Pertanyaan:

shalom…..
saya banya membaca tentang ertikal yg saudara tulis, sebagai orang katolik sy merasa sangat terbantu, dan semakin mengerti tentang ajaran katolik yg sy anut, sy sangat tertarik menganai ajaran2 kristen di luar greja katolik. terkhusus tentang ajaran mormon yg berkembang d Amerika, bisakah saudara menggambrkan tentang ajaran ini dr sisi katolik?
terimakasih…. shalom..
Flo

Jawaban:

Shalom Flo,

Berikut ini sekilas tentang Mormonism, yang saya sarikan dari buku karangan Father Frank Chacon dan Jim Burnham, Beginning Apologetics 2 (Farmington, San Juan Seminars, 1996) p. 19- 26:

Gereja Mormon didirikan oleh Joseph Smith, Jr pada tahun 1830. Nama resminya adalah Church of Jesus Christ of Later-day Saints (LDS).

Joseph Smith (1805-1844) mengklaim bahwa ia mendirikan gereja Mormon atas dasar wahyu- wahyu yang diterimanya tahun 1820, dari dua orang yang datang dari surga. Mereka mengatakan kepadanya bahwa semua agama Kristen yang ada saat itu sudah rusak total. Maka misi Joseph Smith adalah untuk memulihkan agama tersebut, yang konon sudah rusak segera setelah kematian Rasul yang terakhir.

Untuk menggenapi misinya, Joseph Smith mengklaim bahwa Tuhan telah menjadikannya seorang nabi dan rasul. Ia menjadi nabi yang menyampaikan Wahyu Ilahi dan menulis kitab Suci. Smith memang menulis tiga kitab yang diklaim oleh kaum Mormon sebagai bagian dari Kitab Suci: Book of Mormon, Doctrines and Covenants and Pearl of Great Price. Kaum Mormon juga percaya bahwa para pemimpin gereja LDS yang meneruskan Joseph Smith adalah nabi- nabi.

Berikut ini adalah sumber- sumber utama yang dipinjam oleh Joseph Smith untuk mendirikan Mormonism:

1) Protestantism.
Joseph Smith, seperti Charles Taze Russell (Pendiri Saksi Yehuwa) datang dari latar belakang Protestan. Smith mengajarkan kesalahan ajaran Protestantism, seperti penolakan akan Ekaristi, Paus, ajaran tentang Maria, dan kitab- kitab Deuterokanonika.

2) Adventism.
Ajaran Joseph Smith mempunyai kemiripan dengan ajaran Adventism. Smith memperkirakan akhir jaman pada tahun 1890. Walaupun tidak menekankan perhatian akan akhir jaman, seperti halnya pada aliran the Seventh-Day Adventists dan Saksi Yehuwa, Smith menyerap pola pikir bebas dalam hal- hal religius seperti yang dianut oleh kelompok- kelompok Adventist di jamannya.

3). Freemasonary.
Smith masuk menjadi anggota Mason tahun 1842, dan mengambil upacara- upacara Masonik ke dalam Mormonism.

4). Sumber- sumber lainnya.
Tokoh- tokoh kolonial: Cotton Maher, William Penn dan Roger Williams, memperkirakan bahwa orang- orang Indian di Amerika kemungkinan adalah kaum sisa Israel Palestina yang bermigrasi ke Amerika berabad sebelum Kristus. Smith mengajarkan bahwa orang- orang Yahudi yang datang ke Amerika sekitar tahun 600 BC mendirikan dua bangsa yang besar, yaitu Nephites dan Lamanites. Namun demikian, penyelidikan arkeologis dan sejarah Amerika tidak dapat menemukan jejak kedua bangsa ini seperti yang disebut dalam Book of Mormons. Tidak adanya bukti ini telah menjadi hal yang sangat memalukan bagi para sejarahwan Mormon dan arkeolognya. Karena bukti- bukti yang semakin meyakinkan bahwa kedua bangsa ini tidak pernah ada, maka kaum Mormon mengesampingkan ajaran ini.

Ajaran Mormon lainnya yang tidak sesuai dengan Kitab Suci maupun Tradisi Suci adalah tentang perkawinan di surga, poligami, baptisan orang mati, kepercayaan akan wahyu- wahyu yang terus menerus, dan adanya banyak tuhan. Tentang Gereja Katolik, Mormonism menyebutnya sebagai “the great apostasy” (kesesatan yang besar), yang dimulai sejak kematian Rasul yang terakhir (sekitar 100 AD) dan atau paling lambat sekitar tahun 200. Mormonism mengajarkan bahwa Gereja Kristus telah hilang lenyap dari bumi sampai pada saat dipulihkannya oleh Joseph Smith tahun 1829.

Tapi sebenarnya tuduhan ini tidak mendasar, sebab Kitab Suci, tulisan para Bapa Gereja abad- abad awal, dan kenyataan sejarah menjadi saksi utama akan kesalahan tuduhan ini.

1. Bukti dari Kitab Suci.

a. Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid- murid-Nya untuk membangun rumah di atas batu dan bukan di atas pasir, agar rumahnya kokoh dan tidak hancur/ lenyap ditelan banjir (lih. Mat 7:24-27). Maka mungkinkah Ia sendiri tidak melakukan hal itu? Kenyataannya, Yesus mendirikan rumah-Nya, yaitu Gereja-Nya di atas Petrus (Batu Karang) dan Ia sendiri berjanji untuk menjaganya agar tidak sesat/ binasa.

Mat 16:13-18 mengatakan: Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku (Gereja-Ku) dan alam maut tidak akan menguasainya.” (… upon this rock I will build My Church; and the gates of hell shall not prevail against it.“- KJV, versi yang diakui oleh Mormonism)

Maka berdasarkan janji Kristus ini, tidak mungkin walaupun untuk sementara waktu saja, Gereja/ jemaat-Nya dapat binasa dan lenyap ditelan gerbang maut. Maka pandangan Mormonism yang mengatakan Gereja dapat binasa (walau untuk sementara waktu) adalah pandangan yang menuduh Kristus berdusta.

b. Mat 18:15-18: “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat (Gereja). Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Yesus mengajarkan untuk membawa perselisihan dalam hal religius ke hadapan Gereja. Perintah ini mensyaratkan keberadaan Gereja yang setia kepada misinya. Jika tidak demikian, artinya kita harus menyerahkan masalah religius kepada gereja pagan yang rusak, untuk memenuhi perintah Kristus, dan ini menjadi tidak masuk akal.

c. Mat 28:20, Yesus berkata kepada para rasul-Nya: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Tak dapat disangkal bahwa Yesus selalu/ senantiasa menyertai Gereja-Nya yang didirikan-Nya di atas para rasul- sampai akhir jaman. Karena janji Kristus ini, maka tidak mungkin Gereja menjadi sesat dalam hal pengajarannya, sebab tidak mungkin Kristus meninggalkan dan mengabaikan Gereja-Nya.

d. 1 Tim 3:15: “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat (Gereja) dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.”

Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran; dan ini menunjukkan sifat Gereja yang kuat, stabil, dan permanen. Gereja sebagai keluarga Allah, akan menjadi guru yang permanen yang mengajarkan kebenaran.

Kesimpulannya: Kitab Suci menunjukkan bahwa Gereja Katolik yang didirikan Kristus di atas Rasul Petrus, tidak pernah dan tidak akan rusak di dalam hal otoritas apostolik dan ajarannya.

Mormonism mengutip ayat- ayat di Kitab Suci tentang penyesatan untuk mendukung klaim mereka tentang ‘kesesatan besar’, seperti Mat 7:15, Kis 20:29, 2 Tes 2:3, dan 2 Pet 2:1). Namun demikian, ayat- ayat ini menunjukkan adanya penyesatan besar yang akan terjadi sebelum akhir jaman, atau kepada kesesatan- kesesatan yang terjadi sepanjang periode sejarah Gereja. Kita setuju dengan Mormonism bahwa telah terjadi dan akan terus terjadi penyimpangan ajaran sesat dari pihak- pihak tertentu yang memisahkan diri dari Gereja. Namun demikian tidak ada ayat di dalam Kitab Suci yang menyebutkan adanya kesesatan total yang melibatkan otoritas apostolik yang terus berlangsung melalui para penerus Rasul, yaitu para Paus dan Uskup.

2. Bukti dari tulisan Bapa Gereja abad- abad awal.

Adalah penting untuk mempelajari tulisan para Bapa Gereja sampai tahun 200, untuk mengetahui bahwa tuduhan Mormonism sesungguhnya berlawanan dengan fakta. St. Klemens, Ignatius, Yustinus Martir, Polycarpus dan Irenaeus, adalah para Bapa Gereja yang terkenal pada jaman ini, dan tulisan- tulisan mereka didokumentasikan dengan baik. Mereka telah mulai ada sejak jaman para rasul dan berakhir sekitar tahun 200. Maka mereka termasuk dalam periode, yang menurut Mormonism, merupakan periode kerusakan Gereja Katolik dan ajarannya.

Studi tentang tulisan para Bapa Gereja menunjukkan bahwa mereka secara konsisten mengajarkan ajaran Gereja Katolik. St. Klemens (wafat tahun 80) menyatakan tentang otoritasnya sebagai Uskup Roma dan kepala Gereja. Ia juga mengajarkan tentang Misa sebagai perayaan kurban Kristus. St. Ignatius yang adalah pembantu Rasul Yohanes menuliskan sebuah surat yang keras tahun 110, mengecam mereka yang menolak kehadiran Yesus yang nyata di dalam Ekaristi. St. Yustinus Martir pada tahun 155 memberikan secara mendetail perayaan Ekaristi. St. Irenaeus (188-199) memperingatkan agar seseorang harus mengikuti Gereja Roma agar dapat mengikuti ajaran Apostolik.

Para Bapa Gereja bahkan tidak menyebutkan adanya “kesesatan besar”, seperti diharapkan sebagian orang, jika hal itu benar terjadi di masa hidup mereka. Sebaliknya, mereka memang menyebutkan banyak penyimpangan- penyimpangan yang melawan ajaran Gereja Katolik, seperti tuduhan bahwa umat Katolik mempraktekkan kanibalism dan penolakan ajaran tentang Inkarnasi. Jika memang ada penyesatan besar- besaran terjadi di Gereja di masa mereka hidup, tentu kita dapat melihat adanya tulisan- tulisan dalam skala yang besar di pihak penyerang dan pembela ajaran yang benar, namun tidak demikian yang terjadi.

Menurut Mormonism, para Bapa Gereja di abad awal mengajarkan ajaran Mormon, yang kemudian diabaikan oleh para Bapa Gereja yang sesat di jaman berikutnya. Namun demikian, tidak ada satupun Bapa Gereja di abad awal yang pernah mengajarkan ajaran Mormonism seperti poligami, baptisan orang mati, adanya banyak tuhan ataupun perkawinan di surga. Tidak ada bukti sedikitpun bahwa Gereja awal [sebelum terjadinya ‘kesesatan besar’ menurut kaum Mormon] adalah gereja Mormon. Sebaliknya, bukti yang tidak dapat disangkal adalah Gereja awal tersebut mengajarkan ajaran yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Gereja Katolik mengajarkan ajaran yang sama, yang diajarkan oleh para Rasul, sampai pada hari ini. Kesimpulannya, studi tentang tulisan para Bapa Gereja di abad- abad awal membuktikan tidak adanya klaim Mormonism tentang terjadinya “kesesatan besar”.

3. Bukti dari Kanon Kitab Suci

Kanon Kitab Suci secara resmi ditetapkan oleh Gereja Katolik pada tahun 382 oleh Paus Damasus I, diteguhkan kembali oleh Konsili Hippo (393) dan Carthago (397). Mormonism menerima dengan iman, kanon Perjanjian Baru, persis seperti yang ditetapkan oleh Gereja Katolik. Namun penentuan kanon ini terjadi setelah tahun 200, yaitu setelah Gereja Katolik, menurut Mormonism, telah menjadi rusak total dan tak dapat mewartakan kebenaran. Bukankah ini adalah suatu pandangan yang tidak konsisten, sebab Mormonism menerima otoritas Gereja Katolik dalam menentukan Kitab Suci, namun kemudian menolak bahwa Gereja Katolik tetap memegang otoritas mengajar dengan benar.

4. Kebisuan sejarah.

Mengapakah sejarah mencatat adanya pemisahan diri dalam sejarah Gereja: Arianism, Othodoxy, Protestantism- tetapi tidak pernah menyebutkan adanya ‘kesesatan total’? Jika skima- sksima besar disebutkan, mengapa jika memang ada skisma yang terbesar, malah tidak pernah disebutkan? Jika memang ada, tentunya ada orang yang mencatatnya. Jika benar Gereja awal mengajarkan ajaran Mormon, maka tentulah ada tulisan yang banyak dari para jemaat awal, ketika banyak dari anggota Gereja lainnya yang ‘tersesat’ mengikuti ajaran yang non- Mormon. Namun faktanya, tidak ada sedikitpun protes, tak ada bahkan satupun bukti yang menunjukkan hal itu. Kebisuan sejarah ini sungguh merupakan kenyataan yang kuat, yang menunjukkan bahwa klaim Mormonism sebagai ajaran yang asli sungguh tidak berdasar dan tidak dapat dibuktikan.

Sejarah mencatat, misalnya ketika ada ajaran sesat Arianism (di awal abad ke-4) yang menentang keilahian Kristus, maka para Bapa Gereja menanggapinya dengan melengkapi kalimat syahadat (Credo). Sebelumnya Credo hanya menyebutkan tentang Yesus: “Putera-Nya yang Tunggal, Tuhan kita”, menjadi: “Putera Allah yang Tunggal, Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya…” Dengan demikian, Gereja meluruskan ajaran yang keliru, dan menegaskan kembali ajaran yang benar.

Maka jika benar ada kesesatan besar di Gereja, tentulah ada seseorang yang netral yang dapat menulis sesuatu untuk menantang Gereja agar setia mengajarkan kebenaran. Atau Gereja sendiri harus meluruskan ajaran agar dapat diketahui ajaran yang murni, yang tercermin dalam syahadat/ credo. Namun hal ini tidak pernah terjadi, tidak ada orang yang menantang Gereja untuk mengajarkan ajaran yang murni dari para Rasul [karena memang Gereja sudah selalu mengajarkan ajaran yang murni tersebut]. Sebaliknya, yang ditantang/ ditolak adalah ajaran yang menentang ajaran para rasul itu.

5. Mormonism tak dapat menjelaskan apakah secara rinci ‘kesesatan besar’ itu

Jika ditanya, kaum Mormon tidak dapat memberikan penjelasan rinci fakta tentang kesesatan besar itu. Yang dikatakan hanya adalah terjadi kesesatan besar, namun jika ditanya apa contohnya secara mendetail, mereka tidak dapat menjawabnya, misalnya: siapa yang mempelopori kesesatan itu, di mana terjadinya, tentang apa, siapa yang menolak kesesatan itu, dst.

6. Keutamaan Perjanjian Baru

Kita ketahui bahwa sebagai pengikut Kristus kita (maupun kaum Mormon) menerima otoritas kitab Perjanjian Baru. Kitab Perjanjian Lama sendiri tetap eksis selama sekitar 1300 tahun sampai tergenapinya dalam Perjanjian Baru, walaupun ada banyak tokoh pemimpin dalam Perjanjian Lama yang hidupnya jahat. Dengan kenyataan ini, apakah kita harus percaya bahwa Gereja –yang didirikan oleh Kristus yang adalah Allah Putera yang menjelma menjadi manusia dan yang merupakan penggenapan janji Allah dalam Perjanjian Baru– akan dapat runtuh hanya dalam waktu 70 tahun setelah saat didirikannya oleh Kristus?

7. Kesesatan besar sudah terekam dalam Yohanes 6.

Daripada mencari fakta kesesatan besar yang terjadi setelah kematian Rasul terakhir, kita dapat mencari adanya kesesatan yang direkam dalam Injil. Yoh 6 telah merekam kejadian kesesatan dari banyak pengikut Kristus yang menolak untuk percaya akan ajaran Kristus tentang Ekaristi, yaitu agar para pengikut-Nya makan Tubuh-Nya dan minum Darah-Nya dalam rupa makanan (roti) dan minuman. Banyak di antara mereka yang mengikut Yesus saat itu menolak ajaran ini, sebab mereka tidak dapat menerima kehadiran Kristus yang secara nyata dalam Ekaristi. Demikian juga, kaum Mormon juga menolak untuk percaya akan kehadiran Yesus secara nyata dalam Ekaristi. Maka sesungguhnya dapat dipertanyakan di sini, siapakah sebenarnya yang menyimpang dari ajaran Kristus.

Di atas semua itu, Gereja mengajarkan kepada kita bahwa Wahyu Umum Allah (public Revelation) telah berakhir dengan wafatnya Rasul yang terakhir yaitu Yohanes, sekitar tahun 100. Oleh karena itu tidak akan ada pengajaran baru, ataupun Kitab Suci yang baru ataupun nabi- nabi baru seperti pada jaman nabi Musa, Yesaya, Daniel, dst. Gal 4:4, mengajarkan bahwa Yesus menyampaikan kepenuhan Wahyu Allah. Yud 1:3 mengatakan bahwa ajaran iman ini telah disampaikan kepada orang- orang kudus (…. ye should earnestly contend for the faith which was once delivered unto the saints– KJV). Mat 28:19-20 mengindikasikan bahwa semua ajaran telah disampaikan Kristus kepada para rasul, dan mereka harus mewartakan semua ajaran ini ke seluruh dunia.

Dengan demikian, Kitab Suci sendiri menyatakan bahwa tidak akan ada lagi Wahyu- wahyu umum yang baru, karena Wahyu umum telah mencapai puncaknya, dan telah disampaikan oleh Kristus. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

KGK 66 “Tata penyelamatan Kristen sebagai suatu perjanjian yang baru dan definitif, tidak pernah akan lenyap, dan tidak perlu diharapkan suatu wahyu umum baru, sebelum kedatangan yang jaya Tuhan kita Yesus Kristus” (Dei Verbum 4). Walaupun wahyu itu sudah selesai, namun isinya sama sekali belum digali seluruhnya; masih merupakan tugas kepercayaan umat Kristen, supaya dalam peredaran zaman lama kelamaan dapat mengerti seluruh artinya.

KGK 67 Dalam peredaran waktu terdapatlah apa yang dinamakan “wahyu pribadi”, yang beberapa di antaranya diakui oleh pimpinan Gereja. Namun wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka untuk “menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”, melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi dalam rentang waktu tertentu. Di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, maka dalam kesadaran iman, umat beriman tahu membedakan dan melihat dalam wahyu-wahyu ini apa yang merupakan amanat otentik dari Kristus atau para kudus kepada Gereja. Iman Kristen tidak dapat “menerima” wahyu-wahyu yang mau melebihi atau membetulkan wahyu yang sudah dituntaskan dalam Kristus. Hal ini diklaim oleh agama-agama bukan Kristen tertentu dan sering kali juga oleh sekte-sekte baru tertentu yang mendasarkan diri atas “wahyu-wahyu” yang demikian itu.

Demikianlah, maka Kitab Suci dan Tradisi Suci Gereja sendiri menunjukkan bahwa ajaran Mormonism yang berdasarkan atas wahyu pribadi Joseph Smith Jr, di abad ke-19 bukanlah merupakan ajaran yang murni berasal dari Kristus dan para rasul.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

32 COMMENTS

  1. Saya mau nanya.. Ada gak hubungannya Mormonism sama Katolik?

    [Dari Katolisitas: Menurut pengetahuan kami Mormonisme adalah suatu aliran yang diajarkan oleh Joseph Smith, berdasarkan apa yang diyakininya sebagai wahyu pribadi yang diterimanya sejak tahun 1820-an. Namun ajarannya ini tidak sesuai dengan ajaran Kristiani pada umumnya, baik ajaran Gereja Katolik maupun gereja-gereja Protestan/ non- Katolik lainnya. Penganut Mormonisme menyebut diri Kristiani, tetapi mereka menentang ajaran tentang Trinitas (jika kemudian salah satu denominasinya mengakui Trinitas, namun pemahaman mereka tidak sama dengan ajaran tentang Allah Trinitas yang diyakini oleh Gereja Katolik dan Protestan/ non-Katolik pada umumnya)]

  2. Terlepas dari benar tidaknya ajaran mormon atau sesat nggak nya saya mau mnanyakan aja apa persamaan kami sebagai Katolik dengan penganut Yehovas witnesses dengan mormon?? Lalu bolehkan kita “berteman” dengan mereka?? Lalu bagaimana cara kita menolak apabila mereka mengajak kami kegereja mereka??:) terima kasih :)

    [Dari Katolisitas: Hukum kasih yang diajarkan oleh Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi, bahkan mereka yang telah memusuhi ataupun menganiaya kita (lih. Mat 5:44). Maka kita dapat saja berteman dengan siapa saja, termasuk dengan mereka yang adalah seorang anggota saksi Yehuwa ataupun Mormon. Namun adalah hak kita untuk tidak mengikuti ibadah mereka. Mohonlah kepada Tuhan agar diberi kebijaksanaan untuk dapat menentukan sikap agar dapat tetap berteman namun tidak mengkompromikan iman kita.]

  3. Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir atau yang sering diebut Mormon adalah gereja yang berdasarkan adanya keyakinan akan pemulihan ajaran Yesus kristus. Itu berarti adlalah sebuah proses hingga kekekalan dan kekekalan yang berikutnya.

    Kenabian merupakan batu kunci atas organisasi gereja yang secera spiritual memiliki wali untuk menerima proses dan berlanjutnya proses pemulihan tersebut. Gereja gereja odern memiliki pemimpin yang juga dijadikan batu panutan secara organisatois seperti paus, dengan atribut papal, father atau abbah alam bahasa arab, dan aram.

    Poligami pada jaman tersebut dikarenakan terjadinya pengusiran, pembunuhan, pemerkosaan dan segala bentuk ketidak sukaan orang-orang yang ada terhadap gereja ini, sehingga begitu banyak wanita yang sendiri tanpa perlindungan dan penjagaan. Poligami diterapkan untuk tujuan perlindungan dan bukan nafsu badani para anggota gereja saat itu. Poligami ini kemudian dilarang dijalankan oleh pemimpin gereja, namun para anggota yang tidak setuju lalu memecah diri menjadi RLDS ( reorganized LDS ), dan masih mempraktekkanya hingga saat ini. Suatu yang memang tidak pantas dicontoh karena tujuanya sudah jauh berbeda da tidak prinsipil lagi.

    Kitab – kitab : Tidak ada yang keliru mengenai ada beberapa kitab yang dimiliki oleh mereka, Injil merupakan catatan dan uraian ajaran serta pewahyuan, tetap dipegang dan menjadi landasan prisnsip kehidupan orang-orang LDS.

    Sekiranya manusia memiliki persepektif yang memandang dengan pandangan hakiki, maka agama tidak hanya akan menjadi ” Ageman” atau bentuk realitas ritual dan wujug kasat mata aktifitas kehidupan, namun juga hendaknya menjadi ” Ugeman” atu panutan jati dir manusia sebagai bait Allah dan pancaran cahaya Allah bagi terwujudnya rencana kekekalan awal yaitu Yesusalem baru. Sion dan kesatuan hakiki antara manusia dan Allah dibawah struktur baru pemerintahan sang Gembala Agung Yesus Kristus.

    Saya berfikir tentu sangat susah menggambarkan sebuah ajarab dari sisi agama terentu karena sudut pandangnta pasti akan terpengaruh oleh”sisi” terebut, kecuali bila sudut pandang itu melepaskan dirina dari sisi manapun kecuali sisi jati dirinya dan jiwanya, yang ” kasihilah sesamamu manusia. seperti mengasihi dirimu sendiri.

    Andum pamuji lan pandonga mugi Gusti tansah maringi rahayu wilujeng. Syalom. Kula saking jawi. inggih sampun nate wonten gerej Katulik ingkang sae, lan tansah handarbeni pandulu ingkah teges lan resik. Sakmeniko kula wonten in gereja LDS meniki inggih bade luru toyaning agesang, saking sang khalik Gusti Yesus Kristus. Amen.

    • Shalom Theo Bambang,

      Berikut ini saya menanggapi komentar Anda, yang saya beri warna biru, dan tanggapan saya dengan warna hitam:

      1. Anda menulis, “Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir atau yang sering disebut Mormon adalah gereja yang berdasarkan adanya keyakinan akan pemulihan ajaran Yesus kristus. Itu berarti adalah sebuah proses hingga kekekalan dan kekekalan yang berikutnya.

      Tanggapan saya:

      Pernyataan ini sepertinya secara implisit ingin mengatakan bahwa Gereja Yesus Kristus pernah mengajarkan ajaran yang salah, sehingga perlu dipulihkan. Hal ini sudah dibahas di atas, bahwa hal ini tidak mungkin terjadi, jika kita berpegang kepada janji Kristus sendiri untuk melindungi Gereja-Nya (lih. Mat 16:18).

      2. Anda menulis, “Kenabian merupakan batu kunci atas organisasi gereja yang secera spiritual memiliki wali untuk menerima proses dan berlanjutnya proses pemulihan tersebut. Gereja gereja modern memiliki pemimpin yang juga dijadikan batu panutan secara organisatois seperti paus, dengan atribut papal, father atau abbah alam bahasa arab, dan aram.”

      Tanggapan saya:

      Kepemimpinan Rasul Petrus dan para penerusnya dalam Gereja Katolik mengambil dasar dari Firman Allah sendiri (lih. Mat 16:18-19, 28:19-20). Sedangkan Kristus tidak pernah mengatakan akan mengutus nabi-nabi baru setelah kenaikan-Nya ke surga untuk memulihkan Gereja-Nya, sebab ini malah bertentangan dengan janji-Nya sendiri yang mengatakan akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman, dan bahwa Gereja-Nya tidak akan dibiarkan binasa oleh pengajaran yang salah (sehingga perlu dipulihkan oleh para nabi yang baru).

      Terima kasih jika Anda dapat mengerti bagaimana umat Katolik mengakui kepemimpinan Bapa Paus, sebab nampaknya tidak banyak kaum Mormon/LDS yang bersikap demikian.

      3. Anda menulis, “Poligami pada jaman  tersebut dikarenakan terjadinya pengusiran, pembunuhan, pemerkosaan dan segala bentuk ketidak sukaan orang-orang yang ada terhadap gereja ini, sehingga begitu banyak wanita yang sendiri tanpa perlindungan dan penjagaan. Poligami diterapkan untuk tujuan perlindungan dan bukan nafsu badani para anggota gereja saat itu.  Poligami ini kemudian dilarang dijalankan oleh pemimpin gereja, namun para anggota yang tidak setuju lalu  memecah diri menjadi RLDS ( reorganized LDS ), dan masih mempraktekkanya hingga saat ini. Suatu yang memang tidak pantas dicontoh karena tujuanya sudah jauh berbeda da tidak prinsipil lagi.”

      Tanggapan saya:

      Mungkin ini adalah untuk permenungan Anda sendiri. Jika kita melihat dalam Kitab Suci, maka urutannya adalah: 1) Sejak saat menciptakan manusia pertama, Allah sudah menghendaki monogami (lih. Kej 2:24); 2) Sejalan dengan waktu, dalam kehidupan para patriarkh dan umat Israel dalam Perjanjian Lama, ketentuan ini banyak dilanggar, entah karena keadaan yang memaksa atau karena faktor kelemahan manusia (‘ketegaran hati’, lih. Mat 19:8); 3) Namun dalam Perjanjian Baru, Yesus memberikan ajaran-Nya yang final, bahwa yang benar adalah yang sesuai dengan kehendak Allah semula, yaitu perkawinan adalah monogami: yaitu untuk seorang laki-laki dan seorang perempuan (lih. Mat 19:4-6).

      Maka orang yang mengaku mengikuti ajaran Kristus, selayaknya tidak kembali lagi mengikuti keadaan di zaman Perjanjian Lama -kembali berpoligami- entah dengan alasan apapun juga. Siapakah ia, meskipun ia seorang pengajar, yang berhak mengubah lagi ajaran Kristus, untuk kembali kepada keadaan yang dikecam oleh-Nya? Padahal ajaran tentang perkawinan merupakan salah satu ajaran yang sangat penting, yang bagi Yesus bahkan diambil sebagai gambaran kasih antara diri-Nya sendiri dengan Gereja-Nya (lih. Ef 5:22-33). Sebagaimana Kristus hanya ada satu, dan demikian pula Gereja-Nya, maka perkawinan yang menggambarkannya juga harus hanya antara satu orang laki-laki dan satu orang perempuan.

      Fakta bahwa pada akhirnya ajaran tentang poligami ini membawa perpecahan di dalam tubuh LDS sendiri, seharusnya membuat umat LDS merenung: apakah ajaran poligami yang pernah diajarkan itu ajaran yang benar atau salah. Jika pendiri mereka dapat salah dalam pengajaran ini, apakah yang dapat menjamin bahwa ajaran ataupun nubuat lainnya yang disampaikan olehnya itu adalah benar?

      4. Anda menulis, “Kitab- kitab : Tidak ada yang keliru mengenai ada beberapa kitab yang dimiliki oleh mereka, Injil merupakan catatan dan uraian ajaran serta pewahyuan, tetap dipegang dan menjadi landasan prinsip kehidupan orang-orang LDS.”

      Tanggapan saya:

      Tak apa membaca kitab-kitab lain, jika yang diajarkan di sana sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Namun memang mungkin perlu direnungkan, mengapa kaum LDS yang memegang Kitab Suci yang sama dengan umat Kristiani lainnya, dapat mempunyai pemahaman sendiri yang tidak sama dengan pandangan mayoritas umat Kristen (baik yang Katolik maupun yang non- Katolik).

      5. Anda menulis, “Sekiranya manusia memiliki perspektif yang memandang dengan pandangan hakiki, maka agama tidak hanya akan menjadi “Ageman” atau bentuk realitas ritual dan wujug kasat mata aktifitas kehidupan, namun juga hendaknya menjadi  Ugeman” atu panutan jati diri manusia  sebagai bait Allah dan pancaran cahaya Allah bagi terwujudnya rencana kekekalan awal yaitu Yerusalem baru. Sion dan kesatuan hakiki antara manusia dan Allah dibawah struktur baru pemerintahan sang Gembala Agung Yesus Kristus.”

      Tanggapan saya:

      Menurut hemat saya, sudah seharusnya agama memang bukan untuk diartikan sebagai ritual belaka, namun sebagai pegangan hidup manusia. Definisi agama menurut ajaran Gereja Katolik telah sekilas dibahas di sini, silakan klik.

      6. Anda menulis, “Saya berfikir tentu sangat susah menggambarkan sebuah ajaran dari sisi agama tertentu karena sudut pandangnya pasti akan terpengaruh oleh”sisi” tersebut, kecuali bila sudut pandang itu melepaskan dirinya dari sisi manapun kecuali sisi jati dirinya dan jiwanya, yang “kasihilah sesamamu manusia seperti mengasihi dirimu sendiri.”

      Tanggapan saya:

      Memang latar belakang lingkungan di mana kita dibesarkan/ dididik dapat memberikan pengaruh bagi pola berpikir kita. Namun kita harus yakin akan apa yang disebut sebagai kekuatan kebenaran. Sebab kebenaran itu sifatnya adalah obyektif, dan kebenaran itu akan menyatakan dirinya sendiri dan dengan sendirinya akan menarik orang-orang yang dengan tulus mencarinya. Kami percaya akan kekuatan kepenuhan kebenaran itu yang ada di dalam Gereja Katolik, namun memang kami tidak dapat memaksakannya kepada siapapun. Bagi yang hatinya terbuka, silakan datang kepada kebenaran itu dan temukanlah harta rohani yang tak terbatas daripadanya. Namun bagi yang menolaknya dan memilih untuk meyakini yang lain, itu adalah haknya dan kami menghormati hal itu.

      Ya, di atas semua itu mari kita tetap saling mengenakan kasih, sebagaimana yang diajarkan oleh Sabda Tuhan kepada kita (lih. Kol 3:12-14).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Bu Inggrid , saya rasa justifikasi pada Mormon sedikit kurang benar.

    Saya merasa Mormon menekankan pada Keharmonisan Rumah Tangga.

    Poligami Mormon bukan pada hubungan badan tetapi kepada perlindungan suami / ayah. Janda diambil jadi istri (benar menjadi istri ke 2) tetapi sebagai Ayah saja dari anak yang kehilangan Ayah ..
    sama seperti Santo Yosef suami Maria tetapi tidak melakukan hubungan badan…. yg tidak melakukan hubungan. Hanya diambil statusnya saja.

    Info dari saya mengenai Poligami Mormon.

    Tolong bu Inggrid pelajari benar-2 Mormon.

    Saya juga mempelajari, saya mempunyai Kitab Mormon.

    karena di Kota saya yang kecil tidak ada Mormon. Saya tidak bisa mendatanginya. Kalau ada pasti saya akan kesana.

    Saya rasa lebih Kristen Mormon daripada Kharismatik.

    • Shalom Tomy King,

      Silakan melihat site dari Mormon di bagian ini: http://mormon.org/faq/practice-of-polygamy/ , yang menuliskan sebagai berikut:

      President Gordon B. Hinckley, prior president of The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints made the following statement in 1998 about the Church’s position on plural marriage:

      “This Church has nothing whatever to do with those practicing polygamy. They are not members of this Church…. If any of our members are found to be practicing plural marriage, they are excommunicated, the most serious penalty the Church can impose. Not only are those so involved in direct violation of the civil law, they are in violation of the law of this Church.”

      At various times, the Lord has commanded His people to practice plural marriage. For example, He gave this command to Abraham, Isaac, Jacob, Moses, David, and Solomon (Doctrine and Covenants 132:1). At other times the Lord has given other instructions. In the Book of Mormon, the Lord told the prophet Jacob “for there shall not any man among you have save it be one wife: and concubines he shall have none… for if I will, saith the Lord of Hosts, raise up seed unto me, I will command my people; otherwise they shall hearken unto these things (Jacob 2:27-30).

      In this dispensation, the Lord commanded some of the early Saints to practice plural marriage. The Prophet Joseph Smith and those closest to him, including Brigham Young and Heber C. Kimball, were challenged by this command, but they obeyed it. Church leaders regulated the practice. Those entering into it had to be authorized to do so, and the marriages had to be performed through the sealing power of the priesthood. In 1890, President Wilford Woodruff received a revelation that the leaders of the Church should cease teaching the practice of plural marriage (Official Declaration 1).

      The Lord’s law of marriage is monogamy unless he commands otherwise to help establish the House of Israel (see Encyclopedia of Mormonism Vol. 3, pp. 1091-1095).

      Bagaimana tanggapan anda terhadap pernyataan di atas?

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  5. Bu Inggrid, Mormon menyebut gereja Katolik maaf “setan” atau sesat,,,,

    Apa tindakan gereja Katolik slm ini? Apakah pernah gereja secara tegas mengutuk atau menentang Mormon sama spt gereja menentang aborsi dan kontrasepsi?

    Apakah pernah diajak dialog sblmnya?

    tks.

    • Shalom Vincent,

      Sepanjang pengetahuan kami, Gereja Katolik tidak pernah mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam Mormonism (ataupun denominasi lain). Namun demikian, ada surat resmi yang dikeluarkan dari Vatikan, tepatnya dari Congregation for the Doctrine of the Faith (CDF), yang isinya menyatakan bahwa Baptisan yang dilakukan oleh gereja Mormon tidaklah sah menurut Gereja Katolik. Demikian terjemahannya:

      Kongregasi Doktrin Iman

      Tanggapan terhadap keraguan/ dubium
      tentang ke-sah-an Baptisan yang dilaksanakan oleh
      The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints” yang disebut Mormon

      Pertanyaan: Apakah Baptisan yang dilaksanakan oleh komunitas “The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints” yang disebut Mormon dalam bahasa vernakular, adalah sah?

      Jawaban: Tidak

      Imam Agung Roma, Yohanes Paulus II, dalam Audiensi yang diberikan kepada Kardinal Perfek yang bertandatangan di bawah ini, menyetujui tanggapan ini, memutuskan di dalam Sesi Ordinaria dari Kongregasi ini, dan memerintahkannya agar dipublikasikan.

      Dari Kantor Kongregasi Doktrin Iman, 5 Juni 2001

      Kardinal Joseph Ratzinger
      Prefek

      Tarcisio Bertone S.D.B.
      Uskup Agung emeritus dari Vercelli
      Sekretaris

      Alasannya mengapa baptisan Mormon tidak valid menurut Gereja Katolik adalah, karena mereka tidak mempunyai maksud/ intensi yang sama dengan intensi Gereja Katolik dalam hal Baptisan. Sebab meskipun ritus Baptisan Mormon mengacu kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus, namun iman mereka tentang Pribadi Allah ini sangat berbeda dengan iman Katolik dan iman mayoritas denominasi Kristen; sehingga ritus tersebut tidak dapat dianggap sebagai Baptisan Kristiani. Kaum Mormon menganggap Yesus dan Roh Kudus sebagai anak- anak dari Bapa Surgawi dan Bunda Surgawi, dan bahwa Baptisan ditetapkan oleh Allah Bapa, dan bukan oleh Kristus. Selain itu, Mormonis tidak hanya mengajarkan dan melaksanakan Baptisan bagi orang hidup, tetapi juga Baptisan orang mati melalui wakil/ proxy, dan ini tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik maupun ajaran banyak gereja non- Katolik lainnya. Oleh karena itu, jika seorang Mormon ingin menjadi Katolik, ia tetap harus menerima Baptisan yang dilakukan oleh Gereja Katolik.

      Namun demikian, walaupun ada perbedaan- perbedaan Teologis yang cukup mendasar antara Gereja Katolik dan Mormonism, terdapat juga persamaan di antara keduanya yaitu di dalam hal menentang aborsi dan perkawinan sesama jenis. Ajaran Mormonism umumnya berdasarkan wahyu pribadi pendirinya, Joseph Smith, 1830. Sebelum mendirikan Mormonism, Joseph Smith (1830) bukan anggota Gereja Katolik (jadi tidak seperti Martin Luther). Jadi memang pihak Gereja Katolik tidak pernah mengajak Joseph Smith berdialog di abad ke- 19 itu, tidak sama seperti ketika beberapa kali Gereja Katolik mengupayakan dialog dengan Martin Luther di abad ke 16, sebelum ia memutuskan untuk memisahkan diri dari Gereja Katolik. Walaupun begitu, bukan berarti tidak ada dialog sama sekali antara Gereja Katolik dan Mormonism (LDS). Dialog diusahakan dengan berbagai cara, misalnya lewat doa ekumenis tanggal 18 April 2008 yang lalu saat kunjungan Paus Benediktus XVI ke Amerika. Di pertemuan doa itu, kedua wakil dari LDS hadir, dan kemudian upaya dialog dilanjutkan di tingkat keuskupan (sebagaimana telah dilakukan), terutama di Utah, di mana terdapat mayoritas umat LDS. Silakan selanjutnya membaca berita ini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Shallom,

      Saudara Vincent, Mormon atau LDS tidak pernah mengajarkan atau menganjurkan seseorang untuk menghakimi siapapun dan ajaran apapun sesat.

      Saya sebagai anggota gereja ini yang sudah lebih dari 20 tahun tidak pernah mendengar justifikasi ini dari pemimpin gereja.

      Sebaiknya kita tidak melempar wacana yang menjurus kepada kebencian, perpecahan dan penghakiman. Kita adalah putra putri Allah yang maha tinggi hendaknya senantiasa memancarkan cahaya-Nya dalam hidup ini dengan kedamaian dan kebersamaan.

      Saya bisa datang ke Amerika atau mengklarifikasi pendapat anda bila memang itu banar dan bersumber dari dokumen evidence serta pengukuhan resmi yang menyatakan sendiri.

      Kristiani handaknya menjadi cerminan Tuhan dan rahmat Tuhan. Ia laksana matahari yang menerangi alam dengan kehangatan dan cinta.

      Tuhan memberkati kita semua. Amen.
      Theo Bambang
      baliland@mail.com

      • Shalom Theo,

        Saya lebih cenderung untuk berdiskusi tentang dogma dan doktrin daripada berdiskusi hal-hal lain yang sebenarnya tidak perlu. Namun, kalau Anda ingin bertanya tentang beberapa tulisan dari beberapa petinggi Mormon tentang agama Kristen non-Mormon dan Gereja Katolik, silakan melihat beberapa tulisan berikut ini, yang saya ambil dari sini – silakan klik:

        1. “I was answered that I must join none of them (Christian churches), for they were all wrong…their creeds were an abomination in [God’s] sight; that those professors were all corrupt” (Joseph Smith—History 1:19). 

        2. “Orthodox Christian views of God are pagan rather than Christian” (Mormon Doctrine of Deity, B. H. Roberts [General Authority], 116). 

        3. “Are Christians ignorant? Yes, as ignorant of the things of God as the brute beast” (Journal of Discourses, John Taylor [3rd Mormon President], 13:225). 

        4. “The Roman Catholic, Greek, and Protestant church, is the great corrupt, ecclesiastical power, represented by great Babylon” (Orson Pratt, Writings of an Apostle, Orson Pratt, n. 6, 84). 

        5. “All the priests who adhere to the sectarian [Christian] religions of the day with all their followers, without one exception, receive their portion with the devil and his angels” (The Elders Journal, Joseph Smith, ed. Vol. 1, n. 4, 60). 

        6. [Under the heading, “Church of the Devil,” Apostle Bruce R. McConkie lists:] “The Roman Catholic Church specifically—singled out, set apart, described, and designated as being ‘most abominable above all other churches’ (I Ne. 13:5)” (Mormon Doctrine, 1958, 129). 

        7. “Believers in the doctrines of modern Christendom will reap damnation to their souls (Morm. 8; Moro. 8)” (Mormon Doctrine, 1966, Bruce R. McConkie, 177).

        Namun, lepas daripada semua tulisan di atas, diskusi akan lebih berbobot jika kita berfokus pada diskusi dogma dan doktrin. Anda dapat mengecek kebenaran dari kutipan-kutipan tersebut.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – katolisitas.org

        • Terimakasih,

          Bagi saya sejarah memang selalu menyembunyikan kebenaran dan menjadikanya dongeng. Saya hanya tidak berharap seorang Katolik yang saya hormati seperti anda membaca tentang politisasi perang salib,Peristiwa dengan saudara Lutheran, dll, bagaimana Joan D.Arc di firnah dan direndahkan pada saat itu. Juga agar hal-hal seperti ini ; http://listverse.com/2007/08/17/top-10-most-wicked-popes/ tidak lagi menjadi bagian dari perkembangan perspektif ketuhanan setiap manusia dalam rumah ibadah manapun.

          Saya memohon maaf bahwa saya tidak tertarik berdiskusi tentang dogma dan doktrin. Saya secara pribadi mengakui kebenaran Tuhan dan perjalanan organisasi gereja sebagai organisasi jemaah yang didalamnya terdapat dua sisi prinsipil yaitu :1. Ajaran Tuhan yang”Tuhan adalah Kebenaran” meski dalam perjalanan sejarah “Kebenaran ” tersebut pernah menjalani degradasi karena”Manusia” . yang ke 2. bahwa dalam setiap gereja apapun saya meyakini dengan rasa hormat bahwa terdapat begitu banyak orang benar dan gereja tersebut sebagaimana gereja Katolik atau yang lain juga tumbuh dan senantiasa mencari kebenaran dalam perjalanan sejarahnya.

          Sekali lagi saya hanya menghimbau agar masa depan dunia ini dihiasi dengan kristianitas yang menanti kedatangan-Nya dengan kekuatan kebersamaan. Dogma dan doktrin silakan dipegang sebagai identitas yang menurut saya akan menemui hakikatnya ketika keluhuran Tuhan diutamakan, seperti para tokoh tokoh yang sangat dihormat oleh bangsa dan negara ini laksana Romo Sugyopranoto, JB.Mangun, Ignatius Jos Sudarso , Pahlawan PETA Slamet Riyadi, dan begitu banyak rasul awam yang lain yang telah menjadi Cahaya Tuhan dengan dedikasi mereka saat hidup.

          Sekali lagi saya memohon maaf atas tanggapan saya. Semoga seluruh saudara dari gereja Katolik senantiasa berada dalam rahmat dan berkat Bapa Surgawi.

          Syallom.

          • Shalom Bambang,

            Menjadi hak anda untuk tidak mau berdiskusi tentang dogma dan doktrin. Dan menurut saya, sayang sekali kalau Anda hanya melihat dogma dan doktrin secara terpisah dengan kehidupan. Anda sendiri yang menuliskan “Mormon atau LDS tidak pernah mengajarkan atau menganjurkan seseorang untuk menghakimi siapapun dan ajaran apapun sesat” dan bahkan Anda menekankan hal ini dengan mengatakan “Saya bisa datang ke Amerika atau mengklarifikasi pendapat anda bila memang itu banar dan bersumber dari dokumen evidence serta pengukuhan resmi yang menyatakan sendiri.” Saya telah memberikan beberapa contoh pernyataan dari beberapa pemimpin Mormon yang menyatakan bahwa agama Kristen yang lain dan termasuk Katolik adalah sesat dan bahkan dikatakan sebagai gereja setan. Dengan demikian silakan Anda mengecek kebenaran pernyataan-pertanyaan tersebut.

            Berkaitan dengan beberapa hal yang anda sebutkan, silakan melihat riwayat St. Joan dari Arc di sini – silakan klik; tentang perang salib – silakan klik; tentang tanggapan akan beberapa paus – silakan klik. Dan tentang konsep Gereja, kita memang mempunyai perbedaan dogma. Namun, karena Anda tidak tertarik akan diskusi dogma, maka diskusi ini juga saya ingin mengakhirinya. Semoga dapat dimengerti.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

  6. Tetapi tetap semua itu harus kembali ke Alkitab karena itu pedoman hidup kita dan inilah tugas kita untuk menyelamatkan mereka yang tersesat dan beritakan Injil kepada mereka supaya mereka mendapatkan keselamatan aminn god bless (from:GMII=Gereja Missi Ijili Indonesia)

    [dari katolisitas: Terima kasih atas komentarnya. Silakan juga membaca artikel tentang sola scriptura di sini – silakan klik]

  7. Bagaimana sikap kita sebagai orang Katolik menanggapi para misionaris dari Gereja Yesus Kristus Dari Orang2 Suci Zaman Akhir, para misionaris tersebut begitu aktif mendatangi rumah2 orang Kristen dan memberikan khotbah dan memberikan kitab suci mereka ( Kitab Mormon ) dan mereka mempunyai nabi baru…….

    • Shalom Fransiskus,
      Sesungguhnya jika kita sungguh mengenal iman kita, maka kita perlu terpengaruh dengan apa yang disampaikan dengan berbagai pengajaran baru yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan para rasul. Tentang Mormonism sudah pernah sekilas dibahas di sini, silakan klik.

      Maka kuncinya di sini adalah apakah kita sudah cukup memahami iman kita. Jika belum, silakan gunakan waktu- waktu yang ada sekarang ini untuk semakin mengenal dan memahami iman Katolik. Baru setelah memahami iman kita sendiri, kita dapat membuka diri untuk berdialog dengan mereka; sehingga kita tidak mudah dibingungkan oleh pandangan mereka. Jika tidak, lebih baik menunda kesempatan untuk berdialog. Ada banyak kasus di mana umat Katolik yang tidak sungguh- sungguh memahami imannya malah akhirnya bingung dan meragukan imannya setelah mendengar banyak ajaran baru, karena ia tidak terlebih dahulu berakar kuat dalam pemahaman iman Katolik. Padahal jika dipahami dengan benar, maka kita umat Katolik tidak perlu ragu dan bimbang, sebab segala yang diwayukan Tuhan melalui Tuhan Yesus Kristus dan para rasul-Nya terus dijaga dan dilestarikan secara penuh dalam Gereja Katolik, sehingga kita tidak perlu berpaling ke manapun.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  8. Apapun yg baik dari luar Katholik boleh kita ambil sepanjang itu tidak bertentangan dengan Gereja yang satu, kudus, katholik, dan apostolik…juga apakah sesuai dengan Kitab Suci, Tradisi dan Magisterium Gereja….di luar itu kita tidak bisa kompromi…….

  9. Aku ingin belajar lebih baik, untuk menemukan kebenaran dan keselamatan melalui Kitab Suci….

    • Sdr Darius. ..belajar dari Kitab Suci itu baik tetapi tidak cukup….seharusnya dari Kitab Suci dan Magisterium Gereja Katolik dan Tradisi Suci…sebab Kitab Suci tidak bisa menerjemahkan dirinya sendiri. Contoh yg paling kongkrit adalah mengenai silsilah Tuhan Yesus yg berbeda dari injil Matius 1:1-17 yg mengatakan Yesus adalah anak Yusuf dan Yusuf adalah anak Yakub….sementara Lukas 3:23-38 Yusuf adalah anak Eli. ..Bagaimana sdr mendapat informasi yg jelas ttg ini. Urutan keturunan yg seharusnya baku saja Kitab Suci seolah olah memberikan informasi yg tidak jelas…..ini membuktikan Kitab Suci tidak bisa menerjemahkan dirinya sendiri. Perlu wewenang mengajar dari Bapa Gereja dari dulu sd sekarang utk menjelaskan ini. Dan sepertinya Katolisitas pernah membahas ini dengan baik..Terimakasih Katolisitas. ..Benarlah. ..Tanpa Magisterium Gereja dan tanpa Tradisi Suci akan menghasilkan perpecahan Gereja yg menerjemahkan Kitab Suci menurut selera penerjemah. …

      • Syalom Johanes

        Anda menulis :
        …..ini membuktikan Kitab Suci tidak bisa menerjemahkan dirinya sendiri.

        Kitab Suci atau Alkitab adalah Firman Allah yang tertulis.
        Yohanes 1:1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

        Apakah mungkin Allah tidak bisa menerjemahkan dirinya sendiri ? Barangkali anda yang belum bisa membaca dengan baik tentang silsilah Tuhan Yesus, sehingga anda belum bisa memahami dengan benar tentang silsilah tsb. Jadi mohon jangan ter-buru2 menghakimi .
        Coba tanyakan pada Ingrid atau Stef, beliau akan menjelaskan pada anda agar menjelaskan : apa yang menurut anda beda, tetapi sebenarnya saling melengkapi.

        Terima kasih
        mac

        • Shalom Machmud,

          Kemungkinan maksud dari Johanes adalah bahwa adakalanya untuk memahami keseluruhan makna Kitab Suci diperlukan penjelasan dari luar Kitab Suci, yaitu dari para Bapa Gereja, terutama jika ada ayat- ayat yang berbeda tentang suatu kejadian/ hal yang sama. Dalam hal ini adalah tentang silsilah Tuhan Yesus, yang disampaikan dengan urutan yang berbeda, antara Injil Matius dan Injil Lukas. Padahal kita percaya bahwa Kitab Suci menyampaikan kebenaran dan karena itu perbedaan tersebut tidak mungkin saling bertentangan. Hal bagaimana menjelaskan perbedaan silsilah Yesus ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

          Perbedaan silsilah Yesus di Injil Matius dan Lukas merupakan salah satu contoh, di mana jika kita berpegang hanya kepada Kitab Suci saja (sola scriptura), kita tidak dapat mengetahui solusi/ pemahaman yang benar tentang hal- hal yang nampak berbeda dalam Kitab Suci. Namun setelah kita mempelajari tulisan dari Bapa Gereja, kita dapat mengetahui bahwa keterangan di Injil Matius dan Injil Lukas sebenarnya tidak bertentangan melainkan saling melengkapi, sehingga memperluas sudut pandang kita dalam memahami makna ayat- ayat Kitab Suci.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

        • Sdr Machmud…saya berterimakasih atas tangan sdr. Yg saya maksudkan dengan Kitab Suci tidak bisa menerjemahkan dirinya sendiri itu tentu bukan berkaitan bahwa Firman Allah tidak berkuasa. Tentu sdr melihatnya dari sisi firman adalah Allah. Namun kita melihat dari sisi literal tulisan silsilah itu….apakah tidak membingungkan? Orang non Kristen sering sekali memakai ini utk menyerang pengikut Kristus. Sdr.Ingrid telah menjelaskannya dengan baik buat sdr. Dan apa yang saya tulis benar adanya. Ini membuktikan “hanya alkitab” saja tidak cukup dan saya tambahkan untuk mengomentari tulisan sdr. Darius bahwa dia seharusnya belajar dari KS dan Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Adakah yang salah? Kalau tidak ada Tradisi dan Magisterium Bagaimanakah sdr Machmud menjelaskan dua silsilah Yesus menurut dua penulis Injil? Kadang-kadang saya sungguh bingung dgn Protestanism…karena mereka tidak consistent dalam penerapan dasar iman..sekali lagi pembuktian bahwa sola scriptura runtuh atas dasar Alkitab sendiri. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah dengan dasar yg sudah tidak benar ini; bisa membawa jemaat pada seluruh kepenuhan kebenaran? Sungguh menjadi tanya tanya besar.Biarlah waktu yang membuktikan. …..

      • Syalom Johanes

        Betul sekali karna dengan sebebas-bebasnya dan semaunya menafsirkan Alkitab menurut kehendaknya sendiri membuat orang2 bingung antara satu dengan yang lain akhirnya ya terjadilah perpecahan2 yang mengakibatkan satu sama lain saling mengklaim bahwa dialah yang benar yang lain salah. Akhirnya bingung sendiri dan bengong sendiri…

        Syukur adanya para Bapa Gereja yang mengeluarkan Magisterium Gereja. Gereja Katholik menjadi bebas dari perpecahan satu sama lain dan tetap menjadi gereja yang Satu, Kudus, Katholik, dan Apostolik.
        God bles all…….

  10. Baru beberapa minggu saya mengenal para ELDER …dan sedikit mempelajari tentang kitab Mormon….perasaan saya menjadi lebih baik..karena di gereja ini….saya merasakan ketenangan tanpa keterpaksaan, saya rajin datang untuk sekedar konsultasi spiritual….aku melihat kedamaian di gereja ini…..yang sebelumnya jarang saya rasakan….

    • Shalom Peter,
      Kami tidak tahu apakah anda seorang Katolik atau bukan. Jika ya, kami mengundang anda untuk membaca artikel yang ada di situs ini, Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik, silakan klik.
      Mari kita sadari bahwa memilih Gereja bukanlah atas dasar perasaan kita, tetapi atas apakah yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Jika kita sudah mengambil dasar pemahaman ini sebagai patokan, maka selanjutnya, kita akan menemukan damai sejahtera yang sejati.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

    • Syalom Peter

      Mungkin juga bisa seperti itu… tapi perasaan seperti ini pun bisa siapa dapatkan di mana saja…bisa saja sekatu di tempat yang lama imannya tdk berkembang atau bertumbuh, jarang bergaul dengan sesama anggota gerejanya atau ya hanya suam2 kuku…
      Karena di tempat yang baru mendapatkan yang lain trus merasakan damai… tapi kalau nanti mendapat kesulitan trus biasanya pergi lagi meninggalkan dan cari suasana baru lagi…
      Ya saya dulu juga pernah mutar2 sana sini eh akhirnya ya kembali lagi ke gereja Katholik memang aneh yaaaaaaa.

  11. Syalom Flo,

    Mari kita cermati bahwa Gereja Mormon didirikan tahun 1830. itu sih SANGAT JAUH dari KEBENARAN YESUS yang lahir tahun 0 Masehi. Sama seperti saya tanya orang yang bernama Devian yang lahir tahun 2 Masehi. apakah kita tahu bagaimana kehidupan orang itu ?

    Tuhan Yesus Memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada kebenaran

    • Saudara Budi Darmawan Kusumo

      Pendapat anda yang sangat menghakimi itu mencerminkan anda tidak merasuk sebagai orang Kristiani. Seandainya tulisan dan pendapat anda ini tetap ada 200 tahun lagi, maka orang yang”Tidak Kenal” dengan anda juga akan berasumsi sama.

      Saya menghormati pendapat dan opini bebas. Opini tersebut mencerminkan parameter jiwa anda dan outputnya hanya ada 3 di dunia ini yaitu :1. Banyak orang mendukung anda 2. Ada yang akan meluruskan anda 3. Tidak peduli. Output selanjutnya adalah ketika semua orang “besar dan kecil” berdiri di depan tahta Allah yang maha agung untuk dihakimi, maka penghakiman anda akan menghakimi anda sendiri.

      Ketika dunia ini sudah kehilangan rasa hormatnya, maka yang lahir adalah kehancuran.

      Matur nuwun.
      Theo Bambang

      [dari katolisitas: Anda dapat memberikan argumentasi dari sisi yang berbeda.]

  12. Salam Damai dalam Kristus Tuhan,
    Bu, Inggrid,
    Apakah ajaran marmon, sbgmana yang telah ibu paparkan di atas,dapat digolongkan dalam ajaran Kristen? Apakah aliran marmon tsb telah ada di Indonesia ?
    GBU

    • Salam Beslam,

      Pengikut aliran Mormon sudah ada di Indonesia. Mereka menamakan diri sebagai gereja “Orang-Orang Suci Zaman Akhir”. Mantan ketua PGI Pdt Nathan Setiabudi mengatakan bahwa syarat keanggota gereja OOSZA sebagai anggota PGI belum terpenuhi ketika ia menjabat ketua PGI (lihat: http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2006/mei_16/hl002.html ) Pada blog http://febrina.wordpress.com/mormon/ disebut bahwa dukungan politis dari Gus Dur membuat aliran ini lebih leluasa masuk ke Indonesia dan mencari pengikut.
      Ketua Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang Rm Aloys Budi Purnomo pasca kerusuhan pengrusakan gereja di Temanggung bulan lalu, telah dikirimi Alkitab Mormon berbahasa Indonesia langsung ke pastoran tanpa tahu siapa pengirimnya. Jadi, pengikut sudah ada di Indonesia namun keberadaannya belum diakui secara resmi oleh PGI.

      Salam
      Rm YD Harsanto Pr

      • Dear Romo Dwi dan Teman 2 Katolisitas .

        Kebetulan saya mengenal banyak teman dari OOSZA , karena salah satu dari teman dekat saya adalah termasuk tokoh utama di OOSZA Jakarta ( juga Indonesia ) . Dan pada waktu saya bekerja di 2 buah perusahaan , terdapat cukup banyak anggota OOSZA .
        Saya pernah bersama dng teman ini mengunjungi Temple Mormon di Tokio (suatu hari minggu 1995 ), sewaktu kita bertugas di Jepang .
        Teman saya juga pernah memberikan kepada saya beberapa buku dari Mormon , dan sekilas saya membaca kisah keluarga Yahudi tempo dulu ( jauh sebelum Kristus ) yang berangkat dari israel dan menemukan benua Amerika ( bagaimana pendapat anda mengenai hal ini ?? ), jadi ada anggapan bahwa beberapa suku bangsa yang cukup maju di amerika ( astec ?? dsb ) adalah datang dari keturunan Israel .
        Saya juga membaca dari buku Mormon tsb bahwa dulu pun Yesus hadir secara nyata disana ( ada gambar mengenai hal ini di buku tsb ) .

        Dari teman 2 OOSZA ini saya melihat hubungan persaudaraan yang akrab , ini mungkin yang paling penting untuk di contoh , beberapa brother & sister ( begitu mereka menyebut pemimpin maupun yang dipimpin ) tampaknya memberikan bantuan , bimbingan , pendidikan dsb kepada brother & sister yang berkekurangan dan membutuhkan , dalam bentuk apa saja .
        Jadi OOSZA meskipun kecil tampaknya cukup baik , setahu saya mereka cukup maju dan besar di USA .
        Di beberapa negara yang dekat dng USA spt ; Jepang , Philiphina , Jerman (Barat) dsb terdapat Mormon Temple ; Untuk upacara penting seperti pernikahan dianjurkan untuk menikah di temple tsb .
        Demikianlah apa yang saya fahami mengenai Mormon .

        Terima kasih .

        Paulus

        • Shalom Paulus,

          Memang, Joseph Smith pendiri aliran Mormonisme (OOSZA) mengajarkan bahwa orang- orang Yahudi yang datang ke Amerika sekitar tahun 600 BC mendirikan dua bangsa yang besar, yaitu Nephites dan Lamanites. Namun demikian, penyelidikan arkeologis dan sejarah Amerika tidak dapat menemukan jejak kedua bangsa ini seperti yang disebut dalam Book of Mormons. Tidak adanya bukti ini telah menjadi hal yang sangat memalukan bagi para sejarahwan Mormon dan arkeolognya. Karena bukti- bukti yang semakin meyakinkan bahwa kedua bangsa ini tidak pernah ada, maka kaum Mormon mengesampingkan ajaran ini.

          Kita tahu, bahwa menurut Kitab Suci Yesus lahir di Betlehem (Luk 2:1-6), sehingga klaim bahwa Yesus lahir di tempat lain adalah klaim yang tidak alkitabiah.

          Persaudaraan yang akrab dalam suatu komunitas adalah sesuatu yang baik, tetapi itu tidak menjadikan bahwa komunitas itu adalah Gereja yang otentik. Sebab keotentikan Gereja ditentukan oleh 4 tanda, yaitu apakah Gereja tersebut satu, kudus, katolik (universal) dan apostolik (diturunkan dari para rasul Kristus); dan keempat ciri ini ada pada Gereja Katolik.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  13. shalom…..
    saya banya membaca tentang ertikal yg saudara tulis, sebagai orng katolik sy merasa sangat terbantu, dan semakin mengerti tentang ajaran katolik yg sy anut, sy sangat tertarik menganai ajaran2 kristen di luar greja katolik. terkhusus tentang ajaran marmon yg berkembang d Amerika, bisakah saudara menggambrkan tentang ajaran ini dr sisi katolik?
    terimakasih…. shalom..

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.