Pertanyaan:
Yth tim Katolisitas, saya ada sedikit pertanyaan tentang bernazar atau membuat perjanjian dengan Tuhan ataupun dengan para kudus jika permohonan saya dikabulkan saya akan melakukan sesuatu, apakah hal ini diperbolehkan? Karena terus terang banyak orang mengingatkan saya untuk berhati2 dalam hal ini.
Terima kasih
Jawaban:
Shalom Stephanus Roy,
Berikut ini adalah ajaran Katekismus Gereja Katolik tentang Kaul dan nazar/ perjanjian dengan Tuhan:
KGK 2101 Dalam berbagai kesempatan, seorang Kristen diminta untuk mengucapkan janji kepada Allah. Pembaptisan dan Penguatan, Perkawinan dan Tahbisan selalu berhubungan dengan janji semacam itu. Karena kesalehan pribadi, warga Kristen juga dapat menjanjikan satu perbuatan, satu doa, satu sedekah, satu ziarah, atau yang semacam itu, kepada Allah. Dengan memenuhi janji yang telah dibuat kepada Allah terbuktilah penghormatan yang harus diberikan kepada keagungan Allah dan kasih kepada Allah yang setia.
KGK 2102 “Kaul, yakni janji kepada Allah yang dibuat dengan tekad bulat dan bebas mengenai sesuatu yang mungkin dan lebih baik, harus dipenuhi demi keutamaan agama” (CIC, can. 1191 ? 1). Kaul adalah satu tindakan penyerahan diri, yang dengannya warga, Kristen menyerahkan diri kepada Allah atau menjanjikan satu perbuatan baik kepada-Nya. Dengan memenuhi kaulnya, ia mempersembahkan kepada Allah, apa yang telah ia janjikan atau ikrarkan. Santo Paulus misalnya, sebagaimana disampaikan Kisah para Rasul, sangat memperhatikan supaya memenuhi kaulnya (Bdk. Kis 18:18; 21:23-24).
KGK 2103 Kaul-kaul untuk hidup seturut nasihat-nasihat Injil, dijunjung tinggi Gereja (Bdk. CIC, can. 654):
“Maka Bunda Gereja bergembira, bahwa dalam pangkuannya terdapat banyak pria dan wanita, yang mengikuti dari dekat dan memperlihatkan lebih jelas pengosongan diri Sang Penyelamat, dengan menerima kemiskinan dalam kebebasan anak-anak Allah Serta mengingkari keinginaan keinginan mereka sendiri. Mereka itulah, yang demi Allah tunduk kepada seorang manusia dalam mengejar kesempurnaan melampaui apa yang diwajibkan, untuk lebih menyerupai Kristus yang taat” (LG 42).
Dalam situasi tertentu Gereja dapat memberikan dispensasi dari kaul & janji karena alasan-alasan” yang wajar (Bdk. CIC, cann. 692; 1196-1197).
Selanjutnya, jika seseorang membuat janji/ nazar/ kaul pribadi namun kemudian bermaksud untuk membatalkannya, maka hal ini dimungkinkan, mengingat dapat saja seseorang membuat janji kepada Tuhan tanpa berkonsultasi dengan seorang pembimbing rohani (spiritual director). Nazar/ kaul pribadi ini dapat berupa janji untuk hidup selibat sepanjang hidup, janji untuk menjadi misionaris, ataupun berdoa rosario setiap hari seumur hidup, dst.
Mengingat bahwa ada kalanya seseorang yang telah membuat kaul/ nazar, namun kemudian ingin dilepaskan dari nazar tersebut, maka hal ini diatur dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK/ CIC 1983):
KHK 1196 Selain Paus, yang dapat memberikan dispensasi atas kaul privat karena alasan yang wajar, asalkan tidak melanggar hak yang telah diperoleh orang lain, ialah
- Ordinaris wilayah dan pastor paroki sejauh menyangkut semua bawahan mereka sendiri dan juga para pendatang;
- Pemimpin tarekat religius atau serikat hidup kerasulan, jika mereka itu bersifat klerikal bertingkat kepausan, sejauh menyangkut anggota-anggota, para novis serta orang-orang yang siang-malam tinggal dalam rumah tarekat atau serikat itu;
- mereka yang diberi delegasi kuasa memberikan dispensasi oleh Takhta Apostolik atau oleh Ordinaris wilayah.
KHK 1197 Karya yang dijanjikan dalam kaul privat dapat diganti oleh orangnya sendiri dengan sesuatu yang baik yang lebih besar atau yang sama; tetapi hanya dapat diganti dengan sesuatu yang baik yang lebih kecil oleh orang yang berkuasa untuk memberi dispensasi, menurut norma Kanon 1196.
Dengan demikian, anda boleh saja membuat janji/ nazar dengan Tuhan, namun sebaiknya jika anda sudah mengkonsultasikannya terlebih dahulu dengan pembimbing rohani anda. Jika anda tidak mempunyai pembimbing rohani (umumnya imam yang kepadanya anda mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan Dosa), lebih baik memang tidak membuat janji/ nazar tertentu yang belum tentu realistis bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas.org,
Salam Damai dalam Kristus.
Saya mempunyai seorang teman pria.
Teman saya ini sedang bimbang akan panggilan hidupnya yang sebenarnya kemana?apakah berkeluarga ataukah hidup membiara?
Karena sebelumnya sudah 5x pacaran (ada yang sudah merencanakan untuk menikah tapi gagal), tapi semuanya putus di tengah jalan karena mantan2nya selingkuh semua.
Suatu saat dia sedang dalam posisi jobless dan putus asa karena sempat menganggur selama 1,5 bulan setelah masa kontraknya kerjanya habis.
Dia berdoa kepada Tuhan dan berjanji apabila dia mendapatkan pekerjaan, dia akan masuk biara tahun depan.
Ternyata dalam perjalanannya dia bertemu dengan seorang wanita dan mereka berpacaran.
Mereka sudah sama2 tahu kondisi masing2 termasuk janji dari sang pria untuk masuk biara tahun depan apabila dia bisa mendapatkan pekerjaan.
Dan sang pria pun akhirnya sekarang juga sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah bank swasta.
Janji dari sang pria sebetulnya sangat membuat mereka terbebani dalam menjalani hubungan karena di lain sisi, pacarnya ini adalah wanita yang sangat baik dan taat pada Tuhan, dari keluarga baik2, dan mereka sangat saling menyayangi. Dengan kata lain, pacarnya ini sebetulnya adalah tipe wanita idaman dari sang pria.
Hubungan di antara mereka juga sangat baik. Mereka saling menyayangi, mendukung dan menghormati satu sama lain, menghadapi berbagai masalah yang mereka hadapi bersama2, misa bersama, berdoa & adorasi bersama.
Sang pria ini sudah berumur 32 tahun, dan batas maksimal masuk biara Carmel adalah 35 tahun.
Sang wanitanya masih berumur 27 tahun.
Saat ini mereka masih berpacaran dan menyerahkan segalanya yang akan terjadi di depan pada Allah Yang Maha Kuasa.
Rencana mereka berdua, mereka saat ini akan tetap berpacaran hingga tahun depan saat penerimaan biarawan baru di Carmel.
Sang pria akan tetap berkonsultasi dengan seorang Romo di Carmel tentang kemana arah panggilan hidupnya, dan tahun depan akan tetap mencoba melamar di Carmel.
Apabila diterima di Carmel, konsekuensi yang harus mereka terima adalah putus dan saling mengikhlaskan masing2.
Apabila tidak diterima, baru mereka akan berencana untuk menikah.
Dari sisi sang wanita, dia juga hanya bisa berpasrah pada Tuhan.
Karena sang wanita juga sangat menyayangi sang pria.
Dan apabila ditelusuri dari perjalanan doa sang wanita, sebelumnya dia berdoa novena sampai melakukan ziarah ke Ganjuran, dia memohon untuk segera dipertemukan dengan seorang pria yang sudah Tuhan pilihkan untuk menjadi pasangan hidupnya. Dan akhirnya bertemulah mereka berdua.
Yang ingin saya tanyakan:
1. Bagaimana tentang janji dari sang pria?bagaimana bila dia melanggarnya?bagaimana jika dia memutuskan untuk menikah dan tidak jadi hidup membiara?apakah dia akan berdosa?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu/Romo tentang masalah yang dihadapi teman saya ini?apa yang harus mereka lakukan?
Demikian pertanyaan saya, atas perhatian bapak/ibu/Romo saya ucapkan terima kasih.
Tuhan memberkati.
Shalom Aldya,
1. Tentang janji/ kaul/ nazar, silakan terlebih dahulu membaca artikel di atas ini, silakan klik.
2. Sejujurnya, yang dapat memutuskan dalam hal ini adalah sang pria dan wanita itu sendiri. Dalam hal ini, mungkin baik jika sang pria mengikuti retret pribadi, dan sungguh-sungguh memohon bantuan Tuhan untuk proses discernment ini, agar dapat menentukan dengan kemantapan hati, akankah ia memilih hidup selibat untuk Kerajaan Allah, sebagaimana pernah dijanjikannya kepada Tuhan, atau memilih hidup menikah, setelah ia melihat bahwa janjinya terdahulu dibuatnya dengan tergesa-gesa, tanpa dengan sungguh-sungguh menghayati makna dan implikasinya.
Ada baiknya jika dalam proses discernment ini, sang pria dan wanita ini tidak berkomunikasi selama beberapa waktu, agar sang pria dapat berpikir dengan lebih jernih, dan jujur terhadap hati nuraninya sendiri, apakah memang ia terpanggil untuk menjadi seorang imam. Masa ini juga dapat dipergunakan oleh pihak wanitanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sikap penyerahan yang total, akan apakah yang menjadi keputusan sang pria, dan keputusannya sendiri untuk dapat berlapang hati, jika kekasihnya itu ternyata memilih untuk secara penuh mempersembahkan hidupnya untuk Tuhan.
Kami di Katolisitas tidak dapat memutuskan untuk teman Anda ini. Mereka sendiri harus memutuskannya, setelah mempertimbangkannya masak-masak. Apapun keputusannya, jika sudah dibawa dalam doa dan kepsrahan diri yang total kepada Allah, akan menghasilkan damai sejahtera di hati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom, katolisitas
Bagaimana cara mendapatkan seorang pembimbing rohani?
Sebab saya tidak tahu kalau ada hal seperti itu, pengetahuan saya tentang hukum kanonik dan ketentuan Gereja Katolik sangat dangkal, bagaimana cara mengetahui semuanya?
Lalu, saya sempat melanggar nazar, saya tidak pernah konsultasi dengan imam manapun mengenai hal itu, lalu apakah saya berdosa, bagaimana kalau pelaksanaan nazar itu tertunda? Misalnya, saya baru bisa berdoa rosario setiap hari di tempat yang menurut saya memang lebih hening dan cocok untuk berdoa?
Terima kasih, Shalom
Monica
Shalom Monica,
St. Teresia dari Avila pernah memberi saran bahwa salah satu syarat seorang pastor pembimbing rohani yang baik adalah ia harus seseorang yang mengetahui dengan benar tentang ajaran iman Katolik, dan ia juga harus seorang yang kudus hidupnya. Oleh karena itu, memang sebaiknya kita mengenal secara pribadi beberapa orang imam, dan mohon pimpinan Tuhan agar dapat diarahkan untuk memilih salah satu di antara mereka yang paling mendekati syarat di atas.
Untuk mempelajari iman Katolik, cara terbaik adalah dengan membaca Katekismus Gereja Katolik dan Kitab Suci, karena banyak butir- butir dalam Katekismus yang mengacu kepada ayat- ayat Kitab Suci. Dengan membaca Katekismus, kita akan memperoleh pengetahuan akan ajaran Kitab Suci dan Tradisi Suci, tentang iman Katolik. Baru selanjutnya, jika anda ingin mendalami lebih lagi, silakan membaca sumber- sumber lainnya, seperti dokumen Konsili Vatikan II, surat- surat ensiklik Bapa Paus, Kitab Hukum Kanonik dan literatur lainnya.
Saya tidak tahu nazar apa yang anda buat, namun ada baiknya anda mengkonsultasikannya dengan pastor pembimbing rohani anda (yang kepadanya anda secara rutin mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa). Jika nazar anda sesungguhnya dapat dilakukan, silakan anda melakukannya; seperti berdoa rosario setiap hari. Walaupun memang idealnya kita berdoa di tempat yang tenang dan hening, namun janganlah dijadikan alasan bahwa jika rumah kita tidak hening (misalnya karena ada anak kecil atau tetangga yang sedang membangun rumah), lalu kita jadi tidak bisa berdoa. Kita harus memohon rahmat dari Tuhan, supaya dalam keadaan apapun kita tetap dapat berdoa; dan inilah sebenarnya yang bisa kita pelajari dari banyak orang kudus, di mana mereka umumnya dapat berdoa, di manapun dan kapanpun, di saat kesibukan mereka. Suster- suster di biara Missionary of Charity di Kalkuta berdoa rosario, saat mereka sedang memasak, mencuci baju- baju pasien, dan membersihkan lantai. Mereka mempersembahkan kepada Tuhan, karya pelayanan untuk kaum miskin sebagai doa mereka; atau tepatnya dalam kesatuan dengan doa mereka sehari- hari. Maka, mari kita mengikuti teladan mereka, yaitu mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan, di tengah kita melakukan kegiatan kita sehari- hari. Tentu ini tidak menjadikan ‘excuse‘/ alasan sehingga kita tidak mengkhususkan waktu untuk berdoa di pagi dan malam hari. Maksudnya di sini adalah, di luar waktu kita berdoa di awal dan di akhir hari, kita tetap dapat berdoa di tengah- tengah kegiatan kita sehari- hari.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid,
Saya jarang mengaku dosa. Hanya kalau difasilitasi sekolah saja. Saya baru tahu beberapa bulan ini mengaku dosa harus rutin, saya kira hanya dilayani pada even tertentu saja. Terima kasih atas sarannya. Tapi, katekismus itu apa? Saya belum tahu tentang katekismus, yang saya sering dengar dan baca sedikit KV 2 waktu di sekolah.
Bisakah mengaku dosa setiap hari? Apakah nazar yang sudah lama tertunda masih boleh kita laksanakan?
Terima kasih.
Shalom Monica,
1. Katekismus Gereja Katolik adalah buku yang memuat penjabaran ajaran iman Katolik secara lengkap, yang membuat setiap orang dapat mengetahui apakah yang dipercayai oleh Gereja, yang dirayakannya, yang dihidupkannya dan yang didoakannya dalam kehidupannya sehari- hari. Buku Katekismus ini dapat anda peroleh umumnya di toko buku rohani Katolik, atau di kantin rohani gereja Katolik. Belum lama ini juga sudah terbit buku Katekismus untuk anak muda, yang dalam judul bahasa Inggrisnya adalah YouCat. Saya dengar sekarang sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Silakan anda mendapatkannya, entah dalam edisi bahasa Inggris, atau nanti jika sudah ada dalam edisi bahasa Indonesia.
2. Setiap hari pada saat kita berdoa, kita memang dapat mengaku dosa kepada Tuhan. Namun Gereja mengajarkan berdasarkan Yoh 20:21-23, bahwa Tuhan Yesus menghendaki agar kita mengaku dosa kita kepada Tuhan di hadapan para imam-Nya yang merupakan para penerus rasul. Hal mengapa kita perlu mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan dosa, sudah pernah dibahas dalam artikel seri: Masih Perlukah Pengakuan Dosa, bagian 1 s/d 4, terutama artikel bagian 3; sedangkan untuk pemeriksaan batin sebelum Pengakuan Dosa, dijabarkan pada bagian 4.
Masih Perlukah Pengakuan dosa bagian 1
Masih Perlukah Pengakuan dosa bagian 2
Masih Perlukah Pengakuan dosa bagian 3
Masih Perlukah Pengakuan dosa bagian 4
3. Selanjutnya tentang nazar yang tertunda, tentu saja jika sekarang dapat mewujudkannya, silakan dilaksanakan. Silakan anda mengkonsultasikannya kepada pembimbing rohani anda, jika anda ingin menanyakan sesuatu sehubungan dengan hal itu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Yth tim Katolistas, dengan nazar saya yang berpuasa selama seminggu, pertanyaan saya bagaimana cara saya menjalankan nazar, apa dengan mengikuti cara umat Muslim dengan ikut bersahur dan berbuka, atau ada cara untuk umat Katolik, tetapi saya sudah menjalankan 2 hari dengan mengikuti cara umat Muslim, saya agak sedikit ragu dengan yang sudah saya jalankan 2 hari ini???!!
Terima kasih
[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca artikel ini, silakan klik. Yang ditentukan dalam Kitab Hukum Kanonik adalah syarat minimum bagi pantang dan puasa menurut Gereja Katolik. Namun jika anda dapat melakukan lebih, tentu hal itu diperbolehkan. Namun yang terpenting adalah puasa tersebut harus disertai dengan doa, sikap batin yang baik dan pertobatan yang sejati.]
Yth tim Katolisitas, saya ada sedikit pertanyaan tentang bernazar atau membuat perjanjian dengan Tuhan ataupun dengan para kudus jika permohonan saya dikabulkan saya akan melakukan sesuatu, apakah hal ini diperbolehkan? Karena terus terang banyak orang mengingatkan saya untuk berhati2 dalam hal ini.
Terima kasih
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.