Pertanyaan:
Shalom !
Apa yang dimaksud dengan PAGANISME dan SINKRISTISME dalam konteks keagamaan ?
Terima kasih, Agustinus
Jawaban:
Shalom Agustinus,
1. Paganisme
Menurut New Advent Encyclopedia, Paganisme dalam arti luas termasuk semua agama yang di luar agama yang berasal dari wahyu Allah, dan dalam arti sempit adalah semua [agama] kecuali agama Kristiani, Yahudi dan Islam. Dan istilah paganisme ini juga sama dengan politheisme (kepercayaan tentang adanya banyak tuhan).
Asal kata paganisme adalah kata Latin, pagus, atau juga pagani, yang dapat diartikan mereka yang hidup di pedalaman/ pedesaan, yang tetap tidak percaya kepada Tuhan sebagaimana yang diwahyukan-Nya tersebut, setelah penduduk kota-kota telah menjadi Kristen. Bentuk- bentuk Paganisme misalnya Hindu, Budha, Mithraisme. Selanjutnya tentang paganisme, silakan klik di link ini.
2. Sinkretisme
Berasal dari kata ‘sygkretizein‘. Penjelasan yang diberikan oleh Plutarch dalam “Opera Moralia”, ed. Reiske, VII, 910 untuk menjelaskan makna sinkretisme ini adalah dengan memberi contoh bagaimana penduduk Kretan yang sering terlibat pertengkaran di antara mereka sendiri, tetapi begitu ada musuh dari luar datang, maka mereka segera berdamai.
Pada abad ke 15 istilah sinkretisme ini dikenal melalui tulisan Erasmus, “Adagia”. Istilah ini dipergunakan untuk menandai adanya persamaan antara pihak-pihak yang ingkar, di samping segala perbedaan mereka, terutama, ketika itu menyangkut perbedaan pemahaman dalam hal Theologi.
Kemudian ketika istilah ini mengacu kepada kata ‘sygkerannynai‘, secara tidak akurat kata ini digunakan untuk menandai campuran dari hal-hal/ ide-ide yang tidak sama atau bahkan bertentangan. Penggunaan istilah yang tidak tepat ini masih berlanjut sampai sekarang.
1) Sinkretisme kadang digunakan untuk menandai adanya peleburan/ campuran agama- agama pagan. Contohnya adalah peleburan agama dunia Timur dan Yunani pada saat dunia Timur di hellenisasi oleh Kaisar Alexander Agung di abad ke 4 sebelum masehi. Maka dewa-dewi Yunani di-identifikasikan dengan dewa-dewi Timur. Setelah kerajaan Romawi mengalahkan Yunani, maka kerajaan Romawi juga mengambil budaya Yunani, dan menerima agama-agama bangsa-bangsa yang dikuasainya. Sinkretisme ini mencapai puncaknya di abad ke-3. Maka pada masa ini terdapat banyak sekali cult, yang dianggap sebagai berbagai bentuk yang tidak essential, namun sama saja. Maka pendapat inilah yang membuka jalan bagi kecenderungan ke arah Monotheisme.
2) Terdapat kecenderungan para peneliti modern yang menganggap bahwa agama yang berdasarkan Alkitab merupakan hasil dari sinkretisme. Maka agama Yahudi dikatakan mengambil sumber dari mitos Kanaan, Mesir, Babilonia kuno, dan Persia, yang kemudian berkembang menjadi Monotheism. Pendapat ini menganggap asal agama Kristiani merupakan kelanjutan dari ide-ide Yahudi dengan pengaruh agama- agama lainnya dan dari filosofi Stoik, Philonik dan neo- Platonik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat persamaan antara agama Yahudi dan Kristiani dengan agama- agama lainnya dalam hal bentuk eksternal dan ide-idenya, sebab memang terdapat ide-ide religius yang sama dalam kehidupan semua umat manusia. Namun persamaan ini terletak hanya pada bentuknya saja, dan bukan isi/ ‘content‘ yang menyangkut kepada makna/ hakekatnya.
Dengan demikian, Theologi Katolik tetap berpegang teguh kepada wahyu Allah dan kepada pondasi Kristianitas, yang dibangun oleh Yesus Kristus. (Jadi bukan karena sinkretisme)
3) The Syncretistic Strife
The Syncretistic Strife (1640-1686) adalah nama yang diberikan pada gerakan pergolakan yang dipimpin oleh Georg Calixt yang intinya merumuskan beberapa butir-butir pengajaran theologi dari pihak Lutheran yang ditawarkan kepada Gereja Katolik dan gereja-geraja reformasi. Maka dalam hal ini Calixt berusaha menyatukan perbedaan-perbedaan ajaran yang ada dengan mengusulkan hal fundamental minimum yang dapat disetujui bersama.
Usulan Calixt ini tidak dengan mudah diterima oleh gereja-gereja reformasi, walaupun sedikitnya dapat mengurangi ketegangan yang terjadi di antara mereka dan memajukan saling pengertian/ kesabaran. Gerakan ini membawa kebaikan bagi Gereja Katolik, karena melalui gerakan ini Gereja Katolik menjadi lebih dimengerti dan dihargai oleh gereja-gereja Protestan.
4) Sekarang ini sinkretisme sering dikaitkan dengan percampuran nilai-nilai religius, yang menghasilkan suatu ‘paham/ agama’ baru yang ‘asing’/ bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani.
Paus Benediktus XVI menyebutkan perihal sinkretisme ini di dalam surat ensiklik-nya yang terbaru, Caritatis in Veritate, 55 (Kasih di dalam Kebenaran), demikian:
“Kebudayaan-kebudayaan dan agama-agama yang lain mengajarkan persaudaraan dan damai dan oleh karena itu menjadi sangat penting bagi perkembangan manusia seutuhnya. Namun demikian, beberapa sikap religius dan kultural tidak sepenuhnya merangkul prinsip kasih dan kebenaran, dan oleh karena itu mengakibatkan pemuduran atau penghambatan terhadap perkembangan manusia yang otentik. Terdapat budaya-budaya religius tertentu di dunia sekarang ini yang tidak mengharuskan para pria dan wanita untuk hidup di dalam persekutuan tetapi malah dipisahkan satu dengan yang lainnya demi memenuhi kesejahteraan individual, terbatas kepada pemuasan keinginan-keinginan psikologis. Selanjutnya, sebuah perkembangan tertentu dari “jalan-jalan” religius yang berbeda- beda, menarik kelompok- kelompok kecil atau bahkan orang-orang secara pribadi, bersama- sama dengan sinkretisme religius, dapat menghasilkan perpisahan dan pemutusan hubungan. Salah satu efek negatif dari proses globalisasi adalah kecenderungan untuk menyukai bentuk sinkretisme ini dengan mendorong bentuk-bentuk “agama” yang bukannya membawa orang-orang untuk bersama, tapi malah mengasingkan mereka satu dengan yang lainnya dan memisahkan mereka dari realitas….”
Demikian sekilas tentang Paganisme dan Sinkretisme.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
shalom suadara semua yg dikasihi Yesus Kristus,
saya bukan siapa2 tanpa kasih karunia Kristus… saya mantan Islam
yg ingin saya tanyakan
1. Kenapa umat katolik harus juga berdoa kepada Ibu Maria bunda Yesus, sedangkan kita semua sudah berdoa kpada Yesus ?
2. Benarkah pada waktu dulu, gereja katolik menghukum orang karena baca Bible ?? bukan kah Bible adalah jalan cara mengenal Tuhan Yesus ?
3. kenapa Paus begitu menerima hikmat dari arti 666
sebenarnya banyak yg ingin saya tanyakan, tapi itu saja dulu, untuk penjelasan kepada saya
. shalom terima kasih GBU
Shalom Martir Rizki,
1. Apakah umat Katolik harus berdoa kepada Bunda Maria?
Walaupun dianjurkan oleh Gereja, namun sesungguhnya bukan keharusan yang mutlak bahwa umat Katolik harus selalu berdoa kepada Bunda Maria. Lagipula ‘berdoa kepada Bunda Maria’ ini artinya lain dengan berdoa kepada Allah. Sebab kepada Bunda Maria kita menghormatinya dan memohon dukungan doanya- meminta ia berdoa bersama kita; sedangkan kepada Allah kita memuji, menyembah Allah sebagai Tuhan. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
2. Apakah Gereja Katolik pernah melarang orang membaca Kitab Suci?
Menurut catatan sejarah Gereja, dahulu di sekitar Abad Pertengahan pernah terjadi adanya sejumlah orang yang membuat terjemahan Kitab Suci menurut pengertian kelompoknya sendiri- yaitu Albigensian- sehingga tidak sesuai dengan terjemahan teks aslinya. Terjemahan ini kemudian diperbanyak, sehingga menyesatkan umat. Nah, maka pada saat itu sampai beberapa waktu sesudahnya Gereja Katolik melarang umat membaca Kitab Suci, karena adanya terjemahan yang salah tersebut. Namun setelah terjemahan yang benar telah mudah diperoleh, Gereja menganjurkan umatnya untuk membaca Kitab Suci. Silakan membaca keseluruhan kisahnya di sini, silakan klik.
Sedangkan tentang apa itu aliran sesat Albigensian, silakan klik.
3. Kenapa Paus begitu menerima hikmat? [dari arti 666?]
Paus menerima hikmat, karena Kristus sendiri menjamin akan selalu membimbing Gereja-Nya yang didirikan-Nya di atas Rasul Petrus dan para penerusnya (lih. Mat 16:18-19; 28:19-20).
Maka Paus menerima hikmat karena Kristus dan dari Kristus, bukan dari arti 666.
Tentang arti 666, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Sedangkan arti Vicarius Filii Dei, yang sering dikaitkan dengan hal 666 itu, silakan klik.
Silakan membaca terlebih dahulu artikel-artikel di atas, beserta dengan Tanya Jawab di bawahnya, karena kemungkinan sebagian pertanyaan Anda telah dibahas di sana.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
lalu bagaimana dengan Tuhan agama Budha dan Hindu. Apa dewa mereka juga mengitepretasikan Tuhan yang satu?
[Dari Katolisitas: Mohon membaca terlebih dahulu artikel di atas, silakan klik. Fokus kami di situs ini bukanlah untuk menyampaikan ajaran agama lain. Yang kami sampaikan di sini adalah ajaran iman Katolik. Jika ada pertanyaan yang sedikit menyangkut ke agama lain, yang dapat kami sampaikan adalah informasi umum sebagaimana dapat diperoleh dari internet. Silakan membaca tanya jawab di sini, silakan klik, tentang dialog kami dengan seorang pembaca yang beragama Hindu, tentang konsep ketuhanan dalam agama Hindu.
Jika Anda ingin mengetahui ajaran agama Hindu/ Buddha, silakan mengunjungi situs-situs mereka.]
Shalom bu ingrid..! Saya dpt pertanyaan tpi saya tdk dpt bri jawbn,pertanyaannya sprti ini: 1.apakh paulus itu seoarg tuhan sehngga dpt memberi indulgensi pada umatnya,kalau dia bukan tuhan lalu bgaimana dngan indulgensi.
2.apakah sex boleh dalm umat krsten yg bum menikah,kalau tidak knpa banyak negara yg mayoritas krsten porno itu tdak di larang.
Mhon penjelasannya.
Shalom Putra Batak,
1. Paulus itu Tuhan?
Tentu saja bukan. Paulus (jika yang Anda maksud Rasul Paulus) adalah seorang rasul yang dipanggil secara khusus oleh Kristus. Sekilas tentang Rasul Paulus dapat Anda baca di situs ini, silakan klik.
2. Paulus memberikan indulgensi?
Apakah mungkin maksud Anda, Paus? Yang memberikan indulgensi adalah Gereja, namun keputusan Indulgensi ini memang diberikan oleh Paus. Silakan membaca di sini tentang Apakah Indulgensi itu?, silakan klik, dan mengapa Gereja dapat memberikannya.
3. Apakah diperbolehkan seks pranikah? Mengapa di banyak negara yang mayoritas Kristen pornografi tidak dilarang?
Gereja Katolik, berdasarkan Sabda Tuhan mengajarkan bahwa hubungan suami istri merupakan sesuatu yang sakral, dan karena itu, melarang seks pranikah. Tentang hal ini sudah dibahas di artikel berikut ini:
Apakah hidup bersama sebelum menikah itu dosa?
Hidup bersama sebelum menikah?
Kemurnian di luar perkawinan
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa pornografi merupakan pelanggaran berat:
KGK 2354 Pornografi mengambil persetubuhan yang sebenarnya atau yang dibuat-buat dengan sengaja dan keintiman para pelaku dan menunjukkannya kepada pihak ketiga. Ia menodai kemurnian, karena ia merusak hubungan suami isteri, penyerahan diri yang intim antara suami dan isteri. Ia sangat merusak martabat semua mereka yang ikut berperan (para aktor, pedagang, dan penonton). Karena mereka ini menjadi obyek kenikmatan primitif dan sumber keuntungan yang tidak diperbolehkan. Pornografi menempatkan semua yang berperan dalam satu dunia semu. Ia adalah satu pelanggaran berat. Pemerintah berkewajiban menghalang-halangi pengadaan dan penyebarluasan bahan-bahan pornografi.
KGK 2396 Masturbasi, percabulan, pornografi, dan praktek homoseksual termasuk dosa-dosa yang sangat melanggar kemurnian.
Oleh karena itu, Gereja Katolik menghimbau negara-negara untuk melindungi rakyatnya dari bahaya pornografi, karena hal itu bertentangan dengan penghargaan terhadap keluarga (lih. KGK 2211). Namun demikian, Gereja bukan negara, dan Gereja tidak dapat mengintervensi kebijakan dalam pemerintahan suatu negara. Maka, sangat disayangkan, nyatanya memang ada banyak negara yang mayoritas Kristen seolah tidak mengindahkan himbauan ini. Maraknya pornografi adalah faktor kelemahan manusia, terutama mereka yang duduk di posisi pemerintahan ataupun yang sesungguhnya mempunyai wewenang untuk membuat kebijakan yang dapat melindungi kepentingan umum, dalam hal ini, kehidupan keluarga, gagal melakukan tugasnya dengan baik. Tentu ini merupakan fakta yang memprihatinkan, sehingga pantaslah kita lebih tekun lagi berdoa untuk para pemimpin negara, agar mereka diberi kebijaksanaan untuk mengatur negara dengan mempertimbangkan hukum moral. Selanjutnya, kita juga harus berjuang dengan kapasitas kita masing- masing untuk tidak terlibat tindakan apapun yang dapat mendukung pornografi bagi langsung maupun tidak langsung.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Yang bilang Hindu tidak percaya dg Tuhan siapa? Dari mana anda membuktikan dan menyimpulkan demikian. Jangan sembarangan memberi pengertian tentang arti suatu makna kepercayaan. Hindu menyembah Tuhan dengan nama Ida Sang Hyang Widi. Begitu jg yg lain ada Tuhan Yesus ,Maha Budha, dan Allah di Muslim. Anda jgn sembarangan menulis makna dan pendapat yg mengartikan suatu perpecahan karena kebodohan anda berpikir. Hati hati dalam berbicara. Terima kasih.
Shalom Messias,
Jika kita klik di Wikipedia dan di situs-situs yang menyampaikan ajaran agama Hindu, kita akan mengetahui bahwa dalam agama Hindu itu sendiri terdapat beragam aliran yang mengajarkan ajaran yang berbeda-beda tentang konsep Tuhan. Konsep ajarannya bermacam-macam, ada yang monotheism, polytheism, penentheism, pantheism, monism dan atheism. Maka memang konsep Tuhan bagi agama Hindu nampaknya cukup kompleks dan tergantung dari pemahaman inidividu, tradisi dan filosofi yang dianut. Maka secara obyektif, dapat dikatakan bahwa konsep Tuhan dalam agama Hindu bersifat subyektif (tergantung pemahaman pribadi) dan ini berlainan dengan konsep Tuhan menurut agama Yahudi, Islam dan Kristen, yang meyakini konsep Tuhan berdasarkan wahyu Allah.
Jika Anda percaya kepada aliran Hindu yang monotheism, maka memang ada kemiripan dengan ajaran iman Islam dan Kristen yang meyakini adanya satu Allah. Namun paham ini tidak dapat dikatakan mewakili semua aliran dalam agama Hindu, sebab sebagaimana disampaikan oleh situs-situs Hindu sendiri, ada yang menyatakan kepercayaan mereka kepada banyak tuhan (politheism), atau semua mahluk hidup dan alam semesta mengandung partikel Tuhan (pantheism) dan bahkan tidak ada Tuhan (atheism).
Namun demikian, saya menerima saran Anda, maka untuk memperjelas maksud saya, saya menambahkan sedikit keterangan di kalimat di atas, sehingga berbunyi demikian:
Asal kata paganisme adalah kata Latin, pagus, atau juga pagani, yang dapat diartikan mereka yang hidup di pedalaman/ pedesaan, yang tetap tidak percaya kepada Tuhan sebagaimana yang diwahyukan-Nya tersebut, setelah penduduk kota-kota telah menjadi Kristen. Bentuk- bentuk Paganisme misalnya Hindu, Budha, Mithraisme….
Sesungguhnya kalimat tersebut saya kutip dari link New Advent Encyclopledia, yang aslinya tertulis dalam bahasa Inggris, berbunyi demikian (untuk membaca selengkapnya klik di link ini):
It [paganism] is derived from the Latin pagus, whence pagani (i.e. those who live in the country), a name given to the country folk who remained heathen after the cities had become Christian. Various forms of Paganism are described in special articles (e.g. Brahminism, Buddhism, Mithraism) …
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Hey orang bodoh, jangan keterlaluan jk mengutip dr link internet. Itu semua manusia yg menciptakan kata-kata. Apa km bisa membuktikan dari mana asal agamamu? Munculnya Tuhan mu? Ga ad yg bs didunia mmbuktikan hal itu. Apalagi km. Hindu memiliki kepercayaan 1 Tuhan .. Yaitu Ida Sang Hyang Widi Wasa, jk km bilang bny Tuhan, brti otak mu tolol dg konsep itu. Semua itu namanya Manifestasi yg diwujudkan dg para Dewa Dewi.
Baru kali ini sy debat agama dg org sprti km yg pny konsep pemikiran tabu. Agama mu bukan pagan, tp kamu lhaa yg menyebarkan paham pagan di internet, utk mendapatkan pengikut dg paham licik mu.
Salam Mesias.
Shalom Messias,
Apa yang kami kutip di sini sebenarnya tidak hanya atas dasar informasi dari internet. Jika kita membaca ensiklopedia Britannica yang diterima secara internasional, juga mengatakan kurang lebih hal yang sama. Kalau Anda tidak setuju, artinya Anda menolak semua sumber informasi itu, tetapi kalau boleh saya balik bertanya, apakah dasarnya Anda menolak semua informasi itu? Sebab apa yang tertulis di sana juga pastilah mengambil sumber dari para ahli/ pemuka agama ataupun praktisi agama Hindu sendiri. Maka jika Anda tidak setuju dengan informasi tersebut, silakan mengajukan keberatan kepada situs-situs resmi Hindu tersebut, atau kepada pihak penyusun dan penerbit ensiklopedia Britannica tersebut.
Berikut ini saya kutip dan terjemahkan apa yang tertulis di ensiklopedia Britannica, tentang Hinduism, yang juga menyatakan bahwa dalam agama Hindu tidak ada ketentuan yang pasti apakah Tuhan itu satu atau banyak:
“Secara prinsip, Hinduisme mencakup semua bentuk kepercayaan dan penyembahan tanpa perlu memilih ataupun menghilangkan apapun…. Dasar dari agama tidak tergantung dari ada atau tidak adanya Tuhan atau apakah Tuhan itu satu atau banyak. Sebab dikatakan bahwa kebenaran religius mengatasi segala kata-kata definisi, tak terkandung dari di dalam terminologi dogmatik. Lagipula, kecenderungan orang-orang Hindu untuk membedakan diri mereka dengan orang-orang lain berdasarkan praktek (orthopraxy) daripada ajaran (orthodoxy), terlebih lagi mengurangi tekanan pada perbedaan ajaran.” (Robert P. Gwinn, b.o.d, The Encyclopedia Britannica, book 20, (Chicago, 1993), p.519).
Nah, maka dapat saja terjadi jika Anda tidak setuju dengan apa yang disampaikan, namun itu tidak mengubah fakta bahwa dalam Hinduisme memang diajarkan berbagai macam ajaran, baik monotheisme, polytheisme atau bahkan atheisme. Mengapa demikian, juga dijelaskan dalam ensiklopedia Britannica tersebut:
“Hinduisme merupakan baik peradaban maupun kongregasi agama-agama; Hinduisme tidak mempunyai awal ataupun pendiri, ataupun otoritas sentral, hirarki, atau organisasi. Segala usaha untuk memberi definisi khusus tentang Hinduisme telah terbukti tidak memuaskan dengan cara yang satu ataupun yang lain; terlebih karena para ahli Hinduisme yang paling tertinggi, termasuk orang-orang Hindu sendiri, telah menekankan aspek-aspek yang berbeda-beda dari keseluruhannya.” (Ibid.)
Selanjutnya atas pertanyaan Anda, “Apa kamu bisa membuktikan dari mana asal agamamu?” inilah tanggapan saya:
Agama Kristiani bersumber dari Wahyu Allah sendiri, yang dinyatakan dengan sempurna di dalam diri Yesus Kristus, Sang Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Jika Anda tertarik dengan topik ini, kita dapat membicarakannya lebih lanjut. Namun, jika Anda mau melanjutkan diskusi dengan kami, kami mengusulkan agar Anda menyampaikan argumen Anda dengan cara yang santun, agar dialog kita dapat berjalan sebagaimana layaknya terjadi pada sesama orang beriman. Semoga usulan ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
ok Bu Ingrid,
berdasarkan tulisan Ibu diatas, ada bebarapa hal yang ingin saya tanyakan :
1. Apakah rupa Yesus yang sekarang diyakini umat kristiani memang seperti itu? adakah bukti ‘ILMIAH’ yang dapat mendukung kebenaran WAJAH YESUS seperti yang anda dan umat kristiani yakini?
2.. Sebab yang saya tahu bahwa banyak sekali versi “WAJAH YESUS” dalam keyakinan orang-orang kristiani, versi berbagai bangsa di dunia, ada versi orang Indian, orang Timur Tengah, orang afrika hitam, orang latin/hispanic dll.. benarkah pernyataan saya ini? nah kira-kira menurut Ibu mana yang asli/original wajah Yesus?
3. Ibu berkata : ” Gambar dan patung itu hanya gambaran saja yang harusnya malah mengarahkan hati umat kepada Allah. Dan karena itu, umat Katolik hanya menghormati gambar/ patung Yesus tersebut seperti layaknya kita menghormati bendera kebangsaan.”
Nah lalu memang jika maksudnya adalah mengarahkan hati umat kepada Allah, lalu dengan gambar/patung yang umat kristiani yakini sebagai Yesus, yang padahal belum jelas rupa yesus berwajah demikian maka dengan segala hormat saya, saya bertanya : Bukankah itu sama dengan menciptakan tandingan bagi Allah? dikarenakan tidak ada bukti yang mendukung rupa/wajah/paras/muka Yesus?
Bisa saja itu wajah seseorang/orang lain yang bukan Yesus.
Kalau memang demikian maka sama saja anda umat kristiani membuat tandingan Allah, karena dalam setiap ibadah kaum kristiani gambar/patung “YESUS INI” disembah dan diagungkan dengan khidmat, padahal entah rupa/wajah siapa yang menjadi ‘RUPA YESUS” yang telah diyakini selama berabad-abad oleh kristiani sampai sekarang.
Kesimpulanyya hal penyembahan kepada patung tuhan seperti yang anda yakini adalah untuk mendekatkan diri kepada sosok Tuhan, lalu bagaimana apabila yang selama ini anda sembah ternyata bukanlah wajah Yesus/tuhan yg sebenarnya? bukankah itu sama saja dengan menyembah sesembahan lain selain tuhan?
Dengan segala hormat saya kepada Ibu Ingrid saya menunggu jawabannya..
tentunya dengan jawaban yang ILMIAH or profable dan bukan hanya berdasarkan logika anda/imam/romo sendiri, bahkan seharusnya jawabannya secara ALKITABIAH, karena bukankah ALKITAB itu wahyu dari Tuhan? sebagai pedoman umat kristiani dari dulu sampai sekarang.
selamat malam
Shalom Kusno,
Pertama-tama harus disadari dahulu fungsi gambar/patung dalam gereja Katolik hanyalah sebagai alat bantu saja untuk mengarahkan hati kepada Tuhan. Jadi memang wajah persis di dalam lukisan itu tidaklah menjadi terlalu penting. Sebab yang kita mengarahkan hati kepada apa yang dilambangkan oleh gambar itu, dan bukannya terhadap gambar itu sendiri. Sama seperti bendera merah putih melambangkan negara Indonesia, maka tidak terlalu menjadi soal seperti apakah persisnya warna merahnya dan putihnya dan ukurannya. Yang terpenting adalah, secara umum bendera merah-putih yang posisinya sedemikian, melambangkan negara Indonesia.
1. Maka bukti ilmiah dari wajah Yesus memang kita ketahui dari bukti sejarah. Misalnya, bukti gambar wajah Yesus dalam “the Shroud of Turin”/ kain kafan Turin, yang selengkapnya dapat anda baca di link ini, silakan klik. Dan temuan gambar- gambar Yesus di katakombe (gereja bawah tanah) Domitilla. Uraian lebih lanjut dapat anda baca di link ini, silakan klik. Berikut juga temuan gambar-gambar wajah Yesus di abad-abad pertama.
Mengenai gambar wajah dan tubuh Yesus di kain kafan Turin memang masih menjadi topik perdebatan para ahli sampai saat ini, justru karena memang tidak bisa dijelaskannya mengapa sampai ada gambar tubuh dan wajah Yesus ‘tercetak’ pada kain itu. Para skeptik mengatakan bahwa itu lukisan yang diciptakan oleh seorang genius di abad pertengahan, walaupun kemudian para scientist membuktikan bahwa warna yang tertera di situ bukan pigmen cat, tetapi darah manusia. Lalu teori bahwa itu hasil fotografi juga sebenarnya tidak mungkin, karena teknik reproduksi fotografi untuk menghasilkan gambar sedemikian (kalau misalnya-pun anggapan ini benar) baru ada 400 tahun sesudahnya. Silakan anda membaca di link yang saya sertakan di atas, untuk melihat penjelasan secara ilmiah mengenai Kain kafan Turin tersebut.
Namun terlepas dari kontroversi Kain Kafan Turin ini, kita mengakui bahwa gambar Yesus yang kita kenal sekarang ber-evolusi dari apa yang digambarkan pada gambar ini, dan gambar Yesus yang ditemukan di abad- abad pertama.
2. Menurut perkembangannya, memang ditemukan beberapa versi gambar wajah Yesus. Walaupun umumnya wajah Yesus yang kita kenal menggambarkan-Nya sebagai seorang dari Timur Tengah, namun adapula yang menggambarkannya sesuai dengan budaya setempat. Hal ini sesungguhnya tidak menjadi masalah, karena yang terpenting bukan gambarnya, namun Siapa yang digambarkan oleh gambar itu.
Dalam memahami hakekat Yesus yang digambarkan oleh lukisan/ gambar/ patung itu, kita harus memahami bagaimana pikiran/ imajinasi manusia menangkap essensi dari sesuatu/ seseorang. Setiap orang, dapat menangkap universalitas dari sesuatu yang digambarkan dalam imaginasinya. Sebagai contoh, mendengar kata ‘kucing’ secara otomatis, kita menggambarkan kucing di dalam imaginasi kita. Kemampuan untuk menangkap universalitas, membuat manusia dapat menangkap hakekat kucing, yang tidak ditentukan oleh ukuran, apakah itu kecil, besar, atau oleh warna, ukuran dll. Contoh ini juga dapat diterapkan di semua agama pada saat seseorang berdoa. Mungkin umat dari agama lain dapat mengatakan bahwa yang tergambar dalam pemikirannya pada waktu berdoa adalah cahaya, atau huruf, atau yang lain. Namun bagi umat Kristen, sebagian besar yang tergambar dalam pikiran kita pada saat berdoa adalah wajah Yesus, karena umat Kristen mempercayai bahwa Yesus, adalah Tuhan yang datang menjadi manusia. Itu adalah latar belakang dari seni atau gambar yang mempresentasikan Yesus.
Nah, sekarang permasalahannya adalah bagaimana kita mengetahui apakah wajah Yesus yang sesungguhnya adalah Yesus seperti yang ada pada gambar-gambar yang kita kenal? Maka di sini kita harus melihat prinsip manusia menangkap ‘hakekat’ sesuatu/ seseorang seperti pada contoh di atas. Kita manusia mampu menangkap hal-hal yang bersifat accidental (‘kulit’ luar) dan essensi. Accidental dari manusia adalah berkumis, berjenggot, tinggi/pendek, kulit hitam atau putih, rambut panjang atau pendek, dll. Namun essensi dari manusia adalah manusia yang diciptakan menurut gambaran Allah, mempunyai tubuh danjiwa, dimana jiwanya adalah bersifat kekal dan spiritual. Spiritualnya karena manusia mempunyai akal budi (intellect) dan juga kehendak bebas. Selanjutnya, kesempurnaan manusia ditunjukkan dengan bagaimana manusia dapat bersikap untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu Tuhan. Di sinilah, Yesus sebagai Tuhan datang ke dunia ini untuk memberikan jalan kepada manusia dan menunjukkan bagaimana seharusnya manusia bersikap sebagaimana layaknya manusia menurut gambaran Allah (yaitu dengan kasih kepada Allah dan sesama), sehingga manusia pada akhirnya akan memperoleh persatuan dengan Allah. Jadi dari sini, tidaklah terlalu penting apakah Yesus berjenggot atau tidak, karena jenggot, warna kulit, dll. Itu semua hanyalah accidental, yang tidak menentukan kualitas dari Yesus. Yang menentukan kualitas/esensi dari Yesus, yaitu Tuhan yang menjadi manusia, yang menunjukkan kepada kita manusia untuk hidup sesuai dengan gambaran Allah, agar kita dapat sampai kepada Allah. Jadi dalam seni, yang paling penting adalah mempresentasikan dan mengekspresikan tentang sosok tersebut, misalkan Yesus terlihat sebagai Seseorang yang lemah lembut, penuh kasih, dll.
3. Dengan pengertian di atas, seperti apa detail gambar Yesus, yang mungkin berbeda antara satu gambar dengan yang lainnya, tidak menjadi masalah. Yang terpenting, umat menangkap hakekat Yesus yang digambarkannya. Gambar itu bukannya saingan Allah, karena akhir penghormatan kita bukan kepada gambar itu, tetapi pada Siapa yang digambarkannya. Dan bukannya menjadi sesuatu yang aneh jika gambaran wajah Yesus dalam imajinasi saya berbeda dengan gambaran wajah Yesus dalam imajinasi anda. Ini tidak berarti bahwa Yesus yang kita sembah adalah Yesus yang berbeda atau Yesusnya ada dua dan bersaing satu sama lain. Tidak demikian. Yesusnya tetap sama, hanya imajinasi kita dalam menggambarkannya itu yang bisa berbeda, dan itu tidak apa- apa.
Demikianlah Kusno, yang dapat saya sampaikan mengenai peran gambar dan patung Yesus yang ada dalam gereja Katolik. Sungguh mereka hanya alat bantu saja, sama sekali bukan untuk disembah sebagai Allah. Yang disembah dan dihormati oleh umat Katolik adalah Allah yang digambarkan oleh gambar/ lukisan/ patung itu, (lihat Katekismus Gereja Katolik 2132) dan itu mengacu pada hakekat Allah yang satu. Maka keberadaan lukisan/ gambar/ patung itu sama sekali bukan untuk menyaingi Allah, tetapi untuk membantu manusia membayangkan Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
KEPADA BU INGRID,
sujud kepada patung/membuat patung bolehkah?
Lalu bagaimana dengan ayat2 ini?
Exo 23:24 Thou shalt not bow down to their gods, nor serve them, nor do after their works: but thou shalt utterly overthrow them, and quite break down their images.
Exo 34:13 But ye shall destroy their altars, break their images, and cut down their groves:
Lev 26:1 Ye shall make you no idols nor graven image, neither rear you up a standing image, neither shall ye set up any image of stone in your land, to bow down unto it: for I am the LORD your God.
Deu 7:5 But thus shall ye deal with them; ye shall destroy their altars, and break down their images, and cut down their groves, and burn their graven images with fire.
Deu 12:3 And ye shall overthrow their altars, and break their pillars, and burn their groves with fire; and ye shall hew down the graven images of their gods, and destroy the names of them out of that place.
1 Ki 14:23 For they also built them high places, and images, and groves, on every high hill, and under every green tree.
2 Ki 3:2 And he wrought evil in the sight of the LORD; but not like his father, and like his mother: for he put away the image of Baal that his father had made.
2 Ki 10:26 And they brought forth the images out of the house of Baal, and burned them.
2 Ki 10:27 And they brake down the image of Baal, and brake down the house of Baal, and made it a draught house unto this day.
2 Chr 14:3 For he took away the altars of the strange gods, and the high places, and brake down the images, and cut down the groves:
2 Chr 31:1 Now when all this was finished, all Israel that were present went out to the cities of Judah, and brake the images in pieces, and cut down the groves, and threw down the high places and the altars out of all Judah and Benjamin, in Ephraim also and Manasseh, until they had utterly destroyed them all. Then all the children of Israel returned, every man to his possession, into their own cities.
Jer 43:13 He shall break also the images of Bethshemesh, that is in the land of Egypt; and the houses of the gods of the Egyptians shall he burn with fire.
Micah 5:13 Thy graven images also will I cut off, and thy standing images out of the midst of thee; and thou shalt no more worship the work of thine hands.
Another Hebrew word is also used for “sun images” or obelisks, the word chamman. Again, here is the Strong’s definition-
H2553. chamman, kham-mawn’; from H2535; a sun-pillar:–idol, image.
Chamman is also translated as simply image(s) in the King James:
Isa 17:8 And he shall not look to the altars, the work of his hands, neither shall respect that which his fingers have made, either the groves, or the images.
Isa 27:9 By this therefore shall the iniquity of Jacob be purged; and this is all the fruit to take away his sin; when he maketh all the stones of the altar as chalkstones that are beaten in sunder, the groves and images shall not stand up.
2 Chr 34:4 And they brake down the altars of Baalim in his presence; and the images, that were on high above them, he cut down; and the groves, and the carved images, and the molten images, he brake in pieces, and made dust of them, and strowed it upon the graves of them that had sacrificed unto them.
bukankah alkitab sendiri melarang membuat patung?
Shalom Kusno,
Jika anda belum membaca, silakan anda membaca artikel ini: Orang Katolik tidak menyembah patung, silakan klik.
Maka Gereja Katolik juga mengakui dan mengajarkan ayat- ayat yang anda kutip itu. Sebab memang benar, bahwa dalam Alkitab Tuhan melarang orang membuat patung; namun larangan membuat patung itu tidak dipisahkan dari larangan penyembahan patung itu sebagai tuhan. Sebab pada waktu itu (pada masa Perjanjian Lama) orang-orang membuat patung untuk kemudian disembah sebagai allah. Dengan demikian patung-patung itu menjadi ‘saingan’ Allah [-seperti halnya patung lembu emas pada jaman nabi Musa dan Harun dan Baal di jaman Gideon dan nabi Elia], dan Allah mengecam hal ini. Karena dalam perintah-Nya yang pertama dari ke sepuluh Perintah Allah, Allah memerintahkan agar umat-Nya tidak mempunyai Allah lain selain Dia (lih. Kel 20:3). Maka Gereja Katolik selalu melihat larangan pembuatan patung ini dalam kesatuan dengan larangan penyembahan patung itu sebagai allah (Kel 20: 4-5, dalam satu kesatuan). Sebab pembuatan patung yang dapat menunjuk kepada kehadiran Allah, pada beberapa kesempatan malah diperintahkan oleh Allah sendiri, dan itu tertulis di dalam Alkitab (lihat Kel 25:1, 18-20; Bil 21:8; 1 Raj 6:23-35). Maka prinsip ini yang dipegang dalam Gereja Katolik: Gereja Katolik mengizinkan pembuatan patung-patung rohani; karena patung-patung itu tidak untuk disembah sebagai allah dan dengan demikian menjadi ‘saingan’ Allah; namun sebaliknya agar patung-patung itu semakin membantu orang untuk membayangkan kehadiran Allah.
Di atas semua itu, pada masa Perjanjian Baru, Tuhan Yesus memperbaharui tata gambar ini, sebab Kristus sendiri mengambil rupa sebagai manusia, Ia adalah gambaran Allah yang hidup (lih. Kol 1:15). Di dalam Kristus, Allah menggambarkan Diri-Nya sendiri, dan dengan demikian Allah yang tadinya tidak kelihatan menjadi kelihatan. (Perhatikan bahwa larangan pembuatan patung dst adalah ayat- ayat dalam Perjanjian Lama). Kehidupan Yesus sebagai sungguh Allah dan manusia inilah yang merupakan perwujudan kasih Allah yang tak terbatas kepada manusia; yang memuncak di kayu salib. Maka hal inilah yang ingin direnungkan oleh Gereja Katolik. Maka jelaslah bahwa penggunaan gambar/ patung Yesus di salib, ataupun di kandang Betlehem ataupun di Perjamuan Terakhir dst, tidak untuk dijadikan allah lain di hadapan Allah. Gambar dan patung itu hanya gambaran saja yang harusnya malah mengarahkan hati umat kepada Allah. Dan karena itu, umat Katolik hanya menghormati gambar/ patung Yesus tersebut seperti layaknya kita menghormati bendera kebangsaan. Demikian pula patung orang kudus, mereka hanya untuk mengingatkan kita kepada Allah Bapa Pencipta mereka yang memampukan mereka untuk menjadi kudus.
Jangan lupa bahwa untuk pendidikan, manusia dari jaman dahulu sampai sekarang, gambar/ foto maupun patung atau film/TV yang merupakan ‘gambar bergerak’ juga merupakan ‘images‘. Kalau pembuatan semua ‘image‘ yang menyerupai apapun di bumi, di atas/ dibawah bumi dst. dilarang (lih. Kel 20:4), dipisahkan dari ayat berikutnya yaitu jangan sujud menyembahnya (lih. Kel 20:5), maka sesungguhnya seluruh manusia telah menyembah berhala. Sebab gambar/ image itu tidak pernah terlepas dari hidup manusia. Anak-anak belajar mengetahui nama benda- benda, dari gambar-gambar (2 dimensi), dan patung mainan yang merupakan gambar 3 dimensi. Maka yang terpenting maksud Allah di sini adalah agar kita tidak membuat patung yang kemudian disembah sebagai Allah, seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Tak kalah penting juga adalah bahwa berhala sekarang sesungguhnya bukan patung/ lembu tuangan seperti pada jaman Perjanjian Lama. Sebab berhala pada saat ini lebih ke arah menduakan Allah dengan kesenangan duniawi, misalnya kekayaan/ ‘mammon’ (Mat 6:24; Luk 16:13); keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup
(1 Yoh 2:16), yang menggantikan tempat Allah di hati manusia. Inilah berhala- berhala saat ini yang memang harus kita hindari, jika kita ingin hidup sesuai dengan perintah Tuhan.
Demikian, semoga masukan ini berguna bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom !
Theologi Katolik tetap berpegang teguh kepada wahyu Allah dan kepada pondasi Kristianitas, yang dibangun oleh Yesus Kristus. (Jadi bukan karena sinkretisme)
Pertanyaan :
1. Apakah Yesus memerintahkan kita untuk doa sujud dihadapan patung ?
2. Apakah ada perintah Yesus untuk merayakan Natal ?
3. Apakah para rasul melakukan pola ibadah atau kepercayaan sebagaimana umat katolik lakukan saat ini ?
(mohon bantuan doa para kudus yg sdh mati, doa sujud dihadapan patung, dlsb)
Iman Katolik saya sedang goncang mendapat pertanyaan dari orang Muslim.
Teman saya (Protestan) suruh saya pelajari dan merenungkan Kitab Suci, setelah membaca Kitab Suci saya malah semakin ragu dengan Iman Katolik saya, karena banyak pertentangan antara Kitab Suci dan Iman Katolik yang saya yakini sejak dari kecil.
Mohon pencerahan.
Terima kasih.
Shalom Agustinus,
Berikut ini adalah yang dapat saya jawab untuk pertanyaan anda:
1. Apakah Yesus memerintahkan kita untuk doa sujud dihadapan patung ?
Jawabnya: Tidak. Yesus tidak menyuruh demikian, Gereja Katolik juga tidak. Lebih tepatnya, Gereja Katolik tidak mengajarkan umat Katolik menyembah patung, namun sujud di depan patung tidak berarti kita menyembah patung. Silakan membaca artikel Orang Katolik tidak menyembah patung, silakan klik. Jika anda masih mempunyai pertanyaan, silakan bertanya di bawah artikel tersebut.
2. Apakah ada perintah Yesus untuk merayakan Natal ?
Jawabnya: Tidak, Yesus tidak pernah meminta kita merayakan hari kelahiran-Nya. (Yang Dia mohon kita peringati adalah peristiwa pengorbanan Tubuh dan Darah-Nya, dan inilah yang diperingati di dalam Ekaristi Kudus oleh Gereja Katolik). Namun sama seperti kita merayakan hari kelahiran orang yang kita kasihi, maka sangatlah wajar jika kita merayakan hari kelahiran Yesus, yang sungguh kita kasihi. Dan cara melakukan perayaan ini adalah dengan Ekaristi Kudus, seperti yang di-inginkan oleh Yesus.
Asal usul perayaan Natal, sudah pernah dituliskan di sini, silakan klik
3. Apakah para rasul melakukan pola ibadah atau kepercayaan sebagaimana umat katolik lakukan saat ini ?
(mohon bantuan doa para kudus yg sdh mati, doa sujud di hadapan patung, dlsb)
Jawab: pada prinsipnya Ya. Gereja Katolik adalah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik; oleh karena itu memang Gereja Katolik selalu mempertahankan dan menjaga apa yang telah diajarkan oleh para rasul.
Inti perayaan ibadah Katolik yaitu Misa Kudus/ Ekaristi ( yang terdiri dari pembacaan firman dan pemecahan roti) sudah dilakukan sejak jemaat awal, dan juga tertulis dalam Kitab Suci (Kis 2:42). Silakan anda membaca di artikel Sudahkah kita pahami Ekaristi, silakan klik, untuk mengetahui lebih lanjut tentang Ekaristi yang sudah dilakukan sejak jemaat awal, menurut apa yang dituliskan oleh para Bapa Gereja.
Mengenai minta bantuan doa dari para orang kudus, juga sudah diterapkan oleh para jemaat perdana. Silakan klik di sini untuk membacanya, dan juga rentetan tanya jawab di sini, silakan klik, karena mungkin pertanyaan anda akan sangat mirip dengan yang ditanyakan di sana.
Lalu mengenai doa dengan menggunakan lambang- lambang, memang sudah dilakukan pada jemaat awal, walaupun mungkin pada saat itu bukan patung yang digunakan tetapi gambar-gambar (2 dimensi). Hal ini terlihat dengan ditemukannya tanda gambar-gambar di dalam katakomba (gereja bawah tanah) yang dipakai oleh para jemaat perdana untuk beribadah. Maka, di sini prinsipnya tetap sama, yaitu penggunaan bantuan gambar untuk berdoa/ beribadah tidak dilarang. Sebab kita tidak berdoa/ menghormati gambar itu, tetapi kepada yang digambarkannya.
Demikian sekilas yang bisa saya jawab untuk pertanyaan anda. Seandainya anda masih mempunyai pertanyaan, silakan anda bertanya kembali. Silakan juga membaca kesaksian Maria Natalia Brownell di sini, silakan klik, yang pernah meninggalkan Gereja Katolik selama 6 tahun lebih, dan berpindah menjadi Protestan, namun kemudian kembali pulang ke Gereja Katolik, setelah ia sendiri mempelajari Kitab suci secara lebih serius. Semoga dapat bermanfaat bagi anda. Bawalah pergumulan anda ini di dalam doa anda setiap hari. Saya percaya Roh Kudus akan menuntun anda kepada kebenaran-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom !
Apa yang dimaksud dengan PAGANISME dan SINKRISTISME dalam konteks keagamaan ?
Terima kasih, Agustinus
[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Allah tdk berbentuk tdk berupa, tdk laki dan tdk perempuan,tdk berwarna dan tdk bermukim, tdk di utara dan di selatan. Dimana Tuhan bersemayam, Tuhan bersemayam di hati manusia yg suci (qolbu mukmin baitullah). Demikian yg diajarkan kpd kami.
Terkait dg penggambaran Tuhan Yesus dlm bentuk patung, lukisan, atau penggambaran fisik lainnya, yg maksudnya mungkin hanya sbg cantelan pancaindra, sbgmana bedera yg melambangkan negara spt yg ibu jelaskan, apakah hal ini tdk mengandung bahaya, kl kemudian pd seseorang kemudian dibayang Allah atau Tuhan yg berbentuk? Padahal ada pesan jgn membayangkan keadaan Tuhan kl tdk ingin jatuh dlm dosa. Mhn penjelasan.
Salam, Panggah S,
Terima kasih atas pandangan dan pertanyaan anda. Dalam iman Katolik, kami mengimani bahwa Pribadi Allah Putra, salah satu Pribadi dari Allah Tritunggal yang Esa, menjelma menjadi manusia supaya dapat melaksanakan karya keselamatan Allah bagi manusia (KGK 461; Flp 2:5-8; Ibr 10:5-7). Melalui Inkarnasi ini, Allah Putra menjelma menjadi manusia yang diberi nama Yesus dari Nazareth, yang adalah Mesias (Kristus) yang dinantikan oleh Bangsa Israel. Ia tetap benar-benar Allah, karena Allah tetap adalah Allah, sekaligus benar-benar manusia, karena Ia mengambil kodrat manusiawi (KGK 464). Dalam kodrat-Nya sebagai Allah, Sang Putera Allah itu adalah Roh (lih. Yoh 4:24)- Ia adalah Sang Firman Allah (Yoh 1:1); namun dalam kodrat-Nya sebagai manusia, Ia adalah Seorang laki-laki.
Maka, Allah benar-benar menunjukkan wajah-Nya melalui Yesus Kristus karena Ia menjelma menjadi manusia. Ia menampakkan Allah yang tak kelihatan (Kol 1:15). Oleh sebab itu, wajah manusiawi Yesus “dapat dilukiskan dengan terang di depan kita” (KGK 476; Gal 3:1). Memang, ciri individual fisik Kristus menyatakan kepada kita Pribadi Ilahi Allah Putera. Karena Ia telah mengambil rupa manusiawi, kita boleh menghormati gambaran kudus Kristus karena dengan menghormati gambarNya, kita menghormati Pribadi Ilahi yang digambarkan di dalamnya (KGK 477).
Kunci dalam memahami tindakan umat Katolik dalam menghormati patung atau lukisan Kristus adalah iman akan Inkarnasi. Bagi kami, umat Katolik, Inkarnasi Allah Putra sungguh terjadi dan merupakan kehendak Ilahi. Selain mengimani bahwa Allah juga tinggal dalam diri manusia karena manusia adalah Bait Allah (1 Kor 3:16), kami juga mengimani bahwa Allah menampakkan diri dalam wajah Yesus Kristus. Dengan demikian, tidak ada masalah bagi umat Katolik untuk menghormati patung dan gambar Kristus, karena hati umat beriman terarah pada Pribadi yang tergambar atau terpahat (bukan pada pahatan atau gambaran itu sendiri). Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami ajaran iman Katolik.
Berikut ini adalah beberapa artikel terkait sehubungan dengan pertanyaan Anda:
Aku Percaya akan Yesus Kristus Putera Allah yang Tunggal
Inkarnasi, Allah yang menjelma menjadi manusia
Yesus Sungguh Allah Sungguh manusia
Apakah berhala itu?
Apakah orang Katolik yang berdoa di depan patung menyembah berhala?
Tentang gambaranan tentang wajah Kristus, klik di sini
Pax Christi
Ioannes
Comments are closed.