Berikut ini adalah kesaksian dari salah seorang pembaca kami, Santi, seorang wanita karier yang sukses. Dengan kejujuran yang terkesan ‘blak-blakan’ ia mengisahkan pengalamannya sebelum ia bertobat dan mengalami hidup yang baru bersama Yesus. Ya, siapapun sebenarnya dapat mengalami pengalaman yang serupa dengan yang dialami oleh Santi. Kita memang bisa salah menilai diri sendiri, namun Tuhan tidak pernah salah menilai diri kita. Oleh karena itu, adakalanya memang Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi di dalam hidup kita untuk mengingatkan bahwa kita sungguh-sungguh tergantung kepada-Nya.
Simaklah kesaksian ini, dan temukanlah bersama dengan Santi, bahwa kita semua adalah seumpama bejana di tangan Sang Perupa, yaitu Allah sendiri. Tuhan-lah Sang Pencipta yang membentuk kita, hidup kita ada di tangan-Nya. Segala yang ada pada kita adalah pemberian-Nya, dan suatu saat semua akan kembali kepada-Nya.
“Sebab demikianlah firman-Nya, “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini … Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu …!” (Yer 18:6)
Lahir baru, transformasi, enlightened, atau apapun istilahnya, terserah. Yang penting intinya adalah diubah atau berubah, atau membuat sesuatu menjadi berbeda. Itulah yang aku alami. Aku merasa diubah. Dulu aku suka marah, mudah tersinggung, sombong, pilih kasih, cemberut, khawatir, penakut, tidak mudah memaafkan. Sekarang? Aku tidak menyangka bahwa aku sendiri enggan bergaul dengan diriku yang seperti itu. Aku iba pada teman, kolega dan saudaraku, yang selama ini ‘stuck with me’.
Ternyata, Tuhan memang penuh kasih dan sabar, karena Dia ingin aku menjadi pemenang. Aku diproses sedemikian rupa, sehingga aku mau mengakui semua keburukan itu di hadapan Dia, dan berubah. Meskipun Dia harus menunggu 40 tahun!
Dulu, aku paling frustasi dengan pengendara mobil di jalan tol, yang berada di jalur paling kanan, dengan kecepatan kurang dari 60km/ jam. Pertama, sudah jelas itu melanggar batas minimum kecepatan di jalan tol. Kedua, jalur paling kanan hanya untuk kendaraan yang akan mendahului dan dengan kecepatan rata-rata 100km/jam.
Setiap kali aku bertemu dengan pengendara model begini, aku akan segera menguntit tepat di belakangnya, dan membunyikan klaksonku keras-keras! Jika malam hari, aku akan menyalakan lampu sorot, selama beberapa saat, dengan penuh amarah. Hasilnya……sebagian besar pasti minggir! Horee! Menang aku!Jelas harus menang, karena aku benar. Mereka itu yang tolol! Peraturannya saja jelas. Bahkan sampai ditulis di papan jalan.
Sejak sekolah, aku selalu punya sahabat. Mulai dari sekolah dasar hingga kuliah. Demikian juga di tempat kerja. Sahabat berganti-ganti tentunya. Nah, meskipun punya banyak sahabat, tetapi aku mudah bosan. Jadi, jika punya sahabat baru, yang lama biasanya aku tinggalkan saja, atau kemudian jarang lagi aku hubungi. Biasanya aku merasa bersalah, tapi ketika aku sudah bergaul dengan sahabat baruku, rasa bersalah itu hilang. Begitu terus yang terjadi bertahun-tahun.
Di Indonesia ini, seringkali kita mendapati bahwa hak-hak kita sebagai konsumen, tidak dipenuhi dengan benar oleh para penyedia barang dan jasa, yang sudah kita bayar. Betul ya? Nah, hal ini sangat membuat aku frustasi juga. Sehingga kapanpun ada kesempatan, aku selalu gunakan untuk memastikan bahwa aku mendapatkan hak itu. Apakah itu pada saat melakukan perjalanan udara, makan di rumah makan, berhubungan dengan pelayanan bank, service apartemen, supir taksi, rumah sakit. Semuanya! Aku protes, aku marah-marah, dan aku merasa bangga, karena aku membela hakku dan hak orang lain yang tidak punya nyali sebesar aku! Aku bahkan punya blog yang judulnya ‘go-blog’. Isinya – sudah bisa ditebak – pengalaman kegoblog-an banyak orang yang aku temui.
Selama ini, aku merasa diri tidak cantik, tidak seksi, tidak menarik, sehingga tidak ada pria yang suka dengan aku. Aku merasa bahwa orang tuaku yang sangat keras mendidikku, adalah penyebab sifat rendah diriku ini. Apalagi, banyak sekali teman wanita ku yang lebih disukai pria daripada aku. Akhirnya pelarianku adalah menggunakan kepandaianku. Kepiawaianku berpidato, berargumentasi, menulis, dan luasnya wawasanku, hasil dari buku-buku yang selalu aku lalap.
Di tempat kerja aku dikenal sebagai salah satu karyawan pandai dan cemerlang. Aku sering terbayang ekspresi orang lain ketika mendengarku berbicara atau membaca tulisanku…..kagum! Tentu saja hal ini membuatku sangat sadar bahwa aku pandai, karena aku berasal dari keturunan pandai. Banyak anggota keluarga besarku, menjadi orang penting di pemerintahan, di kampus, di masyarakat. Itu yang menyebabkan aku mudah sekali tersinggung ketika ide-ideku diabaikan, atau aku diberi tanggung jawab kecil. Aku pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya menjadi besar, sehingga aku diperhatikan dan statusku sebagai orang pandai, terjaga. Aku ingat betapa busuknya tingkah laku dan ucapanku, ketika aku merasa diabaikan.
Selama bertahun-tahun, reputasi ini aku perjuangkan, pertahankan dan pertontonkan, kapanpun aku punya kesempatan.Reputasi inilah yang aku pakai sebagai senjataku dalam hidup. Supaya ‘eksis’, kata anak jaman sekarang…..
Di bangku sekolah, di tempat kerja, di klub sosial, aku berinteraksi dan bergaul dengan orang-orang yang ‘mengagumi’ aku. Aku merasa di atas angin, setiap kali aku mengajukan pertanyaan cemerlang, argumentasi tajam, termasuk kritik dan sindiran, karena sudah pasti banyak mengundang kekaguman. Dan aku tidak hanya pandai dalam semua itu, tetapi juga kaya dengan cerita dan pengalaman lucu, sehingga aku merasa makin berkibar. Aku percaya bahwa kesuksesanku dalam hidup adalah karena kepandaianku itu.
Karena aku merasa di atas angin itu, semua hal atau orang yang menurutku tidak atau kurang pandai, menjadi hal-hal yang sangat membuat hidupku terganggu. Kok ada manusia tidak pandai dan dibiarkan begitu terus, mengganggu orang yang pandai.
Hingga suatu saat, aku tertumbuk pada sesuatu.Aku tidak merasa kepandaianku membuatku tenang. Tiba-tiba, aku merasa tidak lagi pandai! Karena kalau pandai, tidak mungkin aku tidak bahagia. Logikaku langsung berontak. Ah, tidak mungkin semua kesuksesan yang aku perjuangkan bertahun-tahun membuatku putus asa. Apa yang terjadi???? Aku merasa tidak damai, tidak sukacita, tidak sehat secara mental, aku bingung. Bagaimana bisa? Aku pandai, karirku cemerlang, semua orang hormat padaku. Aku berjuang untuk orang lain. Aku ‘mendidik’ orang lain supaya lebih ‘benar’. Mana upahku? Kenapa aku tidak tenang?
Aku lalu mulai bergumul. Bertanya, berkonsultasi, berdoa, membaca, mencari jawaban atas pertanyaan itu. Bertahun-tahun aku tidak berhasil menemukan jawaban yang memuaskan. Sementara hidup berjalan terus. Perjuangan untuk tetap diakui, senantiasa aku lakukan. Sesekali puas, tenang, tapi seringkali juga frustasi, marah dan kecewa. Aku pikir, ya begitulah hidup, naik-turun, lurus, belok. Biasa.
Tuhan kemudian mempertemukanku kembali dengan teman sekolah, yang ternyata merupakan awal perubahan diriku.Temanku ini mengenalkan aku lebih jauh kepada Tuhan. Lewat kesaksian hidupnya, lewat doa, lewat kitab suci dan ajaran-ajaran orang lain kepada dia. Sejak itu aku memulai sendiri perjalananku dengan Tuhan. Aku mulai mendisiplinkan diri berdoa, membaca kitab suci, mendengarkan lagu-lagu rohani dan rekaman kotbah.
Pelan-pelan, hatiku mulai terbuka. Pikiranku mulai terbuka. Dan semua yang aku lakukan selama ini, terpapar dengan jelas di depanku, dan aku menyesalinya! Bagaimana bisa aku sebodoh itu, selama puluhan tahun! Pantas aku tidak damai dan sukacita. Hati dan pikiranku diisi dengan amarah dan frustasi. Dengan orientasi pada kesalahan orang lain. Membawa misi mementingkan diri sendiri. Aku ternyata tidak berjuang untuk orang lain, melainkan untuk diriku sendiri ! Karena aku tidak nyaman, karena hakku tidak dipenuhi, karena aku geram, karena aku diremehkan, karena aku….aku…..aku…..aku ! Untung saja aku tidak pernah menabrak mobil yang aku intimidasi di jalan tol, padahal jarak bumper depan mobilku pendek sekali dari bumper belakang mobil di depanku. Jika Tuhan mau, bisa saja tiba-tiba mobil di depan berhenti mendadak. Untung saja, blog ku tidak diboikot. Untung saja, sahabat-sahabat yang aku tinggalkan tidak balas dendam padaku. Untung saja makananku di rumah makan tidak diracun oleh pramusajinya. Untung aku tidak dipecat, atau minimal disingkirkan dari posisiku.
Pantas, tidak ada pria yang suka denganku.Takut…..
Untung, Tuhan segera bertindak. Sebelum aku makin hancur, karena aku membiarkan setan mempengaruhi aku dan memenangkan haknya! Aku kan juga anak-Nya, yang dikasihiNya, yang diciptakan-Nya untuk memuliakan namaNya. Dia menunggu dengan sabar dan penuh kasih. Ketika aku terlalu lama tuli, Dia mengirimkan utusan-Nya: teman sekolahku itu. Dia menghindarkan aku dari celaka. Dan pada saat yang tepat Dia menunjukkan diriNya padaku.
Tuhan kemudian memproses aku perlahan. Aku dibuatNya menangis bermalam-malam, karena kesepian. Aku diijinkanNya makin tidak tenang, mimpi buruk, dan makin emotional. Hingga akhirnya aku diajari untuk menyerah. Pasrah. Mengosongkan semua pikiran dan logikaku. Aku dibuat tidak pandai! Aku diingatkan pada ajaran Rasul Petrus tentang kesombongan, “Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (1 Pet 5:5) Atau ajaran Rasul Paulus, “…. Supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri…. Sebab siapakah yang menganggap kamu begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engakau terima?” (1 Kor 4:6-7) Bagaimana bisa aku sombong? Padahal, semuanya yang ada padaku itu kuterima dari Tuhan, itu gratis diberikan kepadaku! Semuanya itu pemberian, dan bukan berasal dari diriku sendiri. Artinya jika semua itu diambil kembali oleh Tuhan, bisa apa aku?
Ketika aku tidak pandai, baru aku bisa menyadari hal lain. Bahwa selama ini aku menghargai diriku terlalu tinggi. Dan akhirnya aku hanya mengandalkan diriku saja. Aku berjuang sendiri, berpikir sendiri, memutuskan semuanya sendiri. Aku sepertinya tidak membutuhkan bantuan Tuhan. Toh, semuanya berjalan baik dan sukses! Pantas aku kesepian. Meskipun pengagumnya banyak. Meskipun karirku bagus. Meskipun aku selalu berkecukupan secara materi.
Pantas aku mudah tersinggung, karena aku selalu mengukur semuanya menggunakan ‘harga’ itu tadi. Ketika ‘harga’ itu ‘ditawar’ oleh situasi, pengalaman, perilaku orang lain, aku berontak. Tentu saja. Perjuangan untuk bisa mematok ‘harga’ setinggi itu kan tidak mudah, penuh pengorbanan puluhan tahun. Tidak sepantasnya ditawar!
Nah, disinilah Tuhan mulai berperkara. Aku kemudian dibuat menderita. Dia terpaksa harus menggunakan cara paksa. Daripada aku makin jauh dari Dia. Oleh karena itu, pelan-pelan aku mulai belajar untuk menurunkan ‘hargaku’ dengan cara meminta campur tangan Dia untuk membantuku mengambil keputusan. Dan aku mulai bisa menerima bahwa kehendak-Nya, keputusan-Nya, dan cara-Nya lah yang seharusnya menempati prioritas utama. Apalagi semua kepandaian, kesuksesan dan kecukupanku itu kan semua anugerah, gratis pula. Aku tidak menyadarinya. Wah!
Yang juga aku lakukan saat itu adalah segera bertobat. Mengakukan semua kesalahanku padaNya. Aku meminta maaf kepada orang-orang yang aku sakiti. Aku memaksa diriku untuk menolak segala pikiran negatif. Aku menahan diri untuk tidak mudah marah, panik dan tersinggung. Aku memaksa diriku untuk sabar dan mengucapkan firman Tuhan, seingatku. Aku tidak lagi terlalu sering menggunakan pikiranku, dan berargumentasi. Aku belajar menahan diri di jalan. Aku belajar untuk ‘melupakan’ aku, dan berorientasi pada orang lain dan Tuhan. Apa yang menjadi perintah-Nya. Apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Aku takut mengklaim bahwa diriku pandai, karena semua itu adalah anugerah semata, bukan dari aku.
Apa yang terjadi sekarang? Aku berubah! Aku merasa lebih ringan, lebih damai, lebih sukacita. Tiba-tiba orang-orang berdatangan kepadaku dengan masalah-masalah masing-masing. Aku tidak lagi berontak, ketika peristiwa-peristiwa dalam hidupku tidak sesuai dengan rencanaku. Aku tidak lagi sedih bahwa posisiku yang sekarang diberikan kepada orang lain.
Selama ini aku dibutakan oleh pengkhianatan yang luar biasa kepada Tuhan. Karena aku mempertanyakan Dia, yang seharusnya aku patuhi. Karena aku menghindar untuk dipandu oleh Dia, bahkan mengijinkan setan mengontrol pikiranku, karena aku menyakiti begitu banyak orang yang juga adalah ciptaan Dia, dan Dia kasihi. Karena aku menentukan sendiri keputusan-keputusanku tanpa berkomunikasi dulu dengan Dia. Sebuah pengkhianatan !
Selain itu, aku juga belajar bahwa semua yang aku hasilkan, putuskan, sampaikan, pertontonkan itu sebenarnya hanya alat Tuhan agar aku memuliakan Dia. Masalahnya, aku kemudian terlalu cepat klaim bahwa itu hasil usahaku, sehingga membuatku makin menjauh dari Tuhan.
Untung aku segera sadar, jika tidak, aku pasti akan makin jauh, makin tinggi di awang-awang, dan kemungkinan untuk jatuh, makin besar. Bayangkan sakitnya!
Ternyata Tuhan tidak membutuhkan anak-anakNya, cemerlang dan ‘berharga’ tinggi di mata dunia. Karena toh Dia sudah mengalahkan dunia, buat apa ada pengakuan di situ? Yang lebih penting adalah pengakuan di kerajaan Surga, karena di situ lebih kekal. Nah, untuk bisa mencapai itu, aku harus membiarkan Dia membentuk aku, agar aku pantas ada di sana. Dan itu artinya aku tidak perlu berjuang sendiri – yang ternyata hasilnya adalah kesepian -, tapi berjuang dengan pimpinan Tuhan.
Ketika aku akhirnya memutuskan untuk patuh, untuk pasrah, untuk menggunakan kehendak bebasku dengan seijin Dia, ketika aku mengaku salah, damai dan sukacita itu datang begitu cepatnya! Alleluia!
Sedikit demi sedikit, aku mulai merasakan damai itu, karena aku tidak lagi harus berjuang sendiri. Karena aku tidak lagi harus frustasi jika ada yang ‘menawar’, karena itu artinya aku sudah terlalu tinggi lagi mematok harga ku. Dan yang lebih penting, dengan aku menurunkan hargaku, Tuhan lebih leluasa bekerja membentuk aku menjadi bejana indahNya. Sebab demikianlah firman-Nya, “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini … Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu …!” (Yer 18:6)
Tuhan, bentuklah aku di tangan-Mu, menjadi bejana untuk kemuliaan nama-Mu.
Jakarta, 7 & 13 Juni 2009.
Trims mb santi , kesaksian mb menunjukkan betapa TUHAN mengasihi kita. Perlu sentuhan kasih TUHAN di hati kita ya mb ,, Semoga sukses selalu, GBU ^__^
Selamat dan simpati kepada Mbak Santi, maaf mbak, kalau saya lihat itu adalah kesadaraan mbak sendiri, sadar dari kejadian-kejadian atau pengalaman hidup mbak sendiri, contoh (maaf agak kasar saya sampaikan), mbak bilang sebelum mbak berubah tak ada pria yang mau mendekati, saya yakin mbak sadar dengan sendirinya (karena melihat orang lain juga barang kali) mana ada pria mau mendekat dengan karakter mbak seperti diawal cerita (sayapun ga mau walaupun orangnya secantik bidadari dan sebaliknya lebih baik wanita yang tak cantik tapi baik, dan biasanya yang seperti ini enak dilihat, apalagi baik dan cantik ini lebih bagus lagi).
mengenai berkendara tidak semua orang sengaja disebelah kanan dgn kecepatan rendah, misal tadinya 100 km/jam tiba2 hp berdering dia kurangi kecepatan tapi tidak disertai dengan pindah lajur kekiri (tidak sadar diposisi kanan), ini bukan karena bodoh tapi tak disadari ada dikanan dan tak sadar ada mobil lain dibelakang yang ingin lebih cepat, saya pernah mengalami hal ini, mobil dibelakang kasih klakson sambil kasih lampu dengan sopan “dit-dit”, saya langsung kepinggir kiri dan dengan senang hati saya berikan lewat.
Untung bukan saya yang didepan mbak, kalau dibelakang kasih klakson dan lampu dengan sangat tidak sopan sampai menempel segala dibelakang, saya akan kekiri kasih mbak lewat lalu saya kekanan lagi persis dibelakang mbak saya akan balas tempel, klakson keras-keras dan lampu tak henti-hentinya (jika kecepatan mobil saya mampu mengimbanginya), jika mbak turun dan marah saya tinggal balikin, saya mau lewat, emang enak diklakson seperti itu, saya pernah lakukan itu terhadap mercy yang tidak sopan, saya dengan kijang kapsul tempel dia hingga 147.5 km/jam, dia tidak bisa tinggalkan saya, saya tempel terus, bagaimana jika ini terjadi sama mbak ?
Sayapun sama seperti mbak, suka kebut-kebutan, suatu hari ketika mobil saya baru saja diganti oleh kantor dengan mobil yang baru 2 tahun usianya saya coba kebut-kebutan, zik zak ditol kecepatan lebih dari 100 km/jam tiba2 persis didepan saya tabrakan beruntun 3 kendaraan saya pun injak rem habis2an, saya pikir rem mobil baru ini abs (antilock break system), ketika ada bunyi berderit rem saya pikir bunyi rem mobil dibelakang, saya pikir belum slip jadi saya injak terus makin kuat pedal rem akhirnya nabrak mobil didepan (biasanya kalau sudah bunyi tekanan pada pedal rem saya kurangi sampai slip hilang lalu ditekan lagi biar jarak pengereman lebih pendek, maklum mobil baru 9 hari pegang belum kenal malah saya kira abs, kalau dikurangi tekanan pedal rem lalu diinjak lagi belum tentu nabrak, mobil saya hanya penyok sedikit).
Sorry tadi cerita teknisnya, sehabis kejadian nabrak saya agak trauma jika jarak dengan mobil depan terlalu dekat, lalu saya sadar jika saya ngebut dan tidak ngebut sampai ditempat tujuan biasanya cuma beda sekitar 5 menit, jadi ngapain ngebut, bbm lebih boros, energi dan konsentras terkuras, resiko lebih besar, kenapa tidak menyetir bisa saja dengan fun sambil menikmati musik ? (kadang2 masih ngebut kalau kejar waktu)
Orang bilang saya menabrak itu berarti Tuhan memperingatkan saya, saya bertanya kenapa Tuhan yang maha kuasa memperingatkan saya supaya tidak ngebut dengan cara seperti ini ? tidak adakah cara lain yang lebih soft (buat Tuhan biasanya banyak cara kan) ?, itu kejadian ringan, kalau tabrakan berat hingga saya meninggal entah apa yang akan kamu bilang ? entah kama akan bilang Tuhan seperti apa terhadap saya ? mungkin kamu bilang Tuhan telah menghukum saya ?
Banyak orang yang kebut2an tabrakan ga kapok2, kebut2an lagi dan baru berhenti ngebut setelah cacat ? apakah Tuhan tak bisa hentikan orang ini sebelum cacat ?
Kadang2 kita tersadar bahwa sesuatu yang kita lakukan salah tanpa harus mendapat kejadian terlebih dahulu, seperti tidak kebut2 lagi tanpa mengalami tabrakkan.
Saya dahulu cukup nakal, pedes berbicara, suka balik-balikin ortu bicara, tak jarang membuat ortu menangis, remaja beranjak dewasa, saya tersadar sendiri betapa indahnya jika harmonis dengan ortu keluarga), maka saya tak lagi lakukan hal2 yang membuat ortu kesal dan menangis dan menyayangi mereka, intinya adalah kesadaran.
sekedar berbagi
Tgl 28 Maret 2011 ada doa penyembuhan dihotel mulia, saya hadir, saya perhatikan tidak semua yang sakit disembuhkan, mengapa Tuhan/Si Romo pilih kasih ?, lalu istriku bilang penyembuhan ini penyembuhan iman, saya bilang anak ini berumur 4 bulan, ngerti apa dia tentang iman ? buat apa dibawa kesini, kalau boleh dibilang mungkin dia tidak beriman, lalu ibu itu saya kenal rajin ke gereja mengapa tak disembuhkan ?, istriku menjawab kita kan tidak tahu imannya ? saya bilang lagi seharusnya kalau dia kurang beriman tetap disembuhkan saya yakin imannya akan semakin kuat jika dia disembuhkan, banyak orang digereja ataupun dimilis-milis internet mengaku aku semakin yakin/beriman kepada Allah karena saat aku sakit aku merasa disembuhkan oleh Allah ?
istriku menjawab, Tuhan punya rencana, Tuhan punya kehendak, itu semua rahasia Tuhan, saya bilang bagaimana kamu ataupun orang lain tahu Tuhan punya rahasia ?, apakah Tuhan berkonspirasi sama kamu bahwa “Tuhan kasih tahu ke kamu rahasianya xxx, kamu jangan kasih tahu siapa-siapa ya ?” atau kamu sendiri Tuhannya ?
Kejadian lain
Adikku hamil muda, lalu Dokter bilang janinnya tidak berkembang dan harus dikeluarkan (analisa lebih dari 1 dokter sama, bahkan 1 dokter bilang janin sudah meninggal), istriku bilang, sabar ya dik !, jangan bersedih itu berarti Tuhan belum kasih, kalau sudah waktunya Tuhan akan kasih, ini cobaan atau ujian dari yang Kuasa.
Saya berpendapat kalau benar yang dikatakan istri saya, kalau Tuhan belum niat kasih, itu buktinya Tuhan sudah mau kasih, tapi kok “ditarik” lagi, apa Tuhan ragu-ragu ?, Kok Tuhan ragu2, apa Tuhan main2 ? apa Tuhan coba-coba ?, katanya Tuhan maha mengetahui kok coba-coba ?
Terus terang pertanyaan-pertanyaan seperti diatas jawabannya belum pernah ada yang memuaskan saya, sekalipun tokoh agama yang menjawabnya.
Thx
Shalom Rio Chandra,
Terima kasih atas pertanyaan anda. Saya menyarankan agar anda membaca dua artikel berikut ini: Tuhan tidak ada karena banyak kejahatan – klik ini, dan mengapa banyak kejahatan di dunia ini – silakan klik. Setelah anda membaca dua tanya jawab tersebut, anda dapat bertanya kembali kalau ternyata dua tanya jawab tersebut belum dapat menjawab pertanyaan anda. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terimakasih Mbak untuk sharingnya. Sy melihat Mbak mulai rendah hati untuk berbagi dengan orang lain. Tuhan Yesus selalu menyertai Mbak
Mbak santi…terima kasih unuk share anda…saya asti..saya pun mengalami seperti yang anda andalami (tentunya dengan jalan cerita yang berbeda). tetapi kesombongan, keangkuhan, percaya pada pada kekuatan diri..adalah hal hal yang sesalu mengganggu saya untuk bercengkrama dengan Tuhan. Mbak santi kalo boleh..bisa minta emailnya untuk kita dapat share lagi dan lebih saling menguatkan.
mbak asti, jenis manusia degil kayak aku tnyata banyak ya? hahahaha………terima kasih sudah mau sharing jg, mari kita sama-sama belajar terus berorientasi pada firman Tuhan saja…..lha ya ternyata that’s what life is all about, tak iya? soal alamat email, mungkin ada baiknya cek ke moderator/admin situs ini ya? supaya lebih privat gitu?? maaf ya, saya cumak mau ngikuti peraturan aja…..mudah-mudahan berkat Tuhan selalu beserta kita, manusia berdosa ini…
Mbak Santi terima kasih dah membagikan kisahnya
Kisah mbak sangat menguatkanku
Rahasia terbesar dan yang telah lama tersimpan bahwa KRISTUS ADA DI DALAM KITA
Kita tidak pernah ditinggalkan dan berjuang sendiri
God bless u
luar biasa Bee! Terpujilah Kristus Tuhan selama-lamanya!
nice share nbak….. saya juga hampir sama pengalamn dengan mbak…. tapi lebih kompleks…. saya lahir dan di besarkan di daerah minoritas, saya mendapatkan pendidikan agama hanya dari orang tua saya, pengalaman hidup saya.. sampai suatu ketika saya terjebak dalam pergaulan yang tidak sehat, saya jauh dari Tuhan, sampai akhirnya saya mengalami kecelakaan dan koma 3 hari tapi saya di selamatkannya …. saya masih di beri kehidupan, tapi saya tidak membuka pintu hati kepadanya, saya kembali ke pergaulan saya yang tidak sehat, saya cukup menyakiti orang orang yang saya cintai…. bahkan saya mencoba narkoba, miras dan hal hal bodoh lain…. sampai saya harus kuliah di luar kota di kota pelajar yogyakarta, dan dari situ saya mencoba dan bertekad untuk berubah… dan saya di kenalkan oleh teman saya kepada salah satu pendoa…. tapi pertemuan itu begitu singkat, dan jiwa saya kembali sakit…. saya mulai mencari reputasi di kampus saya,… saya ikut organisasi kemahasiswaan sampai suatu saat saya menjadi orang nomor 2 di organisasi tersebut, tekanan demi tekanan saya hadapi sampai saya merasa benar- benar melupakan Tuhan, apa yang saya lakukan dan saya perjuangkan hanya demi ke AKU an saya….. singkat cerita, saya sakit dan di situ saya sadar, bahwa ada Tuhan di dunia ini….. dan ternyata Tuhan Yesus masih dan tetap sangat sayang kepada saya.. dia pertemukan lai saya denagan pendoa itu, dan saya di angkatnya menjadi anak rohani nya…. kedamaian mulai mengisi jiwa dan hari hari saya… dan sekarang saya terus belajar dan berusaha hidup di jalannya… berat memang mbak, sebagai seorang mahasiswa dengan pergaulan yang masih sama teti dengan kehidupan yang baru…. tapi saya yakin Tuhan selalu punya rencana indah untuk saya….
mbak Santy, manusia itu rapuh dan tidak semua orang cepat menyadari, ketika rasa sadar itu tiba dan kita masih punya kesempatan untuk berbenah : berbahagialah ! jangan sia-siakan ‘keep God’s Word’
mas stefanus, terimakasih atas remindernya. Setelah hidup 40 tahun lebih, baru kali ini saya paham arti bahagia itu…..Tuhan berkati.
Santi
Sungguh pengalaman yg sangat luar biasa, cara Tuhan mengubah hidup seseorang juga sangat luar biasa. Semoga kesaksianmu bisa semakin meneguhkan dan mengingatkan kita semua agar senantiasa berserah pada penyelenggaraan-Nya…… GBU
GBU too Mas Heru. Mari kita saling menguatkan, sebagai sesama manusia berdosa yg senantiasa harus fokus pada wajah Yesus, dalam hidup yg menantang ini…..
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. Amsal 27:17, so, siapapun orang yang ada disekitar kita tidak pernah salah ditempatkan olehNYA. Puji Tuhan buat kesaksian yang luar biasa, rencanaNYA selalu indah buat kita ya Mba…terkadang lewat obrolan2/sharing kita, saya merasakan sekali kehadiran Bapa di dalam hidup Mba Santi. LUAR BIASA. RencanaNYA hampir sempurna, Siap2 dipakaiNYA untuk memuliakan Tuhan di manapun M Santi ada. Gerbang pemulihan sudah dimasuki…gerbang pelayanan udah di depan mata..Jangan bosan melayani Tuhan
“Belajarlah pada-KU, karena Aku lembut dan rendah hati…
kan kulunakkan hatimu yang keras dan membatu..”
Selamat menempuh “hidup yang baru” dalam Yesus ya mbak…..
JBU
terima kasih atas ucapan dan ayatnya yg luar biasa…..
makin ke sini saya makin sensitif terhadap suara hati, yg saya percaya adalah Roh Kudus, dan itu adalah konsekuensi dari perubahan saya, tiap kali mau belok ke arah yg lama, selalu diingatkan. Sulit, tapi saya mau terus berjuang, mengalahkan “musuh-musuh”
mbak, izin posting ya (dengan sedikit perubahan). karena persis seperti inilah keadaanku sekarang
saya ingin juga bisa membaca kisah anda….silakan
… syukur kepada Allah… mari kita saling mendoakan agar kita semua turut merasakan apa yang dirasakan oleh saudari kita Santi…
terima kasih atas inisiatif untuk saling mendoakan…..mari kita lakukan bersama-sama, saya ini lemah sekali kalau bergantung pada diri sendiri saja.
Anda patut bersyukur bahwa anda sadar akan kelemahan diri sehingga Tuhan hanya menunggu 40 tahun untuk diubah. Banyak diantara kita mungkin termasuk saya, tidak begitu sadar akan kelemahan sendiri, sehingga juga tidak sadar bahwa sebenarnya Tuhan sendiri juga setiap saat selalu akan mengubah diri kita, tetapi kita belum membuka pintu hati kita untuk menerima-Nya. Salut buat anda.
saya turut senang terhadap apa yang dirasakan dan dialami oleh mba Santi.. pasti semuanya itu sungguh indah ya meski harus melewati berbagai macam cara..semoga aq juga bisa seperti mba Santi dalam menjalani hidup ini..
Terima Kasih ya Mba Santi…Tuhan Memberkati
Mbak Santi, Congratulation!
Mbak berhasil menemukan apa tujuan hidup manusia-TUHAN Sang Pencipta!
Sharing mbak menyentuh saya dan mengingatkan saya pada masa lalu…Saya juga pernah bekerja di tempat yang sama dengan mbak. Mendapat hasil materi yang memadai-menurut saya,membuat saya menuntut suami dan keluarga menjunjung tinggi hasil jerihpayah dan pengorbanan saya bekerja. Bila saya tidak merasa dihargai, saya marah dan tersinggung. Tanpa saya sadari itulah kompensasi karena saya merasa tidak dihargai di tempat kerja. Saya lampiaskan kepada mereka-orang2 tercinta yang tidak selayaknya diperlakukan demikian. Hati kecil saya berontak, semakin lama saya semakin tidak tahan dg keadaan ini. Saya berhenti. Setelah itu, saya punya kesempatan memperbaiki relasi dengan suami, dengan anak, dengan orangtua,mertua, saudara2 dan ipar2. Hasilnya luar biasa. Saya boleh mendapatkan cinta dan penghargaan yang tulus dari mereka, penerimaan akan segala kekurangan saya dan pengertian akan masalah saya. Ini melahirkan damai yang luar biasa dalam diri saya. Dan Tuhan bekerja lebih baik lagi menyempurnakan pekerjaanNya. Saya yakin ini semua kehendakNya! Ajaib pula Tuhan melimpahkan berkat tiada habisnya saat saya berdamai dengan Nya dan mengampuni orang lain. Saat ini Tuhan sedang mencintai mbak dengan luarbiasa. Cara kerja Tuhan memang ajaib namun terbaik untuk kita. Selamat menikmati kasih karunia Tuhan!!
ya saya sangat bersyukur atas kejadian ini, mudah2 an makin banyak orang juga bisa segera mau dirinya dirubah, supaya tidak terlambat
saya sangat bersyukur, makanya lalu saya nulis buku, nulis pengalaman di situs ini, crita sama banyak orang…supaya makin banyak orang juga bisa merasakan apa yg saya rasakan, dan tentunya nama Tuhan makin berkibar !
Santi,
Aku pengen mengalami menemukan makna hidup seperti kamu.
Syukurlah kalau pengalaman ini bisa buat kamu better in your life.
God bless you
saya percaya bahwa setiap orang bisa menemukan makna hidup, asal mau dituntun untuk menemukannya……God bless you too !
Comments are closed.