Tuhan itu kekal, tidak berubah, Sebab dari segala sesuatu, Pribadi yang tidak diciptakan dan Pencipta segala sesuatu. Ia adalah kebenaran, kebaikan, keindahan dan kasih. Kita dapat mengetahui keberadaan-Nya melalui akal budi kita dan dari wahyu ilahi.

I. Allah menurut Kitab Suci

  • Kel 3:1-15 – Tuhan menyatakan nama-Nya kepada Musa: “Aku adalah Aku”
  • Kel 34:5-7 – Tuhan itu Maha Pengasih, Penyayang, Setia, dan Pengampun
  • Ul 6:4, Ul 32:39 – Tuhan itu satu/ esa
  • Mzm 119:160 – Tuhan itu kebenaran
  • Mzm 135:5 – Tuhan itu Maha besar
  • 1Yoh 4:8,16 – Tuhan adalah Kasih
  • Im 21:9, 1 Pet 1:15-16, Mat 5:48 – Tuhan adalah Kudus dan sempurna
  • Keb 13:1-5 – Tuhan itu Pencipta dan sumber keindahan dan kebaikan semua ciptaan-Nya
  • Mal 3:6 Tuhan tidak berubah
  • Yer 32:17 – Bagi Tuhan, yang menciptakan segalanya, tiada yang mustahil
  • Rom 1:23, Ibr 1:12. Mzm 90:2 – Tuhan itu tidak fana, kekal
  • Rom 1:18-32 – Tuhan dapat diketahui dari karya ciptaan-Nya; pengingkaran terhadap hal ini menjadikan manusia hidup sia-sia dan gelap
  • Yoh 4:24 – Tuhan itu Roh

II. Allah menurut Katekismus Gereja Katolik

  • KGK 27-30 – Keinginan untuk mengenal Tuhan
  • KGK 31-35 – Cara- cara untuk mengenal Tuhan
  • KGK 36-38 – Pengetahuan akan Tuhan menurut Gereja
  • KGK 39-43 – Bagaimana kita berbicara tentang Tuhan?
  • KGK 203-212 – Aku percaya akan satu Allah
  • KGK 214-221 – Tuhan, “Ia yang adalah Ia”, adalah Kebenaran dan Kasih
  • KGK 222-227 – Akibat dari iman akan satu Tuhan
  • KGK 268-274 – Tuhan Maha Kuasa dan kekal, tiada yang mustahil bagi Tuhan.

III. Allah menurut Para Kudus

  • St. Irenaeus (180): “Karena hakekat Tuhan yang tidak kelihatan itu Maha Besar, maka Ia menyampaikan kepada semua orang intuisi mental yang mendalam dan perasaan tentang adanya keMahabesaran-Nya yang penuh kuasa. Oleh karena itu, meskipun, “tidak ada seorangpun yang mengenal Bapa selain Anak, dan tiada yang mengenal Anak selain Bapa, dan mereka yang kepadanya Anak menyatakan diri-Nya” (Mat 11:27; Luk 10:22), namun semua manusia dapat mengetahui sedikitnya satu fakta ini [adanya Tuhan], sebab akal budi, yang ditanamkan di dalam pikiran mereka, menggerakkan mereka dan menyatakan kepada mereka bahwa ada satu Tuhan, Allah bagi semua.” (St. Irenaeus, Against Heresies, Bk 2,ch.6)
    “Sebab dengan ciptaaan sendiri, Sang Sabda menyatakan Tuhan Sang Pencipta; dan dengan dunia [Ia menyatakan] bahwa Tuhan adalah Pencipta dunia… (Ibid., Bk 4,ch.6)
  • St. Basil (330-379): “Mana yang lebih dulu, pengetahuan atau iman? Saya menjawab, dalam hal pemuridan, iman mendahului pengetahuan. Tetapi, di dalam pengajaran kita, jika ada orang yang menyebutkan bahwa pengetahuan muncul lebih dulu dari iman, saya tidak berkeberatan; dengan pengertian bahwa sepanjang pengetahuan di dalam batas pemahaman manusia. Di dalam pelajaran kita, kita harus percaya bahwa huruf A dikatakan kepada kita; lalu kita mempelajari huruf- huruf dan pengucapannya dan akhirnya kita memahami ide perbedaannya tentang kekuatan huruf tersebut. Tetapi di dalam iman kita tentang Tuhan, yang pertama datang adalah ide/ pemikiran bahwa Tuhan itu ada. Hal ini diketahui dari karya-karya-Nya. …. Sebab Tuhan adalah Pencipta seluruh dunia, dan kita adalah bagian dari dunia, maka Tuhan adalah Pencipta kita. Pengetahuan ini diikuti oleh iman, dan iman ini diikuti oleh penyembahan.” (St. Basil, Letter no. 235)
  • St. Athanasius (296-373): “Sebab jiwa manusia diciptakan menurut gambar Allah (lih. Kej 1:26)…. maka ketika dibersihkan dari dosa, jiwa manusia melihat gambaran Allah Bapa, bahkan Sang Sabda, dan dengan cara-cara-Nya mencapai pengertian akan Allah Bapa yang digambarkan oleh Sang Penyelamat kita…. Adalah mungkin untuk mencapai pengetahuan akan Tuhan dari benda [ciptaan] yang kelihatan, sebab Penciptaan, seumpama dituliskan dengan huruf- huruf, menyatakan dengan lantang, dengan keteraturan dan harmoni, [tentang] Tuhan dan Penciptanya.” (St. Athanasius, Against the Heathens, chap. 14)

IV. Aku percaya akan satu Allah

Dalam syahadat para rasul kita memulai dengan “Aku percaya akan Allah …” atau dalam syahadat panjang /Nicea-Konstantinopel dituliskan “Aku percaya akan satu Allah…” Setelah kita membahas tentang “Aku Percaya” di pertemuan sebelumnya, maka kini kita akan membahas tentang mengapa kita mempercayai satu Allah, yang merupakan pengakuan iman yang paling mendasar, di mana semua artikel iman yang lain senantiasa merujuk kepada Allah. ((KGK, 199)) Pengakuan akan Allah yang satu dan sifat-sifat Allah yang lain dapat dapat dibuktikan dari akal budi dan dari wahyu Allah. Meskipun akal budi mempunyai keterbatasan pengetahuan, namun tidak bertentangan dengan wahyu Allah. Dengan kata lain wahyu Allah dapat menyempurnakan akal budi.

V. Membuktikan Allah yang Satu dengan akal budi

Manusia diciptakan oleh Tuhan menurut gambar Allah (Kej 1:27), sehingga mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan mengasihi Allah. Walaupun manusia telah berdosa, namun manusia tidaklah rusak secara total, namun masih menjadi gambar Allah, sehingga dengan akal budinya, manusia juga dapat sampai pada pengetahuan tentang keesaan Allah melalui ciptaan, ((D 1806; cf. 1785, 1391)) seperti yang juga ditegaskan dalam PL “Sebab orang dapat mengenal Khalik dengan membanding-bandingkan kebesaran dan keindahan ciptaan-ciptaan-Nya.” (Keb 13:5) dan PB “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” (Rm 1:20)

1. Lima pembuktian keberadaan Allah dari St. Thomas Aquinas

St. Thomas membuktikan bahwa dengan akal budi manusia, maka manusia tidak mempunyai dalih untuk tidak mempercayai keberadaan Tuhan yang satu. Untuk membuktikan kebenaran akan eksistensi dari Tuhan, maka St. Thomas Aquinas di dalam bukunya “Summa Theology,” ((St. Thomas Aquinas,  Summa Theology, I, q.2., a.3.)) memberikan lima metode, yang terdiri dari: 1) prinsip pergerakan, 2) prinsip sebab akibat, 3) ketidakkekalan dan kekekalan, 4) derajat kesempurnaan, dan 5) desain dunia ini.

a. Prinsip pergerakan (movement)

Prinsip ini mengajarkan bahwa semua benda yang bergerak atau berubah disebabkan  oleh sesuatu. Atau, sesuatu berubah dari keadaan bakal ke keadaan nyata karena digerakkan oleh sesuatu yang sudah dalam keadaan nyata. St. Thomas mengambil contoh dari pergerakan, karena pergerakan terjadi di mana saja, kapan saja, dan bisa diamati. Sebagai contoh, gerbong kereta api bergerak karena ditarik oleh lokomotif, namun lokomotif bergerak, karena ada tangan manusia yang mengoperasikannya. Tangan digerakkan oleh sistem kerja tubuh yang melibatkan miliaran sel, yang dikoordinasikan oleh otak. Otak berfungsi karena ada kehidupan; ada jiwa yang tinggal di dalam tubuh manusia. Siapa yang membuat kehidupan dan jiwa tetap bertahan?… Pertanyaan akan sampai pada suatu titik, bahwa ada penggerak yang tidak digerakkan oleh yang lain, karena ada Satu yang menjadi  Sumber dari pergerakan itu. Sumber pergerakan inilah yang dinamakan “Tuhan”.

b. Prinsip sebab akibat (causality)

Semua orang tahu bahwa sesuatu terjadi dikarenakan oleh sesuatu. Sepasang suami istri menikah karena mengasihi satu sama lain. Komitmen untuk membentuk rumah tangga disebabkan karena keduanya ingin hidup bahagia. Dan kebahagiaan, kalau ditelusuri terus-menerus akan sampai pada suatu titik, yang disebabkan oleh  penyebab yang tidak disebabkan oleh sesuatu yang lain. Sumber dari penyebab inilah yang disebut “Tuhan“.

Dapatkah terjadi bahwa segala pergerakan atau sebab akibat ini berlangsung tanpa batas sehingga tak dapat ditelusuri awalnya?“. Nampaknya tidak, jika kita membagi semua pergerakan dan sebab akibat menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah “keadaan saat ini” Bagian kedua adalah deretan yang tak terhingga dari gerak dan sebab akibat, atau yang disebut “keadaan di bagian tengah“. Dan kemudian bagian yang terakhir adalah “keadaan awal“. Nah, keadaan awal inilah yang disebut “Tuhan, Sang Alfa.”

c. Prinsip ketidakkekalan dan kekekalan (contingency)

Di dunia ini, tidak mungkin semuanya bersifat sementara, karena kalau demikian maka ada suatu waktu semuanya akan lenyap. Contoh: orang tua kita hidup sekitar 80 tahun. Lalu kakek kita mungkin 90 tahun. Kakek dari kakek kita mungkin 100 tahun. Berapapun panjang usia nenek moyang kita, mereka pada akhirnya meninggal. Jika ditelusuri terus, maka garis keturunan kita akan sampai pada manusia pertama. Pertanyaannya adalah, bagaimana manusia pertama itu dapat ada dan hidup? Tidak mungkin ia terjadi begitu saja dari ketidak-adaan. Sebab sesuatu yang tidak ada tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang ada. Jadi disimpulkan bahwa kalau semua mahluk tidak kekal, maka harus ada “Sosok lain” yang keberadaannya kekal. Sesuatu yang kekal ada dua macam, yaitu 1) kekekalan yang diperoleh dari yang lain, sebagai contoh: jiwa manusia, para malaikat – setelah mereka diciptakan, maka mereka menjadi kekal; 2) Kekekalan yang kedua adalah kekekalan yang tidak tergantung dari yang lain, dan ini hanya ada satu, yaitu Tuhan. KekekalanNya membuat mahluk yang tidak kekal terus bertahan dan memenuhi bumi, sehingga kehidupan tidak punah. Kekekalan yang tidak disebabkan oleh yang lain inilah yang disebut “Tuhan, Sang Kekal.”

Pendapat yang menyanggah keberadaan Tuhan sebagai Penggerak pertama dan Penyebab pertama adalah tidak mendasar, karena itu berarti, kita harus berasumsi bahwa sesuatu di dunia ini terjadi tanpa ada penyebabnya. Asumsi ini berlawan dengan prinsip utama yang tak perlu dibuktikan (self-evident principle), yaitu prinsip sebab akibat: bahwa sesuatu terjadi karena ada penyebabnya.

d. Derajat kesempurnaan (grade of perfection)

Semua yang ada di dunia ini ada tingkatannya. Ada yang miskin, ada yang kaya. Kasih, kebajikan, kebaikan, keindahan, kebenaran, semuanya ada tingkatannya. Jika semua ada tingkatannya, tentu ada yang paling tinggi tingkat kesempurnaanya. Jadi, semua tingkatan mengambil bagian dalam sesuatu yang tingkatannya paling tinggi. Sebagai contoh, kalau kita menaruh besi di dalam api, maka besi itu menjadi panas. Namun panasnya besi bukan karena akibat dari besi itu sendiri, melainkan karena partisipasi besi itu dalam api.

Contoh di atas membuka suatu prinsip yang sangat penting, yaitu “seseorang atau sesuatu tidak dapat memberi apa yang dia tidak punya.” Air dingin tidak bisa membuat besi menjadi panas, karena air dingin tidak mempunyai sifat panas. Semua yang di dunia ini tidaklah sempurna,  namun semuanya ada karena partisipasi dalam Sesuatu yang tingkatannya paling tinggi, yaitu yang di sebut “Tuhan, Sang Maha Sempurna.”

e. Desain dunia ini (governance)

Prinsip ini dapat dibuktikan di dalam hidup kita sehari-hari. Apapun yang ada di sekitar kita, seperti, jalan, rumah, kota, dll, ada karena ada seseorang yang mendesain dan membangunnya.  Semua itu tidak ada dengan sendirinya. Kalau kita percaya bahwa rumah kita tidak terjadi dengan sendirinya, namun ada perancangnya, maka seharusnya kita dapat menerima bahwa bumi dan seluruh tata surya tidak terjadi dengan sendirinya, namun ada Perancangnya. Sebab seluruh tata surya, bumi dan segala isinya, jauh lebih rumit daripada rumah kita. Pergerakan planet-planet dan bintang-bintang, yang berjalan dengan keharmonisan tertentu tidak mungkin terjadi karena faktor kebetulan. Jika kita percaya akan adanya arsitek yang mendesain rumah kita, maka kita harus percaya bahwa ada arsitek tata surya ini, yaitu Tuhan.

2. Pembuktian dari Blaise Pascal

Blaise Pascal (1623-1662) memberikan argumentasi dari sisi yang sangat praktis, yaitu dari kemungkinan, yang disebut argumentasi pertaruhan dari Pascal (Pascal’s Wager). Dia mengatakan bahwa jika saya bertaruh bahwa Tuhan ada dan Tuhan memang ada, maka saya mendapatkan keuntungan tanpa batas (Sorga); jika saya bertaruh bahwa Tuhan ada dan ternyata Tuhan tidak ada, maka saya tidak mengalami kerugian apapun. Jika saya bertaruh bahwa Tuhan tidak ada dan ternyata Tuhan ada, maka saya akan mengalami kerugian selamanya (neraka); jika saya bertaruh bahwa Tuhan tidak ada dan Tuhan ternyata tidak ada, maka saya tidak diuntungkan maupun tidak dirugikan. Dengan argumentasi ini, maka jelaslah bahwa mempercayai keberadaan Tuhan adalah lebih masuk akal daripada menolak keberadaan Tuhan, karena dengan mempercayai keberadaan Tuhan hanya mendatangkan keuntungan selamanya atau tidak mengalami kerugian apapun.

3. Sifat-sifat Tuhan

Selain dapat menangkap kebenaran akan keberadaan Tuhan yang satu, akal budi juga dapat menangkap beberapa sifat Tuhan. Hal ini diungkapkan dalam pernyataan Gereja pada Konsili Vatikan I, yang menuliskan “Gereja yang kudus, katolik, apostolik, katolik Roma percaya dan menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan yang sejati dan hidup, Pencipta dan Tuhan surga dan bumi. Ia adalah Maha Besar, kekal, tak dapat diukur, tak dapat dipahami, dan tak terhingga di dalam akal budi, kehendak dan di dalam setiap kesempurnaan. Sebab Ia adalah satu hakekat rohani yang unik, secara keseluruhan sederhana, tidak berubah, Ia harus dinyatakan sungguh dan pada hakekatnya berbeda dari dunia, secara sempurna bahagia di dalam Diri-Nya sendiri dan dengan kodrat-Nya, dan secara tak terkatakan ditinggikan mengatasi segalanya yang ada atau yang dapat dibayangkan selain dari Diri-Nya sendiri.” ((Vatican I, Dogmatic Constitution on the Catholic Faith, 1; Denzinger 1782 (3001).))

Konsili Vatikan I menjabarkan dan menyusun sifat-sifat Tuhan tersebut untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan ajaran sesat, yang dapat dipaparkan sebagai berikut: ((Fr. John A. Hardon, SJ, The Catholic Catechism: A Contemporary Catechism of the Teachings of the Catholic Church, Doubleday & company, Inc. Garden City, New York, 1975, p.55-58))

a. Tuhan itu Satu: Hal ini untuk membantah kepercayaan akan banyak Tuhan (polytheism), atau sidang para tuhan dengan satu Tuhan sebagai yang utama (henotheism), atau dua tuhan (dualisme dari Manichaean). Tuhan yang maha dalam segalanya hanya mungkin ada satu dan tidak mungkin ada lebih dari satu.

b. Tuhan itu Sejati: Tuhan bukanlah hanyalah sekedar gambaran atau imaginasi pikiran manusia, seperti yang sering diajarkan oleh ateisme dan materialisme.

c. Tuhan itu Hidup: Tuhan adalah Tuhan yang hidup, yang mempunyai Pribadi dan bukan satu kekuatan atau energi, seperti yang dikemukan oleh sebagian kepercayaan Timur.

d. Tuhan itu Maha Besar: Kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas dan Dia dapat melakukan apa saja, kecuali Dia tidak dapat mengkontradiksi Diri-Nya sendiri.

e. Tuhan adalah Kekal: Tuhan adalah tanpa awal dan tanpa akhir. Tidak ada masa lalu maupun masa depan di dalam Tuhan, karena semuanya adalah saat ini.

f. Tuhan adalah tak terukur: Tuhan tidak dibatasi oleh tempat. Pernyataan ini menolak paham Albigenses, yang meneruskan paham Manichaean, yang mempercayai bahwa para dewa menempati satu bagian tertentu dari bumi.

g. Tuhan adalah tak terselami: Tuhan tidak dibatasi oleh tempat dan juga keberadaannya tak terbatas, baik dalam batasan fisik maupun batasan rohani.

h. Tuhan adalah tak terhingga: Tuhan tak terhingga di dalam akal budi, kehendak, dan dalam setiap kesempurnaan. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam Tuhan sendiri terkandung seluruh kesempurnaan, baik pengetahuan, kekuatan, maupun pribadi.

i. Tuhan adalah unik: Keunikan Tuhan adalah karena terletak pada Tuhan yang satu dan maha dalam segalanya.

j. Tuhan adalah satu hakekat rohani: Menyatakan Tuhan adalah satu hakekat yang bukanlah fisik, karena dia adalah sungguh sosok rohani, yang mempunyai akal budi – sehingga dapat mengetahui dan mempunyai keinginan – sehingga dapat mengasihi. Dia adalah sosok yang unik, bukan seperti yang dimengerti oleh paham panteisme: Allah berada di dalam semua dan semua mempunyai partikel Allah.

k. Tuhan adalah sederhana (simple): Sederhana dalam hal ini harus diartikan bahwa Tuhan tidak mempunyai bagian, seperti manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa. Semua sifat Tuhan adalah merupakan hakekat Tuhan, sehingga kita mengatakan “Tuhan itu kasih” dan bukan “di dalam Tuhan ada kasih”.

l. Tuhan adalah tak berubah: Karena Tuhan adalah maha tahu, maha kekal, kepenuhan kesempurnaan, maka di dalam Tuhan tidak ada perubahan.

m. Tuhan di atas segalanya: Tuhan berbeda dengan semuanya, Dia ditinggikan lebih dari segala sesuatu, Dia bahagia secara absolut tanpa tergantung dari yang lain.

VI. Kendala dalam menerima keberadaan Tuhan

Kalau kita melihat, sebenarnya pembuktian akan keberadaan Tuhan sesungguhnya sangat masuk akal. Sifat-sifat Tuhan yang diuraikan di atas juga dapat dipertanggungjawabkan dengan akal budi. Beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang tidak dapat menerima keberadaan Tuhan adalah sebagai berikut:

1. Kesombongan:

Kesombongan menghalangi seseorang untuk menerima keberadaan Tuhan, karena hal ini membuatnya tidak lagi menjadi fokus dari seluruh kehidupan.

2. Kepedihan, ketakutan dan penderitaan

Kepedihan akan kematian atau penderitaan dapat menyebabkan seseorang menjadi ragu-ragu akan keberadaan Tuhan. Dan sebaliknya ketakutan akan kehilangan milik di dunia ini atau ketakutan akan penderitaan juga dapat menyebabkan seseorang menolak keberadaan Tuhan.

3. Takut akan konsekuensi:

Akhirnya kemungkinan yang sering dialami oleh orang-orang adalah karena takut akan konsekuensi untuk mempercayai Tuhan. Dengan mengakui keberadaan Tuhan, maka seseorang harus mengasihi Tuhan, mengikuti perintah Tuhan.

4. Ada banyaknya kejahatan.

Ada banyak orang beralasan, karena ada banyaknya kejahatan di dunia ini, maka mereka berkesimpulan tidak ada Tuhan; atau dunia ini tidak diciptakan oleh Tuhan. Pendapat ini menutup mata akan adanya jauh lebih banyak hal di dunia ini yang baik, daripada yang jahat. Jika di antara 50 tanaman yang sama- sama diairi dan diberi pupuk, ada 1 tanaman yang mati; itu tidak membuktikan bahwa tidak ada Tuhan yang menciptakan tanaman dan menumbuhkannya. Maka kejahatan bukanlah merupakan yang sesuatu hal yang positif diciptakan oleh Tuhan, melainkan adanya keadaan di mana kebaikan tidak terjadi. Jangan juga dilupakan, bahwa Allah sanggup mendatangkan kebaikan dari keadaan yang jahat.

5. Terlalu mengandalkan ilmu pengetahuan.

Dewasa ini banyak orang yang dengan mengandalkan pandangan ilmu pengetahuan sampai pada kesimpulan bahwa seluruh alam semesta terjadi karena kebetulan, tidak ada Tuhan Sang Pencipta, dan manusia merupakan hasil dari evolusi (dikenal dengan istilah makro-evolusi). Namun evolusi mengacu kepada perkembangan sesuatu yang sudah ada (dikenal dengan istilah mikro-evolusi), dan bukan kepada penciptaan apa yang belum ada. Sebab sebelum sesuatu dapat berkembang, ia harus ada terlebih dahulu. Evolusi hanya menceritakan salah satu cara bagaimana Tuhan dapat bertindak, tetapi tidak dalam hal bagaimana sesuatu itu dapat tercipta dengan sendirinya. Selanjutnya, jiwa tidak dapat dihasilkan dari evolusi materi. Maka jiwa spiritual manusia tidak mungkin merupakan hasil dari evolusi binatang. Hanya Tuhan yang dapat menciptakan jiwa manusia. Lagipula, tidak terdapat bukti dari makro-evolusi; pembuktian dari DNA menyatakan bahwa makro-evolusi tidak dapat terjadi. ((lih. Gerard J. Keane, Creation Rediscovered, (Rockford, Illinois: TAN books, 1999), Publisher 2002))

VII. Tuhan mewahyukan Diri-Nya

Selain dari akal budi manusia pengetahuan akan Tuhan diperoleh dari wahyu Allah yang diberikan kepada manusia dengan perantaraan Sabda-Nya:

1. Keberadaan-Nya:

“Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” (Rom 1:20)

2. Tuhan itu Kekal dan tidak berubah

a. Kodrat-Nya Roh dan kekal

Tuhan adalah Roh, tidak fana (Yoh 4:24, Rom 1:23). Tidak seperti manusia yang fana, Tuhan tidak pernah berhenti untuk hidup, karena itu Ia disebut Tuhan yang hidup (Mat 16:16) dan kekal (1 Tim 1:17).

b. Namanya “Aku adalah Aku”

“Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? Apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” (Kel 3:13-14) Dengan ini Tuhan menyatakan kekekalan-Nya dan bahwa keberadaan-Nya tidak tergantung dari siapapun, namun Ia ada atas kuasa-Nya sendiri. Segala yang lain-lah yang tergantung kepada-Nya agar dapat ada; sebagaimana sang pembangun harus ada lebih dahulu daripada bangunan yang dibuatnya.

c. Ia kekal, tidak mempunyai awal dan tidak akan berakhir

“Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.” (Mzm 90:2) Kata Yesus kepada mereka: “Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58). Bagi Tuhan tidak ada masa lalu maupun masa depan, semua adalah “saat ini” bagi Tuhan. Tak ada urutan waktu bagi Tuhan, sebab Tuhan tidak terbatas oleh waktu.

3. Tuhan Maha hadir (omnipresent)

Ia ada di mana- mana. “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia (Ibr 4:13). “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada …” (Kis 17:28). “Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN.” (Yer 23:24). Keberadaan-Nya di setiap tempat maksudnya adalah: ((lih. Spirago- Clarke, The Catechism Explained, (Rockford, Illinois: TAN Books, 1993), p. 115-117))

a. Tuhan ada di mana- mana sebab semua ciptaan dapat eksis di dalam Tuhan, sebagaimana pikiran ada di dalam kita. Di dalam Dia kita hidup, bergerak dan ada (Kis 17:28);

b. Tuhan tidak terbatas oleh tempat apapun, sebab Ia tidak terbatas (lih. 1 Raj 8:27). Tempat yang terbatas tidak mampu menampung Dia yang tidak terbatas.

c. Karena Tuhan tidak terbatas oleh ruang, maka Ia dapat berada di setiap tempat di saat yang sama. Ia tidak terbagi -sebagian di Surga, sebagian di bumi- tetapi seluruhnya di surga, dan seluruhnya di bumi.

d. Tuhan hadir secara istimewa di Surga, di sakramen Mahakudus dan di jiwa-jiwa orang benar.

e. Tidak ada suatu tempatpun di dunia di mana Tuhan tidak ada. “Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.” (Ams 15:3). Tidak ada satu orangpun dapat melarikan diri dari Allah (lih. Mzm 139:7-8).

f. Tuhan selalu hadir di dalam kita. St. Efrem mengajarkan, “Ia yang mempunyai Tuhan di dalam pikiran-Nya, akan menjadi seperti malaikat di dunia.” Maka ingatan yang terus menerus akan kehadiran Tuhan, sangatlah berguna bagi kita, agar kita dapat menghindari dosa, untuk menjaga kita dalam keadaan rahmat, dan untuk mendorong kita melakukan perbuatan baik dan siap sedia melayani-Nya.

4. Tuhan tetap / tidak berubah

“Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah…” (Mal 3:6). Tuhan tidak pernah berubah; menjadi lebih baik atau lebih buruk, Ia tak pernah mengingkari Sabda-Nya (lih. Bil 23:19). Ia mengubah karya-karya-Nya namun tidak mengubah perintah ilahi-Nya. Dengan Inkarnasi, kemanusiaan diubah, namun keilahian-Nya tidak berubah, sebagaimana matahari tidak pernah berubah ketika ia tersembunyi di balik awan. Ketika manusia dalam persahabatan dengan Allah, Ia melihat Allah sebagai Allah yang penuh kasih; ketika manusia menjauh dari Allah dan jatuh dalam dosa, ia melihat Allah sebagai hakim yang keras. Ketika mata sehat, ia senang melihat terang, namun ketika mata sakit, terang membuat matanya sakit. Maka bukan terangnya yang berubah, tetapi keadaan mata yang melihat terang itu.

5. Tuhan Maha Tahu

Ia mengetahui dan melihat segala sesuatu. Tuhan mengetahui segala sesuatu: masa lalu, masa kini, masa depan, dan seluruh pikiran kita. (Yer 17:10; lih. Mzm 139). Tuhan mengetahui ketika Adam dan Hawa memakan buah pengetahuan, Tuhan mengetahui lebih dahulu akan pengkhianatan Rasul Petrus; Ia mengetahui prasangka buruk Simon orang Farisi. “Dia yang menanamkan telinga, masakan tidak mendengar? Dia yang membentuk mata, masakan tidak memandang?” (Mzm 94:9)

Allah sudah tahu akan adanya orang- orang yang akan menerima-Nya ataupun menolak-Nya. Namun jika Allah sudah mengetahui bahwa orang- orang tertentu akan menolak-Nya, pengetahuan Allah ini bukan menjadi penyebab akan penolakan dan penghukuman atas mereka. Dokter dapat memperkirakan bahwa pasiennya akan wafat, namun pengetahuannya ini tidak menjadi penyebab wafatnya pasiennya itu.

Tuhan mengetahui apa yang akan terjadi pada kita, sehingga adakalanya ia mengizinkan pencobaan terjadi dalam hidup kita, untuk mencegah adanya keburukan yang lebih besar yang sedianya dapat terjadi pada kita. Contohnya, Tuhan mengetahui bahwa seseorang dapat binasa karena kekayaannya, maka Ia mengizinkan orang tersebut mengalami masalah keuangan, untuk membentuknya menjadi orang yang lebih baik, menanggung kesulitan dengan kesabaran.

Kesadaran akan kemahatahuan Tuhan membantu kita ketika sedang berada di dalam pencobaan, agar jangan sampai kita jatuh ke dalam dosa. “Tuhan melihat segala yang kulakuan”, menjadi pedoman agar kita dapat menolak godaan.

Tuhan yang Maha Tahu ini akan suatu hari nanti menyatakan segala yang tersembunyi di dalam terang (lih. Luk 8:17); dan ini terjadi di Penghakiman Terakhir.

6. Tuhan Maha Bijaksana

Ia sangat bijaksana, tahu mengarahkan segalanya bagi yang terbaik menurut rencana-Nya, artinya: ((lih. Spirago- Clarke, The Catechism Explained, Ibid., p. 119-121))
a. Tuhan dapat mendatangkan yang baik dari hal yang buruk. Contoh yang jelas adalah dalam kisah Yusuf, yang dibuang kakak-kakaknya, dijual menjadi budak, namun kemudian menjadi tangan kanan raja.

b. Tuhan menggunakan cara yang paling tidak layak untuk kemuliaan-Nya. Rasul Paulus mengajarkan bahwa “yang lemah di dunia ini Tuhan pilih untuk mempermalukan yang kuat” (1 Kor 1:27). Tuhan memilih tanah Palestina yang tak menarik untuk menjadi tempat kelahiran Kristianitas. Ia memilih perawan miskin untuk menjadi Bunda Allah; dan tukang kayu yang miskin sebagai bapa angkat-Nya. Ia memilih para nelayan miskin untuk rasul dan menjadi pewarta Injil ke seluruh dunia.

c. Tuhan mengarahkan segala yang di dunia untuk mencapai maksud-Nya. Segalanya di dunia mempunyai hubungan timbal balik antara satu dan lainnya. Tak ada pergerakan di dunia ini yang tidak ada gunanya. Perubahan hujan dan panas, pergantian musim, perputaran bumi dan planet terhadap matahari, gravitasi, dst, bertujuan untuk menjadikan kehidupan di bumi menjadi baik bagi manusia. “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.” (Mzm 104:24)

7. Tuhan Maha Kuasa

Ia Maha Kuasa: “Tuhan, Tuhan, Raja semesta alam! Segala sesuatunya ada dalam kekuasaan-Mu dan tiada seorangpun dapat membantah Engkau” (Est 13:9). Tuhan dapat melakukan segala yang mustahil di mata manusia (lih. Mat 19:26).

a. Namun Tuhan tidak dapat melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kesempurnaan-Nya: Ia tidak dapat menipu, Ia tidak dapat menjadi tidak setia. Manusia hanya dapat mencipta dari apa yang sudah ada/ diciptakan Tuhan. Sedangkan Tuhan dengan kuasa-Nya mencipta atas dasar kehendak-Nya, dari ketiadaan menjadi ada (lih. 2Mak 7:28).

b. Kemahakuasaan Tuhan jelas terlihat di dalam penciptaan dunia, di dalam mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, dan mujizat yang terjadi, baik sebelum maupun sesudah zaman Yesus hidup di dunia, yang meneguhkan kekristenan sebagai agama sejati.

c. Karena Tuhan Mahakuasa, kita dapat berharap kepada-Nya di dalam kesesakan kita. Ingatlah betapa Tuhan membelah Laut Merah untuk menyelamatkan bangsa Israel, Ia mengirimkan malaikat-Nya untuk membebaskan Rasul Petrus di penjara, melakukan banyak mujizat untuk menyembuhkan orang-orang sakit dst.

8. Tuhan Maha Baik dan Maha Kasih

a. Ia sangat baik (lih. Mrk 10:18). Kebaikan Tuhan berbeda dengan kebaikan ciptaan. Mahluk ciptaan baik karena Tuhan membagikan kebaikan-Nya kepada mereka.

b. Ia adalah Kasih dan Bapa kita: “Allah adalah Kasih” (1 Yoh 4:8,16); “Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau?” (Ul 32:6). Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa (lih. Mat 6:9, Luk 11:2). Karena kasih-Nya, Ia selalu setia menyertai kita,
“Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau. (Yes 54:10) Karena kasih-Nya, Ia “menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1Tim 2:4).

1. Kasih Tuhan diberikan kepada semua ciptaan-Nya (lih. Keb 11:25), tak ada satupun yang dilupakan oleh Allah (Luk 12:6)

2. Tetapi Tuhan mempunyai kasih yang istimewa kepada umat manusia, sehingga mengaruniakan Putera-Nya ke dunia untuk menyelamatkan mereka. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16).

3. Di antara manusia, Tuhan menunjukkan kasih-Nya yang terbesar kepada orang- orang benar. “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” (Rom 8:28) Tuhan membalas kebaikan yang dilakukan oleh orang- orang benar melebihi yang layak mereka terima. Ia membayarnya seratus kali lipat, bahkan di dalam hidup di dunia (lih. Mat 19:29).

4. Tuhan menyatakan kasih-Nya bahkan kepada para pendosa. Tuhan mengirimkan pencobaan agar manusia bertobat. Ia menunjukkan kasih-Nya kepada para pendosa bahkan sampai akhir hidup mereka, seperti pada kisah pencuri yang bertobat yang disalibkan di sisinya (Luk 23:40-43).

9. Tuhan Maha sabar

Ia memberikan waktu kepada pendosa untuk bertobat. Bukan kehendak Tuhan agar pendosa menjadi binasa, tetapi agar mereka bertobat dan hidup (lih.Yeh 18:23).
Tuhan bersabar dengan kita karena Ia berbelas kasihan atas kelemahan kita dan karena Ia menghendaki agar pertobatan menjadi mudah bagi para pendosa, “Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Pet 3:9). Namun demikian, jangan kita berpikir bahwa karena Tuhan Mahasabar maka Ia otomatis melupakan dosa kita tanpa perlu kita bertobat. Jangan berkata, “Betul, aku sudah berdosa, tetapi apakah menimpa diriku? Sebab Tuhan panjang hati.” Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa. (Sir 5:4-5)

10. Tuhan Maha Pengasih dan Pengampun

Ia Maha Pengasih dan Pengampun: Ia selalu siap mengampuni dosa- dosa kita ketika kita bertobat. Demikianlah Allah mengampuni Daud (2 Sam 12:13). Belas kasihan Tuhan tiada terbatas, jika Ia mengajarkan agar kita mengampuni tujuh puluh kali tujuh (lih. Mat 18:22), betapa lebih besarnya lagi belas kasihan-Nya. “Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya.”(Yes 63:9).

a. Belas kasihan Tuhan dinyatakan-Nya dengan mencari para pendosa, seperti gembala yang selalu mencari dombanya yang hilang sampai ditemukannya kembali (Luk 15:4). Tuhan mengirim Nabi Natan kepada Raja Daud, Ia sendiri mencari dan menemukan perempuan Samaria (Yoh 4). “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yes 1:18)

b. Tuhan menyambut kembali para pendosa yang bertobat dengan sungguh, seperti pada kisah Maria Magdalena, dan pencuri yang bertobat yang disalibkan di sisi-Nya (Luk 7:47; Yoh 8:11; Luk 23:43).

c. Tuhan mengatakan bahwa ada sukacita yang lebih besar di surga atas seorang pendosa yang bertobat, daripada 99 orang benar yang tidak membutuhkan pertobatan (lih. Luk 15:7), sebab sang pendosa yang bertobat umumnya melayani Tuhan dengan semangat yang lebih berkobar dan lebih setia.

11. Tuhan Maha Kudus

a. Ia adalah Kudus: Ia menyukai kebaikan dan membenci semua kejahatan. “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” (Im 19:2); “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Pet 1:16)

b. Ia Maha Sempurna: Kekudusan Tuhan tiada lain adalah kesukaan-Nya terhadap kesempurnaan-Nya yang tiada batasnya. Ia bebas dari noda dosa, dan karena itu menghendaki semua ciptaan-Nya agar demikian juga, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5:48).

12. Tuhan Maha Adil

Tuhan Maha Adil, artinya Tuhan menghargai semua kebaikan dan menghukum semua perbuatan jahat. Keadilan Tuhan identik dengan kebaikan-Nya. Engkau adil, ya Tuhan dan hukum-hukum-Mu benar (Mzm 119:137).

a. Sebagian hukuman dan penghargaan Tuhan diberikan kepada manusia di dunia ini, namun terutama setelah kematian. Abraham, Nuh dan Yusuf diberi penghargaan di dunia; Absolom, Antiokhus Epifanes menerima hukuman di dunia ini. Tetapi di kehidupan yang akan datang, terutama setelah kebangkitan badan, setiap tubuh dan jiwa menerima semua balasan-Nya dengan penuh.

b. Tuhan menghargai perbuatan baik yang terkecil, dan menghukum dosa yang terkecil. Bahkan secangkir minum yang diberikan atas nama Tuhan akan dihargai, namun juga setiap kata- kata yang sia- sia akan diperhitungkan (lih. Mat 7:36)

c. Tuhan menghukum manusia, umumnya dengan cara yang sama di mana ia berdosa. Absolom berbangga dengan rambutnya, dan karena rambutnya ia wafat. Raja Antiokhus menyiksa ketujuh bersaudara Makabe dengan mengoyakkan tubuh mereka; namun tubuhnya sendiri kemudian dimakan ulat (lih. 2 Mak 9:6).

d. Dalam memberi penghargaan dan menghukum,Tuhan memperhatikan keadaan tiap-tiap orang, maksud hatinya dan bakatnya. Tuhan melihat hati (lih. 1Sam 16:7). Persembahan janda miskin jauh lebih berharga daripada persembahan orang- orang kaya (lih. Luk 21:4). Hamba yang mengetahui kehendak tuannya namun tidak melakukannya menerima lebih banyak pukulan daripada yang tidak mengetahuinya (lih. Luk 12:47-48).

e. Tuhan tidak memakai patokan manusia dalam menyatakan keadilan-Nya. Yang terakhir akan menjadi yang terdahulu, orang yang miskin mendahului yang kaya, orang yang terkenal di dunia belum tentu tercatat namanya di kitab kehidupan.

Karena Tuhan Maha Adil, maka kita mempunyai alasan untuk takut akan Tuhan, namun takut di sini maksudnya bukan semata takut akan hukuman Tuhan, tetapi takut menyakiti hati Tuhan. Takut akan Tuhan akan membuat kita menghindari dosa dan menghantar kita kepada kesempurnaan. “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.”(Mzm 112:1). Takut akan Tuhan merupakan rahmat istimewa yang diberikan kepada mereka yang mengasihi Dia.

13. Tuhan adalah kesempurnaan Kebenaran

Tuhan adalah Kebenaran, dan segala yang diwahyukan-Nya kepada manusia adalah kebenaran. Tuhan tidak mungkin salah sebab Ia Mahatahu. Ia tidak dapat menipu, sebab Ia kudus. “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta; bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.” (Bil 23:29). Oleh karena itu kita harus percaya kepada semua yang diwahyukan/ dinyatakan oleh Tuhan, meskipun pengertian kita tidak sempurna untuk memahaminya.

14. Tuhan Maha setia

Ia menepati janji-Nya dan melakukan penghukuman-Nya. Tuhan memberikan hukuman kepada Adam dan Hawa, atas pelanggaran mereka, tetapi menepati janji-Nya untuk mengutus Sang Penebus. Maka apa yang dinubuatkan oleh Allah maupun para nabi-Nya, entah telah digenapi atau akan digenapi di masa yang akan datang. Maka jika dikatakan bahwa Ia akan menyertai Gereja-Nya yang didirikan-Nya di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16-19) sampai akhir zaman (Mat 28:19-20), maka hal itu akan digenapi-Nya.

15. Tuhan Maha Esa

Ia adalah Satu/esa: “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (Ul 6:4); “Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku.” (Kel 32:39). Sebab kesempurnaan, dan segala yang “paling” baik mensyaratkan Satu Subyek saja, dan Subyek itu adalah Tuhan yang Esa.

VIII. Tanggung jawab kita untuk mengenal dan mengasihi Tuhan

Dari pemaparan di atas, maka kita dapat melihat bahwa kebenaran yang diungkap oleh akal budi maupun yang dinyatakan oleh wahyu sebenarnya sama. Keduanya menyatakan hakekat Tuhan yang satu, kekal, yang maha dalam segalanya, yang tidak berubah, dan sempurna. Pengetahuan akan Tuhan ini tidak ada gunanya, kalau tidak ditanggapi dalam iman. Kita harus mengimani kebenaran ini dan kemudian menempatkan diri kita sebagai makhluk ciptaan dan menempatkan Tuhan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai Pencipta dan Pusat dari segala kehidupan kita. Ya, Tuhanlah yang menciptakan kita karena kasih-Nya kepada kita yang tiada terbatas.

Dengan demikian, tepatlah jika kita juga mengasihi Tuhan. Mengasihi adalah kegiatan manusia yang tertinggi; dan tidak ada obyek yang lebih mulia untuk dikasihi selain dari Tuhan Sang Pencipta. Maka, tak mengherankan bahwa perintah Tuhan yang terutama dan pertama adalah, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” (Mat 22:37)

Kasih kita kepada Tuhan dinyatakan dengan:

1. Adorasi: Kita menyembah-Nya karena Ia adalah Sang Kebaikan itu sendiri dan kita ‘berhutang” kepada-Nya atas segala kebaikan dan kasih-Nya, sehingga kita perlu menghormati dan mengasihi-Nya.

2. Pertobatan: Jika kita berdosa, dan tidak mengasihi-Nya sebagaimana seharusnya, kita perlu memohon ampun kepada-Nya.

3. Ucapan Syukur: Kita bersyukur karena segala sesuatu yang dilakukan-Nya kepada kita.

4. Permohonan: Sebab kita secara keseluruhan tergantung kepada rahmat-Nya, kita perlu berdoa kepada-Nya memohon rahmat-Nya dan pertolongan-Nya.

Tuhan telah menanamkan keinginan di dalam hati manusia untuk mengenal dan mengasihi Pencipta-Nya. Manusia tidak akan pernah tenang, sampai ia dapat menemukan Tuhan.  St. Agustinus merumuskannya demikian, “Engkau telah menciptakan kami untuk Diri-Mu sendiri, O Tuhan, dan hati kami tak dapat tenang sampai kami dapat beristirahat di dalam Engaku.” ((St. Augustine, Confession, Book 1, 1)). Maka kita harus mengarahkan akal budi dan kehendak kita kepada Tuhan: 1) dengan akal budi, kita berusaha untuk mengenal Dia, terutama melalui doa; 2) dengan kehendak, kita berusaha melakukan perintah-perintah-Nya.

IX. Beberapa pertanyaan permenungan

1. Apakah anda pernah mengalami keinginan untuk mengenal Tuhan atau keinginan untuk mengisihi hatimu?

2. Dengan cara apakah hatimu menjawab pengetahuan akan keberadaan Tuhan?

3. Mengapa anda percaya akan keberadaan Tuhan? Apakah anda tahu seseorang yang tidak mempercayai Tuhan? Mengapa orang tersebut tidak mempercayai Tuhan?

4. Apakah pengaruh sifat-sifat Tuhan di atas terhadap hidupmu?

5. Apakah ada perbedaan ketika seseorang percaya akan Tuhan? Bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan, dosa, kebohongan, perceraian, pembunuhan, aborsi?

9 COMMENTS

  1. mengenai Tuhan yang maha pengasih, mungkinkah Tuhan membenci? apakah Tuhan dimungkinkan untuk tidak menyukai salah seorang manusia?

    saya menanyakan ini karena melihat status yang mengatakan kalau Tuhan mengasihi kita, maka ia akan mengabulkan doa kita. oleh karena itu, jangan sampai Tuhan tidak mengasihi kita. itu berarti ada waktu dimana Tuhan tidak mengasihi kita kan?

    • Shalom Spatulla,

      Allah memang maha kasih (lih. 1Yoh 4:8), namun kita juga tidak dapat melupakan bahwa Allah adalah adil (Mzm 116:5; 2Tes 1:6). Dengan kata lain, dua hakekat Allah – kasih dan adil – tidaklah dapat dipisahkan, karena Tuhan tidak mungkin mengingkari diri-Nya sendiri (lih. 2Tim 2:13). Yang perlu kita pegang adalah kalau Tuhan tidak bertindak sesuai dengan kemauan kita justru sebenarnya hal tersebut mengalir dari kasih dan kebijaksanaan-Nya. Kita dapat melihat bahwa orang tua yang baik justru tidak selalu menuruti semua permintaan anaknya. Jadi, sudah seharusnya kita mohon agar kehendak Allah saja yang terjadi dalam kehidupan kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • jadi kesimpulannya kalau Tuhan tidak mengabulkan doa kita, itu bukan dikarenakan dia membenci kita, tapi mengasihi kita atas dasar kebijaksanaan-Nya karena Ia menginginkan yang lebih baik dari permintaan kita? dan juga, jadi Tuhan tidak mungkin membenci kalau begitu?

        • Shalom Spatulla,
          Ya, Allah adalah kasih (1Yoh 4:8), maka Allah tidak mungkin membenci kita. Namun Allah tidak berkenan jika kita manusia berbuat dosa, dan Allah akan berterus terang menegur kita, jika kita jatuh dalam dosa. Sebab Allah tak berkenan kepada kita jika melakukan perbuatan-perbuatan dosa (lih. Rm 8:8).
          Maka jika kita memohon kepada Allah dan belum/ tidak dikabulkan, janganlah kita berpikir bahwa Allah membenci kita. Sebab dapat terjadi, 1) Allah mau mengingatkan kita agar kita bertobat terlebih dahulu/ berbalik dahulu dari jalan kita yang salah. Ada kemungkinan memang Allah mempersiapkan yang lebih baik untuk kita, atau, 2) Allah melihat bahwa yang kita inginkan tidak baik untuk kita/ tidak mengarahkan kita kepada keselamatan kekal yang menjadi kehendak Tuhan atas kita. Atau 3) ada kemungkinan Allah mempersiapkan yang lebih baik untuk kita.
          Yang jelas, adalah jika kita mengasihi Tuhan, maka Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan kepada kita (lih. Rom 8:28).

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. saya sangat terbantu dengan adanya web katolisitas.org ini, dalam memahami Iman saya. begitu banyak pemahaman akan Iman Katolik yang saya dapatkan disini, dan semua itu bisa saya sharingkan dalam OMK Paroki St. Paulus – Tello (KAMS).

    Terima Kasih sebesar-besarnya untuk Tim Katolisitas, semoga anda semua selalu dan lindungan Kasih Tuhan Yesus. tetap berkarya dalam Pelayanan ini.

    hampir terlewatkan, saya punya pertanyaan tapi saya bingung mau post dimana.
    jadi saya lemparkan disini saja.
    saya pernah mendapatkan pertanyaan dari seorang teman(mantan Frater) : “Menurut kamu yang mana lebih dahulu, penciptaan atau penyelamatan?”
    saya jawab:”penciptaan”, tapi kok dia jawab salah. terus saya tanya kenapa salah, dia malah suruh cari tahu.
    sampai sekarang saya belum dapat alasannya. bisakah team Katolisitas membantu saya, memahami akan Hal ini?

    terima Kasih Sebelumnya.

    • Shalom Yulianus,

      Bagi kita manusia yang terbatas oleh ruang dan waktu, memang kita melihat rencana Allah sebagai sesuatu yang berlangsung linier. Artinya, suatu kejadian berjalan secara kronologis, berurutan sesuai dengan urutan waktu. Maka dari sudut pandang ini, benar, bahwa kejadiannya adalah penciptaan terjadi lebih dahulu, lalu karena manusia jatuh dalam dosa, maka dimulailah sejarah penyelamatan Allah, dengan diberikannya janji kedatangan Sang Penyelamat kepada manusia pertama, yaitu bahwa keturunan perempuan itu akan mengalahkan sang iblis (lih. Kej 3:15).

      Namun bagi Allah yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, maka segala sesuatunya terpampang di hadapan-Nya sebagai ‘saat ini’, sehingga bagi Tuhan tidak ada batasan masa lampau, sekarang dan masa mendatang. Semuanya sudah nampak di hadapan Tuhan, sehingga hal penciptaan, penyelamatan, dan bahkan pengudusan umat-Nya sampai akhir zaman telah nyata sejak kekekalan. Maka dari sudut pandang Tuhan, tidak ada yang tersembunyi, dan tidak ada urutan kronologis karena waktu. Allah telah mengetahui segala sesuatunya secara sekaligus. Tentang topik Tuhan Maha Tahu, telah pernah kami ulas di sini, silakan klik.

      Mungkin inilah yang dimaksud oleh teman Anda itu. Kalau bukan, maka mungkin kami yang perlu mendengarkan apakah jawabnya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Dalam hal “Tuhan Mewahyukan Diri-Nya”, bisakah ditambahkan Emmanuel? Dan pewahyuan itu mencapai puncaknya pad Yesus Kristus yang Emmanuel?
    Terima kasih.

    • Shalom Abin,

      Kalau kita melihat kata Imanuel (Emmanuel dari Immanu’el) yang artinya Tuhan (el) bersama kita (Immanu), maka tentu saja kita dapat mengatakan bahwa wahyu Allah memang menunjukkan bahwa Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya. Penyertaan Allah di dalam Perjanjian Lama terlihat nyata dalam Firman-Nya yang disampaikan dengan perantaraan para nabi. Namun, Tuhan beserta kita mendapatkan arti yang sebenarnya dalam peristiwa Inkarnasi, yaitu ketika Kristus sendiri yang sungguh Allah dan sungguh manusia, masuk dalam sejarah manusia dan menyertai manusia secara literal.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  4. VII. Tuhan Mewahyukan DiriNya
    2. Tuhan itu Kekal dan tidak berubah
    a. Kodrat-Nya Roh dan kekal
    Tuhan adalah Roh, tidak fana (Rom 4:24, Rom 1:23) —> maksudnya Yoh 4:24 bukan Rom 4:24 ya ???
    Terima kasih

    [Dari Katolisitas: Terima kasih atas koreksi Anda. Sudah kami perbaiki kesalahan tersebut]

Comments are closed.