin surat / pengajaran / dokumen dari Paus ke-2, yaitu Linus ).
Terima kasih atas tanggapan yang diberikan,
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
Shalom Budi,
1. Semua Tradisi Suci harus dituliskan?
Sebenarnya secara garis besar, seluruh Depositum fidei (Tradisi Suci dan Kitab Suci, pengajaran Magisterium) sudah dituliskan dalam Katekismus Gereja Katolik. Maka jika anda mau mempelajari keseluruhan ajaran iman Katolik secara garus besar, pelajarilah Katekismus Gereja Katolik.
Bahwa ada Tradisi Suci yang tidak tertulis dalam Kitab Suci, itu sejalan dengan firman Tuhan sendiri yang mengatakan, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:25). Harap kita ketahui bahwa agama Kristiani bukan agama buku/ agama kitab. Yang kita jadikan pedoman itu bukan semata- mata Kitab Suci, tetapi Seorang Pribadi, yaitu Yesus Kristus. Sehingga yang menjadi pedoman adalah Sabda-Nya yang tertulis dalam Kitab Suci, dan juga Sabda-Nya yang secara lisan dipercayakan secara kepada para rasul-Nya, dan yang kemudian diajarkan oleh para rasul dan para penerus mereka; dan juga terutama kehadiran-Nya yang nyata dalam Gereja-Nya, melalui sakramen- sakramen-Nya. Jika kita percaya pada kuasa Roh Kudus yang terus menyertai dan bekerja atas Gereja-Nya, yaitu Gereja Katolik, seperti yang dijanjikan Yesus sendiri (lih. Mat 16:18; 28:19-20), kita juga percaya bahwa Kristus hadir di dalam Gereja-Nya dan ajaran Gereja-Nya sungguh merupakan ajaran yang berasal dari para rasul.
2. Adakah tulisan para rasul yang menjadi Tradisi Suci?
Tradisi Suci adalah ajaran lisan para rasul, dan ini dikatakan oleh Rasul Paulus, “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2 Tes 2:15). Apakah ada Tradisi Suci (ajaran lisan dari Tuhan Yesus) yang dituliskan oleh para rasul? Tentu ada, yaitu Injil Matius dan Injil Yohanes. Sedangkan Injil Lukas dituliskan dari ajaran lisan/khotbah Rasul Paulus; sedangkan Injil Markus, dari ajaran lisan/khotbah Rasul Petrus.
Di luar Kitab Suci, memang masih ada banyak kitab, oleh karena itu kita membutuhkan penegasan dari pihak Magisterium Gereja untuk mengatakan apakah tulisan- tulisan tersebut sesuai dengan ajaran para rasul, untuk dapat dikatakan menjadi bagian dari Tradisi Suci.
Mengenai pengajaran Paus Linus, yang tercatat adalah surat yang menuliskan tentang kemartiran Rasul Petrus dan Rasul Paulus di Roma. Surat ini diperkirakan merupakan surat yang dikirimkannya kepada Gereja- gereja Timur. Selanjutnya silakan klik di link ini untuk mengetahui tentang Paus Linus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid,
[kutipan]
Matius juga menuliskan Injil di antara umat Yahudi di dalam bahasa mereka, sedangkan Petrus dan Paulus mengajarkan Injil dan mendirikan Gereja di Roma….
Pertanyaan saya :
1. Ketika Petrus dan Paulus mengajarkan Injil di Roma, apakah Injil sudah selesai ditulis? Tahun berapakah
itu? Seperti kita ketahui bahwa Injil Matius ditulis +/- thn 50 M kemungkinan belum selesai bukan?
2. Apakah Injil yang diajarkan oleh Petrus dan Paulus adalah berupan ajaran-ajaran Suci (Tradisi Suci)?
Mohon penjelasannya. Terima kasih. JBU
Simon
Shalom Simon,
Menurut para ahli sejarah dan berdasarkan Alkitab, maka diperkirakan Rasul Petrus pertama kali ke Roma untuk mewartakan Injil pada tahun 42-49, sebelum kemudian ia diusir oleh Claudius, penguasa kota Roma. Tahun 54-57 Rasul Petrus kembali ke Roma; di sinilah Injil Markus ditulis atas pengarahan Petrus. Tahun 62-67 adalah persinggahan ketiga (terakhir) Rasul Petrus di Roma, sebelum ia dibunuh sebagai martir di Roma. Pada sekitar waktu yang sama Rasul Paulus juga datang di Roma dan di sana jugalah ia dibunuh sebagai martir.
Fakta ini menunjukkan bahwa memang pada saat pewartaan Injil oleh Rasul Petrus dan Paulus di Roma, Injil belum selesai ditulis. Injil pertama (Matius) ini dituliskan sekitar 15 tahun setelah kenaikan Kristus ke surga (antara 38-45 AD). Selanjutnya, Injil Markus dan Lukas diperkirakan dituliskan pada jangka waktu yang hampir sama yaitu tahun 64-67 dan Injil Yohanes tahun 90-100. Maka pada saat pewartaan ke Roma dan tempat- tempat lainnya, Rasul Petrus dan Paulus mengajarkan kabar Injil secara lisan, dan inilah yang disebut sebagai Tradisi Suci. Oleh karena itu Tradisi Suci (yang artinya pengajaran lisan dari Yesus dan para rasul oleh inspirasi Roh Kudus) itu sudah ada terlebih dahulu daripada Kitab Suci. Silakan juga membaca jawaban saya untuk Lisa tentang topik ini di sini, silakan klik. Ajaran dari kedua rasul inilah yang kemudian dituliskan oleh Markus (yang adalah anak angkat Rasul Petrus) dan Lukas (yang adalah rekan sekerja Rasul Paulus).
Jangan lupa, bahwa meskipun Injil sudah selesai ditulis, naskah tersebut sangat langka, dan tidak dipunyai oleh semua jemaat. Penyalinan naskah Injil secara manual baru umum dilakukan betahun- tahun sesudahnya oleh para rahib di biara- biara. Selanjutnya, kitab- kitab itu sendiri baru dinyatakan sebagai bagian dari Kitab Suci melalui kanon yang ditetapkan oleh Magisterium Gereja Katolik di tahun 382. Selanjutnya baru pada sekitar abad 15 Alkitab itu dicetak (tahun 1430 oleh Johanes Gutenberg), dan baru setelah saat itu ketersediaan Kitab Suci menjadi umum bagi umat. Fakta ini menunjukkan bahwa berabad- abad, sesungguhnya Gereja melestarikan ajaran Injil terutama melalui pengajaran lisan berdasarkan atas pengajaran yang tertulis dalam Kitab Suci, sebelum Kitab Suci dicetak dan mudah dimiliki oleh semua umat. Fakta ini menyebabkan kita tidak dapat mengesampingkan Tradisi Suci para rasul yang dilestarikan oleh para Bapa Gereja yang diajarkan secara turun temurun; karena faktanya, peran Tradisi Suci tersebut tidak terpisahkan dari Kitab Suci.
Demikian semoga dapat dipahami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Halo Pak Stef dan Bu Ingrid. Saya pusing banget membaca kitab Deuterokanonika. Kok ayat-ayat Deuterokanonika dalam Douay Rheims Bible, New American Bible, dan terbitan Lembaga Biblika Indonesia berbeda-beda? Misal kitab Esther, ada yang membuat chapter A, B, C, D, dst. Ada yang membuat chapter angka dan chapter huruf, dll. Sesama Katolik kok Alkitabnya berbeda-beda? Pusing sekali saya membacanya. Mana yang paling benar: Douay Rheims Bible, New American Bible, dan terbitan Lembaga Biblika Indonesia?
Saya tanya juga sekalian masalah yang satu ini. Mereka-mereka yang diangkat ke Surga atau ke awan yakni Henokh (Kej. 5:24 Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.), Elia (sudah jelas), dan Bunda Maria. Apakah mereka setelah lahir hingga terangkat (atau hingga meninggal) tidak pernah berbuat dosa?
Sebenarnya fokus saya pada Bunda Maria. Saya percaya dogma “Maria lahir tanpa noda” dan dogma “Maria diangkat ke Surga”. Kemudian saya bingung “Apakah setelah lahir hingga wafat Bunda Maria tidak pernah berdosa satu kali pun?” Adakah ajaran resmi Gereja menjelaskan tentang hal ini?
Terima kasih banyak. Tuhan memberkati Anda semua deh.
Shalom Andreas,
1. Sebenarnya, tidaklah membingungkan membaca Kitab Deuterokanonika, secara khusus yang anda tanyakan dalam hal ini, yaitu Kitab Ester. Perlu diketahui, pembagian Perikop dan penomoran ayat dibuat setelah Alkitab tersebut ditulis, untuk memudahkan untuk dibaca. Namun hal itu tidak mengubah isi Alkitab.
a) Pada Kitab Ester yang lengkap (seperti pada Douay Rheims, New American Bible, Revised Standard Version- Catholic Edition, LBI- Deuterokanonika) terdapat 16 bab. Kita ketahui bahwa saudara/i kita yang Protestan hanya mengakui 10 bab kitab Ester. Maka terdapat 6 bab Kitab Ester yang tidak termasuk dalam Alkitab mereka. Nah, ke-6 bab ini dalam kitab LBI dinamai A s/d F, sedangkan dalam Duoay Rheims tetap 11-16. Pembagian bab atau perikop ini, atau bahkan cara penomoran ayatnya yang tidak persis sama pada versi Alkitab yang anda sebutkan [khusus pada kitab Ester ini], tidak perlu membuat kita ‘bingung’, karena semua itu tidak mengubah isi Kitab Ester.
Jika diperhatikan, di awal perikop A s/d F atau bab 11 s/d 16 tersebut disebutkan letak sebenarnya dalam kitab Ester. (Misalnya sebelum perikop A, disebutkan “tambahan pada Ester 1:1”) Maka pada Kitab RSV-CE dan NAB, perikop A (atau bab 11) tersebut diletakkan sebelum Kitab Ester Bab 1. Demikian pula seterusnya, sesuai dengan keterangan pada setiap perikop.
Dengan membaca keseluruhan kitab itu (bab 1-16) kita dapat lebih memahami kisah yang disampaikan dalam Kitab Ester. Misalnya, perikop B yang berisi teks surat yang dibuat oleh Haman, sebenarnya terletak setelah Est 3:13, untuk menjelaskan ayat 13 itu. Dengan membaca teks surat tersebut, kita semakin dapat memahami tipu muslihat Haman yang direncanakannya atas bangsa Israel.
Maka jika anda tanya mana yang benar dari penulisan versi kitab Ester tersebut, sebenarnya semuanya juga benar. Hanya urutannya saja yang sedikit berbeda. Saya pribadi lebih menyukai urutan pada versi RSV-CE dan NAB, karena di sana perikop-perikop tersebut diletakkan sesuai dengan urutan kronologisnya, sehingga lebih jelas.
b) Prinsip yang sama berlaku untuk Kitab Daniel.
2. Tentang Bunda Maria:
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria dikandung dengan tidak bernoda (Immaculate Conception) karena perannya sebagai Bunda Allah. Doktrin ini didefinisikan oleh Paus Pius IX pada tahun 1854, Ineffabilis Deus. Silakan membaca lebih lanjut tentang ini, di artikel ini, silakan klik. Karena dikandung dengan tiada bernoda ini, kemudian sepanjang hidupnya tidak berdosa, maka Bunda Maria di akhir hidupnya diangkat, tubuh dan jiwanya, oleh Allah ke dalam Kerajaan Surga (lihat Munificentissimus Deus, 4,5 dan Lumen Gentium 59).
Gereja Katolik selalu percaya bahwa Bunda Maria dikaruniai rahmat yang istimewa sehubungan dengan perannya sebagai ibu Yesus, Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Dalam penjelmaannya, Yesus adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia. Maka, sangatlah layak jika seperti-halnya dari kodrat-Nya sebagai Allah yang berasal dari Allah Bapa yang tidak berdosa, dari kodrat manusianya ia juga tidak berasal manusia yang tidak berdosa, karena Allah tidak dapat bercampur dengan dosa. Maka Allah menguduskan Maria dan memenuhinya dengan rahmat, seperti yang dikatakan dalam Luk 1:28, “Hail, full of grace” (“kekaritomene“- Yunani)/ yang terjemahan bebasnya adalah, “Salam, yang telah dipenuhi rahmat.”
Untuk selanjutnya, Gereja Katolik percaya, rahmat Tuhan ini tetap dijaga oleh Bunda Maria sepanjang hidupnya, sehingga meskipun ia dengan kehendak bebasnya dapat memilih untuk berdosa, namun ia tidak pernah memilih untuk berdosa, sepanjang hidupnya. Untuk itulah umat Katolik melihatnya sebagai teladan orang beriman. Hal ini diajarkan di dalam Tradisi Gereja Katolik, yang dijelaskan dengan indahnya oleh Paus Yohanes Paulus II dalam khotbahnya pada General Audience 19 Juni 1996 (Taken from: L’Osservatore Romano,
Weekly Edition in English, 26 June 1996, page 11).
No sin or imperfection can be attributed to Mary
2. The Church has constantly regarded Mary as holy and free from all sin or moral imperfection. The Council of Trent expresses this conviction, affirming that no one “can avoid all sins, even venial sins, throughout his life, unless he is given a special privilege, as the Church holds with regard to the Blessed Virgin” (DS 1573). Even the Christian transformed and renewed by grace is not spared the possibility of sinning. Grace does not preserve him from all sin throughout his whole fife, unless, as the Council of Trent asserts, a special privilege guarantees this immunity from sin. And this is what happened with Mary.
The Council of Trent did not wish to define this privilege but stated that the Church vigorously affirms it: “Tenet”, that is, she firmly holds it. This is a decision which, far from relegating this truth to pious belief or devotional opinion, confirms its nature as a solid doctrine, quite present in the faith of the People of God. Moreover, this conviction is based on the grace attributed to Mary by the angel at the time of the Annuncation. Calling her “full of grace”, kecharitoméne, the angel acknowledged her as the woman endowed with a lasting perfection and a fullness of sanctity, without shadow of sin or of moral or spiritual imperfection.“
Di Alkitab Perjanjian Lama, Henokh dan nabi Elia di akhir hidupnya diangkat oleh Allah (lih. Kej 5:24; 2 Raj 2:11). Namun mereka tidak dibebaskan dari dosa asal; tidak ada ayat di dalam Alkitab yang menyatakan mereka telah ‘dipenuhi rahmat’ Allah, seperti halnya Maria. Maka jika mereka (Henokh dan Elia) yang tidak dibebaskan dari dosa asal dapat bergaul dengan Allah sehingga diangkat pada akhir hidupnya, maka terlebih lagi Bunda Maria, yang dibebaskan dari dosa asal sejak dalam kandungan ibunya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom bpk Stef
Melihat 2 Tes 2:15,sesuai bpk Stef jelaskan,inilah yang mendasari Gereja Katolik mempunyai pilar kebenaran yang lain, yaitu Tradisi Suci dan teman saya yang kristen non katolik bertanya jadi coba anda baca Wahyu 22:18-19 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis didalam kitab ini, Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus,seperti yang tertulis didalam kitab ini.
Jadi saya bertanya kepada dia, jika terjadi penafsiran ayat yang berbeda, otoritas apa dan kitab apa sebagai pegangan untuk menklopkannya dan dia menunjukkan contoh diayat Kis 15:1-2 dan seterusnya dia berpesan lihat ayat Mat 24:45-47 dan Kis 20:29-30.-
mohon pencerahaannya
Salam kasih
[dari katolisitas: telah dijawab – silakan klik]
Comments are closed.