[Hari Minggu Paskah IV; Hari Minggu Panggilan: Kis 2:14,36-41; Mzm 23:1-6; 1Ptr 2:20-25; Yoh 10:1-10]
“Tuhanlah Gembalaku, tak ‘kan kekurangan aku….” O, betapa indahnya Mazmur ini! Betapa baiknya jika kita selalu mengingat dan meresapkannya di dalam hati kita. Sebab kita hidup di tengah keadaan yang sering tidak pasti, dan adakalanya kita dihadapkan pada godaan untuk menjadi kuatir akan banyak hal. Tetapi sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita, bahwa Tuhanlah Gembala kita yang akan mencukupkan kita dalam segala sesuatu. Tak ada alasan bagi kita untuk mencemaskan hari-hari mendatang, sebab Tuhan kita akan menyertai dan menuntun kita di jalan-Nya di sepanjang umur hidup kita, sampai kelak kita dapat masuk dalam sukacita yang kekal bersama-Nya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa ada saatnya dalam hidup kita, kita pernah pergi meninggalkan Dia, atau menjauh dari-Nya. Meminjam perkataan Rasul Petrus, kita ini “dahulu sesat seperti domba” (1Ptr 2:25). Namun Tuhan mengingatkan kita akan besar kasih-Nya kepada kita, yang seperti gembala yang baik, menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya. Paus Fransiskus mengatakan, “Untuk menyelamatkan domba yang hilang, yaitu kita semua ini, Sang Gembala menjadi domba, dan membiarkan diri-Nya dikorbankan, untuk menanggung dan menebus dosa dunia. Dengan cara ini, Ia telah memberikan kepada kita hidup, hidup yang berkelimpahan (lih. Yoh 10:10)! Misteri ini diperbaharui, dalam kerendahan hati yang mengejutkan, di atas altar Ekaristi…. Kasih Yesus sungguh tak terkalahkan. Si jahat [iblis], musuh Allah dan musuh makhluk ciptaan-Nya, berusaha dengan berbagai cara untuk mengambil kehidupan kekal dari kita. Tetapi si jahat tak dapat berbuat apapun jika kita sendiri tidak membukakan pintu hati kita terhadapnya, dengan mengikuti bujukan yang menipu…” (Paus Fransiskus, Homily, 18 April 2016).
Demikianlah, hari ini, pertama-tama, sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa Kristuslah Gembala dan sekaligus juga Pintu kepada domba-domba-Nya. Maka kita pun dipanggil untuk menjadi seperti domba-domba yang mendengarkan suara gembalanya, dan mengikuti ke mana sang gembala menuntunnya. Kita diingatkan untuk tidak mengikuti suara seorang yang asing, yang ingin mengacaukan kawanan domba itu. Juga, agar kita jangan berjalan sendiri meninggalkan kawanan, yang membuat kita tersesat. Atau, jika kita—entah sengaja entah tidak—telah meninggalkan atau menyimpang dari kawanan, sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk pulang kembali ke dalam kawanan sang Gembala Agung. Seperti perkataan Rasul Petrus: “Bertobatlah…” (Kis 2: 38). Sebab bagi kita umat Kristiani, sesungguhnya pertobatan bukan urusan sekali seumur hidup dalam Baptisan, tetapi harus menjadi sikap yang terus menerus sampai akhir hidup kita di dunia.
Kedua, di Hari Minggu Panggilan ini kita diingatkan juga untuk bersyukur kepada Tuhan untuk karunia panggilan hidup religius yang diberikan kepada Gereja. Kita pun bersyukur dan memuji Tuhan untuk karunia saudara-saudari kita yang dengan murah hati telah menjawab panggilan Tuhan ini, untuk menjadi imam, biarawan dan biarawati. Mereka telah secara khusus mempersembahkan seluruh hidup mereka untuk Kerajaan Allah. Kita pun berterima kasih kepada Tuhan untuk karunia para imam di sepanjang sejarah Gereja, secara khusus mereka yang telah berperan dalam menumbuhkan iman kita sebagai murid Kristus. Melalui mereka kita melihat gambaran Kristus sebagai Sang Gembala utama kita. Melalui mereka kita menerima pengajaran Kristus dan rahmat-Nya yang menghidupkan, menumbuhkan dan menguduskan. Betapa kita pun perlu mendoakan para imam, para suster dan bruder, agar mereka dapat terus menjadi saksi yang hidup akan pengabdian yang total kepada Allah dan gambaran kekudusan bagi Gereja. Betapa dunia saat ini membutuhkan orang-orang seperti mereka yang menjadi seumpama lilin di tengah gulita! Di tengah dunia yang menawarkan berbagai kemewahan, mereka memilih untuk hidup dalam kesederhanaan. Di tengah dunia yang mempromosikan kenikmatan dan kenyamanan, mereka memilih hidup dalam semangat matiraga. Di tengah dunia yang menghargai status dan kedudukan, mereka memilih untuk hidup dalam pengabdian sebagai pelayan. Mereka mengambil cara hidup Yesus 2000 tahun yang lalu menjadi cara hidup mereka sendiri: meninggalkan segala sesuatu demi meluaskan Kerajaan Allah. Dunia membutuhkan orang-orang sedemikian, yang sungguh menghadirkan Kristus dan teladan hidup-Nya secara nyata. Dan kita sebagai Gereja membutuhkan figur-figur yang menggambarkan kasih Allah sebagai Gembala jiwa kita. Sungguh pantaslah kita bersyukur bahwa Tuhan terus menerus membangkitkan semangat pemberian diri yang sepenuhnya dalam Gereja-Nya, yang secara nyata kita lihat dalam kehidupan mereka yang sedikit banyak telah berperan dalam tugas penggembalaan jiwa kita, yaitu, para imam, biarawan dan biarawati. Di Minggu Panggilan ini marilah kita mengingat, bahwa mereka pun membutuhkan dukungan doa agar dapat setia dalam menjalani panggilan hidup bakti mereka. Maka marilah kita mendaraskan doa bagi para imam, biarawan dan biarawati:
“Ya Allah yang kekal,
Kami bersyukur untuk para imam, yang telah dengan pengabdian mereka, menghadirkan Engkau dalam hidup kami. Kami mohon belas kasih-Mu kepada mereka, sebab kami menyadari bahwa mereka pun memiliki kerapuhan sebagai manusia biasa. Kobarkanlah dalam hati mereka, karunia rahmat bagi panggilan hidup mereka, yang mereka terima dari penumpangan tangan Uskup. Jagalah mereka agar selalu dekat pada-Mu, supaya jangan sampai mereka jatuh dalam godaan si jahat. Jagalah agar mereka tidak pernah melakukan apapun yang tidak layak dan tidak sesuai dengan panggilan hidup mereka yang sangat mulia.
O Yesus, kami berdoa untuk para imam-Mu yang setia; juga untuk imam-Mu yang tidak setia. Untuk para imam-Mu yang berkarya di tanah air, maupun mereka yang berkarya di negeri seberang, ataupun di daerah misi, untuk para imam-Mu yang sedang bergumul dalam godaan, imam-Mu yang merasa kesepian, para imam yang masih muda, para imam yang dalam sakrat maut, dan jiwa-jiwa para imam yang di Purgatorium. Tetapi di atas semua itu, kami berdoa bagi para imam yang terdekat dengan kami: imam yang membaptis kami, imam yang memberikan absolusi bagi dosa-dosa kami, imam yang merayakan Misa yang kami ikuti dan memberikan Komuni kudus pada kami, imam yang mengajar, membantu dan menghibur kami….
Kami pun berdoa bagi para bruder dan suster. Mereka telah memalingkan diri dari segala kesenangan dunia, dan sejak masa muda mereka telah memberikan hidup mereka sepenuhnya bagi-Mu. Mereka telah mempersembahkan diri mereka kepada-Mu dalam semangat kemiskinan, kemurnian dan ketaatan dalam kekudusan hidup. Ya, Yesus, kami mohon kepadamu, bantulah karya-karya mereka. Hadirlah dalam setiap pelayanan mereka, saat mereka mengajar, melayani orang sakit, mewarta di daerah misi, atau bahkan dalam keseharian mereka di biara, di manapun. Sebab mereka hanya memiliki Engkau sebagai Penopang dan Penolong mereka. Secara khusus kami berdoa untuk mereka yang pernah menjadi bagian dalam pertumbuhan iman kami. Mereka yang mengajar kami, yang menghibur ketika kami sakit, mereka yang memberikan teladan yang baik kepada kami….
O Yesus, jagalah mereka semua, agar selalu dekat di hati-Mu. Dampingilah mereka agar mereka dapat menjadi perpanjangan tangan-Mu untuk menggembalakan kami umat-Mu. Semoga melalui mereka kami dapat melihat wajah-Mu sebagai Gembala dan pemelihara jiwa kami. Kami mohon, berkatilah mereka dengan limpah di hidup sekarang ini maupun di kehidupan yang akan datang. Semuanya ini kami mohon demi Kristus Tuhan kami. Amin.”