[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini adalah kelanjutan dari tanya jawab ini, silakan klik. Namun karena pertanyaan ini menyertakan topik baru, maka kami pisahkan di artikel tersendiri]
Pertanyaan:
Sebelumnya terimakasih atas jawaban yang cepat dari Ibu Ingrid sebab saya tidak menyangka akan dijawab secepat itu, saya pikir pasti membutuhkan waktu sampai berminggu2 mengingat banyaknya pertanyaan dari pengunjung situs “yg terhormat” ini. Masih ada pertanyaan selanjutnya jika ibu tidak berkeberatab menjawabnya. Bagaimana dengan Pengangkatan Bunda Maria ke Sorga dibanding dengan pengangkatan kedua nabi [Henokh dan Elia] tadi? adakah pengangkatan kedua nabi itu menandakan bahwa tingkat kekudusan mereka sama dengan Bunda Maria yg terberkati? Jika tidak sama dan Maria lebih istimewa mengapa demikian sehingga Umat Katolik dan para Bapa Gereja begitu memuliakan Maria sampai tingkat yang oleh teman2 Non-Katolik disebut Pengkultusan Maria? Kita menyebut Maria memiliki keistimewaan dibanding ciptaan TUHAN yg lainnya tetapi Terminologi Manusia Istimewa itu apa dalam konteks Firman Tuhan? Bukankah sebutan Manusia Istimewa sudah pengkultusan? Ditambah lagi dengan tidak dapat dibandingkan dengan semua ciptaan lainnya? Maria tetap Manusia kan? ditengah berlimpahnya kasih karunia kepadanya dan sebagai manusia pasti bukan Malaikat dan bukan TUHAN
Kemudian tentang Maria disebut oleh Bapa Gereja sebagai Hawa baru:
1. St. Yustinus Martir (155) membandingkan Hawa dengan Bunda Maria. Hawa, manusia perempuan pertama terperdaya oleh Iblis yang kemudian membawa maut; sedangkan Maria percaya kepada pemberitaan malaikat Gabriel, dan karena itu ia mengandung Putera Allah yang membawa hidup.
Tanggapan saya:
ada komparasi yang tidak berimbang dan “perempuan” hanya dijadikan “objek”, komparasi antara Hawa dan Ular dengan Maria dan Gabriel, kemudian “objek” nya sama-sama perempuan, sedang subyeknya berbeda ; yang satu “oknum” yg diperalat oleh iblis dan yang satu salah satu Malaikat yg paling sering diutus kepada manusia
2. St. Irenaeus (180): “Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria
Tanggapan saya:
apa yang dimaksud dengan Ikatan ketidaktaatan? Jika mengikuti alur ini, maka Henokh tidak dapat naik ke Sorga, dan disini bukan hanya Hawa yang tidak taat, Adam pun lebih tidak taat dibandingkan dengan Hawa, dan kesalahan utama terletak pada Adam (Pria) bukan pada Hawa
St. Gregorius Naziansa (390) menyatakan, barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, melainkan KRISTUS sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi (karena tanpa campur tangan manusia) namun juga manusiawi (karena mengikuti hukum alam manusia)
Tanggapan saya:
Bunda Allah yang seperti apa Bunda Allah yang menjadi Manusia atau Bunda Allah yang telah menuntaskan misi-Nya? Dan landasan Alkitabiahnya pun saya rasa masih kurang. Terbentuk secara Ilahi namun manusiawi, maksudnya ilahi yang manusiawi-kah? Mengapa terkooptasi dengan hukum Alam?
St. Ambrosius (397): “Kejahatan didatangkan oleh perempuan (Hawa), maka kebaikan juga harus didatangkan oleh Perempuan (Maria); sebab oleh karena Hawa kita jatuh, namun karena Maria kita berdiri; karena Hawa kita menjadi budak dosa, namun oleh Maria kita dibebaskan…. Hawa menyebabkan kita dihukum oleh buah pohon (pohon pengetahuan), sedangkan Maria membawa kepada kita pengampunan dengan rahmat dari Pohon yang lain (yaitu Salib YESUS), sebab KRISTUS tergantung di Pohon itu seperti Buahnya…
Tanggapan saya:
saya tidak setuju kalau kejahatan itu didatangkan oleh perempuan, kejahatan itu didatangkan oleh iblis, dan mari merenung sejenak, mudah bagi kita manusia menyalahkan Adam dan Hawa, padahal dikeseharian kitapun tidak luput dari kesalahan. Saya mau mengajak kita melihat bahwa kita masing bertanggung jawab terhadap diri sendiri, seandainya pun Adam tidak jatuh dalam dosa, mungkin saya adalah “Adam” pertama yang jatuh dalam dosa, itu hakekatnya. Kalau terus Hawa dipersalahkan untuk mempermuliakan Maria, rasa-rasanya tidak adil juga dan proposional. Dan manusia menjadi budak dosa bukan karena Hawa, Henok pun dilahirkan karena Hawa, mengapa Henokh tidak menjadi budak dosa?
St. Agustinus (416): ”Kita dilahirkan ke dunia oleh karena Hawa, dan diangkat ke surga oleh karena Maria.”
Tanggapan saya:
diangkat ke Surga karena percaya KRISTUS YESUS kan, apa karena oleh Maria? Bagaimana jika ada seseorang yang menganggap Maria hanya manusia biasa? Sama sepertinya? Namun percaya KRISTUS YESUS?
saya mohon penjelasan dari ibu dan terimakasih karena mau meluangkan waktu untuk menjelaskannya. Tuhan Memberkati.
Vano
Jawaban:
Shalom Vano,
Mengenai pengangkatan Bunda Maria ke surga, telah dibahas di sini, silakan klik, dan di sini, silakan klik.
Mengenai bagaimana kekudusan Maria dibandingkan dengan Enokh dan Elia, tentu saja Bunda Maria lebih kudus dari mereka, karena Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria dikandung tidak bernoda (tidak mempunyai dosa asal), silakan klik, sedangkan Enokh dan Elia dan semua orang di dunia menerima dosa asal dari Adam dan Hawa (lih. Rom 5:12). Bunda Maria memang merupakan perkecualian, karena perannya yang sangat unik, yang tidak mungkin sama dengan peran orang lain di dalam sejarah keselamatan. Sebab tidak ada orang lain yang melahirkan Tuhan Yesus, dan tidak akan ada lagi orang yang olehnya Tuhan Yesus akan lahir. Karena Yesus lahir ke dunia hanya sekali, dan kedatangan-Nya yang kedua nanti adalah di akhir jaman. Diperlukan kerendahan hati untuk melihat “keistimewaan” Bunda Maria, yaitu untuk menerima bahwa hanya karena kesediaannya, maka Kristus dapat dilahirkan ke dunia.
Meskipun peran Maria dalam rencana keselamatan Allah adalah sangat istimewa, namun ini bukan pengkultusan dalam arti negatif bahwa seseorang dihormati karena dirinya sendiri. Kita menghormati Maria, pertama-tama karena apa yang telah diperbuat Tuhan kepadanya, dan baru kemudian melihat teladan hidupnya. Saya belum lama mem-poskan jawaban mengenai kesalahpahaman tentang Maria, yang berhubungan juga dengan hal- hal yang anda tanyakan, silakan klik di sini untuk membacanya.
Sekarang tentang komentar anda akan ajaran Bapa Gereja tentang Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru (tanggapan anda saya cetak warna biru)
1. St. Yustinus Martir (155) membandingkan Hawa dengan Bunda Maria. Hawa, manusia perempuan pertama terperdaya oleh Iblis yang kemudian membawa maut; sedangkan Maria percaya kepada pemberitaan malaikat Gabriel, dan karena itu ia mengandung Putera Allah yang membawa hidup.
Tanggapan Anda: Ada komparasi yang tidak berimbang dan “perempuan” hanya dijadikan “objek”, komparasi antara Hawa dan Ular dengan Maria dan Gabriel, kemudian “objek” nya sama-sama perempuan, sedang subyeknya berbeda ; yang satu “oknum” yg diperalat oleh iblis dan yang satu salah satu Malaikat yg paling sering diutus kepada manusia.
Terus terang saya kurang paham dengan tanggapan anda yang mengatakan “komparasi tidak berimbang.” Sebab yang namanya perbandingan pasti tidak harus semuanya sama, sebab kalau semua setara dan sama, maka tidak ada lagi yang perlu dibandingkan. Perbandingan antara Hawa dengan Bunda Maria -sebagai Hawa Baru- tidak berdiri sendiri, melainkan sebagai kesatuan dengan perbandingan antara Adam dengan Kristus yang disebut sebagai “Adam yang baru” (lih. Rom 5:12-21, 1 Kor 15:21, Ef 2:1-3). Jadi sama seperti bahwa ada keterlibatan Hawa, sehingga Adam jatuh dalam dosa, dan menurunkan dosa asal tersebut kepada semua umat manusia, maka demikian pula ada keterlibatan Hawa yang baru yaitu Maria, sehingga Adam yang baru (Kristus) dapat lahir ke dunia untuk menghapus dosa manusia. Maka tepat jika dikatakan bahwa oleh Hawa, umat manusia jatuh dalam dosa, dan karena itu dalam kuasa maut; sedangkan oleh Maria, umat manusia menerima penghapusan dosa, dan karena itu menerima kehidupan kekal.
Maka menurut hemat saya, tidak benar pandangan anda bahwa Hawa atau Maria itu hanya sekedar “obyek”. Kedua perempuan ini adalah manusia yang diciptakan Tuhan sesuai dengan gambaran-Nya, sehingga memiliki akal budi dan kehendak bebas, dan bukan hanya sekedar “robot” atau obyek yang tidak berdaya. Kepada keduanya dihadapkan pilihan, mau memilih kehendak Allah atau kehendak diri sendiri, dan fakta menunjukkan bahwa Hawa memilih kehendak diri sendiri (atas bujukan Iblis) sedangkan Bunda Maria memilih kehendak Tuhan.
Hal bahwa saat itu Hawa disapa oleh Iblis dalam bentuk ular, sedangkan Maria oleh Malaikat, memang adalah salah satu perbedaan; namun bukannya tidak masuk akal, sebab buah yang mengikuti kedua kejadian tersebut adalah berbeda. Yang pertama berbuah dosa, maka wajar jika penyebabnya adalah si Jahat/ Iblis. Sedangkan yang kedua berbuah keselamatan atas kedatangan Putera Allah sendiri, maka adalah wajar bahwa yang terlibat adalah Malaikat dan bukannya Iblis. Sebab tidak mungkin Tuhan melibatkan Iblis pada saat pemberitaan kedatangan-Nya. Jadi perbandingan tersebut memang direncanakan Tuhan untuk menunjukkan kontras antara Adam dan Hawa yang pertama -yang membuahkan dosa-, dengan Adam dan Hawa yang kedua -yang membuahkan keselamatan.
2. St. Irenaeus (180): “Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria
Anda : Apa yang dimaksud dengan Ikatan ketidaktaatan? Jika mengikuti alur ini, maka Henokh tidak dapat naik ke Sorga, dan disini bukan hanya Hawa yang tidak taat, Adam pun lebih tidak taat dibandingkan dengan Hawa, dan kesalahan utama terletak pada Adam (Pria) bukan pada Hawa.
Ikatan ketidak-taatan di sini maksudnya adalah belenggu dosa yang mengikat manusia karena ketidaktaatannya kepada Allah. Harus diakui di sini bahwa meskipun Adam juga berdosa, namun dosanya ini dilakukan setelah Hawa terlebih dahulu jatuh dalam dosa ketidaktaatan kepada kehendak Allah. Oleh karena itu, pada saat penebusan dosa, “obat penawar”nya adalah kondisi lawannya, yaitu diawali dengan ketaatan Maria, sang Hawa yang baru, kepada kehendak Allah (lih. Luk 1: 38) maka Kristus sebagai Adam yang baru dapat datang ke dunia oleh ketaatan-Nya kepada kehendak Allah Bapa (lih. Ibr 10:5-7).
Hal Henokh memang adalah pengecualian dalam artian bahwa bukannya dia tidak mempunyai dosa asal, namun karena ia kemungkinan tidak melakukan dosa pribadi, dalam hal ini, dosa berat yang memisahkannya dengan Allah. Karena Alkitab mengatakan bahwa ia “hidup bergaul dengan Allah” (Kej 5:24) semasa hidupnya. Alkitab memang menyatakan Henokh dan Elia diangkat oleh Allah (Kej 5:24) ke surga (2 Raj 2:1) namun surga yang dikatakan disini mengacu kepada tempat terberkati yang ada di tempat penantian para jiwa-jiwa orang-orang yang meninggal sebelum Kristus datang ke dunia, wafat dan bangkit dari mati. Baru setelah kebangkitanNya, Yesus turun ke tempat penantian ini, untuk menjemput jiwa-jiwa orang-orang benar tersebut dan menghantar mereka ke dalam Surga yang kekal, di mana manusia dapat bersatu dengan Allah di dalam Kristus.
3. St. Gregorius Nazianza (390): “…barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Bunda Maria bukan semata-mata saluran, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi (karena tanpa campur tangan manusia) namun juga manusiawi (karena mengikuti hukum alam manusia)
Anda: Bunda Allah yang seperti apa Bunda Allah yang menjadi Manusia atau Bunda Allah yang telah menuntaskan misi-Nya? Dan landasan Alkitabiahnya pun saya rasa masih kurang. Terbentuk secara Ilahi namun manusiawi, maksudnya ilahi yang manusiawi-kah? Mengapa terkooptasi dengan hukum Alam?
Jawabnya adalah keduanya, yaitu Bunda dari Putera Allah yang menjadi manusia, yang telah menggenapi misi-Nya. Alkitab mengatakan bahwa Maria adalah Bunda Allah karena ialah yang melahirkan Putera Allah, silakan kembali melihat Luk 1:43, Mat 1:23, Luk 1:35, Gal 4:4. Saya tidak mengerti mengapa anda mengatakan landasan Alkitab-nya kurang.
Adanya kodrat Ilahi dan kodrat manusiawi dalam diri Yesus, memang merupakan ciri khas Yesus, yaitu Allah yang menjelma menjadi manusia. Karena tidak pernah ada seorangpun yang mempunyai ciri khas ini (hanya Tuhan Yesus saja) maka memang segalanya khusus dan istimewa pada Pribadi Yesus ini. Sejarah membuktikan bahwa memang banyak orang yang kesukaran dalam memahami Pribadi Yesus ini, sehingga mereka berusaha menyederhanakannya; namun malah akhirnya tidak sesuai dengan ajaran Alkitab itu sendiri. Karena kebenarannya adalah: bahwa dalam hidup-Nya di dunia ini, Yesus adalah sungguh Allah, dan sungguh manusia. Silakan klik di sini untuk membaca topik ini lebih lanjut. Saya harap anda menemukan jawaban keberatan anda di sana. Kalau sampai terjadi kekhususan pada Pribadi Yesus, bukankah itu wajar, karena Ia adalah Allah yang mengatasi segalanya? Kedua kodrat yang ada dalam Pribadi Yesus (Ilahi dan manusiawi) bukan merupakan “pemberontakan terhadap hukum alam”, tetapi merupakan bentuk “pengangkatan/ penyempurnaan” hukum alam tersebut.
4. St. Ambrosius (397): “Kejahatan didatangkan oleh perempuan (Hawa), maka kebaikan juga harus didatangkan oleh Perempuan (Maria);….. karena Hawa kita menjadi budak dosa, namun oleh Maria kita dibebaskan…. Hawa menyebabkan kita dihukum oleh buah pohon (pohon pengetahuan), sedangkan Maria membawa kepada kita pengampunan dengan rahmat dari Pohon yang lain (yaitu Salib YESUS), sebab KRISTUS tergantung di Pohon itu seperti Buahnya…
Anda: Saya tidak setuju kalau kejahatan itu didatangkan oleh perempuan, kejahatan itu didatangkan oleh iblis, dan mari merenung sejenak, mudah bagi kita manusia menyalahkan Adam dan Hawa, padahal dikeseharian kitapun tidak luput dari kesalahan. Saya mau mengajak kita melihat bahwa kita masing bertanggung jawab terhadap diri sendiri, seandainya pun Adam tidak jatuh dalam dosa, mungkin saya adalah “Adam” pertama yang jatuh dalam dosa, itu hakekatnya. Kalau terus Hawa dipersalahkan untuk mempermuliakan Maria, rasa-rasanya tidak adil juga dan proposional. Dan manusia menjadi budak dosa bukan karena Hawa, Henok pun dilahirkan karena Hawa, mengapa Henokh tidak menjadi budak dosa?
Kejahatan memang didatangkan oleh Iblis, tetapi kejahatan itu diturunkan kepada semua umat manusia oleh Adam dan Hawa yang mengikuti ajakan Iblis untuk melakukan kejahatan itu. Dalam hal ini, Alkitab mencatat bahwa Hawalah yang lebih dahulu jatuh dalam dosa. Kelihatannya anda perlu memahami konsep dosa asal, yang dapat anda baca di artikel: Mengapa ada dosa asal, silakan klik, sebelum anda dapat memahami ajaran ini. Sebab jika Adam dan Hawa (manusia pertama) tidak jatuh di dalam dosa pertama (dosa asal), maka kita semua sebagai keturunan mereka, juga tidak akan jatuh ke dalam dosa. Agaknya sulit bagi kita untuk memahami pikiran Tuhan bahwa ketika Ia menciptakan manusia, Ia sudah membayangkan/ merencanakan keseluruhan keluarga umat manusia yang (seharusnya) dipimpin oleh sepasang manusia yaitu Adam dan Hawa. Sayangnya mereka tidak taat kepada Tuhan sehingga seluruh anggota keluarga mereka harus turut menanggung akibat perbuatan orang tua mereka (Adam Hawa) karena konsep “kesatuan” umat manusia yang sudah direncanakan oleh Allah sejak awal mula. Di sinilah kemudian kita dapat melihat pentingnya Gereja yang juga merupakan pemersatu semua umat beriman, dengan Kristus sebagai Kepalanya dan Maria sebagai Bundanya; dan keduanya memulihkan kesatuan seluruh keluarga besar umat manusia.
Maka membicarakan Hawa yang jatuh di dalam dosa pertama, bukanlah karena kita mau menyalah-nyalahkan Hawa, atau untuk mempermuliakan Maria. Mengatakan bahwa Hawa jatuh di dalam dosa, itu adalah mengatakan sebuah fakta yang terjadi di awal sejarah manusia, seperti yang tertulis di Alkitab. Namun fakta ini bukan untuk disesali, tetapi untuk direnungkan dengan ucapan syukur, sebab kenyataannya, dosa asal inilah yang mengakibatkan Allah mengirimkan Putera-Nya Yesus Kristus ke dunia untuk menyelamatkan kita. Untuk melakukan hal ini, Allah Bapa melibatkan Bunda Maria yang dengan ketaatannya menyerahkan dirinya untuk penggenapan rencana keselamatan Allah.
Alkitab tidak menjelaskan dengan detail, mengapa Henokh tidak jatuh ke dalam dosa. Hanya dikatakan bahwa ia “bergaul dengan Allah” (Kej 5: 24). Namun ini justru membuktikan, bahwa jika Henokh yang mempunyai dosa asal (lih. Rom 5:12), tetap dapat menjaga dirinya dari dosa pribadi, maka kitapun dapat mengusahakannya juga. Dengan perkataan lain, sesungguhnya kekudusan itu merupakan sesuatu yang mungkin bagi manusia, jika kita hidup akrab bergaul dengan Allah. Namun sayangnya fakta yang umum menunjukkan bahwa orang kebanyakan tidak hidup cukup akrab bergaul dengan Allah sehingga akhirnya menjadi budak dosa.
5. St. Agustinus (416): ”Kita dilahirkan ke dunia oleh karena Hawa, dan diangkat ke surga oleh karena Maria.”
Anda: diangkat ke Surga karena percaya KRISTUS YESUS kan, apa karena oleh Maria? Bagaimana jika ada seseorang yang menganggap Maria hanya manusia biasa? Sama sepertinya? Namun percaya KRISTUS YESUS?
Anda harus melihat di sini gaya bahasa yang sedang digunakan oleh St. Agustinus. Ia sedang menampilkan kontras antara Hawa dan Bunda Maria. Maka ini tidak dimaksudkan sebagai suatu pernyataan komplit tentang persyaratan seseorang dapat diangkat ke surga. Namun demikian, selayaknya kita tangkap esensi dari pernyataan St. Agustinus ini, yaitu, bahwa Maria memerankan peranan kunci sehingga Kristus dapat datang ke dunia, sehingga oleh iman kita kepada-Nya kita dapat masuk Surga. Kalau saja waktu itu Maria tidak setuju untuk menerima Kabar Gembira dari malaikat Gabriel, maka Kristus Yesus tidak jadi datang ke dunia dengan cara Inkarnasi. Sedangkan kalau Kristus tidak datang ke dunia, maka kita tidak dapat masuk Surga. Surga yang dimaksud di sini adalah Surga yang sesungguhnya, bukan hanya ‘tempat terberkati’ di tempat Penantian seperti yang dialami oleh Henokh, Elia, para nabi dst, melainkan di mana kita dapat melihat Allah Bapa di dalam Putera-Nya, seperti yang diajarkan oleh Rasul Yohanes (lih. 1 Yoh 3:2). Dengan urutan pemahaman yang demikian, maka kita dapat melihat pentingnya peran Bunda Maria dalam perwujudan rencana keselamatan Allah.
Akhirnya, pengajaran Bapa Gereja bahwa Maria adalah Hawa yang baru, sebenarnya merupakan contoh yang jelas bagaimana para Bapa Gereja itu selalu membaca Perjanjian Lama di dalam terang Perjanjian Baru, dan Perjanjian Baru sebagai penggenapan Perjanjian Lama. Jangan lupa bahwa lebih dari dua per tiga Kitab Suci kita terdiri dari Perjanjian Lama, maka Perjanjian Baru memang ada kaitannya dengan Perjanjian Lama. Dalam hal ini kisah Adam dan Hawa memegang peran yang sangat penting, karena mereka ada di awal masa Penciptaan, di awal sejarah keselamatan, yang kemudian akan digenapi oleh Allah. Dengan perspektif inilah kita melihat betapa peran Adam dan Hawa yang baru memegang peran kunci dalam penggenapan rencana keselamatan Allah itu. Memang Kristus adalah Adam yang baru yang menyelamatkan manusia, namun kedatangan-Nya ke dunia ini dimungkinkan karena kerjasama Hawa yang baru, yaitu Bunda Maria, dengan ketaatan-nya.
Demikian Vano, yang dapat saya tuliskan tentang pertanyaan anda. Semoga berguna.
Shalom Katolisitas,
Saya Rendra, maaf saya masih awam tentang ajaran Katolik. Maka saya disarankan teman ke situs ini. Membaca topik ini, membuat saya ingin menanyakan lebih lanjut. Apakah maksud Bapak/Ibu Katolisitas bahwa Maria adalah Hawa baru, menyatakan bahwa Maria menjadi perintis keselamatan dengan melahirkan Kristus disamakan dengan Hawa yang adalah perintis dosa? (Berdasarkan Kristus adalah Adam yang baru).
Terimakasih sebelumnya Pak/Bu Katolisitas.
[dari Katolisitas: jawaban dari pertanyaan Anda dapat dibaca di dalam artikel berikut, silahkan klik ]
Shalom Ibu Ingrid. Saya tertarik atas jawaban2 Ibu dan saya ingin menyambung dengan beberapa hal kiranya ibu dapat memberikan tanggapan:
Ibu menyatakan: Adalah keliru jika seseorang menyatakan bahwa tidak ada bagian Maria dalam pembentukan tubuh YESUS sebagai manusia (walau mungkin juga tidak tepat jika dikatakan “benih” Maria, sebab kita ketahui bahwa “benih” biasanya berkonotasi kepada benih laki-laki). YESUS menerima segala yang bersifat manusiawi dari Maria, sebab janin-nya terbentuk di dalam rahim Maria. Sebagai janin, YESUS tumbuh dan berkembang oleh karena Ia ada di dalam rahim Maria, dan karenanya tepat dikatakan bahwa YESUS adalah anak Maria; sama seperti semua janin yang dilahirkan oleh ibunya, layak disebut sebagai anak dari ibu itu.
Namun bagiamana Kalau pada bayi tabung, siapa yang menjadi ibu secara biologis?Jika tidak ada benih dari Maria, maka Tuhan hanya “meminjam” rahim, agar “kehadiran’Nya sebagai Anak Manusia bisa “terfasilitasi” Anak angkat, atau anak tiri pun daapt disebut anak dari ibu dan bapa
Subtansinya sekali lagi tidak disentuh Bahwa Maria bukanlah ibu biologis KRISTUS YESUS
Kemudian perlu diketahui Tidak ada kemanusiaan YESUS dikarenakan oleh Bunda Maria, kemanusiaan YESUS karena Tuhan menjadi Manusia. Bukan Tuhan menjadi Manusia “karena” Maria, melainkan “lewat” Maria. Maka Jika tidak ada benih dari Maria, maka tidak akan ada sifat yang terwarisi secara genetika dari Maria.
Luk 1:41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
Mat 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita.
Gal 4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
Apakah ayat2 itu bicara tentang Maria adalah Bunda Allah?
Sama sekali tidak
Kecuali pada ayat itu dinyatakan sbb ;
Luk 1:41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria —yang adalah Bunda Allah—, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
Atau
Mat 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita. —dan aanak dara itu akan disebut Bunda Allah—-
Atau
Gal 4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan –yang disebut bunda Allah—dan takluk kepada hukum Taurat.
Saya akan 100% percaya bahwa benar Maria adalah Bunda Allah
Namun “tambahan” itu tidak ada
Ayat itu bicara “lewat” Maria, Anak Allah yang menjadi Anak Manusia mengenapi misi-Nya
Bunda Allah itu tidak pernah diajarkan oleh KRISTUS. Dan kemudian apakah Bunda Allah itu bisa “dititipkan” kepada Rasul Yohanes? Bukankah dengan demikian Maria juga menjadi Bunda Yohanes?
Joh 19:26 Ketika YESUS melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”
Joh 19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya
Kalau demikian saudara/i KRISTUS menjadi, Adinda Allah dan Kanda Allah? Atau Nenek Tuhan YESUS jadi Nenek Allah?
Dan kemudian terbentuklah “Silsilah Allah” ? Bukankah itu yang menyesatkan? Fenomena Nestorius kan sama dengan Galileo? Untuk kepentingan politis gereja Khatolik saja
Ibu menulis: Memang keduanya berdosa, tetapi jika kita membaca Alkitab, dikatakan bahwa memang yang pertama kali memakan buah itu adalah Hawa. Adam-pun berdosa sebab sebenarnya ia dapat mencegah Hawa, tetapi ini tidak dilakukannya. Namun ini tidak mengubah kenyataan bahwa yang memakan buah pertama kali adalah Hawa, sehingga menjadikannya yang pertama mengikuti bujukan Iblis.
Disini ibu tampak kurang mengerti perbedaan kodrat pria dan wanita. Buah pengetahuan itu menarik buat Hawa, bukan menarik buat Adam. Yang menarik buat Adam adalah Hawa. Sebelum ada Hawa, hanya ada gajah, singa dan hewan2 lain yang kurang menarik bagi Adam. Sedangkan bagi Hawa kehadirannya adalah pelengkap bagi Adam (ada untuk Adam), sehingga ketertarikannya kepada sesuatu yang “indah” bagi matanya
Jadi tidak perlu “diadu domba” siapa yang lebih dulu berdosa Baik Hawa dan Adam, keduanya tidak menaati apa yang diperintahkan Tuhan Kemudian menjadi tidak proposional mengatakan mengutus Anak-Nya melalui seorang wanita Ya iyalah, karena hanya wanita yang dapat melahirkan
Tapi bukan berarti wanita yang melahirkan Diri-Nya sendiri, dikultuskan sedemikan rupa?
Ibu menuliskan: Dosa asal itu adalah dosa yang diturunkan kepada manusia oleh karena dosa Adam dan Hawa. Sedangkan dosa pribadi, adalah dosa yang dilakukan manusia dengan kehendak bebasnya dan dengan kesadaran/ pengetahuannya. Maka bayi/ anak di bawah umur, yang belum dapat melakukan dosa pribadi apapun, sudah mempunyai dosa asal ini. Inilah sebenarnya salah satu makna “budak dosa” pada manusia, yang diajarkan oleh St. Ambrosius, yaitu bahwa karena dosa Adam dan Hawa, maka manusia menjadi budak dosa, karena manusia akan lahir dengan dosa asal tanpa bisa menghindarinya (kecuali Bunda Maria, atas dasar karunia Allah).
Maaf bu, “memberanakan” dosa menjadi dosa asal dan dosa pribadi, sepertinya menunjukan kekurang pahaman mengenai hakekat dosa. Baik dosa asal maupun dosa pribadi atau dosa bukan pribadi, atau dosa kelompok, atau dosa kelompok karena dosa pribadi atau label dosa apapun. Hakekat dosa adalah pelanggaran terhadap ketetapan Tuhan
Esensi yg sebenarnya mau sampaikan adalah berdosa berbeda berkubang dalam dosa
Henokh sebagai manusia, yang berdosa mau itu karena dosa asal atau dosa pribadi tetap berdosa, namun karena ia memilih untuk bergaul dengan Tuhan, tebusan KRISTUS di kayu salib, berlaku kepada Henokh bahkan kepada Maria yang juga manusia berdosa itu. Keselamatan ataupun diangkat ke sorga itu kasih karunia, dan respon terhadap kasih karunia Dan kalau mau dilihat Eliapun memiliki dosa pribadi atau cacat karakter, ketika ia bersembunyi karena takut dibinasakan oleh Izebel
1Ki 19:3 Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.
1Ki 19:4 Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.”
1Ki 19:9 Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka Firman Tuhan datang kepadanya, demikian: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”
Namun karena kasih karunia, dosa pribadinya, putih seperti salju dan karena ada rencana Tuhan, Elia diangkat ke Sorga
Bukan sewenang-wenang Allah dalam keMaha Kuasaan-Nya dapat mengecualikan tanpa kita mengerti konteks dan kontensnya
Pertanyaan saya Apakah jika saya tidak percaya kepada Bunda Allah, tetapi saya percaya kepara KRISTUS YESUS TUHAN dan Juruselamat saya, tetap dapat dianggkat ke sorga?
Atau justru saya akan ditinggalkan karena tidak mau beriman kepada Bunda Allah?
Kalau karena Rahmat Allah saja, berarti tidak percaya bahwa Maria adalah Bunda Allah, tetap diangkat ke Sorga kan?
Jika demikian pengajaran tetang Maria bukanlah pengajaran pokok mengenai keselamatan,
karena itu tepatlah jika Luther “membuang” ajaran tentang Maria dalam Kekristenan, karena tanpa itu masih tetap karena kasih karunia/rahmat Allah/ Sola Gracia dan Sola Christos (hanya KRISTUS), bahkan Luther pun tidak dikultuskan menjadi Bapa Gereja Prostestan, atau Paus Protestan
Ibu menuliskan: Perbandingan Adam dengan KRISTUS itu disebut di Alkitab dengan jelas, yaitu di Rom 5: 12-21, perikopnya berjudul Adam dan KRISTUS (atau lihat juga 1 Kor 15:21; Ef 2:1-3). Dikatakan demikian: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,…. Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu YESUS KRISTUS.” (Rom 5:12, 15)
Misalnya perikopnya saya dan sepeda sayaApa berarti perbandingan saya dengan sepeda saya?
Mohon tangkap esensi dari ayat itu Salah satunya adalah “purpose” KRISTUS ke bumi (Misi-Nya)
Ibu menuliskan:
Alkitab menunjukkan bahwa Allah dapat membuat perkecualian terhadap orang-orang tertentu, seperti terhadap nabi Henokh dan nabi Elia yang tidak mati, tetapi diangkat ke surga. Alkitab tidak mengatakan bahwa mereka tidak berdosa, sebab akibat dosa asal dari Adam telah turun juga atas mereka, sebab dikatakan, “dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [yaitu Adam], dan oleh dosa itu juga maut.” (Rom 5:12) Namun meskipun mereka mempunyai dosa asal, namun karena kehidupan yang akrab dengan Allah seumur hidupnya, maka nabi Henokh diangkat oleh Allah (Kej 5:24) dan demikian juga dengan nabi Elia (2 Raj 2:11).
Justru karena Allah dapat membuat perkecualian ini, kita dapat menjadi semakin yakin bahwa Allah dapat membuat perkecualian terhadap Bunda Maria yang melahirkan Tuhan YESUS, Sang Allah Putera. Dengan tugasnya sebagai Bunda Tuhan yang menjelma menjadi manusia, maka Bunda Maria mempunyai kekhususan jika dibandingkan dengan nabi Henokh dan Elia, sebab biar bagaimanapun,
—edit—
Namun jika ada pengecualian oleh Allah tanpa sebab juga adalah suatu kesewang-wenangan yg bertentangan dengan Sifat dan Pribadi Alah sendiri
Pendapat Ibu ini : Maka para Bapa Gereja mengajarkan kepada kita bahwa Bunda Maria dikuduskan dan dibebaskan dari dosa asal oleh KRISTUS sendiri, oleh jasa pengorbanan KRISTUS: Juga berlaku kepada setiap orang percaya, dikuduskan dan dibebaskan dari dosa, tapi apakah setiap orang percaya dapat dikultuskan secara semena-mena? Juga tidak ada pesan KRISTUS mengenai tugas Bunda Allah
Ibu mengutip St. Irenaeus tidak mengatakan bahwa Hawa mewakili Adam atau sebaliknya. St. Irenaeus hanya mau menampilkan suatu kontras yang ada antara Adam dan Hawa yang lama dengan Adam dan Hawa yang baru. Maka, St. Irenaeus menuliskan perbandingan Hawa dengan Bunda Maria sebagai Hawa yang baru, yang didasari atas perbandingan Adam dengan KRISTUS (Adam yang baru). St. Irenaeus memang tidak menulis lagi perbandingan antara Adam dan KRISTUS, karena hal itu telah dituliskan oleh Rasul Paulus dalam Alkitab.
Bunda Maria adalah Bunda Maria, Bunda Hawa adalah Bunda Hawa
Adam adalah Adam KRISTUS adalah KRISTUS
Ketaatan adalah ketaatan Ketidaktaatan adalah ketidaktaan
Analogi yang dibangun semestinya sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, bukan sebaliknya.
Demikain pertanyaan dan sanggahan saya atas penjelasan ibu. saya sungguh berharap Ibu bisa menjelaskan pertanyaan saya. Sekian dan Semoga Tuhan memberkati Ibu.
Shalom Lisa,
Berikut ini adalah tanggapan saya atas pertanyaan dan pernyataan anda:
1. Maria bukan ibu biologis Yesus?
Anda mempertanyakan pernyataan saya tentang penjelmaan Tuhan Yesus menjadi manusia, saya mengatakan, "YESUS menerima segala yang bersifat manusiawi dari Maria…. sama seperti semua janin yang dilahirkan oleh ibunya, layak disebut sebagai anak dari ibu itu." Dan anda bertanya, "bagaimana Kalau pada bayi tabung, siapa yang menjadi ibu secara biologis? Jika tidak ada benih dari Maria, maka Tuhan hanya “meminjam” rahim, agar “kehadiran’Nya sebagai Anak Manusia bisa “terfasilitasi” Anak angkat, atau anak tiri pun daapt disebut anak dari ibu dan bapa. Subtansinya sekali lagi tidak disentuh Bahwa Maria bukanlah ibu biologis KRISTUS YESUS. Kemudian perlu diketahui Tidak ada kemanusiaan YESUS dikarenakan oleh Bunda Maria, kemanusiaan YESUS karena Tuhan menjadi Manusia. Bukan Tuhan menjadi Manusia “karena” Maria, melainkan “lewat” Maria. Maka Jika tidak ada benih dari Maria, maka tidak akan ada sifat yang terwarisi secara genetika dari Maria."
Dalam hal ini pandangan anda berbeda dengan ajaran Gereja Katolik. Sebab menurut Gereja Katolik, mukjizat penjelmaan Allah Putera sebagai manusia bukan untuk diartikan bahwa penjelmaannya itu tidak sama sekali melibatkan Maria, melainkan karena pembentukan-Nya sebagai janin itu tidak melibatkan benih seorang laki-laki, tetapi dari Roh Kudus (lih. Luk 1:35). Gereja Katolik mengajarkan bahwa pada saat menjelma menjadi manusia, Yesus adalah sungguh-sungguh manusia walaupun juga sungguh-sungguh Allah. Maka dalam kodrat-Nya sebagai manusia, dia menerima segala sesuatunya dari Maria (termasuk ovum, darah, gen, zat-zat makan, dengan tali pusar, dst) dari Maria. Jika tidak, Ia bukan "sungguh-sungguh manusia" dan ini mendekati ajaran sesat Docetism dan Gnosticism di abad- abad awal, dan Nestorianism, yang menjadikan Yesus semacam "super angel", seperti paham ajaran sesat Arianism di awal abad ke-4.
Dr. Lawrence Feingold, STD, pembimbing Teologis situs Katolisitas mengatakan secara khusus dalam hal ini demikian:
Contoh yang anda sampaikan yaitu bayi tabung, tidak relevan untuk dibandingkan dengan Janin Yesus dan Maria, ibu yang mengandungnya, sebab: 1) Yesus bukan hasil bayi tabung; 2) Pada bayi tabung itu ada pembuahan ovum oleh sperma, padahal konsepsi Yesus tidak melibatkan sperma; 3) Pada jaman Yesus belum ada teknologi bayi tabung; 4) Bayi tabung tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci dan Gereja Katolik, karena memisahkan fungsi pro-union dan pro-creation dalam hubungan suami istri, dan juga karena melibatkan unsur aborsi/ pembunuhan janin.
Maka pandangan anda bahwa Bunda Maria bukan ibu biologis dari Yesus tidak sesuai dengan Dogma Gereja Katolik, karena Maria adalah sungguh-sungguh seorang ibu, yaitu ia memberikan segalanya untuk pembentukan kodrat kemanusiaan Yesus, seperti halnya yang diberikan oleh semua ibu dalam pembentukan buah rahim mereka.
Dengan demikian pernyataan bahwa Yesus menjadi manusia lewat Maria itu benar, asalkan diartikan bahwa "lewat"-nya itu termasuk menerima ciri-ciri kemanusiaanNya dari Maria. Namun demikian, pernyataan Yesus menjadi manusia karena Maria, itu ambigius, sebab Yesus menjadi manusia bukan pertama- tama karena Maria. Allah Bapa mempunyai keputusan untuk mengutus Allah Putera untuk menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus, itulah yang menyebabkan Yesus dapat menjadi manusia. Maria hanya dilibatkan kemudian, untuk pembentukan kodrat kemanusiaan Yesus, seperti halnya semua ibu yang lain dilibatkan dalam pembentukan janin anak mereka.
2. Maria Bunda Allah
Anda menolak ayat Luk 1:41, Mat 1:23 dan Gal 4:4, sebagai ayat yang berbicara tentang Maria sebagai Bunda Allah. Anda mengatakan, "Apakah ayat2 itu bicara tentang Maria adalah Bunda Allah? Sama sekali tidak. Kecuali pada ayat itu dinyatakan sbb:
Luk 1:41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria —yang adalah Bunda Allah—, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
Mat 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita. —dan anak dara itu akan disebut Bunda Allah—-
Gal 4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan –yang disebut bunda Allah—dan takluk kepada hukum Taurat.
Saya akan 100% percaya bahwa benar Maria adalah Bunda Allah. Namun “tambahan” itu tidak ada. Ayat itu bicara “lewat” Maria, Anak Allah yang menjadi Anak Manusia mengenapi misi-Nya.
Sejujurnya, kesimpulan anda yang mengatakan bahwa maksud ayat-ayat tersebut hanya menyimpulkan bahwa “lewat” Maria, Anak Allah menjadi Anak Manusia, juga tidak secara eksplisit tertulis di sana. Tidak ada kata "lewat" Maria… dst di sana. Kelihatannya, kesimpulan ini dibuat justru sebagai akibat dari konsepsi di pikiran, bahwa Yesus hanya sekedar "meminjam" rahim Maria, maka kemudian dikatakan "lewat" Maria. Namun jika dibaca tanpa pretensi, (tanpa pemikiran bahwa dewasa ini bisa ada teknik "peminjaman rahim" dalam kasus bayi tabung dan inseminasi), dengan sederhana kita dapat menyimpulkan, bahwa seseorang yang melahirkan anak dari rahimnya, layak disebut ibu anak itu. Pemikiran yang menuntut bahwa "harus dituliskan secara eksplisit: Maria, yang adalah Bunda Allah" baru anda bisa percaya, juga sebenarnya menerapkan standar ganda. Sebab perkataan "Yesus hanya meminjam rahim Maria" atau "lewat Maria, Anak Allah menjadi manusia" juga tidak pernah tertulis eksplisit di Alkitab.
Pertanyaan saya, apakah perkataan "ibu Tuhan" di sini menurut anda bukan Bunda Allah?
3. Yesus tidak pernah mengajarkan Maria = Bunda-Nya? Mengapa Maria dititipkan pada Yohanes?
Anda mengatakan, "Bunda Allah itu tidak pernah diajarkan oleh KRISTUS. Dan kemudian apakah Bunda Allah itu bisa “dititipkan” kepada Rasul Yohanes? Bukankah dengan demikian Maria juga menjadi Bunda Yohanes? (Yoh 19:26-27) Kalau demikian saudara/i KRISTUS menjadi, Adinda Allah dan Kanda Allah? Atau Nenek Tuhan YESUS jadi Nenek Allah?
Dan kemudian terbentuklah “Silsilah Allah” ? Bukankah itu yang menyesatkan? Fenomena Nestorius kan sama dengan Galileo? Untuk kepentingan politis gereja Khatolik saja."
Anda keliru kalau mengatakan Yesus tidak mengajarkan kepada orang banyak bahwa Maria adalah Ibu-Nya. Jika anda menuntut harus ada perkataan, "Maria ini adalah Bunda-Ku, Bunda Allah", tentu tidak ada; sebab Yesus sendiri secara eksplisit tidak pernah mengatakan, "Ini Aku, Allah, sembahlah Aku", seperti yang sering digunakan oleh umat muslim untuk mempertanyakan ke-Allahan Yesus. Namun tanpa mengatakan bahwa Yesus adalah Allah, kita semua sebagai umat Kristiani percaya 100% bahwa Yesus adalah Tuhan. Karena memang perbuatan-Nya, ajaran-Nya, tanda-tanda mukjizat-Nya, kedatangan-Nya yang sudah dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya, semuanya menunjukkan bahwa Yesus Tuhan. Ini sama saja kita percaya bahwa Bill Gates adalah salah satu orang yang terkaya di dunia, walaupun dia tak pernah mengatakan secara eksplisit, "Saya, Bill Gates, adalah orang terkaya di dunia." Dia tidak usah mengatakannya, kita sudah percaya dengan melihat daftar kekayaannya yang diberitakan kepada publik.
Demikianlah, Yesus tidak mengatakan secara eksplisit bahwa "Maria adalah ibu-Ku", tetapi Ia menunjukkannya dengan banyak cara-Nya yang lain bahwa Maria adalah Ibu-Nya. Ia memuji Maria pertama-tama sebagai "yang melakukan kehendak Allah" di hadapan para pendengar-Nya (lih. Luk 8:21). Saya menyadari ayat ini bahkan sering digunakan oleh sebagian umat Protestan untuk mengatakan bahwa Yesus menyangkal ibu-Nya sendiri di hadapan orang banyak. Dan, tentu interpretasi ini sungguh keliru! Anda dan saya yang manusia saja mengetahui bahwa perbuatan menyangkal ibu sendiri adalah perbuatan dosa, apalagi Tuhan Yesus. Ia yang memberikan perintah untuk menghormati orang tua, pastilah Ia terlebih dahulu menaatinya dengan sempurna! Maksud dari ayat ini hanya menunjukkan bahwa "mengikuti kehendak Allah" menempati prioritas utama, jika dibandingkan dengan hubungan darah antara ibu dan anak, atau antar sesama saudara. Kenyataannya, Maria menjadi Bunda Yesus, hanya setelah ia mengikuti kehendak Allah, "Terjadilah padaku, menurut perkataanmu itu." (Luk 1: 38). Jadi dapat dikatakan bahwa Maria "mengandung" Allah di dalam hatinya sebelum ia "mengandung" Allah yang menjadi manusia di dalam tubuh jasmaninya.
Lalu kenyataan bahwa Yesus memberikan Maria kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya (Yoh 19:26-27). Kalau kita membaca betapa besar derita orang yang disalibkan, yang bahkan hanya dengan tarikan nafas saja bagaikan menghujani tubuh sendiri dengan ribuan paku; kita harus mengetahui betapa hebat penderitaan Yesus setiap kali menyampaikan ketujuh perkataan-Nya sebelum wafat-Nya (the seven last words of Christ). Salah satunya adalah pesan Yesus untuk mempercayakan ibu-Nya sendiri kepada murid yang disayanginya. Mengapa? Karena Yesus mengetahui bahwa setelah wafat-Nya, Maria akan menjadi seorang janda sebatang kara; karena bapa angkatnya Yusuf sudah lama wafat, dan Yesus tidak mempunyai saudara dan saudari kandung. Karena itu, dengan sisa- sisa kekuatan-Nya yang terakhir, walau untuk mengucapkannya saja menambah penderitaan-Nya, Ia memasrahkan ibu-Nya kepada rasul Yohanes, yang dikasihi-Nya, agar rasul Yohanes menerima Maria sebagai ibunya.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. (Yoh 19:26-27)
Pesan Yesus ini yang diucapkan sebelum Ia menghembuskan nafas-Nya yang terakhir, inilah salah satu alasan yang menyebabkan Gereja Katolik menerima Bunda Maria sebagai Bunda Gereja, dan menghormatinya sebagaimana seorang anak menghormati ibunya. Sebab Yesus telah memberikan kasih-Nya kepada kita sehabis- habisnya sampai titik darah-Nya yang terakhir. Dan milik-Nya yang paling dikasihi-Nya, yaitu ibu-Nya, juga diberikan-Nya kepada kita, murid-murid yang dikasihi-Nya, agar kitapun dapat mengalami kasih Maria sebagai ibu rohani kita.
Dengan diberikannya Rasul Yohanes (dan murid-murid-Nya, termasuk kita semua) kepada Bunda Maria dan juga sebaliknya, maka memang kita menjadi saudara-saudari angkat Yesus, atau anak- anak angkat Maria. Ini tidaklah aneh, sebab, memang kita diangkat menjadi anak-anak angkat Allah pada saat Pembaptisan, pada saat kita merima Roh Kudus. (Lih. Rom 8:14-15). Namun walaupun kita adalah ‘anak- anak’ Allah, status kita tidak sama persis dengan Kristus Sang Putera Allah. Sebab kita menjadi anak-anak Allah di dalam Kristus, atau anak "angkat" Allah, sedangkan Yesus adalah Putera Allah yang sehakekat dengan Allah sendiri.
Dengan demikian tidak ada "silsilah Allah" dari sisi ilahi, karena Allah tidak menikah dan tidak mempunyai keturunan. Yang ada, hanyalah secara ilahi, melalui Pembaptisan, kita menjadi anak-anak angkat Allah, karena Kristus dan di dalam Kristus oleh kasih karunia Allah. Sedangkan dari sisi manusiawi, memang ada "silsilah Yesus" yang menujukkan garis keturunan Yesus sebagai manusia sejak dari Adam (menurut Injil Lukas) atau dari Abraham (menurut Injil Matius), untuk membuktikan bahwa memang Yesus adalah pemenuhan janji keselamatan yang sudah dinubuatkan sejak jaman PL. Silsilah Yesus ini tidak menyesatkan. Saya sudah pernah membahasnya, mengapa ada perbedaan antara silsilah di Injil Matius dan Lukas, silakan klik di sini.
Maka saya tidak mengerti mengapa anda menghubungkan silsilah Allah dengan Fenomena Nestorius dan Galileo. Allah secara ilahi tidak mempunyai silsilah. Hanya dalam kodrat-Nya sebagai manusia, Yesus Sang Putera Allah, memang dilahirkan dari keturunan Daud. Ajaran sesat Nestorius menentang kemanusiaan Yesus, dengan menentang adanya kesatuan antara kodrat kemanusiaan dan ke- Allahan dalam diri Yesus. Ini adalah ajaran sesat yang bukan karangan Gereja Katolik. Ajaran Nestorius (428) sungguh bertentangan dengan Kitab Suci, terutama dengan memisahkan Yesus Ilahi dan Yesus Manusia, maka Nestorius hanya mengatakan bahwa Yesus itu hanya "wadah" dari Sang Sabda/Firman, bukan Sang Firman itu sendiri. Padahal Kitab Suci mengatakan dengan jelas bahwa "Firman itu telah menjadi manusia." (Yoh 1:14). Gereja Katolik, melalui St. Cyril dari Alexandria dan Konsili Efesus (431) menolak ajaran Nestorius, dengan mengajarkan adanya kesatuan kodrat keilahian dan kemanusiaan dalam Pribadi Yesus yang terlihat dari perkataan Yesus, yaitu Ia menggunakan kata "Aku" yang sama pada segala hal yang dilakukan-Nya, baik yang berhubungan dengan kapasitasnya sebagai Tuhan, (dalam mengajar, mengampuni dosa, membuat mukjizat) atau dalam kapasitas-Nya sebagai manusia (dapat haus, dapat mengunjungi rumah sahabat-sahabat-Nya untuk makan dan minum bersama mereka).
Maka memang tidak ada hubungannya antara Nestorius dan Galileo. Saya tidak mengerti maksud anda. Kasus Galileo sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Silakan anda memperjelas mengapa anda mengatakan kasus Nestorius dan Galileo adalah untuk kepentingan politik Gereja.
4. Yang tertarik buah pengetahuan hanya Hawa?
Anda bertanya, "Di sini ibu tampak kurang mengerti perbedaan kodrat pria dan wanita. Buah pengetahuan itu menarik buat Hawa, bukan menarik buat Adam. Yang menarik buat Adam adalah Hawa. Sebelum ada Hawa, hanya ada gajah, singa dan hewan2 lain yang kurang menarik bagi Adam. Sedangkan bagi Hawa kehadirannya adalah pelengkap bagi Adam (ada untuk Adam), sehingga ketertarikannya kepada sesuatu yang “indah” bagi matanya. Jadi tidak perlu “diadu domba” siapa yang lebih dulu berdosa baik Hawa dan Adam, keduanya tidak menaati apa yang diperintahkan Tuhan Kemudian menjadi tidak proposional mengatakan mengutus Anak-Nya melalui seorang wanita Ya iyalah, karena hanya wanita yang dapat melahirkan. Tapi bukan berarti wanita yang melahirkan Diri-Nya sendiri, dikultuskan sedemikan rupa?"
Kembali saya bertanya pada anda, dari mana anda mempunyai kesimpulan itu? Karena di Alkitab tidak dikatakan secara eksplisit bahwa yang tertarik pada buah pengetahuan itu hanya Hawa. Itu adalah kesimpulan anda. Memang dikatakan bahwa Hawa dibentuk Allah sebagai "penolong" yang sepandan bagi Adam karena ia tidak menemukan sang "penolong" itu dari antara hewan-hewan. Namun ini tidak berarti bahwa Adam tidak tertarik pada buah pohon pengetahuan yang dilarang Tuhan. Sebab kalau anda perhatikan, perintah untuk jangan memakan buah pengetahuan itu diberikan Allah justru sebelum Hawa diciptakan (Kej 2:17). Jika buah itu hanya menarik buat Hawa, maka bukankah seharusnya Allah melarang memakan buah itu setelah Hawa ada? Allah tak usah melarang Adam karena toh Adam juga tidak tertarik pada buah itu.
Tetapi kan tidak demikian halnya. Maka, lebih masuk akal jika keduanya baik Adam dan Hawa tertarik kepada buah pohon pengetahuan itu. Dan seperti yang dinyatakan dalam Alkitab, Adam juga akhirnya turut memakan buah itu. Jadi tidak ada maksud "mengadu domba" di sini, siapa yang ‘lebih’ berdosa Adam atau Hawa, soalnya keduanya berdosa. Namun kenyataannya adalah yang memakan buah terlebih dahulu adalah Hawa. Itu saja yang ingin saya sampaikan dalam ulasan saya di atas. Jadi di sini tidak dapat dipungkiri, bahwa ada campur tangan Hawa, sehingga mereka keduanya jatuh di dalam dosa melanggar perintah Tuhan, sampai mereka menerima akibatnya, yaitu maut (lih. Kej 1:17)
Selanjutnya, para Bapa Gereja, melanjutkan pengajaran Rasul Paulus yang membandingkan Yesus sebagai Adam yang baru, mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Hawa yang baru (the New Eve). Para Bapa Gereja abad awal yang mengajarkan hal ini adalah antara lain:
Jadi bukan hanya St. Irenaeus saja, yang mengajarkan tentang peran Bunda Maria sebagai Hawa Baru ini sejak abad awal. Terus terang, jika saya harus memilih pemahaman saya, atau pemahaman anda, atau pemahaman Bapa Gereja, saya memilih pengajaran para Bapa Gereja ini.
5. Rasul Paulus tidak membandingkan Adam dan Kristus?
Cobalah renungkan kembali pendapat anda, Lisa, mengapa anda tidak dapat melihat dalam Rom 5:12-21 (atau juga 1 Kor 15:21; Ef 2:1-3), bahwa Rasul Paulus membandingkan Adam dengan Kristus?
“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,… Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu YESUS KRISTUS.”
Sesungguhnya jika anda membaca benar-benar, jika kalimat itu diubah jadi kalimat yang netral, kira-kira seperti inilah bunyinya: karena si A, maka terjadilah B; namun karena si C, terjadilah D. Maka secara obyektif kita mengetahui bahwa si penulis ingin membandingkan kejadian yang dilakukan oleh A dan yang dilakukan oleh C; atau secara tidak langsung, membandingkan A dan C. Maka perbandingan antara Adam dengan Kristus itu bukan disebabkan karena judul perikopnya saja yang mengatakan "Adam dan Kristus", tetapi karena isi perikopnya mengatakan demikian. Maka argumen anda yang mengatakan, "Misalnya perikopnya saya dan sepeda saya, Apa berarti perbandingan saya dengan sepeda saya? Mohon tangkap esensi dari ayat itu Salah satunya adalah “purpose” KRISTUS ke bumi (Misi-Nya)" kelihatannya malah perlu anda pikirkan kembali. Memang Kristus datang ke bumi adalah untuk menyelamatkan manusia, tetapi itu tak terlepas dari kenyataan bahwa hal itu terjadi sebagai akibat dari manusia pertama (Adam) yang sudah jatuh dalam dosa, dan yang menurunkan dosa itu kepada semua manusia, sehingga Kristus perlu datang untuk menyelamatkan manusia.
Selanjutnya anda mengatakan, "Adam adalah Adam, KRISTUS adalah KRISTUS, ketaatan adalah ketaatan, Ketidaktaatan adalah ketidaktaan. Analogi yang dibangun semestinya sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, bukan sebaliknya."
Perbandingan bukan maksudnya menyamakan. Jadi Adam ya memang tetap Adam, Yesus ya tetap Yesus. Demikian juga, ketaatan ya ketaatan, ketidaktaatan ya ketidaktaatan. Saya juga setuju itu. Yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam perikop "Adam dan Kristus" tadi adalah menunjukkan kontras antara keduanya, dan bukan mencampur aduk keduanya. Jelas Adam lain dengan Kristus. Jika mau dikatakan persamaannya adalah Adam (yang arti bebasnya adalah "manusia") dan Kristus adalah mereka sama- sama manusia, walaupun tentu Yesus, selain manusia juga adalah Allah.
Jadi analogi di sini dibangun dari kebenaran Firman Tuhan. Cara menginterpretasikan hubungan PL dan PB dengan analogi diajarkan oleh Yesus sendiri, bagaimana PB menggenapi apa yang samar- samar digambarkan dalam PL. Yesus sendiri membandingkan diri-Nya yang ditinggikan di atas salibNya dengan ular tembaga yang ditinggikan oleh Musa di padang gurun (lih. Yoh 3:14). Atau saat Yesus membandingkan diri-Nya dengan Nabi Yunus dan Salomo, dan tiga hari Ia berada di kubur sebelum kebangkitan-Nya dengan nabi Yunus yang tinggal di perut ikan besar selama 3 hari (lih. Mat 12: 38-42, Luk 11:29-32) Atau Yesus membandingkan Diri-Nya dengan roti manna di padang gurun, untuk menyatakan bahwa Diri-Nyalah adalah "Roti yang benar dari sorga", sebab Ia adalah "Roti Hidup" (Yoh 6: 32-35).
Maka cara interpretasi sedemikian juga diajarkan oleh para Rasul. Misalnya Petrus mengajarkan bahwa bahtera Nabi Nuh merupakan gambaran/kiasan dari Pembaptisan (1 Pet. 3:18-22), dan Rasul Paulus mengajarkan sunat sebagai gambaran Pembaptisan (lih. Kol. 2:11-12) dan perjamuan Paskah Yahudi adalah gambaran dari kurban Kristus (lih. 1 Kor. 5:7); dan juga kontras antara Adam yang menurunkan dosa kepada semua manusia, dengan Kristus yang menghapuskan dosa umat manusia (lih. Rom 5:12-21).
Dengan menggunakan prinsip yang sama, para Bapa Gereja mengkontraskan Hawa dengan Maria, mengkontraskan ketidaktaatan Hawa dengan ketaatan Maria. Lisa, sungguh, saya tidak dapat berkata apa- apa lagi, jika analogi yang sangat Alkitabiah ini, anda katakan tidak Alkitabiah. Jika anda mengkritik interpretasi dengan cara memperbandingkan PL dan PB, maka sebenarnya andapun mengkritik para rasul dan bahkan Kristus sendiri yang pertama kali mengajarkan kepada para rasul untuk mengartikan Kitab Suci dengan cara demikian.
6. Maria dipilih Allah sebagai Bunda-Nya tanpa sebab?
Menanggapi pernyataan saya bahwa Allah membuat perkecualian terhadap Maria, anda mengatakan, "Namun jika ada pengecualian oleh Allah tanpa sebab juga adalah suatu kesewenang-wenangan yg bertentangan dengan Sifat dan Pribadi Alah sendiri"
Sebenarnya, pemilihan Bunda Maria sudah direncanakan Allah sejak awal mula, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai "kesewenang- wenangan" Allah. Silakan anda membaca di diskusi ini, silakan klik, untuk mengetahui mengapa demikian, menurut Gereja Katolik. Justru mengatakan bahwa Tuhan dapat memilih sembarang wanita untuk melahirkan Yesus, itulah pendapat yang memperkirakan bahwa Allah bertindak tanpa dasar, atau istilah anda, "sewenang-wenang" seperti membuang undi/ lotre, seperti tidak dipikirkan masak-masak, asal pilih saja, dan kebetulan yang dipilih Maria. Sikap inilah yang tidak mungkin dilakukan Allah, sebab Ia selalu merencanakan segala sesuatu dengan baik dan sempurna.
7. Dosa tidak perlu diklasifikasikan?
Anda mengatakan, "memberanakan" dosa menjadi dosa asal dan dosa pribadi, sepertinya menunjukkan kekurang pahaman mengenai hakekat dosa. Baik dosa asal maupun dosa pribadi atau dosa bukan pribadi, atau dosa kelompok, atau dosa kelompok karena dosa pribadi atau label dosa apapun. Hakekat dosa adalah pelanggaran terhadap ketetapan Tuhan. Esensi yg sebenarnya mau sampaikan adalah berdosa berbeda berkubang dalam dosa."
Lisa, Gereja Katolik juga punya mengartikan dosa sebagai pelanggaran kepada perintah Tuhan. Jadi kita sepaham dalam hal ini. Pembedaan antara dosa asal dan dosa pribadi, itu tidak mengubah arti hakekat dosa, namun hanya menjelaskan macamnya saja. Seperti halnya hakekat mahluk hidup adalah mahluk ciptaan Tuhan, yang dapat bergerak/ bertumbuh dan berkembang biak. Namun macamnya ada tiga, yaitu tumbuhan, hewan dan manusia. Maka pembedaan klasifikasi, tidak menghilangkan makna hakekat sesuatu. Kalau kita tidak mempunyai definisi dan klasifikasi yang jelas, maka kita dapat salah paham dalam mengartikan segala sesuatu, tidak hanya dalam Kitab Suci, tetapi dalam kehidupan sehari-hari.
Maka, dosa asal dan dosa pribadi hanya mau menunjukkan bahwa ada dosa yang diturunkan kepada kita oleh Adam dan Hawa (tanpa kita bisa memilih), ini disebut dosa asal; dan ada dosa yang kita lakukan sendiri, atas pilihan/ kehendak bebas kita, dan ini disebut dosa pribadi. Kitab Suci sendiri mengatakan dalam Mzm 51:7, "Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Dikatakan di sini janin yang terkecil sekalipun sudah berdosa. Dan tentu ini bukan dosa yang diperbuatnya atas kehendaknya sendiri. Ini adalah dosa asal. Silakan membaca diskusi lebih dalam tentang dosa asal di sini (silakan klik). Sedangkan dosa yang diperbuat kemudian setelah manusia dewasa, itulah dosa pribadi. Di Mazmur yang sama juga dikatakan tentang ini, "Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat… " (Mzm 51:5-6). Di sini terlihat bahwa dosa itu dilakukan atas pilihan sendiri dengan sadar, inilah dosa pribadi.
Lalu perbedaan antara "berdosa dan berkubang dalam dosa", kalau menurut Gereja Katolik adalah klasifikasi berikutnya, yaitu bahwa dosa yang kita perbuat (dosa pribadi) itu ada yang ringan dan ada yang berat. Dosa ringan tidak mendatangkan maut, sedangkan dosa berat itu adalah dosa yang mendatangkan maut (lih. 1 Yoh 5:16). Pembedaan ini juga sangat masuk akal. Kita semua tahu bahwa dosa ketiduran sewaktu berdoa/ merenungkan Kitab Suci tidak sama bobotnya dengan dosa membunuh. Dosa mencubit tidak sama dengan menikam dengan pisau. Jika kita mengatakan sama saja, sungguh itu malah tidak masuk akal. Kalau kita saja manusia tahu membedakan, pasti Tuhan lebih lagi, sebab Ia adalah Allah Maha Adil. Artikel yang mengulas secara lebih mendalam tentang hakekat dosa dan tipe dosa dapat dibaca di sini (silakan klik).
Silakan anda definisikan, apa yang anda maksud "berdosa dan berkubang dalam dosa", juga contohnya dalam Kitab Suci. Dan lihatlah betapa pengajaran Gereja Katolik sangat jelas, masuk akal dan Alkitabiah.
Henokh sebagai manusia, yang berdosa mau itu karena dosa asal atau dosa pribadi tetap berdosa, namun karena ia memilih untuk bergaul dengan Tuhan, tebusan KRISTUS di kayu salib, berlaku kepada Henokh bahkan kepada Maria yang juga manusia berdosa itu. Keselamatan ataupun diangkat ke sorga itu kasih karunia, dan respon terhadap kasih karunia Dan kalau mau dilihat Eliapun memiliki dosa pribadi atau cacat karakter, … karena takut (lih. 1Ki 19:3-9). Namun karena kasih karunia, dosa pribadinya, putih seperti salju dan karena ada rencana Tuhan, Elia diangkat ke Sorga. Bukan sewenang-wenang Allah dalam keMaha Kuasaan-Nya dapat mengecualikan tanpa kita mengerti konteks dan kontensnya.
Henokh dan Elia adalah manusia berdosa, namun faktanya bahwa mereka diangkat oleh Tuhan, itu adalah kekecualian yang dibuat Allah. Saya rasa kita sepaham dalam hal ini, sebab ada banyak nabi di PL, namun kita ketahui hanya mereka berdua yang diangkat oleh Tuhan. Maka dengan pemikiran yang sama kita selayaknya menerima bahwa Tuhan membuat perkecualian kepada Maria karena perannya yang istimewa dalam rencana Keselamatan Allah. Namun perkecualian ini tidak "sewenang-wenang", seperti perkiraan anda, sebab biar bagaimanapun, Bunda Maria juga dikuduskan karena jasa korban Kristus di kayu salib. Maka perkecualian ini tidak diartikan bahwa Maria berdosa, lalu kemudian dihapus dosanya oleh kasih karunia Yesus, tetapi sebaliknya, Maria dipenuhi kasih karunia Allah sejak awal mula, sehingga ia dibebaskan dari noda dosa, dan karenanya diangkat ke surga.
8. Jika tidak percaya Maria= Bunda Allah, saya kan tetap dapat diangkat ke surga?
Anda mengatakan, "Pertanyaan saya Apakah jika saya tidak percaya kepada Bunda Allah, tetapi saya percaya kepara KRISTUS YESUS TUHAN dan Juruselamat saya, tetap dapat diangkat ke sorga?…. Kalau karena Rahmat Allah saja, berarti tidak percaya bahwa Maria adalah Bunda Allah, tetap diangkat ke Sorga kan? Jika demikian pengajaran tetang Maria bukanlah pengajaran pokok mengenai keselamatan, karena itu tepatlah jika Luther “membuang” ajaran tentang Maria dalam Kekristenan, karena tanpa itu masih tetap karena kasih karunia/rahmat Allah/ Sola Gracia dan Sola Christos (hanya KRISTUS), bahkan Luther pun tidak dikultuskan menjadi Bapa Gereja Prostestan, atau Paus Protestan."
Pertanyaan anda di atas itu kelihatannya membawa juga topik lain dalam pembahasan ini, yaitu tentang "Rapture"/ pengangkatan di akhir jaman. Mengenai hal Rapture, klik di sini, dan akhir jaman menurut ajaran Gereja Katolik, sudah pernah dibahas di sini, bagian 1, silakan klik; dan bagian 2, silakan klik.
Dari artikel- artikel di atas kita dapat melihat bahwa memang terdapat perbedaan ajaran antara Gereja katolik dan Protestan dalam hal "pengangkatan" ini. Dasar premise yang anda gunakan, "tidak percaya pada Bunda Allah tetap dapat diangkat ke Sorga" itu mensyaratkan kami untuk percaya ide "pengangkatan/ rapture" menurut Protestan-[yaitu pengangkatan rahasia yang terjadi "terpisah" dari waktu kedatangan Kristus yang kedua]- dan itu yang tidak dapat kami lakukan. Silakan membaca artikel di link-link di atas untuk mengetahui mengapa demikian.
Sebelum anda mengatakan, "Jika demikian pengajaran tetang Maria bukanlah pengajaran pokok mengenai keselamatan, karena itu tepatlah jika Luther “membuang” ajaran tentang Maria dalam Kekristenan", sebaiknya anda membaca terlebih dahulu tulisan- tulisan Martin Luther tentang Bunda Maria:
[She is the] highest woman and the noblest gem in Christianity after Christ . . . She is nobility, wisdom, and holiness personified. We can never honor her enough. Still honor and praise must be given to her in such a way as to injure neither Christ nor the Scriptures. (Sermon, Christmas, 1531).
No woman is like you. You are more than Eve or Sarah, blessed above all nobility, wisdom, and sanctity. (Sermon, Feast of the Visitation, 1537).
It is a sweet and pious belief that the infusion of Mary’s soul was effected without original sin; so that in the very infusion of her soul she was also purified from original sin and adorned with God’s gifts, receiving a pure soul infused by God; thus from the first moment she began to live she was free from all sin” (Sermon: “On the Day of the Conception of the Mother of God,” 1527).
She is full of grace, proclaimed to be entirely without sin- something exceedingly great. For God’s grace fills her with everything good and makes her devoid of all evil. (Personal {”Little”} Prayer Book, 1522).
“. . . she is full of grace, proclaimed to be entirely without sin. . . . God’s grace fills her with everything good and makes her devoid of all evil. . . . God is with her, meaning that all she did or left undone is divine and the action of God in her. Moreover, God guarded and protected her from all that might be hurtful to her.” (Ref: Luther’s Works, American edition, vol. 43, p. 40, ed. H. Lehmann, Fortress, 1968)
“. . . she is rightly called not only the mother of the man, but also the Mother of God. . . . it is certain that Mary is the Mother of the real and true God.”
Ref: Sermon on John 14. 16: Luther’s Works (St. Louis, ed. Jaroslav, Pelican, Concordia. vol. 24. p. 107)
Melalui tulisan- tulisan Luther ini, kita mengetahui bahwa ia juga mengajarkan tentang Maria, keperawanan Maria, kekudusannya, dan perannya sebagai Bunda Allah. Maka tidak benar bahwa Luther membuang ajaran tentang Bunda Maria. Bahwa kemudian Luther membuat penekanan pada iman, kasih karunia dan Kitab Suci, itu tidak menghapus kenyataan bahwa Luther sendiri sangat menghormati Bunda Maria dan percaya akan Allah membuat perkecualian padanya sehingga Maria seluruhnya tidak berdosa (entirely without sin) sebab Maria sudah dipilih oleh Tuhan untuk melahirkan Kristus yang adalah Allah, maka Maria adalah Bunda Allah (Mary is the Mother of the real anda true God).
Kalau anda mau setia memegang ajaran Martin Luther, anda harus percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah. Namun kenyataannya sekarang, umat Protestan bahkan banyak yang malah tidak mempercayai ajaran Luther, yang anda sebut sebagai "Rasul" Martin Luther itu (lihat di bagian akhir surat anda yang ada di sini, silakan klik). Jadi ada standar ganda di sini. Anda mengatakan bahwa anda tidak mengkultuskan Luther, namun anda memberikan gelar kepadanya yang juga tidak tertulis di Alkitab bahwa "Martin Luther adalah Rasul". Sedangkan anda mengatakan berkali- kali dalam surat -surat anda bahwa Gereja Katolik mengkultuskan Maria, karena memanggilnya sebagai ‘Bunda Allah’ karena di Alkitab tidak ada tulisan "Maria adalah Bunda Allah". Padahal ajaran tentang Maria sebagai Bunda Allah itu ada dalam Kitab Suci, kutipan ayat yang menyebutnya sebagai Bunda Allah/ Bunda Tuhan) pun ada (Luk 1:43), atau ada banyak ayat yang lain yang mendukung ajaran ini, dan bahkan ajaran ini diajarkan oleh pendiri gereja anda sendiri (Luther). Jika anda mau konsisten, silakan anda menerapkan standar yang anda pakai untuk mengukur kami, untuk mengukur pandangan anda sendiri.
Bagi umat Katolik, ajaran "Maria diangkat ke surga" adalah suatu Dogma, sehingga kami tidak dapat dikatakan sebagai umat Katolik, kalau kami tidak mempercayainya. Kalau kami mengaku Katolik, maka kami harus menerima semua pengajaran Magisterium Gereja Katolik, dan ajaran ini adalah salah satunya. Orang Katolik yang tidak percaya hal ini karena tidak tahu, tidak dapat dipersalahkan, tetapi jika orang itu sudah tahu tetapi tetap berkeras tidak menerima, ia membahayakan keselamatan jiwanya sendiri. Sebab, doktrin ini bukan semata-mata memuliakan Maria, tetapi untuk menunjukkan kepada kita kebesaran kasih Allah yang akan dinyatakan kepada semua orang yang tekun melaksanakan kehendak Allah, di mana Maria adalah contoh yang sempurna. Ya, bahwa pada akhirnya, jika kita taat dan setia seperti Bunda Maria, kitapun akan diangkat ke surga pada saat kedatangan Yesus di akhir jaman nanti, sehingga tubuh dan jiwa kita dapat masuk dalam kemuliaan surga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
@ibu Lisa: membaca tulisan Ibu, sepertinya Anda yang tidak alkitabiah (maaf), sebab anda menuntut harus tertulis tekstual sedangkan yang tidak tertulis tekstual saja sedang anda imani. Bagaimana menjelaskan iman Yesus adalah Tuhan kalau Yesus sendiri tidak pernah mengatakan dirinya Tuhan?(-tidak tertulis di alkitab-seperti penjelasan bu Ingrid) Apa yang bu Lisa argumentkan tentang Bunda Maria menjadi cermin bias kembali buat anda. [edit: satu kalimat di hapus]. Dari titik ini jelas sekali kita butuh Magisterium Gereja dan Tradisi Suci untuk mengajar kita. Sepertinya Anda cenderung memaksakan pendapat pribadi . Tulisan Sdri Ingrid memelekkan mata saya lebih terang lagi tentang Bunda Maria. Maaf ya ibu Lisa…Hal kecil semacam inilah yang menyebabkan perpecahan 28.000 denom Gereja Protestan.
Shalom Bu inggrid,
kalo Maria sbg hawa baru , apa nggak salah..
Hawa adalah manusia yang pertama kali jatuh kedalam dosa walu katanya krn penagruh iblis, tapi membuktikan bahwa ia tidak tahan uji , dan krn dialah dosa masuk kedalam manusia shg kondisi manusia spt sekarang ini…
Tapi kalo Maria adalah wanita pilihan Allah , yg mengandung krn Roh Kudus dan melahirkan Yesus kedalam dunia …apa itu sangat kontradiktif…
Shalom Budi Yoga,
Perbandingan antara Hawa dengan Bunda Maria yang diajarkan oleh para Bapa Gereja adalah memang untuk melihat kontrasnya antara Hawa yang pertama, dengan Hawa yang baru yaitu Maria. Jadi memang benar ada kontradiksi, atau tepatnya kontras antara Hawa dengan Maria. Sama seperti adanya kontras antara Adam dengan Adam yang baru yaitu Kristus.
Saya baru saja menjawab pertanyaan yang mungkin menyerupai pertanyaan anda di sini, silakan klik, silakan membacanya, terutama point 6. Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Terimakasih atas jawabannya Ibu, blh saya lanjutkan …
Pertama: Ada disposisi yang ambigu YESUS KRISTUS dilahirkan sebagai Anak Manusia
Bukan Anak Allah, sebagai Anak Allah YESUS KRISTUS, tidak bisa dilahirkan oleh manusia
Putera Allah itu menjadi Manusia dan dinamakan Anak Manusia dan Anak Domba Allah
Setelah menyelesaikan Misi-Nya, YESUS KRISTUS “kembali” menjadi Anak Allah
Jadi kalau posisi Anak Manusia itu disekaliguskan dengan Anak Allah, rasanya juga tidak seperti itu
Karena itu saya nyatakan landasan Alkitab nya kurang
Maria sebagai Ibu YESUS KRISTUS sebagai Anak Manusia saja setuju
Kalaupun secara biologis, saya bisa “nyatakan” Maria bukanlah Ibu biologis bagi KRISTUS YESUS
Karena benih Maria tidak ada kontribusinya pada kelahiran KRISTUS YESUS
Jika ada benih Maria pada KRISTUS YESUS, maka IA hanya manusia biasa, sama seperti saya dan sis, bukan Anak Manusia
Mat 1:18 Kelahiran YESUS KRISTUS adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
Kandungan yang dalam Maria adalah dari Roh Kudus, tidak ada benih Maria sama sekali, murni sebagai Anak Manusia
Sebenarnya YESUS KRISTUS tidak “ber-ibu” atau “ber-bapak”, melalui “peran” Roh Kudus
Jadi pernyataan St. Gregorius Naziansa Bunda Allah, itu menurut saya kurang Alkitabiah
Kedua Soal Hawa:
Hawa bukan yang pertama jatuh dalam dosa, melainkan Adam dan secara bersama-sama mereka jatuh dalam dosa
Dan konsekuensi kan secara kodrat sudah dialami manusia sampai sekarang
Pria yang “bersusah payah “ pada “tanah yang terkutuk” dan wanita yang “birahi” serta “kesakitan sangat” ketika melahirkan
“hukuman” terberat jelas pada Pria
Pada Wanita justru dijanjikan “keturunan” nya akan menghancurkan kepada “ular”
Sebenaranya baik dosa asal maupun dosa pribadi, sama sama dosa, Henokh tetap manusia berdosa yang
mendapatkan kasih karunia sehingga ia diangkat ke Sorga
Karena itulah saya rangkaikan bahwa terminology budak dosa itu tidak berlaku menyeluruh, manusia yang berdosa bukanlah budak dosa
Seperti Abraham, Henokh, Nuh dan yang lainnya
Adalah manusia berdosa namun bukan budak dosa
Jadi pernyataan St. Ambrosius karena Hawa kita menjadi budak dosa, jika ditelaah secara Alkitabiah kurang dapat dipertanggung jawabkan
Peran kunci Bunda Maria dalam menjadi “ibu” saya sepakat
Berarti jika saya percaya Tuhan YESUS KRISTUS dan menghormati Maria sebagai manusia biasa, tetap dapat diangkat ke surga?
………. [dari Admin: tanggapan ini disatukan karena masih bersambung dalam satu topik ini]
Simbolisasi Adam pertama dengan Adam Terakhir pun tidak memperbandingkan antara Adam dan KRISTUS
Karena itulah komposisi perbandingan ketaatan dengan ketidaktaatan menjadi tidak proposional , yg dimana tidak ada landasan Firmannya. Hanya dikaitkan dengan tafsiran dengan ayat yang hanya menyatakan simbolisasi Adam Pertama dan Adam Terakhir
Dalam konteks hawa kedua yang membuahkan keselamatan?
Apakah ada landasan Firman Nya?
Apa karena Bapa Gereja mengatakan “demikian” bobotnya sama dengan Firman?
Jadi pernyataan St. Yustinus Martir membandingkan Hawa dengan Bunda Maria secara Alkitabiah kurang berlandaskan kepada Firman dan kurang proposional
Kemudian tentang kesalahan Adam dana Hawa Sekali lagi kesalahan utama adalah pada Adam, ada dua kemungkinan waktu itu
Kita telusuri lebih lanjut
Gen 3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Pertama apakah Hawa “sendirian” waktu itu?
Jika pun Hawa sendirian , kemudian ia memetik buah itu, dan mencari Adam untuk makan “bareng”
Kemudian Adam “membiarkan” Hawa untuk memakan buah itu
Apakah Adam tidak tahu bahwa yang dimakannya itu buah tentang pengetahuan yang jahat dan baik?
Adam sangat tahu, karena ia biasa makan buah-buah yang ia kenal “boleh” dimakan
Ya Adam diam saja, padahal mungkin dihatinya berkecamuk, bukankah ini melanggar perintah Tuhan
Namun ia memilih menyerah dan memberikan otoritasnya pada Hawa, untuk menentukan pengambilan keputusan
Apakah Hawa yang diciptakan pertama dan diberi otoritas?
Bukan, Adamlah “orangnya”, kesalahan utama nya adalah tidak sanggup “membimbing” istrinya,malah kebalikannya
Kemungkinan kedua apakah Hawa “bersama” dengan Adam waktu itu
Ini lebih fatal lagi
Antara dialog Hawa dan Iblis, Adam “diam” dan “bungkam”
Fenomena ini masih terjadi sampai saat ini (Suami2 takut Istri)
Yang tidak taat, pertama adalah Adam bukan Hawa
Adam tidak menjalankan fungsi sebagai suami atau Imam Keluarga
Baru kemudian Hawa
karena itu saya tidak “setuju” kalau Hawa melakukan lebih dulu dosa
Adam yang pertama
Karena itu analogi tentang Hawa dan Maria, menurut saya kurang Alkitabiah
Bagaimana sis bisa bilang Henokh tidak punya dosa asal?
Kalau demikian itu sudah mengabaikan arti kasih karunia?
Rom 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
Semuanya itu semua orang atau manusia, termasuk Henokh, Elia dan Maria
Henokh dianggkat bukan karena tidak berdosa, namun karena hidup bergaul dengan Allah
Gen 5:24 Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.
Kemudian bagaimana orang berdosa itu bisa diangkat oleh Tuhan, kan itu jadi hak preogatif Tuhan dan nanti juga ada saatnya orang2 percaya rapture
Diangkat di Sorga bukan berati ada alam lain, jelas Henokh dan Elia diangkat ke Kediaman Tuhan, bukan di Alam Peristirahatan lain
Dan bagaimana jika Henokh dan Elia dianggkat, akan dibangkitkan lagi?
Kan mereka tidak meninggal, mereka diangkat oleh Tuhan
Yang sudah meninggal, mereka yang akan dibangkitkan dari alam peristirahatannya
Ternyata baru saya sadari, begitu beda pengajaran antara Protestan dengan Khatolik
Jadi pernyataan Bpk. St. Irenaeus mengenai Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria, tidak mewakili ketidaktaatan Adam dan ketaatan KRISTUS
Bagaimana tanggapan Ibu?
Salam Damai dan Kasih
Shalom Vano,
Berikut ini saya tanggapi pernyataan anda (saya cetak warna biru)
1. Ada disposisi yang ambigu YESUS KRISTUS dilahirkan sebagai Anak Manusia
Bukan Anak Allah, sebagai Anak Allah YESUS KRISTUS, tidak bisa dilahirkan oleh manusia
Putera Allah itu menjadi Manusia dan dinamakan Anak Manusia dan Anak Domba Allah
Setelah menyelesaikan Misi-Nya, YESUS KRISTUS “kembali” menjadi Anak Allah
Jadi kalau posisi Anak Manusia itu disekaliguskan dengan Anak Allah, rasanya juga tidak seperti itu
Karena itu saya nyatakan landasan Alkitab nya kurang
Kelihatannya di sini ada pengertian yang keliru bahwa anda memisahkan Yesus yang Anak manusia dengan Yesus yang Anak Allah. Saya mengundang anda untuk membaca artikel Yesus sungguh Allah sungguh Manusia, silakan klik, dan Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah, silakan klik, untuk melihat dasar Alkitabiah dan Pengajaran Bapa Gereja tentang Pribadi Yesus. Gereja Katolik berdasarkan Alkitab, mengajarkan bahwa pada saat penjelmaan-Nya menjadi manusia, Yesus tetaplah sungguh- sungguh Allah walaupun juga sungguh-sungguh manusia. Maka terdapat dua kodrat dalam Pribadi Yesus. Usaha untuk memisahkan keduanya akan menghantar seseorang kepada pertentangan dalam memahami ayat-ayat Kitab Suci.
2. Kalaupun secara biologis, saya bisa “nyatakan” Maria bukanlah Ibu biologis bagi KRISTUS YESUS
Karena benih Maria tidak ada kontribusinya pada kelahiran KRISTUS YESUS
Jika ada benih Maria pada KRISTUS YESUS, maka IA hanya manusia biasa, sama seperti saya dan sis, bukan Anak Manusia.
Adalah keliru jika seseorang menyatakan bahwa tidak ada bagian Maria dalam pembentukan tubuh Yesus sebagai manusia (walau mungkin juga tidak tepat jika dikatakan “benih” Maria, sebab kita ketahui bahwa “benih” biasanya berkonotasi kepada benih laki-laki). Yesus menerima segala yang bersifat manusiawi dari Maria, sebab janin-nya terbentuk di dalam rahim Maria. Sebagai janin, Yesus tumbuh dan berkembang oleh karena Ia ada di dalam rahim Maria, dan karenanya tepat dikatakan bahwa Yesus adalah anak Maria; sama seperti semua janin yang dilahirkan oleh ibunya, layak disebut sebagai anak dari ibu itu.
Namun demikian, walaupun pembentukan tubuh Yesus sebagai manusia melibatkan Maria, tidak berarti bahwa Yesus menjadi sama persis dalam segala hal dengan kita manusia, karena: 1) tubuh manusia kita terbentuk dari persatuan sel telur ibu dan sel sperma ayah, sedangkan kemanusiaan Yesus hanya terjadi dengan menerima dari pihak ibu (dari darah dan daging Bunda Maria); 2) kita hanya punya satu kodrat yaitu manusia, sedangkan Yesus punya dua kodrat, makanya kita tidak akan pernah sama dengan Kristus yang selain manusia juga adalah Allah.
Dengan demikian, dalam kodrat-Nya sebagai manusia, Kristus itu sama dengan kita dalam segala hal, kecuali bahwa Dia tidak berdosa (lih. Ibr 4:15). Namun dari kodrat-Nya sebagai Allah, maka Yesus tidak dapat disamakan dengan siapapun di antara kita manusia. Jika anda mengatakan bahwa karena Yesus adalah Anak manusia, maka kodrat manusianya tidak sama dengan kita, maka itu seolah mengatakan bahwa dalam keadaan kodrat manusia-Nya Yesus sebenarnya bukan manusia, tetapi semacam “malaikat/ super angel” yang lebih tinggi dari manusia, dan ini adalah ajaran sesat Arianisme di abad ke 4, yang kemudian diluruskan dengan Konsili Nicea yang melahirkan Credo Aku percaya yang kita kenal sekarang: “dan Ia (Kristus) menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria.”
3. Jadi pernyataan St. Gregorius Naziansa Bunda Allah, itu menurut saya kurang Alkitabiah.
Bukan hanya St. Gregorius Nazianza yang mengatakan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah. Tetapi juga St. Cyril (Sirilus) dari Alexandria, St. Agustinus, St. Yohanes Cassian, St. Vincentius dari Lerin, St. Yohanes Damaskus, St. Leo Agung. Mereka adalah beberapa Bapa Gereja yang mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah karena Yesus Kristus adalah Allah.
Silakan melihat bukti Alkitabiah bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah dalam Luk 1:43, Mat 1:23, Luk 1:35, Gal 4:4. Ayat-ayat ini mengatakan anak yang dilahirkan Bunda Maria adalah Anak Allah, oleh karena itu para Bapa Gereja mengajarkan bahwa Maria yang melahirkan Anak Allah disebut sebagai Bunda Allah. Maka sebutan Maria sebagai “Bunda Allah” adalah pertama- tama untuk menyatakan bahwa Yesus Kristus yang dilahirkannya adalah sungguh-sungguh Anak Allah.
Memisahkan kodrat Yesus tersebut (bahwa Maria adalah ibu Yesus manusia, dan bukan ibu Yesus sebagai Anak Allah) adalah ajaran sesat Nestorius (428), yang dikecam oleh para Bapa Gereja, terutama oleh St. Cyril dari Yerusalem. Konsili Efesus (431) kemudian menyatakan kembali pengajaran tentang dua kodrat Yesus yang menyatu secara hypostatic, bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia, dan karena itu Maria disebut sebagai Bunda Allah.
Sebagai umat Katolik, kita seharusnya berpegang kepada ajaran para Bapa Gereja daripada berpegang kepada pendapat pribadi. Karena jika kita mempelajari sejarah, memang pendapat-pendapat pribadi itulah yang seringkali bertentangan dengan Tradisi para rasul yang dipegang dengan setia oleh Gereja Katolik.
3. Soal Hawa:
Hawa bukan yang pertama jatuh dalam dosa, melainkan Adam dan secara bersama-sama mereka jatuh dalam dosa
Memang keduanya berdosa, tetapi jika kita membaca Alkitab, dikatakan bahwa memang yang pertama kali memakan buah itu adalah Hawa. Adam-pun berdosa sebab sebenarnya ia dapat mencegah Hawa, tetapi ini tidak dilakukannya. Namun ini tidak mengubah kenyataan bahwa yang memakan buah pertama kali adalah Hawa, sehingga menjadikannya yang pertama mengikuti bujukan Iblis.
Maka jangan membandingkan siapa yang lebih sakit/ menerima konsekuensi hukuman dari Tuhan. Anda dapat bertanya kepada ibu anda, dan anda akan tahu bahwa sakit melahirkan dan membesarkan anak-anak tidak dapat dikatakan lebih ringan daripada bekerja mencari nafkah. Bahwa kepada wanita Allah kemudian dijanjikan akan melahirkan Penyelamat, adalah karena memang kodratnya yang dapat melahirkan, dan karena Allah telah merencanakan bahwa Ia akan mengutus Anak-Nya melalui seorang wanita, dan wanita ini adalah Bunda Maria.
4. Sebenarnya baik dosa asal maupun dosa pribadi, sama sama dosa, Henokh tetap manusia berdosa yang mendapatkan kasih karunia sehingga ia diangkat ke Sorga. Karena itulah saya rangkaikan bahwa terminology budak dosa itu tidak berlaku menyeluruh, manusia yang berdosa bukanlah budak dosa
Seperti Abraham, Henokh, Nuh dan yang lainnya adalah manusia berdosa namun bukan budak dosa
Jadi pernyataan St. Ambrosius karena Hawa kita menjadi budak dosa, jika ditelaah secara Alkitabiah kurang dapat dipertanggung jawabkan.
Di sini kita melihat bahwa kurangnya pemahaman akan definisi mengakibatkan seseorang tidak memahami dengan benar. Dosa asal itu adalah dosa yang diturunkan kepada manusia oleh karena dosa Adam dan Hawa. Sedangkan dosa pribadi, adalah dosa yang dilakukan manusia dengan kehendak bebasnya dan dengan kesadaran/ pengetahuannya. Maka bayi/ anak di bawah umur, yang belum dapat melakukan dosa pribadi apapun, sudah mempunyai dosa asal ini. Inilah sebenarnya salah satu makna “budak dosa” pada manusia, yang diajarkan oleh St. Ambrosius, yaitu bahwa karena dosa Adam dan Hawa, maka manusia menjadi budak dosa, karena manusia akan lahir dengan dosa asal tanpa bisa menghindarinya (kecuali Bunda Maria, atas dasar karunia Allah).
Dosa asal inilah yang mengakibatkan adanya kecenderungan berbuat dosa di dalam diri manusia, sehingga tanpa pertolongan Kristus, maka kita dapat menjadi “budak dosa” dalam artian seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat…. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat…. Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.” (Rom 7:15, 19, 24-25).
Maka dengan demikian, janganlah kita mengatakan bahwa St. Ambrosius mengajarkan sesuatu yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara Alkitabiah.
Bahwa ada tokoh- tokoh PL seperti Henokh, dan Elia yang dibenarkan Allah, mereka tetaplah mempunyai dosa asal, namun karena mereka akrab bergaul dengan Allah (lih. Kej 5:24). Di sini kita melihat perkecualian yang dibuat oleh Allah, sehingga memang bukannya tidak mungkin Allah membuat perkecualian bagi Maria yang dipilih-Nya menjadi Bunda Kristus Putera-Nya.
5. Berarti jika saya percaya Tuhan YESUS KRISTUS dan menghormati Maria sebagai manusia biasa, tetap dapat diangkat ke surga?
Kita dapat masuk surga karena rahmat Allah, oleh iman kita kepada Kristus yang dinyatakan oleh perbuatan kasih. Kalau soal rahmat Allah, tentu sudah jelas. Maka memang masalahnya di sini apakah kita telah sungguh- sungguh telah beriman kepada Yesus dan hidup sesuai dengan iman kita itu. Bagi kita umat Katolik, iman kita kepada Tuhan Yesus diwujudkan dengan ketaatan iman kita kepada segala sesuatu yang diwahyukan Allah kepada kita, dan kita percaya kepenuhan wahyu Allah ini ada dan dijaga dengan setia oleh Gereja Katolik. Maka jika kita telah dibaptis dalam Gereja Katolik, kita seharusnya telah menerima dengan iman seluruh ajaran Gereja Katolik, termasuk mengenai Bunda Maria. Jika kita tidak menerimanya seluruhnya, artinya kita “memilih-milih” ajaran sesuai dengan kehendak kita sendiri, atau menempatkan pemahaman sendiri di atas ajaran Gereja Katolik yang didasari oleh Alkitab dan ajaran para Bapa Gereja (Tradisi Suci).
Maria diangkat ke surga adalah Dogma yang ditetapkan oleh Bapa Paus XII dalam Munificentissimus Deus. Ia telah menjelaskan Dogma ini dengan cermat, dan Ia kemudian mengatakan: (berikut ini adalah cuplikan dokumennya)
Maka, dari pernyataan ini, sebenarnya jelas, bahwa seorang Katolik yang menolak Dogma ini sebenarnya telah menjauh sama sekali dari iman Katolik. Namun dalam hal iman, kita tetap harus membedakan antara material heresy atau formal heresy. Mungkin saja ada umat Katolik yang tidak menyadari bahwa Bunda Maria yang diangkat ke surga adalah Dogma, dan karenanya tidak percaya, karena tidak tahu. Maka kondisi ini adalah material heresy, dan bukan formal heresy, sebab jika orang-orang sedemikian diberitahu dengan benar maka mereka siap menerima pengajaran ini dengan iman. Formal heresy adalah kondisi di mana seseorang yang terus berkeras untuk tidak mempercayai Dogma iman, bahkan setelah diberitahu bahwa Gereja Katolik mengajarkannya sebagai suatu kebenaran yang infallible (tidak mungkin salah). Hanya formal heresy saja yang menjadi halangan bagi seseorang untuk menerima keselamatan.
Namun halnya akan berbeda jika yang tidak percaya akan Maria diangkat ke surga adalah umat yang tidak Katolik. Karena bagi mereka, langkah pertamanya adalah bukan menerima pengajaran tentang Maria, tetapi apakah mereka dapat menerima terlebih dahulu bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan Kristus sebagai sarana keselamatan. Karena tanpa mereka mengakui hal ini, akan sulit bagi mereka untuk menerima apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Jika mereka tidak sepenuhnya mengetahui, maka mereka tidak dapat dipersalahkan dalam hal ini, karena mereka tidak percaya, karena mereka tidak tahu. Nah sejauh mana mereka mengetahuinya (atau tidak), hanya Tuhan yang tahu, sehingga bagian kita sebagai umat Katolik adalah menyampaikan pengajaran iman Katolik, dan selebihnya, kita serahkan kepada yang bersangkutan untuk menyikapinya.
6. Simbolisasi Adam pertama dengan Adam Terakhir pun tidak memperbandingkan antara Adam dan KRISTUS. Karena itulah komposisi perbandingan ketaatan dengan ketidaktaatan menjadi tidak proposional, yg dimana tidak ada landasan Firmannya.
Perbandingan Adam dengan Kristus itu disebut di Alkitab dengan jelas, yaitu di Rom 5: 12-21, perikopnya berjudul Adam dan Kristus (atau lihat juga 1 Kor 15:21; Ef 2:1-3). Dikatakan demikian, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,…. Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” (Rom 5:12, 15)
Adam ialah sebuah nama, yang artinya adalah manusia, dan nama ini di dalam Alkitab mengacu kepada manusia pertama yang diciptakan Allah. Maka jika para Bapa Gereja mengadakan perbandingan antara Adam yang pertama dan Adam yang baru yaitu Kristus, sangatlah berdasar. Sebab Adam, sebagai manusia pertama menurunkan dosa kepada semua manusia, sedangkan Adam yang baru, yang adalah Putera Allah dan Anak Manusia, menghapus dosa umat manusia.
Maka dengan perbandingan ini, para Bapa Gereja membandingkan Hawa dengan Bunda Maria. Oleh karena dosa Hawa (manusia perempuan pertama) maka semua manusia mempunyai dosa asal, dan oleh karena Maria (sebagai Hawa yang baru), maka manusia memperoleh penebusan dosa-nya oleh karena Kristus yang dilahirkannya.
Perbandingan ini tidak dimaksudkan untuk melihat siapa yang lebih berdosa, Adam atau Hawa. Namun hanya kenyataannya Adam dan Hawa keduanya berdosa/ bekerjasama dalam dosa, dan menurunkan dosa tersebut kepada semua manusia. Dan karenanya para Bapa Gereja melihat bahwa pada saat waktunya telah genap, maka atas kerjasama Adam dan Hawa yang baru (Kristus dan Bunda Maria), maka manusia memperoleh penebusan dosanya.
7. Karena itu analogi tentang Hawa dan Maria, menurut saya kurang Alkitabiah.
Bagaimana sis bisa bilang Henokh tidak punya dosa asal? Kalau demikian itu sudah mengabaikan arti kasih karunia?
Anda keliru jika mengatakan bahwa saya mengatakan Henokh tidak punya dosa asal. Saya pernah menjawab pertanyaan tentang Henokh, dalam kaitannya dengan Rom 6:23 di sini, silakan klik, dan di situ jelas saya mengatakan bahwa Henokh mempunyai dosa asal, yang diturunkan oleh Adam. Lalu hubungan ayat Rom 3:23 dengan Maria, saya juga sudah pernah membahasnya dalam jawaban saya di tanya jawab ini, silakan klik, lihat point 3.
8. Jadi pernyataan St. Irenaeus mengenai Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria, tidak mewakili ketidaktaatan Adam dan ketaatan KRISTUS.
St. Irenaeus tidak mengatakan bahwa Hawa mewakili Adam atau sebaliknya. St. Irenaeus hanya mau menampilkan suatu kontras yang ada antara Adam dan Hawa yang lama dengan Adam dan Hawa yang baru. Maka, St. Irenaeus menuliskan perbandingan Hawa dengan Bunda Maria sebagai Hawa yang baru, yang didasari atas perbandingan Adam dengan Kristus (Adam yang baru). St. Irenaeus memang tidak menulis lagi perbandingan antara Adam dan Kristus, karena hal itu telah dituliskan oleh Rasul Paulus dalam Alkitab.
Maka “ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria”, tersebut terjadi bukan untuk mewakili perbuatan Kristus sebagai Adam yang baru. Keduanya, baik Yesus maupun Bunda Maria mengatakan “Ya” kepada Allah Bapa dengan ketaatan mereka. Yesus dengan ketaatan-Nya sepanjang masa kepada Bapa, juga pada saat Ia turun ke dunia (lih. Ibr 10:5-9); Bunda Maria pun taat menerima kehendak Allah pada saat menerima Kabar Gembira (lih. Luk 1:38). Jadi seperti Adam dan Hawa yang pertama masing-masing menunjukkan ketidak- taatan mereka, maka Adam dan Hawa yang baru masing-masing menunjukkan ketaatan mereka kepada Allah, sehingga ketaatan Hawa tidak mewakili ketaatan Adam, demikian pula sebaliknya.
Demikian jawaban saya semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Sebelumnya terimakasih atas jawaban yang cepat dari Ibu Ingrid sebab saya tidak menyangka akan dijawab secepat itu, saya pikir pasti membutuhkan waktu sampai berminggu2 mengingat banyaknya pertanyaan dari pengunjung situs “yg terhormat” ini. Masih ada pertanyaan selanjutnya jika ibu tidak berkeberatab menjawabnya. Bagaimana dengan Pengangkatan Bunda Maria ke Sorga dibanding dengan pengangkatan kedua nabi tadi? …….
Kemudian tentang Maria disebut oleh Bapa Gereja sebagai Hawa baru……
Vano
[Dari Admin Katolisitas: kami edit karena pertanyaan selengkapnya dan jawabannya telah tertulis di atas, silakan klik]
Comments are closed.