Umat Katolik di seluruh dunia tertunduk dalam duka, ketika Paus Fransiskus pada tanggal 21 April 2025 menghembuskan nafas terakhirnya. Bagaimana kepemimpinan 1,4 milyar umat Katolik dapat terus berlanjut? Saksikan terus video ini yang akan membahas tentang konklaf.
Pemilihan Paus atau konklaf sering mengundang banyak pertanyaan, bahkan sejumlah teori atau konspirasi dikemukakan. Maka mari kita bahas hal-hal yang berkaitan dengan konklaf, yang punya akar tradisi yang panjang, sebab konklaf bukanlah proses politik atau sejenisnya, tetapi merupakan pemilihan penerus Rasul Petrus yang akan memimpin Gereja; dan karena itu pertama-tama merupakan suatu peristiwa penting yang diwarnai doa dan dipimpin oleh Roh Kudus sendiri sebagai jiwa dari Gereja.
Apa Itu Konklaf?
Konklaf berasal dari gabungan kata Latin con [dengan] dan clave [kunci] yang berarti “dengan kunci.” Ini merujuk pada praktik mengunci para kardinal pemilih di dalam ruangan sampai mereka memilih seorang paus. Proses ini dimulai setelah kematian paus dan melibatkan serangkaian ritual dan pemungutan suara yang rahasia. Tradisi konklaf yang sekarang berjalan dimulai di abad ke-13.
Mengapa para kardinal dikunci dalam satu ruangan? Ini berhubungan dengan sejarah. Setelah kematian Paus Klemens IV, terjadi pemilihan Paus yang berlangsung selama tiga tahun, dari tahun 1268-1271. Setelah itu ada juga pemilihan yang berlangsung selama 2 tahun lebih. Kemudian Paus Gregorius X, menetapkan aturan konklaf pada tahun 1274, untuk mencegah intervensi pihak eksternal dan pemilihan berlangsung secara rahasia serta mempercepat proses pemilihan. Peraturan ini kemudian diperjelas oleh Santo Paus Yohanes Paulus II dalam Universi Dominici Gregis di tahun 1996.
Dokumen ini membahas prosedur konklaf secara detail untuk memastikan bahwa pemilihan paus dilakukan dengan cara yang adil, rahasia, dan penuh dengan bimbingan Roh Kudus. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam prosedur konklaf yang dituliskan dalam dokumen tersebut.
Persiapan Konklaf
Setelah kematian Paus, ada periode berkabung selama sembilan hari. Selama periode ini, upacara pemakaman, doa-doa dan perayaan Misa diadakan, tidak hanya di Vatikan, tetapi juga di seluruh dunia, untuk menghormati Paus yang telah berpulang.
Kemudian, semua kardinal dari seluruh dunia diharuskan untuk datang ke Vatikan untuk memulai konklaf yang harus dilakukan paling lambat 21 hari setelah kematian Paus.
Ketika semua kardinal berkumpul, akan ada kongres umum untuk mempersiapkan konklaf. Do kongres ini setiap kardinal melakukan sumpah untuk menjaga kerahasiaan semua proses yang berlangsung dalam konklaf ini. Lalu pada hari yang telah ditentukan sebagai hari pemilihan, diberikanlah permenungan pertama oleh imam yang telah ditunjuk sebelumnya, untuk merefleksikan masalah-masalah yang dihadapi oleh Gereja dan juga seruan kehati-hatian dalam memilih Paus yang baru. Saat itu juga akan dibacakan dokumen dari Paus yang ditulis sebelum wafatnya, untuk para kardinal.
Sebelum konklaf dimulai, semua kardinal menghadiri Misa Pro Eligendo Papa atau Misa untuk memilih Paus, yang diadakan di Basilika Santo Petrus. Dalam misa ini, mereka berdoa untuk bimbingan Roh Kudus dalam pemilihan paus yang baru.
Setelah Misa, maka mereka yang berhak memilih dan terlibat dalam konklaf—yaitu mereka yang berusia di bawah 80 tahun—berjalan ke Kapel Sistina, sambil menyanyikan lagu “Datanglah Roh Kudus”, mohon agar Roh Kudus bekerja dalam proses pemilihan Paus ini.
Memasuki Konklaf
Setelah semua kardinal berkumpul di Kapela Sistina, maka pemimpin liturgi kepausan akan mengucapkan “Extra Omnes”, yang berarti, semua yang tidak berkepentingan dalam proses pemilihan harus keluar.
Kemudian, setiap kardinal mengambil sumpah untuk menjaga kerahasiaan mengenai semua hal yang berkaitan dengan pemilihan paus. Sumpah ini mencakup janji untuk tidak membocorkan hasil pemungutan suara atau diskusi yang terjadi selama konklaf. Silakan melihat teks sumpah tersebut di deskripsi video ini.
Kemudian imam yang telah ditunjuk memberikan permenungan yang kedua sebelum proses pemilihan menekankan tugas berat yang mereka pikul untuk memilih Paus dan harus mempunyai niat yang benar untuk kebaikan Gereja semesta. Dan setelah itu, pemimpin liturgi kepausan dan yang memberikan permenungan keluar dari ruangan.
Kemudian, ruangan konklaf di Kapel Sistina dikunci dari luar untuk mencegah intervensi dari luar. Praktik ini berasal dari tradisi kuno yang bertujuan untuk mempercepat proses pemilihan serta menjaga kerahasiaan proses pemilihan.
Proses Pemungutan Suara
Pemungutan suara dilakukan secara rahasia supaya lepas dari tekanan apapun. Kertas akan dibagikan kepada para kardinal dan kemudian, setiap kardinal menuliskan nama kandidat yang mereka pilih pada kertas suara dan melipat kertas itu.
Setiap kardinal akan maju ke altar dan akan memasukkan kertas tersebut ke tempat yang tersedia. Sebelum memasukkannya, setiap kardinal akan berdoa “Saya memanggil saksiku, Kristus Tuhan yang akan menjadi hakimku, bahwa pilihanku diberikan kepada seseorang yang di hadapan Tuhan, saya pikir harus dipilih.” Doa ini mencerminkan bahwa setiap kardinal harus benar-benar mempertimbangkan pilihannya dengan hati-hati dan harus bertanggungjawab di hadapan Kristus, Sang Hakim Agung.
Setelah semua kardinal memilih, maka dilakukan perhitungan suara. Setiap pilihan akan dibacakan dengan keras dan dihitung oleh beberapa kardinal yang telah ditunjuk sebelumnya.
Ketika tidak diperoleh hasil mayoritas dua pertiga suara, maka akan dilakukan pemungutan suara lagi. Kertas hasil pemungutan akan dibakar dengan campuran kimia, sehingga asapnya menjadi hitam. Ini juga menjadi pertanda, bahwa telah dilakukan pemungutan suara, tapi belum terpilih paus yang baru, sehingga harus dilakukan pemilihan ulang. Maksimal dilakukan 4 kali pemungutan suara dalam satu hari: 2 di pagi hari dan 2 di siang hari.
Ketika pemungutan suara berlangsung selama tiga hari dan tidak mencapai mayoritas dua pertiga, maka ada masa suspensi selama maksimal satu hari untuk berdoa, diskusi informal dan refleksi oleh kardinal diakon. Setelah itu dilakukan pemungutan suara lagi. Jika setelah tujuh kali pemungutan masih belum mencapai kata sepakat, maka dilakukan lagi jeda, yang diisi dengan doa, diskusi dan refleksi yang dilakukan oleh kardinal imam. Setelah itu dilakukan lagi pemungutan suara. Dan kalau masih belum ada kata sepakat lagi, maka ada jeda lagi untuk berdoa, dialog dan refleksi oleh kardinal uskup. Dan setelah itu dilakukan pemungutan suara lagi. Kalau setelah tujuh kali pemungutan masih juga belum mencapai kata sepakat, maka dilakukan masa jeda selama 1 hari untuk doa, refleksi dan dialog.
Pada tahap ini, maka pengambilan suara hanya memilih dua nama tertinggi dari pemilihan sebelumnya. Setelah itu dilakukan pemilihan lagi, sampai tercapai dua pertiga suara.
Penerimaan dan Pengumuman
Jika pemilihan akhirnya mendapatkan kandidat dengan dua pertiga suara, maka secara sah dia terpilih sebagai paus. Kandidat paus kemudian ditanya
Apakah Anda menerima pemilihan kanonik sebagai Paus?
Jika dia menerima, dia akan mengucapkan “Accepto” (Saya menerima) dan secara resmi kandidat menjadi paus. Kemudian dilakukan pertanyaan lanjutan:
Anda ingin dipanggil dengan nama apa?
Kemudian Paus akan memberikan namanya, yang mencerminkan kepemimpinannya.
Setelah itu, hasil pemungutan suara akan dibakar dengan campuran kimia, agar menghasilkan asap putih, yang menjadi tanda bahwa Paus yang baru telah terpilih.
Kemudian Paus yang baru akan masuk ke satu ruangan di sebelah kapel Sistina, yang diberi nama “ruang tangisan”. Karena biasanya Paus terpilih akan merasakan beban yang begitu berat dan kemudian menangis di ruangan tersebut. Di ruangan ini juga tersedia berbagai ukuran pakaian dan sepatu Paus. Jadi, di sinilah Paus mempersiapkan diri secara rohani dan juga penampilan publiknya.
Setelah semua tahap selesai, kardinal diakon senior, dari balkon Basilika Santo Petrus, akan mengumumkan kepada publik dengan kalimat
Habemus Papam
(Kita memiliki paus) dan kemudian mengumumkan nama dari Paus terpilih. Paus yang baru kemudian akan memberikan berkat Urbi et Orbi (berkat untuk kota dan dunia). Ini adalah momen penting yang menandai awal masa kepemimpinan Paus yang baru dalam Gereja Katolik.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa konklaf mencerminkan komitmen Gereja Katolik untuk memilih pemimpin tertingginya sebagai wakil Kristus, dengan penuh integritas, tanpa campur tangan dan tekanan pihak lain. Pemilihan ini dilakukan dengan bijaksana, dalam suasana doa dan terbuka terhadap bimbingan Roh Kudus.
Marilah kita turut serta mendoakan para kardinal untuk konklaf di tahun 2025 ini, agar Paus yang akan terpilih adalah seorang yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga Paus dapat mengemban tugasnya sebagai wakil Kristus di dunia ini, yang menampakkan kebenaran dan belas kasih Allah.
Sumpah Para Kardinal pada saat Kongres Umum persiapan Konklaf
Berikut ini dibacakan oleh Dean of Cardinal atau pemimpin sidang
Kami, para Kardinal elektor yang hadir dalam pemilihan Sri Paus ini, berjanji, berikrar, dan bersumpah, baik secara pribadi maupun bersama-sama, untuk setia dan dengan seksama menaati ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis dari Sri Paus Yohanes Paulus II, yang diterbitkan pada tanggal 22 Februari 1996.
Kami juga berjanji, berikrar, dan bersumpah bahwa siapapun di antara kami yang terpilih menjadi Uskup Roma atas kehendak ilahi, akan dengan setia melaksanakan munus Petrinum sebagai Gembala Gereja Universal dan tidak akan lalai untuk menegaskan serta membela dengan sungguh-sungguh hak-hak rohani dan temporal serta kebebasan Takhta Suci.
Secara khusus, kami berjanji dan bersumpah untuk menjaga kerahasiaan setinggi-tingginya dan terhadap semua orang, baik klerus maupun awam, mengenai segala hal yang dengan cara apapun berkaitan dengan pemilihan Uskup Roma dan apapun yang terjadi di tempat pemilihan, baik secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan hasil pemungutan suara; kami berjanji dan bersumpah untuk tidak melanggar kerahasiaan ini dengan cara apapun, baik selama maupun setelah pemilihan Paus baru, kecuali dengan izin eksplisit yang diberikan oleh Paus tersebut; dan kami tidak akan pernah memberikan dukungan atau bantuan terhadap campur tangan, penolakan, atau bentuk intervensi apapun dari pihak otoritas sekuler, apapun tingkat atau kedudukannya, ataupun dari kelompok atau individu manapun, yang mencoba untuk turut campur dalam pemilihan Uskup Roma.
Dan kemudian, setiap kardinal akan bersumpah dengan perkataan berikut ini:
Dan saya, N. Kardinal N., dengan ini berjanji, berikrar, dan bersumpah.
Sambil meletakkan tangannya di atas Injil Suci, ia akan menambahkan:
Maka tolonglah saya, ya Allah dan Injil Suci ini yang saya sentuh dengan tangan saya.