Pertanyaan:

Salam kasih dalam Tuhan Yesus Kristus.

Ajaran-ajaran sesat yang terjadi di sepanjang sejarah Gereja yang berusaha menyederhanakan misteri kemanunggalan Kristus (yang adalah sepenuhnya Allah dan manusia), di antaranya, khususnya yang ditulis, dibawah ini :

3. “Arianism (abad ke 3 -4) menolak Allah Tritunggal. Kristus dianggap bukan Tuhan, namun sebagai malaikat yang tertinggi (super-angel)”

Sebab ada yang mengatakan dan tertulis dalam kitabnya bahwa Roh Kudus adalah malaikat (=Jibril).
Mungkin Ibu Inggrid dapat memberikan penjelasan / penjabaran ringkasan tetang ajaran arianism tersebut diatas ?.

Semoga Roh Kudus menerangi kita.
Dari : Julius Santoso.

Jawaban:

Shalom Julius,

1. Arianism adalah bidaah/ heresi yang sangat berbahaya, di awal abad ke -4 (319) karena mengajarkan ajaran sesat dalam hal Trinitas dan Kristologis. Bidaah ini diajarkan oleh Arius, seorang imam dari Alexandria, yang ingin menyederhanakan misteri Trinitas. Ia tidak bisa menerima bahwa Kristus Sang Putera Allah berasal dari Allah Bapa, namun sehakekat dengan Bapa. Maka Arius mengajarkan bahwa karena Yesus ‘berasal’ dari Bapa maka mestinya Ia adalah seorang ciptaan biasa, namun ciptaan yang paling tinggi. Arius tidak memahami bahwa di dalam satu Pribadi Yesus terdapat dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia.

Berikut ini adalah ringkasan ajaran sesat/ heresi Arianism:

– Kristus Sang Putera tidak sama-sama kekal (tak berawal dan berakhir) dengan Bapa, melainkan mempunyai sebuah awal.
– Kristus Sang Putera tidak sehakekat dengan Allah Bapa.
– Allah Bapa secara tak terbatas lebih mulia dari pada Kristus Sang Putera.
– Kristus Sang Putera adalah seorang ciptaan, yang diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, berupa kodrat malaikat (super-archangel) yang tidak sehakekat  dengan Allah Bapa.
– Tuhan bukan Trinitas secara kodratnya.
– Kristus Putera Allah bukan Putera Allah secara kodrati, tetapi Putera angkat.
– Kristus Putera Allah diciptakan dengan kehendak bebas Allah Bapa.
– Kristus Putera Allah tidak tanpa cela, tetapi dapat secara kodrati berubah/ berdosa.
– Kristus Putera Allah tidak dapat memahami Allah Bapa.
– Jiwa dari Kristus Putera Allah yang sudah ada sebelumnya (dari super archangel tersebut) mengambil tempat jiwa manusia dalam kemanusiaan Yesus.

Maka menurut Arius, Kristus adalah bukan sungguh-sungguh Allah, namun juga bukan sungguh-sungguh manusia (sebab jiwanya bukan jiwa manusia). Sebagai dasarnya Arius mengambil ayat Yoh Yoh 1:14, “Firman itu menjadi manusia/ “the Word was made flesh”, dan ia berkesimpulan bahwa Firman itu hanya menjelma menjadi daging saja tetapi tidak jiwanya. Prinsip ini kemudian juga diikuti oleh Apollinaris (300-390).

Ajaran sesat ini diluruskan melalui Konsili Nicea (325) yang dihadiri oleh sekitar 300 uskup. Ajaran Arius ini dikecam, dan dianggap sebagai inovasi radikal.  Maka dibuatlah suatu pernyataan Credo, untuk mempertahankan ajaran para rasul, yaitu Kristus adalah “sehakekat dengan Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.” Pada waktu penandatanganan ajaran ini, hampir semua dari para uskup tersebut setuju, hanya terdapat 17 uskup yang enggan bersuara, namun kenyataannya hanya 2 orang uskup yang menolak, ditambah dengan Arius sendiri.

Konsili Nicea ini sering disalah mengerti oleh umat non-Kristen, sebab mereka menyangka bahwa baru pada tahun 325 Yesus dinobatkan sebagai Tuhan. Ini salah besar, sebab pernyataan Kristus sehakekat dengan Allah tersebut dibuat untuk meluruskan ajaran sesat Arianism dan untuk menegaskan kembali iman Gereja yang berasal dari pengajaran para rasul. Maka kita mengenal pernyataan itu sebagai “Syahadat Para Rasul”, karena memang dalam syahadat tersebut tercantum pokok-pokok iman yang diajarkan oleh para rasul.

Perjuangan melawan bidaah Arianism kemudian dilanjutkan oleh St. Athanasius (296-373). Ajaran St. Athanasius yang terkenal adalah bahwa kalau Kristus mempunyai awal mula, maka artinya ada saat bahwa Allah Bapa bukan Allah Bapa, dan di mana Allah Bapa tidak punya Sabda ataupun Kebijaksanaan….Ini jelas bertentangan dengan Wahyu Allah dan akal sehat. “Sebab jika Allah Bapa itu kekal, tak berawal dan tak berakhir maka Sabda-Nya dan Kebijaksanaan-Nya pasti juga kekal, tak berawal dan berakhir.” ((Nicene and Post-Nicene Fathers [NPNF] 4:311))

Demikian yang dapat saya tuliskan mengenai bidaah/ heresi Arianism. Bidaah ini tidak menyebutkan secara khusus tentang Roh Kudus dan menghubungkannya dengan malaikat Gabriel/ Jibril. Namun melalui sejarah kita mengetahui bahwa sudah sejak abad awal ada orang-orang yang berusaha menyederhanakan konsep Trinitas, dan misteri ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus.

Dengan mempelajari sejarah Gereja, kita mengetahui betapa pentingnya peran Paus dan para uskup untuk mempertahankan kemurnian ajaran Alkitab dan para rasul, yang memang sering disalah-artikan oleh interpretasi pribadi orang-orang tertentu. Semoga kita semua dapat mempunyai kerendahan hati untuk menerima pengajaran dari para penerus rasul dalam Magisterium Gereja Katolik, dan dengan demikian menerima kemurnian pengajaran Alkitab sesuai dengan pengajaran Tuhan Yesus dan para rasul-Nya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

10 COMMENTS

  1. Dear Katolisitas

    apa bedanya ajaran2 sesat atau bidaah2 pd jaman dulu (pd jaman Gereja perdana) dg yg terjadi di gereja2 Protestan? Saya tdk tau ada berapa jmlh gereja aliran Protestan ato denominasi tp menurut pandangan saya mereka (gereja Kristen non Katolik dan ajaran2 sesat Arianis dll) sama2 membuat suatu ajaran gereja menurut pandangan pribadi masing2. Pendiri gereja Kristen non Katolik ato ajaran Arianis dll dan mereka jg sama2 memilih memisahkan diri dg Gereja Katolik maupun tdk mengakui ajaran2 Gereja Katolik, bahkan semakin banyak yang menyimpang dari ajaran Yesus yg diteruskan oleh para rasul dan penerusnya, contohnya (menurut saya) Saksi Yehuvah yg menganggap Yesus bukan Tuhan. Mengapa jaman dulu ajaran2 ini dianggap sesat atau bidaah, sedangkan sekarang hanya saudara-saudari terpisah?
    Terima kasih

    • Shalom Maria,

      Perbedaannya adalah bahwa dahulu pemimpin sekte bidaah itu sebelum memisahkan diri adalah seorang Katolik. Contohnya, Arianisme, didirikan oleh Arius, yang sebelum memisahkan diri adalah seorang diakon di Gereja Timur Katolik di Alexandria. Sedangkan yang terjadi sekarang dalam banyak denominasi Gereja- gereja Kristen non- Katolik, mereka dipimpin oleh orang- orang yang tidak pernah menjadi Katolik. Mereka sudah dididik sedemikian selama hidupnya oleh orang tuanya tentang iman mereka, yang walaupun mempunyai banyak persamaan dengan iman Katolik, tetapi tidak sepenuhnya sama; karena tidak mengajarkan keseluruhan ajaran iman seperti yang diturunkan oleh para rasul, seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik.

      Silakan anda membaca lebih lanjut dalam dokumen Vatikan II, Unitatis Redintegratio, 2 dan 3, berikut ini adalah kutipannya:

      "Untuk mendirikan Gereja-Nya yang kudus itu di mana-mana hingga kepenuhan zaman, Kristus mempercayakan tugas mengajar, membimbing dan menguduskan kepada Keduabelas Rasul. Di antara mereka Ia memilih Petrus. Ia memutuskan untuk membangun Gereja-Nya di atas Petrus sesudah pengakuan imannya. Kepadanya dijanjikan-Nya kunci Kerajaan Sorga. Kepadanya pula, sesudah pernyataan cinta kasihnya, Kristus mempercayakan semua domba-domba-Nya, supaya mereka diteguhkan dalam iman  dan Gembala jiwa-jiwa kita.

      Melalui pewartaan Injil yang setia oleh para Rasul serta pengganti-pengganti mereka, yakni para Uskup, diketuai oleh pengganti Petrus, melalui pelayanan Sakramen-Sakramen , dan melalui pembimbingan dalam cinta kasih, Yesus Kristus menghendaki umat-Nya berkembang berkat karya Roh Kudus, serta menyempurnakan persekutuannya dalam kesatuan: dalam pengakuan satu iman, dalam perayaan bersama ibadat ilahi, dan dalam kerukunan persaudaraan keluarga Allah.

      Demikianlah Gereja, kawanan tunggal Allah, bagaikan panji-panji yang dinaikkan bagi bangsa-bangsa, sambil melayani Injil kedamaian bagi segenap umat manusia, berziarah dalam harapan menuju cita-cita tanah air di Sorga

      Itulah misteri kudus kesatuan Gereja, dalam Kristus dan dengan perantaraan Kristus, disertai oleh Roh Kudus yang mengerjakan kemacam-ragaman kurnia-kurnia. Pola dan Prinsip terluhur misteri misteri itu ialah kesatuan Allah Tri Tunggal dalam tiga Pribadi Bapa, Putera dan Roh Kudus.

      3. (Hubungan antara saudara-saudari yang terpisah dan Gereja Katolik)

      Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awalmula telah timbul berbagai perpecahan, yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak di hukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, yang seringnya karena kesalahan orang- orang di kedua belah pihak. Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan di besarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja Katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih. Sebab mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibaptis secara sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja Katolik, meskipun persekutuan ini tidak sempurna. Perbedaan- perbedaan yang ada dalam derajat yang berbeda di antara mereka dan Gereja Katolik-  baik perihal ajaran dan ada kalanya juga dalam tata-tertib, maupun mengenai tata-susunan Gereja, memang menciptakan banyak hambatan, kadang menjadi hambatan yang serius, terhadap persekutuan gerejawi yang penuh. Gerakan ekumenis bertujuan mengatasi hambatan-hambatan itu. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan dalam Kristus Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan.

      Kecuali itu, dari unsur-unsur atau nilai-nilai, yang keseluruhannya ikut berperanan dalam pembangunan serta kehidupan Gereja sendiri, beberapa bahkan banyak sekali yang sangat berharga, yang dapat ditemukan diluar kawasan Gereja katolik yang kelihatan: Sabda Allah dalam Kitab suci, kehidupan rahmat, iman, harapan dan cinta kasih, begitu pula kurnia-kurnia Roh kudus lainnya yang bersifat batiniah dan unsur-unsur lahiriah. Itu semua bersumber pada Kristus dan mengantar kepada-Nya, dan memang selayaknya termasuk gereja Kristus yang tunggal.

      Tidak sedikit pula upacara-upacara agama kristen, yang diselenggarakan oleh saudara-saudari yang tercerai dari kita. Upacara-upacara itu dengan pelbagai cara dan menurut bermacam-ragam situasi masing-masing Gereja dan jemaat sudah jelas memang dapat menyalurkan hidup rahmat yang sesungguhnya, dan harus diakui dapat membuka pintu memasuki persekutuan keselamatan.

      Oleh karena itu Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja katolik.

      Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai Jemaat dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah, Selama berziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkan dari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurut rencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruh kepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi."

      Selanjutnya tentang bidah dan skisma, silakan klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Dear kak Ingrid.

        Ijinkan Celinne mengkritisi tulisan kakak.

        Ada pertanyaan demikian:
        apa bedanya ajaran2 sesat atau bidaah2 pd jaman dulu (pd jaman Gereja perdana) dg yg terjadi di gereja2 Protestan?

        Anda menjawab:
        Perbedaannya adalah bahwa dahulu pemimpin sekte bidaah itu sebelum memisahkan diri adalah seorang Katolik. Contohnya, Arianisme, didirikan oleh Arius, yang sebelum memisahkan diri adalah seorang diakon di Gereja Timur Katolik di Alexandria. Sedangkan yang terjadi sekarang dalam banyak denominasi Gereja- gereja Kristen non- Katolik, mereka dipimpin oleh orang- orang yang tidak pernah menjadi Katolik.

        Celinne:
        Apa latar belakang Martin Luther bukan seorang Katolik?
        Apa latar belakang John Calvin bukan seorang Katolik?

        Demikian ajaran Arius membuahkan ajaran Arianism hingga saat ini, apakah artinya Luther dan Calvin juga tidak meninggalkan jejak ajarannya hingga saat ini?
        Lalu Arius sesat dan Martin Luther serta John Calvin tidak?

        Kalau kakak mengutip Konsili Vatican II, maka itu adalah cerita “baru” bahwa Gereja telah “membuka diri”.
        Konsili Vatican II bukan Konsili super dogma tetapi Konsili Pastoral, artinya KV II tidak mengubah dogma sebelumnya.

        “Konsili Vatikan II tidak diperlakukan sebagai bagian dari seluruh Tradisi yang hidup dari Gereja., tapi sebagai akhir dari tradisi, sebuah awal dari nol. Padahal sebenarnya adalah konsili ini tidak mendefinisikan dogma apapun, dan secara sengaja memilih untuk tetap berada pada level yang sederhana, hanya sebagai konsili pastoral; namun banyak yang memperlakukannya (Vatikan II) seakan-akan [Vatikan II] sendiri membuat dirinya (Vatikan II) menjadi suatu superdogma yang menghilangkan pentingnya semua [Tradisi hidup Gereja] yang lain.” — Cardinal Joseph Ratzinger, now Pope Benedict XVI, given July 13, 1988, in Santiago, Chile

        • Shalom Celinne,

          Agaknya terdapat perbedaan persepsi di antara kita tentang pertanyaan yang sedang ditanyakan. Karena persepsi saya akan pertanyaan tersebut adalah pertanyaan tentang bedanya ajaran-ajaran sesat di zaman dulu dengan denominasi-denominasi gereja-gereja Protestan di zaman sekarang. Saya memiliki persepsi ini karena yang bertanya (Maria) menanyakan soal Saksi Yehuwa (SY). Maka saya menjawabnya bahwa para pemimpin ajaran-ajaran sesat di zaman dulu itu, umumnya sebelum memisahkan diri adalah Katolik. Contohnya seperti Arianisme, Apollinarisme, Nestorianisme, dst. Kepada para pendiri aliran-aliran tersebut, Gereja Katolik mengatakan ‘anathema‘, atau maksudnya pernyataan resmi bahwa mereka dinyatakan berada di luar Gereja Katolik/ tidak lagi dianggap sebagai anggota Gereja Katolik. Nah sedangkan kepada para pemimpin denominasi Kristen non- Katolik yang ada sekarang ini di generasi abad ini (yang konon jumlahnya berkisar antara 28.000- 33.000 denominasi), umumnya pemimpinnya tidak pernah menjadi Katolik. Maka tentu, ungkapan ‘anathema‘ itu tidak berlaku untuk mereka, sebab mereka tidak pernah menjadi anggota Gereja Katolik. Pendiri Saksi Yehuwa (SY), Charles Taze Russell, sebelum mendirikan SY adalah seorang presbyterian.

          Namun memang, keadaannya berbeda pada Martin Luther, pendiri pertama Gereja Protestan. Sebab Luther dulunya adalah seorang imam Katolik sebelum memisahkan diri dari Gereja Katolik untuk mendirikan gereja Lutheran. Tentang Luther dan ekskomunikasinya, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Satu generasi setelah Luther, ada John Calvin, yang pernah menjadi Katolik, sebelum meninggalkan Gereja Katolik di usia 21 tahun. Namun tidak seperti Luther, Calvin tidak pernah ditahbiskan menjadi imam Katolik. Meskipun ia tidak pernah menerima sangsi ekskomunikasi secara pribadi dari pihak hirarki Gereja Katolik, namun dalam Konsili Trente, pahamnya dan dengan demikian juga dirinya yang mengajarkannya, dinyatakan sebagai ‘anathema‘. Jika Anda ingin mengetahui apa saja kanon dan dekrit yang dihasilkan dalam Konsili Trente, silakan klik di link ini. Silakan misalnya, untuk membaca dekrit dan kanon tentang Justifikasi, dosa asal, sakramen, terutama Ekaristi. Di sana terlihat bahwa Gereja Katolik merumuskan secara definitif ajaran yang sudah sejak dahulu diajarkannya, dan dengan demikian menyatakan ‘anathema‘, kepada mereka yang mengajarkan sesuatu yang berbeda dari ajaran tersebut (yaitu Luther, Calvin, Zwingli, dan para pendiri gereja protestan pada zaman itu).

          Dengan melihat kepada pengertian ini, maka semua yang termasuk ke dalam ‘anathema‘ ini memang secara teoritis termasuk bidaah/ heresy. Namun tentang hal bidaah/ heresy inipun ada dua jenis, yaitu formal heresy dan material heresy. Perbedaan tentang keduanya, sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Kardinal Ratzinger (Paus Benediktus XVI) dalam bukunya The Meaning of Christian Brotherhood, mengatakan, “Protestantism today is something different from heresy in the traditional sense, a phenomenon whose true theological place has not yet been determined.” (Protestanisme yang  sekarang ini adalah sesuatu yang berbeda dengan heresi dalam arti tradisional, sebuah fenomena di mana ranah teologis-nya belum didefinisikan.) Pernyataan ini menjadi masuk akal, karena makna dari kata ‘anathema‘ itu sendiri yang mempunyai implikasi ekskomunikasi (dinyatakan sebagai di luar komunitas) mensyaratkan keadaan bahwa orang itu dulunya ada di dalam komunitas. Sangsi ekskomunikasi itu sendiri dimaksudkan bukan untuk menghukum melainkan untuk memberikan kesempatan kepada orang yang bersangkutan untuk memeriksa dirinya, dan kemudian agar dapat bertobat dari kesalahannya.

          Akhirnya, terima kasih atas pertanyaan/ pernyataan Anda, maka saya memiliki kesempatan untuk menambahkan keterangan tentang hal ini. Ya, benar bahwa Konsili Vatikan II diadakan bukan untuk mengubah ajaran Gereja sebagaimana pernah disampaikan melalui konsili-konsili sebelumnya. Konsili Vatikan II hanya menyampaikan ajaran Gereja dengan cara yang berbeda, yaitu dengan menekankan aspek pastoral, namun apa yang disampaikan tetap ajaran yang sama, yang telah dipegang oleh Gereja di sepanjang sejarahnya.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Pertama-tama , saya ingin menyampaikan kepada Team Katolisitas dan pengunjung web ini; “Selamat Natal dan Tahun Baru 2010”. Semoga Tuhan senantiasa berkenan menyertai Katolisitas & kita semua.

    Perkenankan saya mengajukan pertanyaan di awal tahun ini.
    Apakah Katolisitas berkenan memberikan ulasan mengenai “bad popes” sepanjang sejarah Gereja?
    Setahu saya ada yg sampai membunuh orang dan berzinah dgn istri orang yg dibunuh itu, berpesta-pora, mabuk , dsb.
    Dan, bagaimana tinjauan teologis thd kasus-kasus seperti itu…, mengingat Gereja harus menjadi tanda keselamatan bagi dunia, juga doktrin infalibilitas.. apakah paus dgn karakter moral seperti itu, masih harus diikuti ajarannya?
    Terlebih belakangan ini skandal-skandal juga muncul, kasus di Gereja Amerika, dan banyak kasus lain yg tidak terekspose termasuk di Indonesia sendiri… Bagi banyak orang, kasus-kasus ini sangat mengaburkan wajah Gereja.

    Benarkah bahwa setiap kali ada “bad pope” selalu ada satu orang kudus (santo/santa) sebagai penawar (counter-measure) nya?

    Satu hal lain, Gereja tidak berbuat salah , tetapi bisa bersalah karena tidak berbuat sesuatu disaat mestinya dia berbuat sesuatu…! Contoh tuduhan ini ditujukan ke Paus Pius atas segala sikapnya di WW-2.. dan juga contoh2 lainnya.

    Mohon pencerahan. Terima kasih.

    • Shalom Fxe,
      Saya pernah menjawab pertanyaan tentang “bad Popes”, di sini, silakan klik. Ya, memang benar ada saatnya di mana Gereja dipimpin oleh Paus yang hidupnya tidak mencerminkan panggilannya sebagai penerus Rasul Petrus. Syukurlah, Paus- paus yang demikian tidak mengeluarkan doktrin- doktrin penting di mana mereka menyatakan ajaran iman dan moral atas nama Rasul Petrus. Namun demikian, seandainya-pun mereka mengeluarkan pengajaran, kita percaya akan janji Kristus bahwa pada saat mereka menjalankan wewenang mereka untuk mengajar, maka mereka akan tetap dipimpin Roh Kudus, sebab Kristus telah menjanjikannya demikian kepada Rasul Petrus (lih. Mat 16:18, 28:19-20). St, Agustinus mengajarkan tentang hal ini sebagai berikut, “Tuhan telah meletakkan ajaran kebenaran pada kursi kesatuan [ex cathedra]. Pada saat duduk di kursi ini, yang daripadanya diajarkan ajaran keselamatan, bahkan [Paus] yang jahatpun dipaksa untuk mengajarkan apa yang baik. Sebab apa yang diajarkannya bukan ajaran mereka sendiri, tetapi ajaran Tuhan.” (Sumber: St. Agustinus, Ep. 105, 16)

      Mengenai Infalibilitas memang hanya berlaku untuk Bapa Paus (dan para uskup dalam kesatuan dengannya) pada saat ia, bertindak selaku Rasul Petrus, dalam menyatakan secara definitif doktrin perihal iman dan moral, yang berlaku untuk Gereja Universal. Para imam tidak mempunyai infalibilitas, sebab hal “tidak dapat sesat” ini memang hanya dijanjikan oleh Kristus kepada Petrus dan para penerusnya, dan itupun hanya terbatas pada saat mereka mengajar dalam hal iman dan moral secara definitif.Lebih lanjut tentang infalibilitas, silakan klik di sini.

      Terus terang, saya belum pernah mengadakan penelitian khusus, apakah Tuhan ‘mengirimkan’/ membangkitkan santo/ santa untuk manjadi penawar/ counter measure dari setiap ‘bad Pope’. Namun secara garis besar, dapat dikatakan bahwa pada saat Gereja diterpa oleh masalah di mana terdapat putera-puteri Gereja yang menyimpang, maka Tuhan ‘menyediakan’ putera-puteri yang lain untuk menjadi teladan. Sebagai contoh ketika di jaman abad pertengahan, terdapat penyimpangan dalam praktek kehidupan para rohaniwan yang mayoritas tidak mempraktekkan kaul kemiskinan, maka St. Fransiskus Asisi (1181-1226) merupakan contoh yang sempurna, yang memperbaharui kehidupan kaum religius, dengan kaul kemiskinannya yang ekstrim. Teladan serupa diberikan oleh St Clare Asisi (1194- 1253). Demikian pula, St. Catherine of Siena (1347-1380) yang diutus oleh Tuhan untuk menghadap Paus Gregorius XI (1362-1370) – salah satu jajaran Paus Avignon- untuk meninggalkan Avignon dan kembali ke Roma dan mengadakan reformasi kaum klerik. Atau St. Ignatius Loyola (1491- 1556), St. Teresa Avila (1515- 1582) dan St. Yohanes Salib (1542- 1591), St. Francis de Sales (1567- 1622) yang mengajarkan dan me-reformasi spiritualitas Katolik pada sekitar jaman reformasi Protestan.

      Saya juga pernah mendengar tuduhan mengenai Paus Pius yang dianggap para kritikus tidak melakukan sesuatu yang cukup berarti dalam kasus Hitler dan perang dunia. Hal ini memang kontroversial, dan sebaiknya kita tidak langsung menghakimi Bapa Paus, tanpa terlebih dahulu menyelidiki apa yang telah dilakukannya. Silakan anda membaca link ini: The Truth about Pope Pius XII, silakan klik. Semoga hati kita semua dapat terbuka untuk menerima bahwa memang keadaan yang dihadapi Paus Pius XII pada saat itu memang sungguh sulit, namun ia dalam kapasitasnya juga sudah berusaha sedapat mungkin untuk mengusahakan perdamaian.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  3. Ajaran Agama Kristen yang Asli adalah dari Murid murid (Apostel) Yesus yang pernah Hidup bersama. Karena awal awalnya Ajaran Yesus itu Secara Lisan kepada 12 Rasulnya. Sedangkan Paulus (Saul) tidak hidup bersama dengan Yesus. Ajaran Paulus berkembang dimasa Kaisar Konstantin lari ke Byzantium (Romawi Timur) dan Ajarannya dicocokkan dengan selera Kaisar Roma dalam Pelarian. Dan dalam Konsili Nicea itu terdapat Ratusan Injil, Termasuk Ajaran Origen, Tertulianus, Barnaba, Clementius, dll. Tapi yang disetujui oleh Kaisar Romawi adalah Ajaran Paulus (Matius,Markus,Lukas,Yohanes)karena disana ada Penebusan Dosa bagi yang Pernah berbuat Dosa. Sehingga Cocok dengan selera Kaisar yang sering membantai Rakyatnya. Tolong dibaca Naskah2 Injil tua sebelum Paulus menulis Injilnya, sekarang tersedia di Perpustakaan Wina Austria, dan tersimpan rapi.
    [Dari Admin Katolisitas: komentar ini digabungkan karena masih satu topik]
    Memang benar, sebelum Konsili Nicea tidak ada Orang Kristen kecuali Paulus yang menyebut Yesus itu Tuhan (Tahun 325). Dan setelah itu Kaisar Romawi membunuhi orang orang Kristen yang memegang Teguh Ajaran Yesus yang Asli yaitu Allah Maha Esa dan Yesus sebagai Manusia biasa yang diberi Wahyu, oleh Malaikat Jibril (Roh Kudus). Di Pengabaran Pengabaran Yahya sudah jelas, Bahwa Yesus itu akan Meluruskan Gembala gembala Yahudi yang Sesat.

    • Shalom Tertulianus,

      1. Memang benar bahwa ajaran Yesus dimulai dari pengajaran yang diberikan kepada kedua belas rasul-Nya. Lalu beberapa tahun setelah peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, Rasul Matius dan Yohanes mulai menuliskan ajaran Yesus itu, dan Markus (murid Rasul Petrus) menuliskan apa yang sering diajarkan oleh Rasul Petrus, dan Lukas (murid Rasul Paulus) menuliskan apa yang sering diajarkan oleh Rasul Paulus.

      Gereja Katolik, yang setia kepada Tradisi dari para rasul, menunjukkan bahwa Injil pertama dituliskan oleh Matius, berdasarkan kesaksian Bapa Gereja, yaitu St. Irenaeus (180), yang menjadi murid St. Polykarpus yang adalah murid Rasul Yohanes. Dalam buku III, bab 1, 1, St. Irenaeus menulis asal usul Injil yang berasal dari para rasul (berikut ini saya terjemahkan): “Kita belajar tentang rencana keselamatan tidak dari siapapun kecuali dari mereka yang olehnya Injil diturunkan kepada kita, yang mereka umumkan pada suatu saat kepada publik, dan yang selanjutnya, oleh kehendak Tuhan, diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak iman kita…. Sebab, setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul] dikaruniai kuasa dari atas ketika Roh Kudus turun [atas mereka], dan mereka dipenuhi oleh segala [karunia-Nya], dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka pergi ke seluruh dunia, mengabarkan/ mengajarkan tentang kabar gembira dari Allah kepada kita, dan mengabarkan damai dari surga kepada umat manusia… Matius juga menuliskan Injil di antara umat Yahudi di dalam bahasa mereka, sedangkan Petrus dan Paulus mengajarkan Injil dan mendirikan Gereja di Roma…. Markus, murid dan penerjemah dari Petrus juga meneruskan kepada kita secara tertulis tentang apa yang biasanya dikhotbahkan oleh Petrus. Dan Lukas, pembantu Paulus, juga meneruskan kepada kita Injil yang biasanya dikhotbahkan oleh Paulus. Selanjutnya, Yohanes, rasul Tuhan kita …juga menuliskan Injil ketika tinggal di Efesus, Asia kecil.”

      Maka tidak benar bahwa Rasul Paulus mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan yang diajarkan oleh para rasul lainnya yang dituliskan di dalam ketiga Injil lainnya. Sebab Injil Lukas yang dituliskan berdasarkan khotbah Rasul Paulus juga berada dalam kesatuan dengan ketiga Injil lainnya. Walaupun Rasul Paulus tidak hidup bersama Yesus, namun ia secara khusus dipilih oleh Kristus sendiri untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lain non- Yahudi, raja-raja dan orang-orang Israel (lih. Kis 9: 15).

      Rasul Paulus mulai menuliskan surat- surat-nya kepada jemaat pada masa abad awal, dimulai dengan surat kepada jemaat di Tesalonika (50-52), Filipi dan Korintus (54-57), Galatia dan Roma (57-58), Kolose, Efesus dan Filemon (61-63), Ibrani (63- 67), kepada Timotius dan Titus (65-67). Pengajaran Rasul Paulus inilah yang diteruskan oleh para muridnya, terutama Lukas (wafat th 84), Paus Clement I dari Roma (wafat th 99), Appollo, Priscilla dan Aquila (abad ke-1).

      Untuk membuktikan bahwa jemaat awal mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, mari membaca beberapa kutipan dari Bapa Gereja sebelum tahun 325, yang diambil dari buku: William A. Jurgens, Faith of the Early Fathers: Three-Volume Set (Liturgical Press, 1980):

      1. St. Ignatius of Antioch (110 AD)
        • Vol.1, hal. 17 – “Ignatius, yang juga dipanggil Theophorus, kepada Gereja di Efesus di Asia…. ditakdirkan dari sepanjang abada untuk sebuah kemuliaan yang tidak berkesudahan dan tak berubah, disatukan dan dipilih melalui penderitaan yang nyata oleh kehendak Bapa di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Letter to the Ephesians 1)
        • Vol. 1, hal. 18 – “Karena Tuhan kita, Yesus Kristus, dikandung oleh Maria, sesuai dengan rencana Tuhan: dari keturunan Daud, memang benar, namun juga dari Roh Kudus…..” (Letter to the Ephesians 18,2).
        • Vol. 1, hal. 21 – “..; kepada Gereja yang dikasihi dan diterangi oleh kasih dari Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak-Nya ….” (Letter to the Romans, 1).
      2. St. Irenaeus (140 AD).
        • Vol. 1, hal. 84-85 – “….dan kebangkitan kembali semua badan dari seluruh umat manusia, sehingga kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Allah dan Penyelamat dan Raja…” (Against Heresies, 1,10,1)
        • Vol. 1, hal. 99 – “.. Namun demikian, engkau akan mengikuti satu-satunya guru yang benar dan dapat diandalkan, Sabda Allah, Yesus Kristus, Tuhan kita, dimana, karena kasih-Nya yang begitu besar, menjadi seperti kita [manusia], sehingga Dia dapat membawa kita kepada sebagaimana adanya Dia.” (Against Heresies, 5, Preface).
      3. Tertullian (210 AD).
        • Vol. 1, hal. 146 – “…Asal dari dua hakekatnya [Yesus] menunjukkan bahwa Dia [Yesus] sebagai manusia dan Tuhan.” (The Flesh of Christ, 5:7).
      4. Origen (225 AD).
        • Vol. 1, hal. 191 – “Walaupun Dia [Jesus] adalah Tuhan, Dia telah mengambil tubuh; dan menjadi manusia, Dia [Jesus] tetap sebagai Tuhan.” (The Fundamental Doktrines, 1 Preface, 4).
      5. Cyprian of Carthage (253 AD).
        • Vol. 1, hal. 238 – “Barang siapa menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait-Nya [bait Roh Kudus].” (Letter of Cyprian to Jubaianus, 73,12).
      6. Arnobius of Sicca (305 AD).
        • Vol. 1, hal. 262 – “beberapa orang geram, marah, dan bergejolak, dan berkata “Apakah Kristus adalah Tuhanmu?” “Memang Dia adalah Tuhan,” kita harus menjawab, “dan Tuhan di dalam kekuatan yang tersembunyi.” (Against the Pagans, 1, 42).

      Maka tidak benar bahwa pengajaran Rasul Paulus baru berkembang di abad ke- 4. Lebih lanjut mengenai topik ini, yaitu Beberapa Keberatan akan ke- Tuhanan Yesus, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Jadi tidak benar bahwa yang menetapkan atau yang menyetujui Injil adalah Kaisar Konstantin. Memang benar, terdapat banyak Injil di abad- abad awal, dan banyak di antaranya memuat ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kristus, oleh sebab itu Gereja Katolik, melalui para pemimpinnya hanya menetapkan ke- empat Injil (Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) sebagai Injil yang otentik, berdasarkan kesaksian para Bapa Gereja yang merupakan para murid dari para rasul tersebut. Keempat Injil inilah yang merupakan kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, karena memuat ajaran Kristus dan para rasul, sedangkan injil-injil lainnya dapat dikatakan sebagai karya manusia biasa. Penetapan kanon Kitab Suci dilakukan pertama kali oleh Paus Damaskus I pada tahun 382, diikuti oleh Konsili Hippo (393) dan Konsili Carthage (397). Silakan membaca lebih lanjut dalam artikel Perkenalan dengan Kitab Suci bagian ke-2 (silakan klik).

      Maka, hal penebusan dosa bukan ajaran yang “dibuat” oleh Paulus atau keempat Injil. Hal penebusan dosa memang diajarkan oleh Kristus sendiri dan merupakan penggenapan nubuat dari para nabi yang ada sebelum Kristus. Silakan membaca artikel ini: Yesus, Tuhan yang dinubuatkan oleh para nabi, silakan klik, untuk mengetahui bahwa pengajaran bahwa Yesus datang untuk menebus dosa manusia itu sudah dinubuatkan oleh para nabi, dan bukan baru “ditemukan/ dibuat” pada jaman Kaisar Konstantin.

      Gereja Katolik, melalui Magisterium (para pemimpin Gereja yang memiliki wewenang mengajar) selalu menjaga kemurnian pengajaran para rasul Kristus. Maka memang tidak sembarang injil yang ada pada saat itu dapat digunakan sebagai dasar pengajaran Gereja. Magisterium merupakan para penerus rasul itulah yang mempunyai wewenang untuk menentukan kitab-kitab yang sesuai dengan ajaran Kristus dan para rasul, dan mana yang tidak; dan ini sangat masuk akal, karena sabda Allah diwahyukan kepada Gereja, maka Gerejalah yang berhak untuk menginterpretasikannya dengan terang pengajaran para rasul.

      2. Anda keliru jika mengatakan bahwa sebelum Konsili Nicea 325, tidak ada orang Kristen yang menyebut Kristus sebagai Tuhan. Konsili Nicea diadakan karena pada saat itu berkembang ajaran sesat Arianisme, yang menentang ke- Tuhanan Yesus, dan menganggap Yesus “hanya” manusia biasa atau sejenis malaikat. Ajaran sesat ini berkembang hingga mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat, sehingga pada waktu itu Kaisar Konstantin turut berkepentingan untuk mendukung diadakannya Konsili, demi mengakhiri kekacauan yang ada. Untuk menertibkan ajaran inilah, maka Konsili Nicea diadakan yang dihadiri oleh sekitar 300 uskup. Ajaran Arius ini dikecam, dan dianggap sebagai inovasi radikal. Maka dibuatlah suatu pernyataan Credo, untuk mempertahankan ajaran para rasul, yaitu Kristus adalah “sehakekat dengan Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.” Pada waktu penandatanganan ajaran ini, hampir semua dari para uskup tersebut setuju, hanya terdapat 17 uskup yang enggan bersuara, namun kenyataannya hanya 2 orang uskup yang menolak, ditambah dengan Arius sendiri.

      Kaisar Konstantin dikenal sebagai penentang kaum kafir/ pagan, ia menutup banyak kuil-kuil dan menentang pengorbanan kepada dewa/i yang dilakukan pada jaman itu. Putera kesayangan Konstantin yang bernama Konstantius adalah pengikut aliran Arianisme, sehingga ironisnya, pada masa itu pihak kerajaan yang tadinya ingin menertibkan aliran Arianisme malah akhirnya menganut Arianisme. Maka malah St. Athanasius, Uskup Alexandria yang menentang Arianisme, kemudian mengalami penganiayaan, diasingkan/ dibuang sampai 5 kali untuk mempertahankan Credo Nicea tersebut. St. Athanasius wafat pada tahun 371.

      Tentang topik apakah Yesus bukan Tuhan dan Yesus hanya diutus ke Israel, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Demikianlah sekilas tanggapan saya tentang pandangan anda. Semoga berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid & Stef- http://www.katolisitas.org

  4. Ibu Ingrid Listiati
    Salam Kasih Dalam Tuhan Yesus Kristus.

    Terima kasih atas pencerahan, semakin jelas bagi saya pribadi, bahwa ide ajaran yang mengatakan Roh Kudus adalah malaikat (=Jibril) itu adalah dari ajaran Arius yang dikemas dengan ajaran baru. Dimana Arius mengajarkan Kristus Sang Putera adalah seorang ciptaan, yang diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, berupa kodrat malaikat (super-archangel) yang tidak sehakekat dengan Allah Bapa.
    Biarpun Ajaran sesat ini diluruskan melalui Konsili Nicea (325), namun ajaran arius tersebut telah muncul kembali pada tahun 666, bahkan banyak orang yang memutar balikan ajaran Gereja Katolik yang luhur ini, dengan mengatakan bahwa Yesus diangkat sebagai Tuhan pada tahun 325.

    Why 13:18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

    Puji Tuhan.
    Dari Julius Santoso.

  5. Salam kasih dalam Tuhan Yesus Kristus.

    Ajaran-ajaran sesat yang terjadi di sepanjang sejarah Gereja yang berusaha menyederhanakan misteri kemanunggalan Kristus (yang adalah sepenuhnya Allah dan manusia), diantaranya, khususnya yang ditulis, dibawah ini :

    3. “Arianism (abad ke 3 -4) menolak Allah Tritunggal. Kristus dianggap bukan Tuhan, namun sebagai malaikat yang tertinggi (super-angel)”

    Sebab ada yang mengatakan dan tertulis dalam kitabnya bahwa Roh Kudus adalah malaikat (=Jibril).
    Mungkin Ibu Inggrid dapat memberikan penjelasan / penjabaran ringkasan tetang ajaran arianism tersebut diatas ?.

    Semoga Roh Kudus menerangi kita.
    Dari : Julius Santoso.

    [Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.