Ada pertanyaan: Apa sih yang mendasari adanya Tahun Yubelium? Apa ini hanya inovasi Gereja Katolik? Yuk kita bahas…


Hai! Salam Katolisitas!
Tahun Yubelium atau Yobel berakar dari sejarah bangsa Israel yang dicatat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, khususnya di Kitab Imamat bab 25. Tahun Yobel  dirayakan setiap 50 tahun sekali, yang ditandai dengan bermacam ketentuan untuk memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi, agar tercapailah keadilan dan keseimbangan dalam komunitas Israel. Ciri utama tahun Yobel ini adalah pengembalian tanah kepada pemilik aslinya, penghapusan hutang dan pembebasan budak Israel. Ketentuan ini dianggap sebagai perintah Allah untuk mencegah pemusatan kekayaan dan kekuasaan pada segelintir orang, supaya tidak ada orang-orang yang miskin selamanya; ataupun yang kehilangan tanah leluhurnya. Prinsip dasarnya adalah bahwa Allah-lah pemilik tanah dan segala segala sesuatunya, sedangkan  manusia hanya pengelolanya saja. Karena itu, tak seorang pun dapat mengklaim kepemilikan secara eksklusif yang dapat menyebabkan ketidakadilan dalam masyarakat. 

Yobel sendiri dirayakan pada hari Pendamaian, yaitu saat komunitas mencari pengampunan dan rekonsiliasi dengan Allah. Dalam Tradisi Yahudi, selama berabad-abad tahun Yobel dirayakan dengan penekanan pentingnya peran komunitas dan kebersamaan untuk memberikan kebebasan dan hak milik kembali kepada orang-orang miskin. Tahun Yobel menjadi kesempatan yang mengingatkan bangsa Israel akan Kerahiman Allah dan pentingnya keadilan sosial, yaitu bahwa komunitas harus peduli kepada anggota-anggotanya yang miskin/ lemah.

Dalam sejarah Gereja, Tahun Yubelium pertama kali dirayakan pada tahun 1300 oleh Paus Bonifasius VIII. Perayaan ini didahului oleh beberapa peristiwa pemberian kemurahan hati untuk memperoleh pengampunan dosa, seperti yang dilakukan oleh Paus St. Celestinus V bagi para peziarah yang mengunjungi Basilika St. Maria di Collemaggio di Aquila, tanggal 28 dan 29 Agustus tahun 1294, atau bahkan sebelumnya tahun 1216,  ketika Paus Honorius III mengabulkan permohonan St. Fransiskus Asisi untuk memberikan indulgensi kepada umat yang mengunjungi Porziuncola pada tanggal 1 dan 2 Agustus. Juga di tahun 1222, Paus Callistus II menetapkan bagi para peziarah ke Santiago de Compostela, bahwa Yubelium dapat dirayakan ketika Pesta Rasul Yakobus jatuh pada hari Minggu (lih. Spes non Confundit, 5). Perayaan Yubelium ini kemudian dirayakan Gereja Katolik setiap 25 tahun sekali.

Selain ziarah, dalam tradisi Kristiani, Yobel/ Yubelium diartikan  sebagai masa rahmat, pertobatan dan rekonsiliasi.  Menjelang tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II, dalam surat apostoliknya Tertio Millennio Adveniente, mengatakan,

“Bagi Gereja, Yubelium secara jelas  merupakan ‘tahun rahmat Tuhan’, tahun pengampunan dosa dan hukuman sementara yang harus dijalani karenanya, tahun rekonsiliasi antara pihak-pihak yang berselisih, dan tahun pertobatan …  Tradisi tahun-tahun Yubelium melibatkan pemberian pengampunan dosa dalam skala yang lebih besar daripada waktu-waktu lainnya.” (Tertio Millennio Adveniente, 14)

Jadi Tahun Yubelium adalah waktu untuk pembaruan rohani, pengampunan dosa, dan perayaan belas kasih Allah. Paus menghubungkan praktek tahun Yobel dalam Perjanjian Lama  dengan penggenapannya dalam Perjanjian Baru yaitu dalam ajaran iman tentang keselamatan dan penebusan melalui Kristus. Selama Tahun Yubelium, kita umat Katolik memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk pertobatan dan melakukan penitensi yang  berguna bagi pertumbuhan rohani kita, dan juga bagi kesejahteraan sesama, terutama mereka yang miskin dan tersingkir. 

Paus Fransiskus melanjutkan tradisi ini, dengan menekankan Tahun Yubelium sebagai waktu untuk mengalami belas kasih Tuhan dan harapan. Setelah menyebut dua Tahun Yubelium sebelumnya yaitu tahun 2000 dan 2015, Paus berkata,

“Sekarang saatnya telah tiba untuk Yubelium baru, ketika sekali lagi Pintu Suci akan terbuka lebar untuk mengundang setiap orang kepada pengalaman yang mendalam akan kasih Allah yang membangkitkan dalam hati harapan pasti akan keselamatan dalam Kristus. Tahun Suci juga akan membimbing langkah kita menuju perayaan mendasar lainnya bagi semua orang Kristen: tahun 2033, yang  akan menandai peringatan dua ribu tahun penebusan yang dimenangkan oleh sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan Yesus” (Spes non Confundit, 6). 

Itulah sebabnya tahun Yubelium ini disebut sebagai Tahun Yubelium Pengharapan.

Paus Fransiskus menekankan perlunya Gereja menjadi tempat penyambutan dan penyembuhan, terutama bagi mereka yang terpinggirkan oleh masyarakat. Tahun Yubelium adalah kesempatan bagi Gereja untuk mewujudkan belas kasih Allah secara nyata dan mendorong tindakan amal dan belas kasih kepada sesama yang membutuhkan. Juga, Yubelium memberi kesempatan untuk berefleksi, baik pribadi maupun kelompok,  untuk mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan untuk ikut  menciptakan keadaan masyarakat yang lebih adil dan merata.  Maka nilai inti  Yubelium adalah pengampunan, pemulihan, kesediaan berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Prinsipnya, kita yang menerima kemurahan hati Tuhan mesti juga bermurah hati kepada sesama. 

Jadi teman-teman, tahun Yubelium bukan sesuatu yang tiba-tiba diadakan oleh Gereja Katolik. Tahun Yubelium adalah praktek yang sudah diajarkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, dan telah diterapkan oleh bangsa Israel. Gereja—sebagai bangsa pilihan Allah yang baru—melanjutkan tradisi  tahun Yubelium sebagai cerminan belas kasih Allah, keadilan dalam hubungan antarmanusia dan  rekonsiliasi. Konsep Yubelium tetap relevan dan dapat membawa dampak positif dalam kehidupan religius dan sosial. Mari kita renungkan tanggung jawab kita terhadap Allah dan sesama, demi tatanan masyarakat yang lebih adil dan merata, yang dipenuhi semangat kasih dan persaudaraan. Selamat merayakan Tahun Yubelium 2025!