Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. (1 Yoh 3 : 14)

Manusia tentu gembira dengan kesembuhannya dari suatu keluhan atau rasa sakit. Tetapi sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya pernah merasa lebih senang kalau saya sakit. Walaupun sudah sembuh, saya berpura-pura masih sakit. Saya mengatakan kepada Ibu (dan kepada diri saya sendiri) bahwa badan saya masih terasa tidak enak, walaupun saat itu sebenarnya saya mulai pulih dan sehat. Alasannya (yang hanya saya sembunyikan dalam hati saya), saya malas kembali ke bangku sekolah. Saya menemukan betapa nikmatnya berbaring santai di tempat tidur, makan diantar, dibelikan apa saja yang saya inginkan, dan tidak perlu bangun pagi-pagi. Daripada duduk di dalam kelas yang melelahkan dan kadang membuat saya bosan, atau tegang ketika harus menjawab soal-soal yang sukar dari guru yang galak. Setelah peristiwa itu berlalu beberapa waktu dan saya sudah kembali bersekolah, tiba-tiba saya sadar betapa bodohnya saya. Jutaan anak miskin seusia saya merindukan untuk bisa mengecap bangku sekolah tetapi tidak mampu karena tidak punya uang untuk membayar biayanya. Sekolah, walaupun memang lelah, membuat saya mengerti banyak hal, dan yang lebih penting saat itu, saya bisa bertemu teman-teman sebaya dan bermain sepuas-puasnya dengan mereka. Apalagi ketika salah satu teman saya kemudian juga sakit, agak serius. Saya menyadari lagi betapa nggak enaknya sakit itu; badan lemah, nafsu makan hilang, tidak bisa bermain. Oh, betapa menggelikan dan konyol pilihan saya untuk tetap sakit ketika itu, di samping perasaan bersalah karena telah berbohong kepada Tuhan, Ibu, dan diri saya sendiri.

Sekarang saya tidak bisa segera tertawa kalau mengenang kekonyolan saya sewaktu kecil itu, karena sebagai orang beriman, ternyata dalam kehidupan ini, saya juga masih sering memilih untuk menjadi orang sakit daripada orang yang sudah disembuhkan dan dipulihkan Tuhan. Melalui derita salib-Nya yang begitu menyakitkan, Tuhan sudah membebaskan saya. Saya seperti seekor domba yang tersesat karena hanya mengikuti keinginan pribadi, namun Tuhan yang bangkit di hari Paskah yang cerah, sudah menemukan saya lagi. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu (1 Petrus 2 : 24-25). Tetapi tantangan kehidupan ini memang tak ada habisnya. Ketika kita bahkan belum selesai berperang dengan kelemahan diri sendiri, pada saat yang sama kita juga harus berhadapan dengan Si jahat yang terus menerus memanfaatkan kelemahan kita untuk menjauh dari Allah dan memusuhi sesama. Itulah sebabnya dalam kehidupan sehari-hari, sepertinya saya masih saja ‘memilih’ menjadi orang tersesat. Betapa menyedihkan pilihan itu; orang merdeka yang tidak sadar dengan kebebasannya, orang sehat yang masih saja merasa dirinya sakit, orang yang telah pulang yang menempatkan dirinya sebagai orang tersesat. Apakah memang demikian? Ya, kalau saya membiarkan kemarahan menguasai diri saya ketika seorang teman menyinggung perasaan saya. Ketika saya tidak mengendalikan iri hati melanda kala ada anggota keluarga yang mengalami berkat melimpah dari Tuhan. Ketika saya mengabaikan tetangga saya yang sedang sakit dan kesepian. Ketika saya tidak menjaga mulut saya dari kecenderungan menghakimi orang lain yang sedang jatuh ke dalam dosa, atau menilai situasi hidup yang tidak sesuai harapan dengan celaan yang berkepanjangan. Ketika saya tidak menahan diri untuk diam dan mengalah saat adu argumen dengan sesama menjadi hangat. Ketika saya menyalahkan Tuhan pada saat terjadi peristiwa musibah tak terelakkan, seolah-olah tidak ada harapan lagi sama sekali. Ketika saya malas dan tidak disiplin dengan waktu, atau ketika saya menikmati sesuatu yang bukan hak saya.

Ya, sikap-sikap saya tidak selalu mencerminkan bahwa saya orang yang merdeka, orang yang sudah ditebus dengan darah yang mahal, orang yang sudah ditemukan kembali oleh Bapa untuk menikmati hadirat-Nya yang damai, yang sudah disembuhkan sepenuhnya dari belenggu dosa. Betapa ruginya saya. Padahal oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Tetapi terbelenggu dalam dosa dan kebiasaan yang buruk mungkin terasa lebih nikmat, ya dosa memang nikmat. Dan hidup benar itu memang berat. Kita perlu berjuang sekuat tenaga untuk menghayati hidup orang yang merdeka, orang yang tidak lagi mengarahkan perhatian kepada dunia tetapi berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3 : 14). Seperti saya di waktu kecil, yang merasa enak dengan keadaan sakit yang stagnan, tidak berbuat apa pun, hanya tidur, makan, mendapatkan apa yang diinginkan. Kenapa saya harus repot-repot duduk di bangku sekolah, bangun pagi, mengerjakan PR, berlatih mengerjakan soal yang sukar, dan bergaul dengan teman sebaya. Bukankah lebih enak menjadi sakit dalam dosa, daripada berlelah-lelah belajar memperoleh harta kehidupan kekal: saat saya belajar menahan diri untuk mengasihi sesama dengan lebih tulus, menghentikan kebiasaan saya yang buruk walaupun nikmat, dan melayani sesama yang menderita. Tetapi, saya dan Anda tahu pilihan yang mana yang akan membuat kita lulus ujian, yang membuat kita hidup, berkembang, dan akhirnya berbuah. Dan kemerdekaan Allah adalah kemerdekaan yang sungguh membebaskan, setiap kali kita membiarkan diri ditangkap oleh Allah, menyalibkan keinginan daging kita, mengosongkan diri, berdisiplin, dan membiarkan Allah mengisi hidup kita penuh-penuh.

Seorang teman saya pernah membaca*), konon salah satu kata-kata paling kuat di dunia ini adalah “saya juga” atau “me too”. Saat kita mendapati ada orang yang telah atau sedang mengalami suatu penderitaan atau kesukaran yang sama dengan yang kita alami, kita merasa mendapatkan kekuatan dan semangat yang luar biasa. Bila kita dihadapkan pada situasi yang sangat sukar atau tidak adil, sehingga kita ingin memilih untuk menjadi orang sakit dan sesat saja tetapi nyaman, daripada memilih untuk bertahan dalam hidup, hendaknya kita ingat bahwa Tuhan Yesus sudah lebih dulu mengalaminya bagi kita. Pengalaman ditolak, diacuhkan, dibuang, ditinggalkan orang-orang terdekat, bahkan disiksa dan dianiaya sampai mati tanpa belas kasihan sama sekali. Kesakitan dan penderitaan yang luar biasa. Kalau bukan karena cinta dan kerendahan hati yang sungguh sungguh tulus, tidak ada seorang manusia pun mampu menjalani apa yang dijalani Yesus bagi kita di jalan salib-Nya itu. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilir-bilurnya kita menjadi sembuh. (Yesaya 53 : 4-5).

Ketika kita merasa hidup tidak berpihak pada kita, ketika semua orang terasa membelakangi kita, ketika kesedihan hidup datang tanpa diundang, ketika kita jatuh terus ke dalam kelalaian dan kedosaan, semoga kita tidak putus asa dan kehilangan harapan. Ingatlah akan Yesus, yang selalu berjalan di samping kita, dengan salib di pundak-Nya, membisikkan dalam hati kita, “Aku juga, Aku juga telah mengalaminya, dan Aku telah mengalahkannya” dan oleh karena itu Ia melanjutkan “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16 : 33b). Kala saya hitung berapa kali Tuhan Yesus mengatakan “jangan takut” kepada para murid di dalam seluruh Injil, saya menemukan Yesus mengatakannya empat belas kali dalam berbagai kesempatan yang berbeda. Bila kata-kata dari Tuhan itu juga dicari di dalam Kisah Para Rasul dan Kitab Wahyu, jumlahnya delapan belas kali.

Pilihan kembali Tuhan letakkan di tangan kita. Hari raya Paskah akan selalu datang dan datang lagi, tetapi makna sejati dari peringatan Paskah yang berkemenangan itu baru terjadi saat kita memilih untuk memiliki jati diri sejati sebagai manusia yang sembuh, utuh, mulia, dan berkelimpahan di dalam Dia. Dia yang sudah menebus kita dan menemukan kita kembali lewat penderitaan dan kebangkitan-Nya dari alam maut.

Selamat Paskah, kiranya kasih Tuhan Yesus yang menyembuhkan, memulihkan kita semua. (uti)

*) Terimakasih kepada Pak Lucas Nasution yang berbagi pengetahuan itu kepada saya

9 COMMENTS

  1. Salam,
    mohon petunjuk utk kita mau bertobat. Hal yg hrs dilakukan agar iri hati, marah, dengki dll itu tdk ada, agar kita diampuni Yesus. Dan beban dosa berkurang dan sakit penyakit kita diangkat/disembuhkan.
    Mohon minta doa-doa atau devosi-devosi.
    Terima kasih.

    • Shalom Berechk smoor,

      Kerinduan untuk bertobat datang dari Tuhan, yang selalu mengasihi kita dan merindukan kita untuk selalu dekat kepadaNya. Mari datang kepada pastor untuk mengakukan dosa-dosa dalam Sakramen Pangakuan Dosa dan terimalah rahmat pengampunan Allah yang membebaskan. Segala kepahitan yang kita rasakan dengan sesama seperti rasa iri, dengki, dan marah itu buah-buah dari dosa-dosa kita kepada sesama dan juga sebaliknya, dosa sesama kepada kita. Perasaan-perasaan itu hadir karena kasih Tuhan tidak hadir. Kita sendiri tidak bebas dari kesalahan dan kesombongan. Datang kepada Sakramen Pengakuan membantu kita bertobat dari kesombongan kita, karena diperlukan kerendahan hati yang besar untuk mengakukan kesalahan kita di hadapan Tuhan melalui otoritas imamat seorang pastor untuk menyampaikan resolusi dan pengampunan dari Tuhan. Kasih dan pengampunan Tuhan yang hadir dalam penyesalan hati kita yang tulus membuat kasih kita kepada sesama juga dipulihkan, kita dimampukan oleh Tuhan untuk mengampuni kesalahan sesama yang menyakiti hati kita. Dan kedamaian yang merupakan karunia Tuhan yang selalu rindu diberikanNya pada kita itu boleh kita alami lagi. Ingatlah juga selalu, betapa Tuhan kita Yesus Kristus sudah rela menderita, dihina, dan dilukai hingga wafat supaya kita hidup dan belajar mencintai dengan tulus, serta dimerdekakan oleh kasih yang sempurna dari Allah.

      Doa-doa devosi melalui Bunda Maria dan para kudus, doa Rosario, doa Koronka, dan doa lainnya sangat baik untuk membantu kita selalu terhubung dengan kasih setia Allah Bapa yang tak terbatas. Di antara doa-doa devosi tersebut, Anda dapat menambahkan doa lain, misalnya yang saya ambilkan dari buku “Doa-doa Harian bersama Ibu Teresa” terbitan Tim Fidei Press ini. Semoga rahmat kasih Allah yang sempurna mengembalikan kedamaian di hati kita terhadap diri sendiri dan sesama. Selamat berdoa dan kiranya kasihNya memberkati Anda senantiasa.

      Doa mohon cinta kasih
      Ya Tuhanku, aku mencintai Engkau lebih dari segala sesuatu, dengan segenap hatiku dan dengan segenap jiwaku, karena Engkau Mahabaik dan patut dicintai. Aku mengampuni mereka yang telah melukaiku, dan memohon maaf dari semua orang yang telah kusakiti. Amin.

      Doa mohon kerukunan
      Ya Yesus, melalui suara-Mu, ajarilah kami untuk mengampuni dan melupakan kesalahan yang dilakukan orang-orang terhadap kami. Bantulah kami untuk memeriksa batin kami dan melihat mungkin masih ada orang-orang yang belum kami ampuni atau dilupakan. Biarkanlah Roh Kudus memasuki hati kami dan menghilangkan segala rasa dengki yang melekat dalam diri kami. Curahkanlah cinta, damai dan kegembiraan ke dalam hati kami, sesuai dengan takaran kami mengosongkan diri kami dari rasa puas diri, kesombongan, kemarahan dan ambisi. Bantulah kami untuk memikul salib Kristus dengan rela hati. Amin.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan
      Triastuti – katolisitas.org

  2. —SELAMAT PASKAH

    Sesuai dgn pengakuan iman bahwa Yesus turun ke tempat penantian (dunia orang mati, hades, sheol) setelah wafat dan sebelum kebangkitan-Nya untuk membebaskan jiwa-jiwa dalam penjara (I Ptr 3:19) dan membukakan pintu surga.

    Pertanyaan saya:
    1. Apakah jiwa-jiwa yang dibebaskan dari penjara tersebut semuanya langsung masuk surga, atau masih adakah yang disucikan dalam api penyucian?
    2. Disebutkan oleh karena dosa Adam dan Hawa pintu surga tertutup, maka setelah kurban Yesus maka surga terbuka bagi manusia. Karena memang, tak seorang pun yang telah naik ke surga karena pintu surga ditutup (bdk. Yoh 3:13). Padahal, Nabi Elia disebutkan dalam Kitab Suci diangkat ke surga dengan kereta kuda berapi (2 Raj 2:1-13). Bagaimana pula dengan hal itu?
    3. Dalam salah satu sabda Yesus di kayu salib adalah: pada hari ini juga Yesus akan bersama-sama dengan yang di sebelah kanan-Nya di Firdaus (Luk 23:43). Padahal kita tahu Yesus belum ke surga sampai Dia bangkit (Yoh 20:17) melainkan ke tempat penantian. Bukankah Firdaus=Surga? Atau kalau, Firdaus=Tempat Penantian, padahal Adam dan Hawa dulu telah diusir dari Firdaus. Lalu, bagaimana tafsiran akan sabda Yesus tersebut agar tidak saling berlawanan dengan ayat yang lain?
    4. Masih adakah tempat penantian (dunia orang mati, hades, sheol) tersebut sampai sekarang? Kalau ya, menjadi tempat apakah digunakan?

    Terimakasih.
    Horas.

    • Shalom Ricardo Parulian,

      1. Jika yang anda maksud di sana adalah kisah Lazarus yang ada di pangkuan Abraham (lih. Luk 16:19-31), yang mengisahkan kontrasnya tempat penantian/ Sheol yaitu keadaan terberkati di pangkuan Abraham, dengan keadaan penghukuman di neraka; maka benar bahwa jiwa- jiwa yang berada di tempat terberkati tersebut semuanya akan beralih ke surga, setelah Tuhan Yesus menjemput mereka saat Ia turun ke tempat penantian, bangkit dan akhirnya naik ke surga dan membuka pintu surga buat jiwa- jiwa orang benar tersebut. Itulah sebabnya tertulis dalam Injil Matius, bahwa setelah kebangkitan Yesus ada kubur- kubur yang terbuka, kebangkitan banyak orang kudus yang juga menampakkan diri kepada banyak orang (lih. Mat 27:52-53). Jiwa- jiwa itu kemudian dibawa ke surga oleh Yesus saat Ia naik ke surga, untuk membuka pintu bagi mereka. Tentang Lazarus dan orang kaya ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik

      Perikop Luk 16 itu memang tidak menyebutkan keadaan pemurnian di dalam Api Penyucian, karena maksudnya hanya untuk mengkontraskan keadaan terberkati -bagi jiwa- jiwa orang- orang benar- dan keadaan penderitaan bagi mereka yang jahat. Sedangkan dasar Kitab Suci dan Tradisi Suci tentang Api Penyucian, silakan klik di sini.

      2. Tentang Henokh dan Elia, sudah pernah dituliskan di jawaban ini, silakan klik.

      3. Tentang Firdaus yang dijanjikan kepada penjahat yang bertobat, sudah pernah dibahas di jawaban ini, silakan klik, di jawaban ini (lihat point 3 dan 4), silakan klik

      4. Jika yang dimaksud di sini adalah Sheol tempat penantian jiwa- jiwa orang benar sebelum kedatangan Kristus, maka, tempat penantian ini sudah tidak ada lagi setelah kebangkitan Kristus, karena jiwa- jiwa orang benar tersebut sudah beralih ke surga. Namun tempat penderitaan yaitu neraka, tetap ada. Maka keadaan yang ada sekarang adalah Surga (bagi mereka yang sudah kudus/ sempurna), neraka (bagi mereka yang menolak Allah) dan Api Penyucian (bagi mereka yang masih dimurnikan), namun tempat penantian sudah tidak ada lagi.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. aku suka malu kalau lihat Salib atau saat Paskah begini, [dari Katolisitas: kami edit], karena tidak tekun mencari Dia, dan asik dengan dagingku saja. Ketika, lelah mau baca kitab suci saja, aku terus tidur, males. Ketika harus mengampuni, harus mengalah, harus mengalahkan “musuh”, aku sering kemudian mengaku kalah, capek perang, dan membela diri dengan segudang excuses! Bah! ampuni aku, karena belum juga naik pangkat, meskipun sudah tahu banyak. Padahal yang tahu banyak, daripadanya dituntut banyak, tho?
    Lha Yesus dengan segala sifat surgawinya, tekun dalam kesetiaan, dan sudah begitu gamblang “walk the talk” masih saja tidak membuatku sadar diri dan mau mengikut dan meneladani Dia. Gimana aku bisa selamat kalo gini terus ya? Help…..

    [dari Katolisitas: Ada pepatah yang mengatakan bahwa seribu langkah dimulai dari satu langkah pertama. Ya, memang kita semua tahu bahwa iman kita harus bertumbuh untuk sampai ke surga, namun tentu semua itu dimulai dari satu langkah pertama, yaitu menyadari dosa dan kekurangan kita, agar kita bisa terus menerus bertobat dan memperbaiki diri. Maka jika anda telah terdorong melakukan langkah pertama, yaitu mengakui kelemahan anda, itu adalah awal yang baik. Langkah selanjutnya adalah bagaimana memperbaikinya. Anda tidak sendirian, setiap dari kita memiliki kelemahan yang harus diperbaiki. Bersyukurlah atas bimbingan Roh Kudus yang membuat anda menyadari kelemahan anda, sekarang tinggal memohon pada-Nya agar anda memperoleh kemauan yang besar untuk memperbaikinya, dengan bantuan rahmat Tuhan.]

    • Dear Mbak Santi, terima kasih untuk sharingnya, yang juga sering saya rasakan. Kalau saya boleh menambahkan lagi sedikit, kita yang telah menerima rahmat pembaptisan dan ditebus oleh Kristus, mempunyai Roh Kudus dalam diri kita, yang akan selalu menjaga kita agar tidak jatuh ke dalam dosa lagi, agar tidak takut, agar tidak putus asa. Roh Kudus akan selalu mengingatkan kita, seperti sebuah antibodi di dalam tubuh yang berjaga-jaga selalu terhadap serangan virus. Dia tidak pernah mengajarkan roh kecil hati dan roh putus asa, tetapi roh pengharapan untuk bangkit lagi bersama Kristus setelah kita jatuh. Ketika Yesus mengatakan pada kita, jadilah sempurna sperti Bapamu di Surga adalah sempurna, Tuhan Yesus tahu bahwa kita bisa mencapainya, walaupun memang amat berat dan perjuangan setiap saat seumur hidup. Tetapi melalui Roh Kudus itu Dia tidak pernah meninggalkan kita dan selalu menyertai kita untuk mencapai kesempurnaan itu. Artikel oleh Ibu Ingrid mungkin dapat memberi gambaran yang lebih jelas bagaimana kita bisa hidup kudus yaitu di https://katolisitas.org/bagaimana-caranya-untuk-hidup-kudus/
      Supaya Roh Kudus selalu aktif di dalam diri kita, kita bergantung sepenuhnya kepada Yesus, seperti yang Dia katakan dalam Yoh 15:4, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Terima kasih Mbak Santi, Tuhan memberkati selalu.

  4. Renungan yang bagus sekali di masa Paskah ini. Ada satu kalimat yang menurut saya paling berkesan, yaitu ketika Yesus mengatakan: “Aku juga. Aku juga telah mengalaminya, dan aku mengalahkannya”. Sangat menyemangati! Thanks for a very inspiring posting.

    PID

    • Bagi sementara orang memilih jalan diantara beberapa jalan, umumnya dipilih yang dalam keadaan paling aman. ” eeh kalau ada jalan yang lebih aman kenapa malah pilih yang sulit?”. Mengapa Tuhan Yesus memilih jalan malah yang paling ekstrim, yaitu jalan salib(via dolorosa). Apakah semua itu kebetulan ? Dan apakah Yesus yang punya kuasa memilih jalan, dasarnya hanya kebetulan ? Ini misteri, meskipun telah banyak nobuat ada di Kitab Suci. Kita semua tidak tahu. Namun ajaran Gereja katolik menjelaskan lewat Magisterium, bila Adam tidak jatuh, kemungkinan inkarnasi Tuhan tidak ada. Mengapa ? Karena tidak ada yang perlu diselamatkan.
      [dari katolisitas: silakan melihat artikel ini – silakan klik]

      Mari kita renungkan, betapa dosa Adam sangat destruktif sifatnya, sehingga hubungan Allah dengan manusia terputus. Namun yang lebih penting kita ketahui, mengapa Tuhan Allah masih saja memberi kesempatan kepada kita manusia untuk bisa bersatu denganNya melalui rekonsiliasi yang ditawarkan Allah kepada kita ? Apakah karena manusia tidak diberi kemampuan sempurna seperti halnya Malaikat yang jatuh dalam dosa ? Jawabnya mungkin. Yah, Malaikat yang jatuh dalam dosa memang tidak bisa diampuni lagi, karena Malaikat sudah diberi kemampuan sempurna oleh Allah, sehingga manakala dia jatuh, pada saat itu kesalahannya juga sempurna. Sementara manusia tidak seperti itu. Tapi bahwa semua itu adalah hak Tuhan sendiri, kita tidak bisa memakai pikiran kita untuk menuntut banyak kerahiman Tuhan. Tapi kita tahu Tuhan adalah Kasih, yang menginginkan kita semua diselamatkan.

      Semoga kita semakin mengerti dan menghormati Allah yang sangat kasih kepada kita. Kita ditawari agar menjadi orang yang kembali bebas, seperti halnya Adam sebelum jatuh kedalam dosa. Maukah kita menanggapi tawaranNya ? Dengan Paskah kita dilahirkan kembali menjadi manusia baru. Bisakah kita mempertahankan agar kita tetap baru dan tidak dicemari kotoran duniawi ? Selamat Paskah Tuhan memberkati.

    • Ya Mas Patris, Yesus akan selalu menyertai kita dan akan selalu membantu kita dalam berbagai tantangan hidup ini. Untuk itulah Dia hidup sebagai manusia di tengah-tengah kita dan wafat bagi kita. Lebih jauh lagi, solidaritas Yesus kepada manusia yang berpuncak pada penebusan-Nya yang kudus di atas kayu salib itu juga telah membawa kita kepada martabat baru sebagai manusia yang berkemenangan, bebas dari cengkeraman maut dan penderitaan akibat dosa. Namun martabat baru yang telah kita peroleh melalui Darah-Nya yang mahal itu membutuhkan komitmen kita yang terus menerus untuk tetap memilih menjalani hidup ini sebagaimana Kristus telah hidup. Penyertaan Yesus yang selalu membisikkan kata “Aku juga” kepada kita itu baru bermakna jika kita konsisten mengarahkan seluruh gerak laku kita kepada pilihan-pilihan yang membawa kepada hidup di dalam Kristus. Seperti yang Rasul Paulus tegaskan di dalam Galatia 1:5 “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Terima kasih juga ya untuk apresiasinya, Tuhan Yesus memberkati selalu.

Comments are closed.