Pertanyaan:
Dear Pengasuh Situs Katolisitas (dhi Sdr.Stefanus Tay dan Sdri Inggrid),
Saya mengucapkan proficiat atas karya luar biasa kalian dalam menyebarluaskan ajaran-ajaran Gereja Katolik. Bersama para Romo pengasuh, situs ini menjadi sumber terpercaya bagi kaum awam yang ingin menambah wawasan Katolik.
Namun demikian, katolisitas akan berarti besar dalam unitas Gereja. Gereja Roma Katolik tidak akan kuat berdiri sendiri menggarami dan menerangi dunia. Dia perlu bersatu dengan Timur bahkan sangat mendesak. Oleh sebab itu, selayaknya kita berdoa agar Gereja Roma Katolik lewat Bapa Suci BXVI menjadi pelopor aktif dalam persatuan Gereja dimulai dari persatuan tanggal Paskah. Saya harap GRK kembali ke Penanggalan Julian.
God bless, Leo
Jawaban:
Shalom Leo,
Terima kasih atas kunjungan dan dukungan anda terhadap situs ini. Ya, kita memang harus berdoa bagi persatuan Gereja, sebab kesatuan Gereja merupakan kehendak Yesus, dan menjadi doa Yesus sendiri sebelum Ia mengalami sengsara dan wafat-Nya di kayu salib. Yesus berdoa kepada Allah Bapa bagi para pengikut-Nya, “… supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengtus Aku. ” (Yoh 17: 21)
1) Maka sebagai orang Katolik, kita sepantasnya mengusahakan persatuan sesama pengikut Kristus atas dasar kasih. Karena kita percaya bahwa Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus, maka kita juga percaya Gereja Katolik ini akan tetap berdiri sampai akhir zaman (lih. Mat 16:18), seperti yang telah dijanjikan oleh Yesus. Jika kita berpikir sebaliknya, ataupun meragukan apakah Gereja Katolik akan kuat menghadapi jaman, maka sesungguhnya kita meragukan janji Kristus yang pasti akan selalu menyertai Gereja-Nya, dan bahkan alam maut tidak akan menguasainya (lih. Mat 28:20; 16:18).
2) Maka Gereja Katolik adalah seperti batang pokok dimana kesatuan dengan Kristus sebagai kepala-Nya terjamin. Mereka yang melepaskan diri (entah pribadi atau kelompok) dari kesatuan ini, dengan alasan apapun, sesungguhnya telah melepaskan diri juga dari kepenuhan rahmat kesatuan ini. Dekrit tentang Ekumenism (Unitatis Reditegration) 3 , Vatikan II mengatakan,
“Oleh karena itu Gereja-Gereja[19]]dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja katolik. Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai Jemaat dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan.” (UR 3)
3) Perlu diketahui di sini bahwa tidak semua Gereja-gereja Timur sekarang terpisah/ tidak mengakui kepemimpinan Bapa Paus, sebab dewasa ini terdapat 21 Gereja Timur yang ada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. Dokumen Gereja yang penting tentang Gereja-gereja Timur ini yang sudah dalam persatuan dengan Gereja Katolik adalah Dekrit tentang Gereja Katolik Ritus Timur, Vatikan II (Orientalium Ecclesiarum) dan juga Kitab Hukum Gereja khusus untuk Gereja Timur yang dalam persatuan dengan Gereja Katolik (CCEO) yang berlaku 1 Oktober 1991.
4) Menurut sejarah, pemisahan Gereja-gereja Timur Orthodox dari Roma (yang ditandai oleh Photius 867 dan Cerularius 1054) berlangsung lebih karena motif politik, yang akhirnya berakhir dengan keputusan gereja Timur untuk tidak mengakui kepemimpinan Roma, meskipun telah bertahun-tahun sebelumnya selalu mengakuinya. (Hal ini mungkin kelak dapat dibahas lebih lanjut saat kami menuliskan topik sejarah Gereja).
Namun pada prinsipnya, hubungan mereka dengan Gereja Katolik sesungguhnya sangat erat karena Gereja-gereja Timur ini memiliki devosi yang sangat dalam/ besar terhadap liturgi dan perayaan Ekaristi, mereka mempunyai garis penurunan tradisi apostolik dari para Rasul, dan mempunyai juga sakramen imamat dan sakramen-sakaramen yang lain (lihat UR 15). Oleh karena itu, “….Konsili menganjurkan kepada para Gembala serta umat Gereja katolik untuk menjalin hubungan-hubungan dengan mereka, yang tidak hidup di Timur lagi, melainkan merantau jauh dari tanah air. Maksudnya supaya makin meningkatlah kerja sama persaudaraan dengan mereka itu dalam semangat cinta kasih, dengan menyisihkan segala segala keinginan untuk bersaing. Kalau usaha itu digiatkan sepenuh hati, Konsili suci mengharapkan, supaya robohlah dinding pemisah antara Gereja Barat dan Gereja Timur, pada akhirnya terwujudlah kediaman satu-satunya, dibangun atas Batu Penjuru, yakni Kristus Yesus, yang akan menyatukan kedua pihak[27]].” (UR 18).
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai harapan untuk persatuan Gereja-gereja Timur Orthodox dengan Gereja Katolik yang berpusat di Roma. Mari kita mengingat bersama, bahwa kesatuan yang telah ada sekarang di dalam Gereja Katolik bukan kesatuan yang tidak lengkap, sehingga Gereja Katolik tidak akan kuat berdiri sendiri menghadapi jaman untuk menggarami dunia, tetapi kita yakini bahwa kesatuan ini adalah suatu rahmat yang memang sudah diberikan oleh Tuhan Yesus kepada Gereja-Nya, namun selayaknya kesatuan ini terus ditingkatkan, untuk lebih lagi dapat menggarami dunia. Ini dikatakan juga dalam Vatikan II, “Kesatuan [persekutuan gerejawi] itulah yang sejak semula dianugerahkan oleh Kristus kepada Gereja-Nya. Kita percaya, bahwa kesatuan itu tetap lestari terdapat dalam Gereja Katolik, dan berharap, agar kesatuan itu dari hari ke hari bertambah erat sampai kepenuhan zaman.”
Marilah kita terus berdoa untuk persatuan Gereja Kristus, di bawah kepemimpinan Bapa Paus, penerus Rasul Petrus, yang kepadanya Tuhan Yesus berjanji, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18)
Shalom Katolisitas.
Saya mendengar dengungan yang kurang menyenangkan (menurut saya) dari rekan Gereja Orthodox yang diutarakan kepada rekan saya yang notabene (dapat dikatakan) simpatisan Gereja Katolik Timur. Teman saya yang Katolik berkeinginan agar Katolik Ritus Timur yang memiliki kekayaan liturgi yang lebih dari Ritus Latin dapat hadir di Indonesia daripada dia harus mengunjungi (dan masuk) dalam Gereja Orthodox.
Rekan dari Gereja Orthodox mengatakan bahwa Katolik Ritus Timur tidak akan dapat hadir di Indonesia selama Ritus Latin masih ada. Dengan kata lain, tidak akan ada 2 ritus yang berdampingan dalam waktu dekat ini. Mereka mengatakan, hal ini disebabkan oleh permasalahan yuridiksi atas wilayah yang dimiliki Ritus Barat dan Ritus Timur.
Apakah hal tersebut benar dan apakah memang ada bukti berupa kanon-kanon yang mengatur Ritus Gerejawi baik di Indonesia maupun secara Universal? Ataukah ada pernyataan lain yang lebih resmi dari Gereja Katolik mengenai hal ini daripada hanya berpegang pada spekulasi yang semakin menjauhkan dari gerakan oikumene?
Terima kasih sebelumnya.
Salam Damai Kristus.
Alexander yth.
saya yakin bahwa Gereja Katolik Ritus Timur bisa hadir di Indonesia. Sepertinya di Jakarta ada komunitas tsb namun tidak semua pihak mengenalnya. Harus dibedakan bahwa ada Ritus Timur yang bersatu dengan Gereja Katolik Ritus Latin, dan ada yang tidak (tetap berdiri sendiri dan tidak di bawah Paus pengganti Rasul Petrus). Tidak ada kanon dalam KHK 83 maupun permasalahan yurisdiksi yang membagi wilayah Ritus Timur dan Barat. Dan tidak benar mereka tidak bisa hidup berdampingan, di India mereka hidup berdampingan. Hanya di Indonesia sejak dulu dalam misi Gereja Katolik masuk lebih dulu Ritus Latin, mungkin pada zaman Belanda pernah dibawa Ritus Timur namun tidak berkembang.
salam
Rm Wanta
Shalom bu…
Saya pernah t’baca 1 artikel dlm internet, mengata’n bhwa kebnyakan gereja d timur b’fahaman Unitarian. Adakah ini t’masuk gereja orthodox timur? Mohon p’jelasan…
Thanx in advance.
God bless…
[Dari Katolisitas: Sepengetahuan kami secara umum Gereja barat (Latin) maupun Timur (baik Katolik maupun Orthodox) umumnya tetap percaya kepada Allah Trinitas. Silakan membaca saja situs mereka. Bukan fokus kami di sini menjelaskan ajaran iman yang bukan merupakan ajaran iman Katolik. Mohon pengertian Anda.]
Shalom Katolisitas, saya pernah menemukan artikel tentang Balamand Statement dan ketika saya googling, banyak pandangan yang menyatakan Statemen Balamand ini adalah Heresy. Bila memang adalah Statement yang Heresy, kira-kira apakah ada koreksi dari Bapa Suci menanggapinya? Terima Kasih
Shalom Aditya,
Balamand Statement tidak menyatakan secara resmi doktrin apapun, namun hanya merupakan prinsip-prinsip umum dan arahan praktis tentang dialog yang mengarah kepada upaya-upaya persatuan antara Gereja Katolik dengan Orthodoks. Silakan membaca kisah kronologisnya, tentang langkah-langkah yang ditempuh oleh kedua Gereja yang mengupayakan dialog untuk meningkatkan saling pengertian dan saling menghormati antara mereka, silakan klik. Mohon maaf karena keterbatasan waktu dan masih banyaknya pertanyaan yang lain, kami tidak dapat menerjemahkannya. Di sana dikatakan: “It should be kept in mind that agreed texts produced by the international dialogues are issued on their own authority and are not binding on the churches they represent.”
Terjemahannya:
“Harus dipahami bahwa pernyataan-pernyataan yang disetujui yang dihasilkan oleh dialog internasional tersebut dikeluarkan atas otoritas mereka sendiri dan tidak mengikat Gereja-gereja yang mereka wakili.”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org
Mau Tahu kenapa Katholik Timur ditolak oleh Katholik Orthodox
ada asap ada api
ada penolakan ada sebabnya
Pada bulan Juli 1274, Kaisar Bizantium Michael VIII menyetujui untuk bersatu dengan Gereja Roma di Lyons, Perancis. Persetujuan persatuan ini dikarenakan kaisar dihadapkan dengan bahaya dari Charles dari Anjou, Turki Ottoman, dan musuh lainnya. Sang kaisar berpendapat bahwa bersekutu dengan Roma adalah kebijaksanaan ya…ng harus diambil. Namun kaum Uniat dari Lyons mengajukan persyaratan, mereka mau kembali bersekutu jika Gereja Ortodoks mengakui otoritas Kekuasaan Tunggal (Supremacy) Paus, menambahkan kata Filioque dalam Syahadat Nicea, dan penggunaan azymes (roti tidak beragi) dalam Liturgi. Namun Patriarkh Yusuf menolak persyaratan ini karena tidak sesuai dengan Iman Gereja mula-mula dan Keorthodoxan Ajaran Gereja, karena penolakan ini Sang Patriarkh digulingkan. Para klerus Biarawan dan banyak kaum awam, baik di Konstantinopel dan di negara-negara Ortodoks lainnya, menentang keras Kaum Uniat, mencela kaisar untuk skema politiknya dan untuk pengkhianatannya dari Ortodoksi.
Pada 9 Januari 1275 Liturgi dirayakan di Konstantinopel di mana memperingati Paus Gregorius sebagai Paus kepala Gereja Apostolik, dan Paus Eukumenis.” Namun dari dalam kerajaan sendiri Saudara dari Kaisar berkata, “Lebih baik bahwa kerajaan saudaraku binasa, dari pada kami menghianati kemurnian Iman Ortodoks dengan bidat-bidat yang dibuat oleh Roma.” Pendapat ini keluar karena Mengingat Perang Salib tahun 1204 ketika tentara salib Roma menghancurkan Konstantinopel, dan ketika itu banyak orang lebih suka dijajah oleh bangsa asing dari padameninggalkan Iman Ortodoks karena penganiayaan orang-orang yang mengaku seiman.
Dua puluh enam martir biara Zographou di Gunung Athos Athos termasuk di antara mereka yang dianiaya oleh Kaisar Michael VIII yaitu Paleogos (1261-1282) dan Patriark Yohanes Bekkos (1275-1282) karena mereka tidak mau menuruti perintah kerajaan untuk menjadi Kaum Uniat menurut Perjanjian Lyons. Mereka tetap memelihara ajaran-ajaran para Bapa Gereja mula-mula, dan tanpa rasa takut dicela bahkan dianiaya orang-orang yang menerima doktrin Katolik Roma dan menjadi Katholik Uniat (Katholik Timur).
Untuk menghindari kebijakan kekaisaran, para biarawan Zographou di Gunung Athos menutup diri dalam biara mereka. Dari menara mereka berdoa dan menentang mereka yang menjadi Kaum Uniat, menyebut mereka bidah. Kaum Uniat mengatur penyerangan biara dan membakar dua puluh enam martir hidup-hidup.
Nama-nama para martir adalah: Igumen Thomas, para biarawan Barsanuphius, Cyril, Mikha, Simon, Hilarion, James, Ayub, Siprianus, Sava, James, Martinian, Cosmas, Sergius, Menas, Joasaph, Joannicius, Paul, Anthony, Euthymius, Dometian, Parthenius, dan empat orang awam yang meninggal dengan mereka.
26 Martir Kudus Gunung Athos ini diperingati setiap tanggal 21 September dan 10 Oktober.
Shalom NN,
Agaknya sulit bagi kita untuk memahami keadaan persis yang terjadi dalam sejarah Gereja, karena fakta yang sama dapat dituliskan dengan penekanan dan sudut pandang yang berbeda. Kami di Katolisitas berusaha menyampaikan fakta yang kami ketahui seobyektif mungkin, dan ini termasuk juga pada saat kami membahas tentang pemisahan gereja Orthodox dari kesatuan dengan Gereja Katolik.
Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita mengetahui bahwa sejak abad- abad awal memang terjadi semacam kubu pengelompokan antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Gereja Timur lebih dipengaruhi kebudayanan Yunani, sedang Gereja Barat oleh Latin. Adalah situasi yang tidak menguntungkan bahwa perbedaan ini sedikit demi sedikit juga menimbulkan ‘persaingan’, terutama karena memang secara fakta, Gereja-gereja Timur merupakan Gereja- gereja yang lebih dulu didirikan oleh para rasul, karena letaknya yang memang lebih dekat dengan Yerusalem, tempat di mana jemaat mula- mula terbentuk pada hari Pentakosta (lih. Kis 2). Namun sejalan dengan berjalannya waktu, fakta juga menunjukkan bahwa Gereja Roma yang dipimpin oleh para penerus Rasul Petrus, tetap mempunyai wewenang untuk mengatur Gereja universal, dan menyelesaikan konflik yang terjadi di dalamnya, termasuk jika itu terjadi di wilayah Gereja Timur. Contohnya adalah sewaktu ada konflik besar di jemaat/ Gereja Korintus, maka Paus Clemens dari Roma-lah yang mengirimkan surat untuk menyelesaikannya. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Demikian pula berikutnya, ketika timbul berbeagai heresi/ bidaah yang terjadi di Gereja- gereja Timur, contohnya: Arianisme di Alexandria (325), Apollinarisme di Laodicea (375), Nestorianisme di Konstantinopel (428), Monophisitisme (500) dan Monothelism (633); semua ditangani dengan keteribatan dan kepemimpinan Paus (Pemimpin Gereja di Roma). Silakan jika anda tertarik, untuk membaca artikel seri tentang keutamaan kepemimpinan Petrus ini di sini, silakan klik:
Keutamaan Petrus (1): Menurut Kitab Suci
Keutamaan Petrus (2): Bukti sejarah tentang keberadaan Rasul Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (3): Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (5): Dalam Gereja di Lima Abad Pertama
Selanjutnya, tentang kontroversi Filioque, yang sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Dan masalah roti tak beragi, juga sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, lihat point 3. Silakan membaca di link- link tersebut untuk mengetahui bahwa jika melihat kepada faktanya, sesungguhnya tidak ada yang perlu dipermasalahkan dengan istilah Filioque ini, karena pada prinsipnya, yang diajarkan Gereja Timur dan Barat tentang hal ini sama, hanya penjabaran dengan kata- katanya tidak persis sama. Sedangkan, tentang hal roti tak beragi, walaupun Gereja Timur mempunyai tradisinya sendiri, namun Gereja Katolik sesungguhnya mempunyai dasar yang kuat, karena mengikuti teladan Kristus sendiri pada Perjamuan Terakhir.
Saya rasa dewasa ini, baik pihak Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik, maupun Patriarkh Orthodox sudah sama- sama melihat sejarah dengan kacamata yang lebih obyektif. Ini terlihat dari deklarasi yang pernah dinyatakan oleh Paus Paulus VI dengan Patriarkh Konstantonopel Athenagoras I (1965):
Sebaiknya jika para pemimpin Gereja di atas telah melihat fakta sejarah tersebut dengan lebih obyektif, maka kitapun dapat bersikap seperti mereka, sambil mendoakan agar suatu saat nanti tercipta saling pengertian yang dapat mempersatukan kembali Gereja- gereja Timur dan Barat seperti pada awal mulanya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dear Katolisitas…
bisakah anda menjelaskan tentang tahta apostolik Gereja Antiokhia sekarang??
mengapa tahta Apostolik antiokhia terbagi menjadi 5 ke- patriark-an??
apakah tidak ada inisiatif dari Roma untuk menyelesaikan masalah ini??
bukankah Roma memiliki Supremasi untuk menyelesaikan masalah ini sama ketika Gereja Roma menyelesaikan masalah perpecahan Gereja di Korintus pada jaman Clement I??
ada 5 Gereja yang mengklaim tahta suksesi apostolik yang masing2 menganngap berhak atas tahta tersebut yaitu non-Chalcedonian Syriac Orthodox Church dan Syriac Catholic Church , the Chalcedonian Greek Orthodox Church of Antioch, Melkite Greek Catholic Church dan the Maronite Church….
silahkan lihat link netral :
http://en.wikipedia.org/wiki/Patriarch_of_Antioch
terutama baca pada Current patriarchs (Patriak2 sekarang) dan Claims to legitimacy (klaim legitimasi)…
mohon penjelasanya…
pax Chriisti
Shalom Christopher,
1. Memang Gereja- gereja Timur memiliki jalur apostolik, karena pendiri Gereja Timur tersebut juga adalah para rasul. Dalam Orientalium Ecclesiarum 1, tertulis demikian:
Sebelum terjadi skisma oleh Photius (abad ke-9) dan Cerularius (abad ke-11) semua dari Gereja Timur ini memang berada dalam kesatuan dengan Gereja Katolik, yang satu, kudus, katolik dan apostolik; kecuali non- Chalcedonian Churches, yang memang memisahkan diri lebih awal dari Gereja Katolik, karena menolak doktrin Kristologi yang ditetapkan oleh Konsili Chalcedon di tahun 451. Doktrin yang diteguhkan di Chalcedon adalah pengakuan bahwa dalam Diri Kristus yang satu dan sama, terdapat dua kodrat (kodrat Allah dan kodrat manusia) yang tidak tercampur baur, tidak berubah, tidak dapat dibagi- bagi dan tidak dapat dipisahkan. Kedua kodrat ini ada bersama- sama dalam satu Pribadi, satu Hakekat, dan tidak terbagi menjadi dua di antara keduanya. Doktrin ini merupakan kelanjutan dari doktrin yang ditetapkan di Nicea (325) yaitu tentang ke- Tuhanan Yesus, yang pada waktu itu ditegaskan kembali untuk meluruskan ajaran sesat Arianisme. Jika anda tertarik lebih lanjut tentang topik ini silakan membaca di artikel ini, silakan klik.
Nah, gereja Timur yang menyebut diri “non- Chalcedonian” adalah gereja- gereja yang menolak hasil Konsili Chalcedon, di antaranya adalah non-Chalcedonian Syriac Orthodox Church. Mereka menolak hasil konsili, karena mereka mengimani pengajaran yang serupa dengan ajaran sesat Nestorianism, yang mengatakan bahwa Yesus bukannya mempunyai satu pribadi, tetapi dua pribadi. Ajaran sesat ini sesungguhnya sudah berkali- kali dikecam oleh para Bapa Gereja, terutama oleh Konsili Efesus (431) dan St. Paus Leo Agung (440-461). Yesus tidak mungkin mempunyai dua pribadi, karena jika demikian Dia bukan manusia yang sempurna. Yesus hanya mempunyai Satu Pribadi, namun terdiri dari dua kodrat yang keduanya bersatu secara hypostatik (hypostatic union), yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia, di mana kedua kodrat tersebut mempunyai karakternya masing- masing yang tidak tercampur baur.
2. Gereja- gereja lainnya: Syriac Catholic Church, Melkite Greek Catholic Church dan the Maronite Church adalah Gereja- gereja Timur yang ada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. Silakan klik di sini untuk membaca nama- nama ke 22 Gereja Timur yang ada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. Di antara ke 22 Gereja tersebut, memang terdapat juga Antiochian Churches dan Greek Churches. Pengaturan Gereja- gereja Timur dalam kesatuan dengan Roma ini dinyatakan dalam CCEO (The Code of Canons of the Eastern Churches/ Codex Canonum Ecclesiarum Orientalium) yang dipromulgasikan oleh Bapa Paus Yohanes Paulus II tanggal 1 Oktober 1990.
3. Jika kita mempelajari sejarah, memang terlihat, bahwa sejak dari Gereja awal, para patriarkh Gereja Timur itu sebenarnya adalah para Uskup yang mengepalai Gereja di daerahnya. Sejarah menunjukkan bahwa sejak abad awal, para patriarkh/ uskup tersebut mempunyai kewenangan terhadap kepemimpinan Gereja di wilayahnya; namun juga memandang keuskupan Roma (Paus) sebagai pemimpin tertinggi Gereja semesta (universal). Silakan anda membaca serial artikel Keutamaan Paus (yang sampai saat ini baru mencapai bagian ke-4).
Maka jika bicara tentang legitimasi kepemimpinan, dapat dimengerti bahwa Gereja- gereja Timur tersebut mempunyai jalur Apostolik, karena merekapun mempertahankan sakramen Tahbisan Suci (imamat) yang memang tidak terputus dari para rasul. Pemisahan Gereja-gereja Timur yang lalu menamakan diri gereja- gereja Orthodox, yang dipicu oleh Photius dan Cerularius memang sebenarnya lebih disebabkan karena pengaruh faktor politik. Hal ini akan dibahas dalam tulisan terpisah, tentang sejarah Gereja. Mohon kesabarannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dear ibu Inggrid…
terima kasih atas penjelasan ibu tentang hal ini..
tetapi dalam benak saya apakah tidak ada campur tangan Roma untuk menyelesaikan siapa dari antara 5 patriarkh Antioch yang berhak atas tahta Suci Antiokhia kuno yang sebelumnya hanya satu Patriarkh atau Uskup saja dalam tubuh Gereja Antiokhia??
bukankah dengan klaim 5 patriarkh atas tahta apostolik antiokhia sama saja Gereja Antiokhia terpecah belah??
bukankah Roma dipandang sebagai “Kepha” dan memiliki Supremasi atau otoritas mengajar seperti penjelasan atau ulasan anda di keutamaan Petrus bagian ke 4 dimana dijelaskan oleh anda bahwa dalam tulisan St.Clement Rome dan st.Ignatius Antioch Gereja Roma memiliki otoritas ini??
bukankah sebelumnya Gereja Roma menyelesaikan perpecahan Gereja Corinth pada masa Clement I??
kenapa sekarang Roma tidak menyelesaikan siapa yang berhak atas tahta Apostolik kuno Antiokhia dari antara 5 Patriarkh Antiokhia tersebut??
padahal 3 dari antara 5 Patriarkh Antiokhia sudah Full Communion dengan bishop of Rome…
saya mohon penjelasannya…
saya tunggu tulisan2 dari team Katolisitas.org terlebih mengenai Keutamaan Petrus sampai bagian ke 5 dan menunggu tulisan mengenai sejarah gereja….
Pax Christi
Shalom Christopher,
Pada masa Gereja awal memang jumlah umat juga tidak sebanyak sekarang, sehingga jumlah patriarkh/ uskup yang ada memang tidak akan sebanyak jumlah patriarkh/ uskup sekarang. Memang kelima gereja yang anda sebutkan mengklaim mempunyai jalur suksesi dengan Gereja Antiokhia, dan memang mungkin saja demikian. Karena para patriarkh Gereja awal juga mempunyai penerus- penerusnya, dan kemungkinan mereka inilah yang kemudian membentuk Gereja- gereja tersebut.
Jika anda membandingkan, kondisi pertikaian di Korintus pada jaman Paus Clement itu berbeda dengan kondisi skisma dengan Gereja Timur. Di Gereja Korintus waktu itu, ada orang- orang tertentu yang tidak menghargai hirarki otoritas Gereja setempat, dan Paus Clement kemudian menegur orang- orang tersebut, dan kemudian terjadilah keteraturan kembali karena semua pihak mengindahkan nasihat Paus Clement [Jadi di sini Paus merupakan pihak ketiga yang mendamaikan]. Dalam kondisi skisma dengan Gereja- gereja Timur, kondisinya tidak sama, justru karena permasalahannya adalah Gereja- gereja tersebut tidak mau mendengarkan apa yang ditetapkan oleh Gereja Roma, namun mereka lebih mengikuti pandangan Photius dan Cerularius, yang berasal dari Gereja Timur sendiri. Silakan jika anda tertarik mempelajari sendiri terlebih dahulu tentang sejarah Gereja.
Soal adanya banyak patriarkh di suatu Gereja lokal, tidaklah menjadi masalah, jika doktrin yang dipegang itu sama. Ini serupa dengan misalnya, Gereja di Indonesia, juga mempunyai beberapa uskup, dan bukan hanya satu uskup. Jadi tidak ada masalah dengan adanya beberapa patriarkh/ Gereja yang mengklaim mempunyai jalur suksesi dari patriarkh/ Gereja Antiokh. [Tiga dari Gereja tersebut berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik]. Yang menjadi menjadi masalah adalah, memang ada dua Gereja yang lain, yang memang tidak mengakui kepemimpinan Paus. Persatuan dengan Gereja- gereja ini memang tidak semudah yang kita bayangkan, karena melibatkan banyak hal; namun kita percaya, bahwa hal- hal inipun sudah dipertimbangkan oleh para Paus, termasuk Paus Benediktus XVI. Mungkin adalah terlebih baik jika kita mendoakan persatuan itu, daripada mempertanyakan hal yang di luar batas kemampuan dan kuasa kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear ibu Inggrid…
terima kasih atas penjelasannya…
saran ibu agar saya belajar sendiri tentang sejarah Gereja, saya akan coba melakukannya, tetapi saya mohon tim Katolisitas.org agar membimbing saya akan pembelajaran ini kalau ada yang saya tidak mengerti akan sejarah Gereja…
tetapi kata ibu Inggrid yang “Soal adanya banyak patriarkh di suatu Gereja lokal, tidaklah menjadi masalah, jika doktrin yang dipegang itu sama.” itu membingungkan saya…
disini Gereja Antiokhia bukanlah seperti penjelasan analogi ibu Inggrid tentang Uskup di Indonesia, tetapi ini mengenai Gereja lokal Antiokhia, misalnya saja Keuskupan Agung Jakarta, tidak mungkin di Keuskupan Agung Jakarta mempunyai 2 uskup yang mengembalakan Keuskupan Agung Jakarta kan??
atau saja tidak mungkinkan Roma mempunyai 2 uskup yang mengklaim tahta Roma??
itulah yang menjadi pertanyaan saya, apakah Kepatriarkhan di Gereja antiokhia tidak ada penyelesaiannya??
memang 2 diantara 5 Patriarkh Antiokhia tidak mendengarkan dan mengakui Roma, tetapi 3 sudah Full Communion dengan Roma..
apakah ke 3 Patriarkh ini tidak diselesaikan masalahnya oleh Roma??
bagaimana mungkin di Gereja Antiokhia terdapat 3 Gembala (Patriarkh/Uskup) yang mengembalakan Gereja Antiokhia yang padahal sudah full Communion dan mengakui Roma??
siapakah yang pantas dan sah agar umat2 (Gereja) Antiokhia mendengarkan dan mematuhi Uskup (Patriarkh)-Nya?
itulah masalahnya, memang ke 3 Patriarkh sudah Full communion dengan Bishop of Rome dan memiliki doktrin dan pengajaran yang sama, tetapi di dalam tubuh intern Gereja Antiokhia sendiri terdapat 5 uskup(Patriarkh) yang mengklaim tahta antiokhia bukankah itu sama saja terdapat perpecahan di dalam tubuh Gereja sendiri??
apakah tidak ada usaha Roma yang menurut penjelasan Ibu Inggrid (atau tim Katolisitas.org) dengan mengemukakan tulisan St.Ignatius Antiokh yang menyatakan bahwa Roma adalah Guru bagi semua Gereja lokal (seperti tulisan tim Katolisitas.org) di Keutamaan Petrus bagian ke 4??
misalnya di tubuh Keuskupan Agung Jakarta ada uskup yang mengklaim tahta keuskupan Agung Jakarta dan terdapat 2 uskup yang mengkalim tahta tersebut, apakah tidak ada penyelesaian dari Roma??
siapakah uskup yang pantas di dengar dan mengembalakan keuskupan agung Jakarta kalau terdapat lebih dari 1 uskup yang mengklaim tahta keuskupan agung Jakarta??
itulah yang menjadi kebingungan saya yang terjadi pada tubuh Ke-Patriarkhan Gereja Antiokhia (atau dalam istilah Katolik tubuh Keuskupan Antiokhia)…
mohon penjelasannya….
Pax Christi…
Shalom Christopher,
Untuk menjawab pertanyaan anda, sebenarnya diperlukan studi penelitian kepada sejarah Gereja, yaitu secara khusus yang terjadi di Gereja Antiokhia.
Namun secara umum, sebenarnya tidak sulit untuk membayangkan bagaimana dapat terjadi adanya beberapa patriarkh yang mengklaim suksesi apostolik dari Gereja Antiokh. Jika seorang patriarkh jatuh dalam heresi/ bidaah, maka ia akan dikeluarkan/ diberhentikan dan seorang patriarkh yang baru akan diangkat. Jika sebuah skisma terjadi, yang dipimpin oleh patriarkh yang diberhentikan tersebut, maka ia dapat mentahbiskan para uskup dan imam. Tahbisan para uskup dan imam ini tetap sah, walaupun tidak licit (tidak sesuai dengan ketentuan). Tetap sah, karena patriarkh tersebut, walaupun sudah diberhentikan tetapi rahmat tahbisannya tetap ada, karena seperti Pembaptisan yang memberikan tanda di jiwa selamanya, demikian juga rahmat tahbisannya sebagai imam Patriarkh, tetap ada. Dengan demikian, ia dan para imam di bawahnya tetap dapat dikatakan mempunyai suksesi apostolik. Dalam kasus Gereja Antiokh, hal ini nampaknya terjadi beberapa kali, sehingga terdapat lima gereja yang mengklaim mempunyai suksesi apostolik darinya.
Nah sekarang kita ketahui ada tiga Gereja Timur yang mengklaim suksesi apostolik dari Gereja Antiokh ini, yang sekarang berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik, yaitu Melkite, Syriac dan Maronite. Ketiga Gereja saling mengakui klaim masing- masing; dan tidaklah menjadi masalah bahwa ada tiga Patriarkh di sini, karena akhirnya ketiga Patriarkh ini mempunyai persekutuan yang penuh dengan Gereja Katolik, di bawah pimpinan Bapa Paus.
Jika anda ingin membaca lebih detail tentang Patriarkh dari Gereja Antiokhia ini, silakan anda membaca di link ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
yth. Katolisitas..
saya ingin bertanya apakah betul pada awal sejarah Gereja Supremacy paus Roma tidak disebutkan seperti yang di akui oleh Gereja Orthodox melainkan mereka menganggap bahwa Patriak Roma hanya merupakan First Among Equal (Primus inter Pares) dari antara para saudara2nya (Patriak2 lainnya yaitu Constantinople, Antioch, jerusalem, dan Alexandria)???
jadi pihak Ortodox percaya bahwa Roma tidak boleh mengintervensi pemilihan uskup lokal maupun masalah-masalah yang terjadi dalam keuskupan lokal??
mengapa itu bisa terjadi??
mengapa gara2 hal Supremacy Paus Orthodox menganggap bahwa Roma bukan hanya skisma melainkan bidaah (walaupun mereka juga menganggap penambahan Filique pada Nicea Creed juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Roma jatuh dalam bidaah)??
itu kata2 St. Markus dari Efesus yang dianggap orang Kudus oleh GO…
jadi bagi Orthodox gara2 supermacy Roma dan penambahan Filique menyebabkan perpecahan antara timur dan Barat…
mohon penjelasannya, salam…
Shalom Christopher,
1. Saya merencanakan untuk menuliskan kelanjutan artikel seri tentang keutamaan Petrus (bagian ke -4 dan 5) untuk menunjukkan bukti- bukti kepemimpinan rasul Petrus dan para penerusnya dari abad- abad awal. Hanya saja, karena keterbatasan waktu dan tenaga saya, dan karena banyaknya pertanyaan yang masuk, artikel tersebut belum selesai. Artikel bagian ke- 4 sudah selesai, silakan klik, namun bagian ke- 5 belum. Mohon kesabarannya.
2. Dokumen Gereja Timur yaitu Gereja Syria, "Doctrine of Addai" (abad ke -4), menunjukkan bahwa setelah pemimpin mereka, Aggai dibunuh sebagai martir, lalu penerusnya, Palut, pergi ke Antiokhia untuk menerima konsekrasi episkopal dari Uskup Antiokhia, Serapion, yang menerima penumpangan tangan dari Zephyrinus, Uskup Roma, yang merupakan penerus Rasul Petrus/ Kepha, (Sumber: Catholic Encyclopedia (New York: Robert Appleton Co., 1909) 5:88) yang menerima otoritasnya dari Tuhan Yesus. Dari sini kita ketahui bahwa sejak awal Gereja di Syria juga mementingkan jalur apostolik yang bermula dari Rasul Petrus atas kuasa dari Tuhan Yesus sendiri.
Maka sejak awal, Gereja- gereja lokal memiliki otoritasnya sendiri di bawah pimpinan Uskupnya, namun Uskup ini tetap mengakui kepemimpinan Bapa Paus yaitu Uskup Roma.
3. Tentang Filioque:
Untuk membaca lebih lanjut tentang topik ini, silakan anda klik di link ini, silakan klik.
Intinya, pernyatan "Filioque" ini sering dianggap sebagai hal yang memisahkan pemahaman Gereja Orthodox dengan Gereja Katolik Roma. Arti "filioque" sendiri adalah "dan dari Allah Putera" yang mengacu pada frasa Credo Nicea yang diucapkan Gereja Roma, yang ditetapkan pada konsili Toledo (589). Photius, patriarkh dari Konstantinopel menentang keras hal ini di abad ke- 9, yang kemudian menjadi salah satu hal yang memisahkan Gereja Timur dan Gereja Barat (Katolik Roma) di atahun 1054. Photius menentang Gereja Barat yang menurutnya mengubah credo Nicea dengan penambahan frasa "filioque".
Sebenarnya, makna "filioque" adalah bahwa Roh Kudus berasal dari Allah Bapa dan Putera, dan hal ini sesungguhnya bukan sesuatu yang baru ataupun bertentangan dengan ajaran Kitab Suci. Pernyataan bahwa Roh Kudus berasal dari Allah Bapa dan Putera itu bahkan menjaga kebenaran utama credo Nicea, bahwa Allah Putera adalah sehakekat dengan Allah Bapa. Maka Allah Putera bersama dengan Allah Bapa mengutus Roh-Nya (lih. Yoh 15:26), dengan analogi bahwa Roh kudus berasal dari Bapa dan Putera di dalam hubungan Trinitas. Sebab Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus mempunyai satu hakekat yang sama, sehingga ‘perbedaannya’ hanya terletak kepada hubungan satu sama lain di dalam kesatuan Trinitas. Yaitu bahwa Allah Putera lahir (‘begotten’) dari Allah Bapa dan Roh Kudus dihembuskan (‘proceeds’) dari Allah Bapa dan Allah Putera.
Maka "filioque" tersebut sebenarnya ada untuk memperjelas ajaran Gereja sejak awal yang menolak ajaran Arianisme yang menolak kesamaan hakekat antara Allah Bapa dan Allah Putera. Adanya "filioque" ini bukan untuk menunjukkan ada dua Kepala dalam Allah Trinitas, ataupun dua spirasi/ hembusan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
Jadi sebenarnya, pada dasarnya tidak terdapat perbedaan teologis antara pengertian Gereja Timur dan Barat. Seorang teolog Yunani, Prof. Apostolos Nikolaidis, Professor of the Sociology of Religion and Social Ethics at the University of Athens, menunjukkan bahwa skisma 1054 adalah contoh bagaimana praktek, bukan perbedaan teologis, dapat mengakibatkan skisma. "The local Churches coexisted for centuries with the ‘Filioque’ before Church events brought the problem to a head in the period of Photios the Great, but there was no schism, and in the 1054 period the ‘Filioque’ was dormant. It came back and was intensified after this to justify it and make it fixed." (Sumber: Ekklesia- Official Bulletin of the Church of Greece), June 2008, p. 432)
Jadi, sebenarnya sebelum isu "filioque" ini sebenarnya Gereja Timur dan Barat dapat menerima adanya misteri Trinitas ini seperti yang diajarkan para Bapa Gereja, namun kemudian, setelah hal filioque ini diangkat ke permukaan, hal ini dijadikan salah satu penyebab terjadinya skisma yang pada dasarnya melibatkan anggapan bahwa Gereja Barat (Roma) telah menambahkan istilah ‘filioque’ tanpa persetujuan Gereja Timur. Padahal, tulisan para Bapa Gereja dari abad- abad awal telah mengajarkan ‘filioque’ ini, sehingga sesungguhnya hal ini bukan sesuatu yang baru yang baru ditambahkan di abad ke -9. Contohnya adalah:
Tertullian, writing at the beginning of the third century, emphasizes that Father, Son and Holy Spirit all share a single divine substance, quality and power, (Ad Praexes II) which he conceives of as flowing forth from the Father and being transmitted by the Son to the Spirit (Ad Praexes XIII).
Hilary of Poitiers, in the mid-fourth century, speaks of the Spirit as ‘coming forth from the Father’ and being ‘sent by the Son’ (De Trinitate 12.55); as being ‘from the Father through the Son’ (ibid. 12.56); and as ‘having the Father and the Son as his source’ (ibid. 2.29); in another passage, Hilary points to John 16.15 (where Jesus says: ‘All things that the Father has are mine; therefore I said that [the Spirit] shall take from what is mine and declare it to you’), and wonders aloud whether ‘to receive from the Son is the same thing as to proceed from the Father’ (ibid. 8.20).
Ambrose of Milan, writing in the 380s, openly asserts that the Spirit ‘proceeds from (procedit a) the Father and the Son’, without ever being separated from either (On the Holy Spirit 1.11.20).
Demikian semoga keterangan di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Yth ibu Inggrid
saya setuju dan mengerti akan masalah Filioque tetapi penjabaran ibu tentang Supremasi Paus terhadap Gereja Timur kurang kuat buktinya karena disitu ibu hanya menjelaskan bagaimana uskup Palut menerima penumpangan tangan atas uskup Roma Zephyrinus, saya menilai bahwa penjelasan ibu terhadap saya hanya jalur Apostolik antara uskup Roma terhadap calon uskup Syria saja bukan Supremasi Roma yang terjadi saat ini, tentu saja baik Gereja Orthodox maupun Gereja Katolik sangat mementingkan jalur apostolik dan Katolik maupun Orthodox saling mengakui bahwa uskup2 Katolik maupun Orthodox memiliki jalur Apostolik yang sah, tetapi saya ingin meminta penjelasan mengenai Supremasi Roma yang terjadi selama ini kenapa tidak diakui oleh Orthodox tetapi Orthodox hanya mengakui uskup Roma hanya First Among Equal (Primus inter Pares) dari Patriak2 utama Kuno seperti Alexandria, Constantinople, Jerusalem, dan Antiokia??
kenapa Gereja Timur yang bahkan bersatu dengan Roma yang berstatus Sui Iuris tetapi tetap saja pada ujung2nya tetap dimonitor oleh Roma dalam Kanon untuk Gereja Timur yang disusun oleh Roma??
saya sangat menunggu penyelesaian artikel ibu tentang Keutamaan Petrus sampai bagian 5 semoga cepat selesai…
Pax christi..
Shalom Christopher,
Fakta bahwa Patriarkh/ uskup Palut meminta penumpangan tangan dari Uskup Roma Zephyrinus juga menunjukkan pengakuan atas keutamaan Uskup Roma, sebab ia tidak saja merasa cukup dengan menerima penumpangan tangan dari Uskup Serapion dari Gereja Antiokh (sesama Gereja Timur).
Saya baru saja mem-poskan artikel tentang Keutamaan Petrus (4) berdasarkan dokumen ter-awal Gereja, silakan klik. Mungkin setelah anda membaca artikel tersebut, anda akan dapat menerima bahwa Gereja sejak awal sebenarnya telah mengakui keutamaan Gereja Roma, dalam hal ini adalah kepemimpinan Uskup Roma/ Paus.
Pada kedua dokumen yaitu surat St. Klemens dan St. Ignatius, dapat kita lihat supremasi kepemimpinan Gereja Roma, yang tidak hanya dari segi jalur apostolik, tetapi juga dalam hal pengaturan/ kepemimpinan untuk mengatasi permasalahan yang sedang terjadi di Gereja lainnya dalam hal ini Gereja Korintus dan Gereja Antiokhia (yang termasuk Gereja Timur).
Adapun Gereja-gereja Timur yang bersatu dengan Roma, memang dikoordinasikan oleh Gereja Roma, namun sesungguhnya mereka tetap dapat mempertahankan tradisi mereka sendiri, dan bahkan dianjurkan oleh Gereja Roma untuk mempertahankannya. Dokumen Vatikan II, tentang Gereja- gereja Timur, Orientalium Ecclesiarum 6 mengatakan:
“Hendaklah segenap umat Gereja-Gereja Timur menyadari dan merasa yakin, bahwa mereka selalu dapat dan wajib melestarikan upacara-upacara Liturgi mereka yang sah serta tata-laksana mereka, dan bahwa perubahan-perubahan hanya hanya boleh diadakan berdasarkan motivasi kemajuan mereka yang laras-serasi. Maka hendaklah itu semua oleh umat gereja-Gereja Timur dipatuhi dengan kesetiaan sepenuhnya. Mengenai semuanya itu mereka harus memperoleh pengertian yang makin mendalam dan mencapai tingkat pelaksanaan yang makin sempurna. Dan bila tanpa alasan yang wajar, karena situasi jaman atau pribadi-pribadi tertentu, mereka telah menyimpang dari padanya, hendaklah mereka berusaha kembali kepada tradisi-tradisi para leluhur. Adapun mereka, yang karena tugas atau pelayan kerasulan seringkali berhubungan dengan Gereja-Gereja Timur atau dengan umatnya, hendaknya ” sesuai dengan beratnya kewajiban mereka ” dibenahi dengan pengertian yang cermat tentang upacara-upacara, tata-laksana, ajaran, sejarah serta sifat-sifat umat, dengan penghargaan terhadapnya…”
Maka di sini, kanon yang ditetapkan untuk pengaturan Gereja- gereja tersebut bukanlah bermaksud untuk memonitor apalagi menguasai, namun hanya dalam rangka menjaga kesatuan dengan tradisi Timur yang telah mereka miliki.
Demikianlah tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
shalom dalam nama Kristus,
Memang patut disayangkan kalau uaha persatuan timur dan barat banyak menemui hambatan hanya karena ego masing-masing gereja, kita yang hidup di jaman ini adalah pewaris dari tradisi masa lalu, janganlah hal-hal masa lalu yang tidak baik menjadi alasan untuk tidak mengadakan dialog untuk mencapai persatuan gereja, tetapi hendaklah keduanya saling merendahkan diri memerima kekurangan masing-masing dengan dilandasi sabda yesus sendiri dalam kitab Yohanes : “Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:20-21). Supaya gereja benar-benar memancarkan wajah Kristus di dunia. Semoga persatuan gereja timur dan barat segera terwujud, Amin
Shalom Justin,
Terima kasih atas tanggapannya tentang pentingnya kesatuan Gereja Timur dan Gereja Barat. Memang inilah usaha yang terus digalakkan oleh kedua pihak, baik dari sisi histori maupun dari sisi teologis/doktrin. Yang dapat kita lakukan, sebagai umat Katolik adalah benar-benar turut berpartisipasi dalam mendoakan persatuan ini. Saya yakin seluruh santa-santo di Sorga juga turut mendoakan persatuan ini. Di satu sisi, terlihat kemajuan dalam persatuan antara Gereja Katolik dan Gereja Anglikan. Semoga hal ini dapat juga menjadi pemicu bagi persatuan Gereja Timur dan Gereja Barat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Saya mengucapkan proficiat bagi para pengasuh situs katolisitas ini, karena melalui situs ini pengetahuan saya dalam katolik semakin bertambah, yang ingin saya tanyakan, apakah kita sebagai umat katolik boleh membaca serta merenungkan buku-buku dari protestan, sebenarnya saya sudah menemukan jawabannya, akan tetapi saya ingin pendapat-pendapat dari romo pengasuh, serta semua saran-saran dari semua pengasuh serta komentar dari pengunjung situs katolisitas. saya berharap dengan adanya jawaban tersebut, sayapun dapat memberikan pendapat, komentar serta saran-saran tersebyt kepada teman-teman saya. sebelumnya terima kasih ya
GBU ALL
Shalom Ria,
Syukurlah jika situs ini membantu anda untuk memahami iman Katolik. Memang, tidak ada aturan tertulis, buku apa sebaiknya yang harus kita baca dan sebaliknya yang tidak boleh kita baca. Dalam hal ini memang kita harus menggunakan kebijaksanaan/ “prudence” untuk menimbang sendiri. Waktu yang kita miliki dalam hidup ini sebenarnya sangat terbatas, maka jika kita mempunyai waktu lenggang untuk membaca, tentunya lebih baik digunakan untuk membaca buku-buku yang membantu perkembangan iman kita. Maka, pertama-tama, jika kita mau menyediakan waktu, yang harus kita baca adalah Kitab Suci. Baru kemudian, kita membaca buku-buku pengajaran lainnya. Menurut saya, sangatlah masuk akal jika kita membaca buku-buku tentang iman Katolik terlebih dahulu, sebelum membaca buku-buku Protestan. Prinsipnya, kenalilah iman kita sendiri terlebih dahulu, sehingga dengan demikian, iman kita tidak mudah terombang ambing. Terus terang, ada banyak sekali buku pengajaran iman Katolik yang bisa kita pelajari, dan pasti memakan waktu yang lama, dan bahkan seumur hidup-pun tidak akan habis. Jadi tidak usah payah-payah mempelajari banyak buku yang lain, terutama jika diri sendiri belum sepenuhnya memahami iman Katolik yang diimani.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
thanks Ibu buat jawabannya…saya setuju sekali dengan jawaban Ibu, Saya berharap Ibu dapat membantu saya untuk setiap pertanyaan2 dari saya ya bu karena saya tertarik dengan ajaran2 katolik.
Tuhan memberkati
Saya baru mulai membaca hal-hal mengenai Gereja Timur, baik yang orthodox maupun yang katolik. Pertanyaan saya: Apakah boleh orang – imam bersama umat – Katolik Ritus Barat (Latin) mengadakan Perayaan Ekaristi dengan tatacara ritus Timur?
Anton yth.
Setiap orang Katolik memiliki ritusnya masing-masing Latin dan Timur. Orang Katolik Ritus Latin bisa ikut ritus Timur tetapi tentu dia tidak mengerti ritus Timur. Ingat Gereja-gereja Timur ada yang bergabung dengan Katolik Roma (lihat jawaban ini, silakan klik) tetapi ada yang tetap Ortodox dan tidak mengakui Paus sebagai wakil Kristus di Roma. Selanjutnya, kalau seseorang mau menjadi Katolik ritus Timur pindah dari ritus Latin, boleh saja, namun harus ada izin dari Roma. Penggabungan dan mencampur adukkan tidak dibenarkan karena liturgi adalah ungkapan perayaan iman.
Salam,
Rm Wanta
Saya hanya mengingatkan bahwa Gereja Katolik tidak pernah menyebut dirinya “Katolik Roma”. Gereja Latin tidak lebih dari salah satu Gereja ‘sui iuris’ dalam persekutuan Katolik.
Kedua, pindah ritus memang harus seizin Roma, tetapi izin Roma itu dianggap sudah diperoleh kalau Uskup dari kedua Gereja ‘sui iuris’ asal sudah setuju. Ini diatur dalam CCEO (Codex Canonum Orientalium Ecclesiorum), berikut ini kutipan kanonnya:
Canon 32 – §1. No one can validly transfer to another Church sui iuris without the consent of the Apostolic See.
§2. In the case of Christian faithful of an eparchy of a certain Church sui iuris who petition to transfer to another Church sui iuris which has its own eparchy in the same territory, this consent of the Apostolic See is presumed, provided that the eparchial bishops of both eparchies consent to the transfer in writing.
Daniel Pane Yth
Benar yang dikatakan bahwa Gereja Katolik satu tapi memiliki dua ritus latin (Barat) Roma dan Ortodoks ritus timur Byzantium. Gereja Katolik Latin sering ditambahkan Gereja Katolik Roma karena Vatikan berada di Roma (lihat Michael Keene,64). Hal itu untuk membedakan dengan Gereja Katolik ritus timur (orientale) yang pada zamannya para sarjana Yunani berkumpul di Konstantinopel (Roma kedua). Komentar saya berdasarkan CIC 1983 kan 112 paragrap 1 yang menjadi anggota Gereja ritus lain (timur) yang mandiri (sui iuris) adalah yang mendapat izin dari takhta apostolik. Hal yang sama dinyatakan dalam CCEO kan 32 paragrap 1. Perpindahan ritus lain dalam satu wilayah Eparki (Keuskupan) karena sudah saling mengetahui diandaikan telah mendapat persetujuan dari Takhta Apostolik menurut CCEO. Komentar saya selalu dalam konteks CIC 1983. Dasar pijakan ini perlu diperhatikan supaya tidak ada salah mengerti satu sama lain.
salam
Rm Wanta
Dear Anton,
dari pengalaman saya pribadi. Saya pernah berjumpa dengan seorang Pater Jesuit di Swedia yang mempunyai ijin untuk menyelenggarakan misa dengan ritus Ethiopia. Baru saja saya cek Ethiopian Catholic Church juga dalam persatuan penuh dengan Katolik Roma.
Di Paroki tempat pater Jesuit tersebut bertugas memang mengakomodir ritus Ethiopia/Eritrea dan juga Syria selain ritus Latin. Di situ baru lah mata saya terbuka bahwa selain ritus Latin yang tidak asing lagi di Indonesia juga terdapat ritus2 lain dalam Gereja Katolik. Saya sendiri pernah ikut perayaan Ekaristi dengan ritus Ethiopia, karena waktu itu ingin menonton pertandingan Thomas Cup jadi waktu yang pas hanya misa Ethiopia tersebut. Disediakan buku panduan dengan tulisan pictograf/hieroglif bukan alfabet jadi tidak dapat saya pahami. Yang saya pahami cuma konsekrasi dan ikut komuni dan AMIN. Sekali waktu juga pernah di ajak oleh teman yang dari Irak untuk mengiktui misa dengan ritus Syria yang tentunya menggunakan bahasa Arab. Saya merasa misa tersebut begitu indah karena dari awal sampai akhir penuh dengan nyanyian. Misa tersebut juga dihadiri oleh Uskup setempat karena memang di Swedia hanya ada satu uskup. Jadi menurut saya pribadi untuk umat si sah2 saja ikut misa dengan ritus Timur, tetapi apakah bermanfaat bagi iman Anda? Kalau untuk imam saya kurang paham tetapi dari pengalaman bertemu Pater Jesuit di atas nampaknya diperlukan persiapan yang lebih untuk memahami ritus lain tersebut sebelum diberikan ijin untuk mengadakan misa dengan ritus tersebut.
Senada dengan Romo Wanta bahwa Liturgi adalah ungkapan perayaan iman dan sebaiknya mengikuti ritus yang dimengerti juga dengan bahasa yang dimengerti. Saya sih kapok. Mungkin kalau saya sudah bisa bahasa Ethiopia akan lebih memperkaya iman.
Salam,
Edwin
Dear Pengasuh Situs Katolisitas (dhi Sdr.Stefanus Tay dan Sdri Inggrid),
Saya mengucapkan proficiat atas karya luar biasa kalian dalam menyebarluaskan ajaran-ajaran Gereja Katolik. Bersama para Romo pengasuh, situs ini menjadi sumber terpercaya bagi kaum awam yang ingin menambah wawasan Katolik.
Namun demikian, katolisitas akan berarti besar dalam unitas Gereja. Gereja Roma Katolik tidak akan kuat berdiri sendiri menggarami dan menerangi dunia. Dia perlu bersatu dengan Timur bahkan sangat mendesak. Oleh sebab itu, selayaknya kita berdoa agar Gereja Roma Katolik lewat Bapa Suci BXVI menjadi pelopor aktif dalam persatuan Gereja dimulai dari persatuan tanggal Paskah. Saya harap GRK kembali ke Penanggalan Julian.
God bless,
Leo
Shalom Leo,
Telah dijawab di atas – silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Ingrid dan Stef – http://www.katolisitas.org
Kelihatannya, intervensi Gereja Barat terhadap Gereja-gereha Timur tidak terlalu significant pada masa awal-awal. Lalu kemudian otoritas Gereja Barat berkembang terus menjadi semakin kuat. Pemakaian Gelar seperti Vicar of Christ misalnya, belum muncul pada tahun-tahun awal, walaupun Bapa2 Gereja mengakui tahta Petrus adalah tahta yang pertama.
Menurut sejarah, memburuknya hubungan Gereja Barat dan Timur memang mulai menjadi significant sejak jaman Photius, dan kemudian terus memburuk dengan adanya saling ekskomunikasi antara Patriark Cerularius dan Kardinal Humbert (namun dalam surat ekskomunikasi Kardinal Humbert, misalnya, tidak dikatakan semua Gereja Timur diekskomunikasi, karena relasi dia dengan Byzantine emperor ok2 saja), dan semakin terus memburuk dengan direbutnya kota Byzantium oleh tangan Crusaders dari Gereja Barat. Gereja Barat mengadakan konsili2 untuk merangkul kembali Gereja-gereja Timur, Byzantine emperors dan para clergy meng-iya-kan dengan harapan diberikan support dalam bentuk pasukan oleh Paus untuk melawan ancaman dari pihak Ottoman Muslim, tetapi bantuan yang ditunggu tidak datang juga. Dan akhirnya memang Gereja-gereja Timur itu menjadi seperti Gereja yang terpisah dengan Gereja Barat, yang disebut Orthodox. Tetapi sebenarnya Gereja Timur dan Barat sangatlah dekat.
Gereja Timur dan Barat, walaupun keduanya Apostolik, mempunyai teologi yang agak berbeda dan mengekspresikan segala sesuatunya dengan cara yang agak berbeda. Bagi Gereja Orthodox (Timur), mungkin ini yang membuat kesatuan penuh sulit terjadi. Namun, Gereja Katolik Timur, walaupun mempunyai perbedaan seperti ini, tetap berada dalam kesatuan penuh dengan Paus. Tapi ini tidak berarti Gereja Katolik Timur mengikuti tradisi-tradisi Gereja Barat.
Paus pernah berkata bahwa Gereja harus bernafas dengan 2 ruang jantung, satu Barat dan satu Timur. Walaupun Gereja Katolik Timur mempunyai budaya, tradisi, dan teologi Timur, tetapi Gereja Katolik Timur sudah menjadi jembatan bagi Gereja Roma dan Orthodox untuk bersatu. Pencabutan saling ekskomunikasi oleh Paus dan Patriark juga sudah menandakan arah pada kesatuan penuh kedua belah pihak.
Sebetulnya dengan alasan ekumenis, sebagian Gereja-gereja Orthodox menerima dan memakai kalender Julian yang udah diperbaharui.. lebih sama dengan Gregorian dibanding kalender Julian yang lama… Eniwei, kalender (penanggalan) itu bukan issue utama antara Katolik dan Orthodox…
TAMABAHAN:
Gereja katolik Timur, oleh pihak Grj Katolik, bisa dipandang sebagai jembatan atau model penyatuan. Tapi oleh Grj Ortodoks, Gereja katolik Timur dipandang sbg pengkhianat.
Ada Komisi, atau semacamnya, antara Grj Katolik dan Grj Ortodoks. Misalnya, “The Joint International Commision for Theological dialogue between the Orthodox Church and the Roman Catholic Church.” Dlm beberapa kali pertemuan semacam itu, pihak Katolik juga mengikutsertakan tokoh2 dari Grj Katolik Timur. Tapi pihak orthodoks marah besar, dan tidak mau melanjutkan pertemuan sebelum org yg dari Grj Katolik Timur pergi. MEMPRIHATINKAN…
Shalom Anton,
Memang sudah selayaknya, kita berdoa demi persatuan Gereja, di bawah kepemimpinan Bapa Paus, yang adalah penerus Rasul Petrus, di mana Yesus mendirikan Gereja-Nya dan akan menyertainya sampai akhir jaman (Lih. Mat 16:18; Mat 28:19-20). Kenyataan yang menolak persatuan tersebut, seharusnya mendorong kita untuk lebih tekun berdoa demi persatuan Gereja tersebut, dan menyadari bahwa memang hal itu tidak mudah, tanpa adanya campur tangan dari Allah sendiri. Adanya ke- 22 Gereja Timur yang bersatu dengan Gereja Katolik harusnya membuka mata, bahwa memang persatuan tersebut adalah sesuatu mungkin, dan ini sesungguhnya merupakan kerinduan Yesus sendiri. Sebab seperti kita baca dalam kitab Yohanes, doa Yesus kepada Allah Bapa sebelum sengsara-Nya, adalah agar Gereja-Nya bersatu, “Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:20-21).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Ada Komisi, atau semacamnya, antara Grj Katolik dan Grj Ortodoks. Misalnya, “The Joint International Commision for Theological dialogue between the Orthodox Church and the Roman Catholic Church.” Dlm beberapa kali pertemuan semacam itu, pihak Katolik juga mengikutsertakan tokoh2 dari Grj Katolik Timur. Tapi pihak orthodoks marah besar, dan tidak mau melanjutkan pertemuan sebelum org yg dari Grj Katolik Timur pergi. MEMPRIHATINKAN…
[dari katolisitas: kalau tidak salah, tahun 2007, orthodox yang walk out dari diskusi adalah delegasi dari patriak Moskow , karena tidak menerima Ecumenical Patriarch of Constantinople, yang memberikan status kanonikal terhadap Estonian Apostolic Church.]
Comments are closed.