Bagaimanakah berpuasa yang benar menurut ajaran Gereja Katolik, kapan dan bagaimana puasa itu dilakukan? Pertama-tama perlu kita ketahui dulu alasan mengapa kita berpuasa dan berpantang. Bagi kita orang Katolik, puasa dan pantang artinya adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda kita mempersatukan sedikit pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih dosa kita dan demi mendoakan keselamatan dunia. Jadi puasa dan pantang bagi kita tak pernah terlepas dari doa. Dalam masa prapaska, maka puasa, pantang dan doa disertai juga dengan perbuatan amal kasih bersama-sama dengan anggota Gereja yang lain. Dengan demikian, pantang dan puasa bagi kita orang Katolik merupakan latihan rohani yang mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama, dan bukan untuk hal lain, seperti diit/ supaya kurus, menghemat, dll. Dengan mendekatkan dan menyatukan diri dengan Tuhan, maka kehendak-Nya menjadi kehendak kita. Dan karena kehendak Tuhan yang terutama adalah keselamatan dunia, maka melalui puasa dan pantang, kita diundang Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya penyelamatan dunia, dengan cara yang paling sederhana, yaitu berdoa dan menyatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib. Kita pun dapat mulai mendoakan keselamatan dunia dengan mulai mendoakan bagi keselamatan orang-orang yang terdekat dengan kita: orang tua, suami/ istri, anak-anak, saudara, teman, dan juga kepada para imam, pemimpin Gereja, pemimpin negara, dst.

Berikut ini mari kita lihat ketentuan tobat dengan puasa dan pantang, menurut Kitab Hukum Gereja Katolik:

  • Kan. 1249 – Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut.
  • Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.
  • Kan. 1251 – Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.
  • Kan. 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.
  • Kan. 1253 – Konferensi para Uskup dapat menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat mengganti-kan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani.

Memang sesuai dari yang kita ketahui, ketentuan dari Konferensi para Uskup di Indonesia menetapkan selanjutnya :

  • Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska sampai dengan Jumat Agung.
  • Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas.
  • Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti yuridis) berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya.

Maka penerapannya adalah:

  1. Kita berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun (contoh: pantang daging, pantang rokok dll) kecuali jika hari Jumat itu jatuh pada hari raya, seperti dalam oktaf masa Natal dan oktaf masa Paskah. Penetapan pantang setiap Jumat ini adalah karena Gereja menentukan hari Jumat sepanjang tahun (kecuali yang jatuh di hari raya) adalah hari tobat. Namun, jika kita mau melakukan yang lebih, silakan berpantang setiap hari selama Masa Prapaska.
  2. Jika kita berpantang, pilihlah makanan/ minuman yang paling kita sukai. Pantang daging adalah contohnya, atau yang lebih sukar mungkin pantang garam. Tapi ini bisa juga berarti pantang minum kopi bagi orang yang suka sekali kopi, dan pantang sambal bagi mereka yang sangat suka sambal, pantang rokok bagi mereka yang merokok, pantang jajan bagi mereka yang suka jajan. Jadi jika kita pada dasarnya tidak suka jajan, jangan memilih pantang jajan, sebab itu tidak ada artinya.
  3. Pantang tidak terbatas hanya makanan, namun pantang makanan dapat dianggap sebagai hal yang paling mendasar dan dapat dilakukan oleh semua orang. Namun jika satu dan lain hal tidak dapat dilakukan, terdapat pilihan lain, seperti pantang kebiasaan yang paling mengikat, seperti pantang nonton TV, pantang ’shopping’, pantang ke bioskop, pantang ‘gossip’, pantang main ‘game’ dll. Jika memungkinkan tentu kita dapat melakukan gabungan antara pantang makanan/ minuman dan pantang kebiasaan ini.
  4. Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan juga berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska (atau bahkan setiap hari dalam masa Prapaska).
  5. Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali, dapat dipilih sendiri pagi, siang atau malam. Harap dibedakan makan kenyang dengan makan sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah untuk melatih pengendalian diri, maka jika kita berbuka puasa/ pada saat makan kenyang, kita juga tetap makan seperti biasa, tidak berlebihan. Juga makan kenyang satu kali sehari bukan berarti kita boleh makan snack/ cemilan berkali-kali sehari. Ingatlah tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan keinginan untuk turut merasakan sedikit penderitaan Yesus, dan mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan dunia.
  6. Maka pada saat kita berpuasa, kita dapat mendoakan untuk pertobatan seseorang, atau mohon pengampunan atas dosa kita. Doa-doa seperti inilah yang sebaiknya mendahului puasa, kita ucapkan di tengah-tengah kita berpuasa, terutama saat kita merasa haus/ lapar, dan doa ini pula yang menutup puasa kita/ sesaat sebelum kita makan. Di sela-sela kesibukan sehari-hari kita dapat mengucapkan doa sederhana, “Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Mohon selamatkanlah …..” (sebutkan nama orang yang kita kasihi)
  7. Karena yang ditetapkan di sini adalah syarat minimal, maka kita sendiri boleh menambahkannya sesuai dengan kekuatan kita. Jadi boleh saja kita berpuasa dari pagi sampai siang, atau sampai sore, atau bagi yang memang dapat melakukannya, sampai satu hari penuh. Juga tidak menjadi masalah, puasa sama sekali tidak makan dan minum atau minum sedikit air. Diperlukan kebijaksanaan sendiri (prudence) untuk memutuskan hal ini, yaitu seberapa banyak kita mau menyatakan kasih kita kepada Yesus dengan berpuasa, dan seberapa jauh itu memungkinkan dengan kondisi tubuh kita. Walaupun tentu, jika kita terlalu banyak ‘excuse’ ya berarti kita perlu mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengasihi Yesus dan mau sedikit berkorban demi mendoakan keselamatan dunia.

Demikian ulasan mengenai pantang dan puasa menurut ketentuan Gereja Katolik. Semoga bermanfaat.

113 COMMENTS

  1. Shalom bapak/ibu Tay,

    Artikel yang tertulis diatas cukup menjelaskan secara gamblang bagaimana kita sebagai orang katolik harus berpuasa dan berpantang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai minoritas di negara ini, umat katolik kadang merasa rancu dengan tata cara berpuasa umat islam.

    Puasa dalam islam segala sesuatunya sudah diatur secara baku sesuai ketentuan agamanya. Berbeda dengan kita dimana gereja hanya menetapkan syarat minimal puasa dan pantang. Nah, hal ini kadang membuat umat katolik yang hidup diantara ‘aturan yang sudah baku’ tadi merasa bingung. Terutama bagi umat yang masih remaja atau yang belum matang iman. Faktanya, itulah yang saya rasakan dulu.

    Saudara kita umat muslim begitu ramai jika bulan puasa tiba. Terlihat ucapan selamat berpuasa di tv sampai fenomena penutupan paksa rumah makan untuk menghormati mereka yang berpuasa. Bagaimana dengan kita, saya dulu bahkan tidak tahu apakah orang tua/saudara-saudara saya puasa atau tidak, padahal tinggal dalam satu rumah. Disini yang mungkin sedikit luput dari pandangan kita adalah bagaimana peranan orang tua untuk mengajarkan puasa dan pantang pada anak-anaknya karena puasa dalam katolik hampir ‘tak terdeteksi’. Bisa dibuktikan dari komentar ini : https://katolisitas.org/906/mengapa-kita-berpantang-dan-berpuasa/comment-page-2#comment-110930 bagaimana orang tua katolik tidak mengajarkan pentingnya berpantang dan berpuasa di bulan pra paskah.

    Saya memahami bukan kapasitas anda untuk membandingkan satu sama lain. Namun saya kira ada baiknya untuk melihat bagaimana puasa katolik dengan memakai perspektif dari luar katolik mengingat kita hidup di negara mayoritas non kristen. Contohnya;
    a. Buka puasa jam berapa, sahur jam berapa, dan bagaimana.
    b. Yang membatalkan puasa. Jika melakukan sesuatu yang membatalkan puasa, apa yang harus diperbuat umat katolik. Dalam islam, kalau batal puasa maka boleh makan minum dan menunggu esok hari untuk puasa lagi. Adakah puasa katolik mengenal ‘batal puasa’.
    c. Jargon ‘hari kemenangan’ dalam idul fitri apa bisa dipakai umat katolik dalam paskah setelah berpuasa 40 hari (ini cukup aneh juga).
    d. Bermaaf-maafan dan saling mengunjungi di idul fitri. Apa yang harus kita lakukan pada paskah?
    e. Buka puasa ramadhan biasanya ada kolak pisang, es sirup, kue, kurma, dan sebagainya. Bolehkah makan kenyang 1 kali dengan menyantap beragam makanan tersebut?
    f. Aturan tentang hubungan suami istri di bulan pra paskah.
    g. Datang bulan (menstruasi) bagi perempuan, kenapa dalam katolik masih diperbolehkan berpuasa. Dan sebagainya.

    Nah, hal-hal seperti itu. Sebenarnya kalau masih mau dicari akan banyak fenomena di bulan ramadhan yang akan menjadi pertanyaan bagi umat katolik di bulan pra paskah. Bukan maksud saya untuk membandingkan. Namun saya kira wajar dalam kehidupan sosial terkadang muncul pertanyaan-pertanyaan yang terkesan membandingkan satu dengan yang lain, apalagi dalam hal iman agar umat katolik bisa mempertanggungjawabkan imannya jika mendapatkan pertanyaan tentang pantang dan puasa dari saudara muslim.

    Mohon maaf kalau ada kata yang kurang berkenan, silakan dimoderasi. Terima kasih sebelumnya, berkah dalem.

    • Shalom Bimomarten,

      Kita tidak perlu mengacu kepada ajaran ajaran agama lain untuk melaksanakan ajaran iman kita. Mari kita menerima perbedaan yang ada, tanpa perlu merasa harus menyesuaikan pelaksanaan ajaran iman kita dengan apa yang umum dilakukan oleh umat agama lain.

      Dengan prinsip ini, saya menanggapi pertanyaan Anda:

      1. Tentang jam ‘buka’ puasa dan sahur

      Tentang jam ‘buka’ puasa dan sahur tidak ditentukan dalam ajaran iman Katolik. Karena makna puasa dan pantang kita tidak sama dengan puasa dalam agama lain, maka ketentuan pelaksanaannya juga tidak harus sama dengan apa yang umumnya dipraktekkan dalam agama lain. Tentang mengapa kita berpantang dan berpuasa, silakan membaca artikel ini, silakan klik.

      2. Adakah istilah puasa yang batal?

      Makna utama puasa bagi umat Katolik adalah penyangkalan diri sebagai tanda pertobatan. Maka agak rancu kalau mengatakan puasa yang batal. Apakah artinya batal bertobat? Jika pertobatan ada, namun puasa tidak sempurna dilakukan, maka sebenarnya yang adalah pelaksanaan penyangkalan diri yang tidak sempurna. Baru jika ternyata orang itu mengabaikan puasa pada saat yang diwajibkan oleh Gereja, maka artinya ia telah melakukan kesalahan/ dosa karena melanggar perintah Gereja.

      Jika ini yang terjadi, maka silakan mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan dosa, dan kemudian melaksanakan penitensinya.

      3. Adakah istilah “hari kemenangan” setelah berpuasa?

      Puasa dan pantang bagi kita umat Katolik juga berarti sebagai bentuk partisipasi/ mengambil bagian dalam penderitaan Kristus agar kita dapat turut serta dalam kemuliaan dan suka cita kebangkitan-Nya. Maka kemenangan yang dicapai di akhir masa Puasa/ masa Prapaska, adalah kemenangan Kristus yang kita peringati setiap hari raya Paska. Sebagai umat Kristiani, kita hanya mengambil bagian dalam “kemenangan” itu, tetapi kita sendiri tanpa Kristus tidak dapat mengklaim “kemenangan” atas dosa dan maut itu.

      4. Apa yang harus kita lakukan pada hari raya Paska?

      Yang terpenting, tentu adalah bersyukur kepada Allah atas karunia penyelamatan-Nya yang diwujudkan-Nya dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus untuk menebus dosa-dosa kita. Rasa syukur ini pertama-tama kita nyatakan dengan mengikuti perayaan Ekaristi pada Malam Paska [untuk merenungkan karya keselamatan Allah, yang jelas dinyatakan dalam bacaan-bacaan liturgis saat itu]. Walaupun mengikuti Misa Malam Paska sudah memenuhi ketentuan perayaan Paska, namun alangkah baiknya, jika kita juga hadir dalam perayaan Ekaristi pada hari Raya Paska, sebagai ungkapan syukur dan kasih kita kepada Kristus yang telah menyatakan kasih-Nya yang begitu besar dengan pengorbanan-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan kita.

      Sesudahnya, kita dapat melanjutkan perayaan dalam keluarga, namun tentang hal ini tidak ada ketentuan khusus dari Gereja. Hal bermaaf-maafan bukan merupakan hal yang disyaratkan pada hari Raya Paska, karena bagi kita umat Kristiani, hal bermaaf-maafan merupakan keharusan setiap hari. Kita tidak diperkenankan untuk mempersembahkan apapun kepada Tuhan, jika kita belum memaafkan sesama kita (Mat 5:24). Kita tidak boleh marah/ menyimpan dendam, sebab firman Tuhan meminta agar padam amarah kita sebelum matahari terbenam (Ef 4:26). Tuhan Yesus malah mengharuskan kita, tidak saja untuk memaafkan, tetapi juga mengasihi para musuh kita -yaitu mereka yang membenci dan memusuhi/ menganiaya kita (Mat 5:44). Dalam doa Bapa Kami yang kita doakan setiap hari, kita mengamini bahwa agar kita memperoleh pengampunan dari Tuhan maka kitapun mengampuni sesama kita (Mat 6:12). Dengan demikian, hal memaafkan merupakan keharusan setiap hari, dan bukannya hanya pada saat-saat tertentu saja.

      5. Bolehkah makan berbagai cemilan di samping satu kali makan kenyang?

      Jika kita memahami makna puasa bagi umat Katolik, yang artinya matiraga/ penyangkalan diri demi pertobatan kita dan untuk mengambil bagian dalam penderitaan Kristus; maka kita akan mengetahui apakah hal ini layak dilakukan atau tidak.

      Gereja memang tidak merumuskan larangan tertulis tentang hal ini, namun hati nurani yang bersih akan dapat menilai bahwa makan kenyang satu kali, namun jika ditambah dengan berbagai cemilan ini, akan mengaburkan makna pantang dan puasa yang sesungguhnya.

      6. Tentang hubungan suami istri pada bukan Prapaskah?

      Gereja tidak mengeluarkan ketentuan tentang hal ini. Secara prinsip, hubungan suami istri tidak dipandang sebagai sesuatu yang najis, namun sebagai suatu yang sakral di hadapan Tuhan. Hanya saja, pada saat yang sama, pasangan juga dapat mewujudkan kebajikan pengendalian diri sebagai salah satu bentuk matiraga, untuk mewujudkan tanda pertobatan. Maka tentang hal ini, silakan diputuskan sesuai dengan penghayatan tentang makna pantang dan puasa, di masa Prapaska.

      7. Mengapa perempuan yang sedang datang bulan masih diperbolehkan berpuasa?

      Karena makna puasa dalam iman Katolik tidak sama dengan makna puasa pada ajaran agama lain. Sebab hal datang bulan tidak menghalangi seseorang untuk bertobat dan menyatakan pertobatannya dengan puasa dan pantang.

      Akhirnya, mohon dipahami juga bahwa ketentuan puasa dan pantang yang ditentukan oleh Gereja Katolik, memang tidak sama dengan ketentuan Perjanjian Lama. Ketentuan di masa PL tentang puasa termasuk dalam ketentuan seremonial yang kemudian diperbaharui di masa Perjanjian Baru, yang dihubungkan maknanya dengan penggenapan di dalam Kristus. Sebab segala ketentuan lahiriah di masa PL dimaksudkan untuk memperoleh makna sesungguhnya dalam ketentuan rohaniah di dalam Kristus dalam PB. Demikianlah maka sunat jasmani pada PL digenapi dalam sunat rohani (Baptisan) pada PB.

      Lebih lanjut tentang hal ini, silakan membaca di sini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Dear Katolisitas team..
    Shalom,

    Saya mau bertanya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang sering kali ditanyakan kepada saya..
    1. Mengenai hal berpuasa dan berpantang, ada beberapa orang yang berpuasa dan berpantang di hari Minggu, padahal setahu saya hari Minggu tidak diperkenankan untuk berpuasa dan berpantang karena hari Minggu adalah hari raya, bagaimana saya harus menjelaskan kepada teman-teman yang bersikeras untuk berpuasa juga berpantang di hari Minggu, terutama selama masa Prapaskah, karena setau saya 40 hari masa Prapaskah untuk berpantang dan berpuasa dalam hitungan hari, 40 hari tersebut di luar hari Minggu.

    2. Mengenai pengakuan dosa apabila tidak mengikuti perayaan Ekaristi/ misa di hari Minggu. Sebetulnya saya sendiri juga mengetahui hal ini dari teman-teman saya. Jadi saya pun menjalankannya. Namun ada dari beberapa teman saya yang menanyakan dan meragukan hal ini.

    Pertanyaan saya adalah, apakah ada bukti tertulis mengenai dua hal di atas dalam dokumen-dokumen gereja? Bagaimana saya harus menjelaskan kepada teman-teman saya yang bersikeras untuk tetap berpuasa dan berpantang di hari Minggu?

    Terima kasih.

    • Shalom Stella,

      Memang Gereja Katolik menginginkan agar seluruh umat beriman untuk merayakan pesta kebangkitan Kristus pada hari Minggu. Itulah sebabnya, kita memulai berpuasa dan berpantang pada hari Rabu, sehingga tanpa berpuasa pada hari Minggu selama masa prapaskah, maka kita mendapatkan 40 hari untuk berpantang dan berpuasa. Gereja hanya mengatur ketentuan berpantang dan berpuasa, seperti yang dapat Anda baca pada artikel di atas – silakan klik. Namun, mungkin ada orang yang mau tetap berpantang dan berpuasa pada hari Minggu selama masa Prapaskah. Tentu saja, bukan berdosa juga kalau ada orang yang melakukan hal ini, apalagi kalau didasari dengan semangat kasih kepada Allah. Namun, perlu diingat juga bahwa alangkah baiknya, kalau kita juga menyatukan langkah kita dengan derap langkah Gereja.

      Tidak mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu atau hari wajib yang ditentukan oleh Gereja adalah berdosa – yaitu pelanggaran terhadap perintah ke-3, “Kuduskanlah hari Tuhan”. Dengan demikian, bagi orang yang melanggar perintah ini, memang harus mengaku dosa. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  3. syalom. saya ingin bertanya tentang puasa.
    saya sedang tergabung dalam kepanitiaan natal, sebagai tim liturgi. jujur, saya tidak begitu paham dengan hal-hal liturgis. kemudian, saya diberi tugas untuk membuat daftar doa, maupun teknis puasa dan pantang yang harus dilakukan seluruh panitia, agar lebih mantap secara rohani sebelum perayaan natal. saat saya mencoba mencari tahu melalui senior saya pada kepanitiaan event lain, saya melihat bahwa dia menetapkan hari Jumat agar semua panitia berpuasa tidak makan, hanya minum saja, mulai dari jam 12 dinihari hingga jam 3 siang (event senior saya berlangsung pada pertengahan tahun 2013). ketika saya melihat artikel ini, saya sedikit bingung mengenai pemilihan hari Jumat menjelang bulan november dan desember ini. Yang saya ingin tanyakan adalah pada hari Jumat mana sajakah yang tidak boleh melakukan puasa, mulai dari bulan november hingga januari minggu pertama ? saya cukup bingung mengenai peraturan hari Jumat pada artikel diatas.

    Terima kasih

    • Shalom Denny,

      Ketentuan puasa dan pantang yang disebut dalam KHK merupakan ketentuan minimal, sehingga jika kemudian sejumlah umat berinisiatif untuk membuat ketentuan sendiri, dapat saja dilakukan, asalkan tetap masuk akal dan mungkin dilakukan. Silakan juga dipahami alasan mengapa kita sebagai umat Katolik berpantang dan berpuasa, silakan klik di sini.

      Nah, sejujurnya, menurut KHK, hari tobat adalah setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat yang jatuh di dalam masa oktaf Natal dan masa oktaf Paskah. (Masa oktaf adalah masa 8 hari setelah hari raya, karena selama 8 hari Gereja merayakan secara khusus, perayaan Natal dan Paskah). Pemilihan hari tobat pada hari Jumat adalah karena melalui pantang/ matiraga kita mengenangkan sengsara dan wafat Tuhan Yesus, yang terjadi pada hari Jumat Agung. Dengan demikian, silakan saja setiap hari Jumat (hari tobat) jika komunitas Anda mau melakukan puasa, walaupun ketentuan umumnya di KHK adalah pantang. Karena ketentuan secara umum adalah Jumat sepanjang tahun adalah hari tobat, maka setiap Jumat pada bulan November dan Desember adalah hari tobat, kecuali hari Jumat yang ada dalam masa 8 hari setelah hari raya Natal. Selanjutnya, kembali setiap Jumat adalah hari tobat (pada bulan Januari, Februari, Maret), kecuali Jumat dalam masa 8 hari setelah Paskah.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Shallom katolisitas..saya ingin menanyakan soal puasa..saya sekarang diberi tugas dalam kepanitiaan retret yang saya ikuti untuk menyusun jadwal puasa dan teknis doa sedangkan saya belum pernah sama sekali melakukan itu..yang ingin saya tanyakan itu cara menyusun teknis doa itu seperti apa ya dan apa hubungannya dengan puasa itu sendiri..

        terima kasih

        [Dari Katolisitas: Silakan Anda tanyakan langsung kepada koordinator kepanitiaan retret itu sendiri, mengenai definisi dari istilah “teknis doa”. Doa secara garis besar adalah komunikasi antara kita dengan Tuhan sehingga penambahan istilah ‘teknis’ di depannya memang menjadi ambigu, apakah komunikasi itu bisa diatur ‘teknis’-nya. Beberapa topik tentang doa sudah pernah dibahas di situs ini, silakan menggunakan fasilitas pencarian di sisi kanan homepage untuk menemukannya, dengan mengetikkan kata kunci ‘doa’. Sedangkan untuk motivasi kita berpantang dan berpuasa, dan bahwa bagi kita umat Katolik, pantang dan puasa merupakan ungkapan tobat, dan tak terpisahkan dari doa itu sendiri, silakan membaca artikel ini, silakan klik].

  4. Shalom Katolisitas,

    saya ingin menanyakan dari ” Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.”

    lalu apakah diperbolehkan melaksanakan aksi pantang dan puasa pada hari-hari biasa seperti hari senin, selasa, rabu, kamis, sabtu, dan minggu pada pekan-pekan biasa?

    lalu apakah wujud puasa dan pantang ditunjukan pada suatu intensi khusus misalnya untuk melaksanakan kegiatan retret rohani, kegiatan terntentu,atau wujud doa pribadi?

    terimakasih Katolisitas, Tuhan berkati

    [Dari Katolisitas: Boleh saja, mengingat motivasi pantang dan puasa bagi kita umat Katolik adalah pertobatan dan permenungan akan sengsara Kristus, dan pertobatan maupun permenungan tersebut dapat dilakukan kapan saja. Dalam permenungan itu, kita juga dapat menggabungkan penderitaan kita dan intensi doa kita dengan penderitaan Kristus itu. Namun memang umumnya hari Minggu tidak diadakan puasa maupun permenungan akan sengsara Kristus, karena pada hari itu kita secara khusus mengenangkan hari kebangkitan Kristus. Selanjutnya tentang Mengapa kita berpantang dan berpuasa, silakan klik di sini.]

  5. Mohon panduannya bagaimana cara berdoa dan puasa secara Katholik

    terimakasih
    Tina

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca dua artikel berikut tentang pantang dan puasa:

    Berpuasa dan berpantang menurut Gereja Katolik, silakan klik
    Mengapa kita berpantang dan berpuasa?, silakan klik.]

  6. Sehubungan dengan puasa dan pantang, bagaimana tanggapan serta komentar gereja pada fakta bahwa ada banyak umat katholik melakukan sesuai apa yang dilakukan oleh YESUS.

    [dari katolisitas: Mohon diperjelas pertanyaannya]

  7. Saya ingin bertanya apakah setelah menerima komuni pertama dapat melakukan berpuasa?

    [dari katolisitas: Puasa dan pantang dapat kita lakukan selama masa prapaskah. Pantang dapat dilakukan pada masa Prapaskah dan Jumat sepanjang tahun. Tentu saja, di luar masa tersebut, umat dapat melakukan puasa dan pantang.]

  8. Inilah kerikil-kerikilmu :
    1. berdoalah dengan hati
    2. ekaristi
    3. kitab suci
    4. berpuasa
    5. pengakuan dosa.

    Pertanyaannya : bagaimanakah tata cara berpuasa (4) secara katolik selain paskah ?

    berkah Dalem,

    • Shalom Kun Pink,

      Kitab Hukum Kanonik hanya mengatur batasan minimal untuk pantang dan puasa, sebagaimana telah disebutkan di artikel di atas. Tentang puasa dan pantang, tidak dilakukan pada hari Paskah dan dalam oktaf Paskah dan Natal. Namun pada hari Jumat sepanjang tahun (kecuali masa Natal, Paskah dan dalam masa oktafnya), adalah masa tobat di mana kita umat Katolik berpantang, umumnya pantang salah satu jenis makanan atau minuman yang disukai.

      Kan. 1250Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

      Kan. 1251Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

      Motivasi dari pantang/ matiraga ini adalah pertobatan, sebagaimana pernah diulas di sini, silakan klik. Aturan pantang dan puasa dapat mengacu kepada ketentuan minimal sebagaimana disebutkan di artikel di atas, atau jika dipandang kurang, dan Anda mau melakukan lebih, silakan saja dilakukan. Puasa dan matiraga yang diiringi doa, adalah salah satu bentuk devosi/ ungkapan kasih kepada Tuhan Yesus yang telah terlebih dahulu mengasihi kita, dengan pengorbanan dan wafat-Nya di kayu salib. Karena berkaitan dengan ungkapan kasih inilah, maka tentu dapat dilakukan suatu perbuatan kasih yang melebihi daripada apa yang disyaratkan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  9. Shalom,

    Saya mau tanya , apakah boleh puasa di lakukan karena ada doa khusus agar di kabulkan? dan apakah puasa hanya di lakukan 1 hari pada hari rabu abu atau jumat agung? dan apa rabu abu itu rabu awal setiap bulan?

    Terima kasih

    [Dari Katolisitas: Puasa dapat dilakukan di luar masa Prapaska, sebagai ungkapan Tobat ataupun devosi pribadi. Ketentuan Puasa dan pantang yang ditetapkan oleh KHK dan keuskupan, itu sifatnya adalah kenentuan minimal. Puasa minimal adalah hari Rabu Abu (permulaan Masa Prapaska) dan Jumat Agung (perayaan hari wafatnya Tuhan Yesus). Rabu Abu bukan Rabu pertama setiap bulan, tetapi hari permulaan masa Prapaska. Sedangkan tentang Mengapa kita berpantang dan berpuasa, klik di sini. Dan mengapa disebut Rabu Abu, klik di sini.]

  10. Shalom Tim Katolisitas

    Dalam bacaan, saya sering mendengar para rasul dan para murid Tuhan Yesus selalu melakukan berdoa dan berpuasa.

    yang ingin saya tanyakan, sbb :
    Petama, berpuasa yang bagaimana yang senantiasa dilakukan para Rasul dan murid-murid Tuhan Yesus dimaksud; yang kedua, adakah masa melakukan puasa selain pada masa pantang dan berpuasa saat masa pra Paskah? Yang ketiga, bagaimana dengan umat biasa seperti kami ini dapatkah juga melakukannya seperti mereka ?

    Mohon penjelasannya, terima kasih.

    salam damai Kristus ….
    Tuhan memberkati ….

    [dari katolisitas: Silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik]

  11. Shalom Katolisitas, bagaimana kalau kita dalam masa puasa telah terlanjur melanggar? Apakah bisa di lanjutkan lagi pada masa-masa Puasa di hari berikut’nya?

    • Shalom Stefhanus,
      Pada saat sekarang ini, kita masih dalam masa Prapaskah. Oleh karena itu, silakan melakukan laku tobat pada masa ini. Kita juga dapat melakukan laku tobat bukan hanya pada hari Jumat namun juga pada hari-hari yang lain di luar hari Minggu. Dan setelah Paskah, kita tetap dapat meneruskan laku tobat kita setiap hari Jumat. Mari, dalam masa retret agung ini, kita benar-benar merenungkan dan menghayati karya penebusan Kristus, sehingga dapat membawa kita kepada kasih Kristus yang telah rela menderita dan wafat bagi kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Terimakasih Bpk. Stefanus Tay atas jawaban yg sudah diberikan berkah sang Kristus besertamu selalu

  12. Shallom.. mohon penerangan tentang larangan memakan daging pada setiap Jumaat Prapaska, hari Rabu Abu & Hari Jumaat Agung.. Terima Kasih.

    [dari Katolisitas: aturan umum dalam berpuasa dan berpantang menurut ajaran iman Katolik dapat dibaca di artikel di atas, “Berpuasa dan berpantang menurut gereja Katolik“]

  13. Selamat pagi Romo

    Saya ingin bertanya, bagaimana hukumnya untuk hubungan suami istri (seks) bagi yg sudah menikah saat pantang dan berpuasa dimasa prapaskah ini…sedangkan saya ingin menjalankan puasa selama masa prapaskah, tp saya jg memiliki kewajiban sebagai istri terhadap suami..

    Trimakasih.

    • Shalom Tere,

      Dalam masa prapaskah, Gereja memberikan syarat minimal, yaitu: pantang bagi yang telah berumur 14 tahun serta puasa bagi yang berumur 18-59 tahun. Puasa hanya ditentukan makan kenyang sekali dan berpantang dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti tidak makan daging, tidak merokok, dll. Bahkan Keuskupan Jakarta melakukan gerakan pantikfoam, yaitu pantang plastik dan styrofoam sebagai gerakan ekologi. Dengan demikian, kita dapat memilih jenis pantang yang kita ingin jalani. Kalau sebagai pasangan suami istri, ingin berpartisipasi dalam penderitaan Kristus dengan pantang seks, maka hal ini juga bentuk pantang yang menuntut pengorbanan. Namun, untuk hal satu ini, perlu dibicarakan dengan pasangan. Jangan melakukan pantang ini, kalau pasangannya tidak setuju. Diskusikan hal ini dalam suasana kasih. Selamat berpantang dan berpuasa.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  14. Dear katolisitas,

    Terima kasih atas infonya. Hari ini, memasuki masa prapaskah, saya mendapat pencerahan soal pantang dan puasa. Saya tertarik dengan kalimat di nomor 5 di atas: “tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan keinginan untuk turut merasakan sedikit penderitaan Yesus, dan mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan dunia.” Saya sangat setuju. Nah, bukankah dengan demikian pantang dan puasa itu dapat juga diterapkan kepada anak-anak usia 6 – 14 tahun? Anak-anak dilatih sejak dini untuk mengendalikan diri, lewat pantang jajan, misalnya.

    Selain itu, saya juga tertarik dengan nomor 7, karena ternyata puasa kita mirip juga dengan saudara kita muslim. Hanya jelas ada perbedaannya. Perbedaannya seperti yang dikatakan Yesus dalam Injil misa Rabu Abu. Kalau boleh saya tahu, apa dasar dari nomor 7 itu? Maksud saya, apakah ada tertulis dalam KHK, Kitab Suci atau tulisan Bapa Gereja.

    Terima kasih! Selamat menikmati masa prapaskah!

    brian

    • Shalom Brian,
      Ya, adalah baik untuk melatih anak-anak untuk mengendalikan diri dan berkorban, walaupun dalam hal-hal kecil. Maka dapat saja di masa Prapaska ini, para orang tua melatih anak-anak untuk melakukan pantang yang sederhana, seperti pantang makan permen, pantang nonton TV, pantang main game, dst. pendeknya, pantang hal yang disukai dst. Namun memang ini tidak menjadi keharusan yang disyaratkan dalam KHK (Kitab Hukum Kanonik). Yang disampaikan di dalam KHK adalah persyaratan minimal untuk pantang dan puasa, namun silakan saja untuk ditambah, jika memang dikehendaki. Demikianlah maksud point 7. KHK hanya memberikan patokan minimal dalam hal pantang dan puasa, dan setelah itu silakan disesuaikan dengan keadaan tiap-tiap orang, tentang bagaimana persisnya mereka mau melaksanakannya. Sebab yang terpenting bukan hanya hal pantang dan puasa, tetapi juga derma dan doa, terutama permenungan akan kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus, dan bagaimana kita menggabungkan sedikit pengorbanan kita (dalam pantang, puasa dan derma itu) dengan pengorbanan Kristus, agar kita dapat digabungkan juga dalam kebangkitan-Nya. Maka Gereja tidak menetapkan cara puasa dan pantang sampai mendetail, sebab yang terpenting adalah maknanya bagi kehidupan iman kita, yaitu keikutsertaan mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus (lih. Kol 1:24), demi keselamatan umat manusia.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      PS: Tentang Puasa, menurut Tertullian, silakan klik di sini, Kutipan tentang Puasa yang ditulis oleh Bapa Gereja, silakan klik di sini.

      • Ibu Ingrid yang baik,

        Gereja hanya memberikan batas minimal? Wow, luar biasa! Saya jadi teringat akan kata-kata pastor saya, “Tuhan hanya meminta waktu kita 2 jam saja dalam satu minggu untuk bertemu Dia dalam gereja. Itu pun masih ada umat yang malas datang.” Jadi, persis dengan peristiwa Naaman. Karena itu, nasehat pelayan Naaman sangat baik.

        Terima kasih atas masukkannya.

  15. Bagaimana kita mengetahui bahwa kita berdosa besar. Dan kpan tgl mulai puasa yg pastinya.

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel ini, silakan klik. Puasa dan pantang bagi umat Katolik dimulai pada hari Rabu Abu. Tanggal hari Rabu Abu s/d tahun 2023, klik di sini]

  16. Tolong saya di jelasin mengenai puasa hanya makan roti tawar/gandum dan minum air putih? dan ini saya baru tau dari seseorang teman saya.

    terima kasih

    • Shalom Yulius,

      Puasa dengan hanya makan roti gandum dan air dikenal dengan istilah puasa devosional, artinya puasa yang dilakukan sebagai bentuk devosi. Dari definisinya, devosi bukanlah keharusan, namun boleh dan bahkan baik sekali jika dilakukan, demi kasih kita kepada Tuhan, dan berguna bagi pertumbuhan rohani kita. Selanjutnya tentang Mengapa kita berpantang dan berpuasa?, klik di sini:

      Bagi yang tidak terbiasa melakukan puasa macam ini, bentuk puasa ini memang nampak sulit dilakukan. Puasa menurut hukum Gereja adalah hanya satu kali makan kenyang. Artinya, jika diperlukan, makan dua kali yang lain diperbolehkan, namun hanya semacam ‘ngemil’/ snacks yang tidak sama dengan makan kenyang, dan di antara saat-saat makan tersebut tidak ngemil. Menurut ketentuan hukum Gereja, memang kita hanya disyaratkan untuk berpuasa pada hari Rabu Abu, Jumat Agung, dan satu jam sebelum menerima Komuni kudus. Sedangkan untuk hari -hari pantang adalah Rabu Abu, Jumat Agung, setiap hari Jumat pada Masa Prapaska dan setiap hari Jumat sepanjang tahun. Namun tentu, ketentuan ini hanyalah ketentuan minimum dan adalah baik jika di luar waktu-waktu ini seseorang mau melakukan puasa dan pantang, sebagai bentuk kasih kepada Tuhan, pertobatan dan doa silih.

      Dalam beberapa penampakannya, seperti di Lourdes dan Fatima, Bunda Maria menganjurkan puasa/ matiraga dan doa. Demikianlah maka banyak orang Katolik melakukan puasa devosional, yaitu puasa hanya dengan makan roti dan air. Namun beberapa prinsipnya perlu diketahui, sebagaimana ditulis oleh Br. Ignatius Mary, berdasarkan prinsip ajaran St. Benediktus, klik di sini:

      1. Puasa devosional sifatnya adalah sukarela, dan seseorang dapat menjadi orang Katolik yang baik tanpa melakukan puasa devosional. Namun demikian, seorang Katolik yang saleh sudah sepantasnya melakukan hal yang lebih daripada persyaratan minimum.

      2. Seseorang dapat melakukan puasa hanya dengan makan roti dan air, ataupun cara puasa lainnya; dan jika ini dilakukan secara bertahap bukan berarti bermaksud ‘mengakali’ cara puasa. Tuhan memahami bahwa mereka yang belum terbiasa melakukannya, perlu berusaha untuk mewujudkannya.

      3. Puasa harus tidak boleh mempengaruhi keadaan kesehatan ataupun treatment medis lainnya. Silakan berkonsultasi dengan dokter, jika sedang dalam tahap pengobatan atau jika puasa tersebut membawa resiko besar terhadap kondisi kesehatan.

      4. Puasa tidak seharusnya membuat orang-orang sekitar kita menderita. Anggota keluarga kita tidak boleh turut menanggung akibatnya. Anggota keluarga yang lain (terutama anak-anak dan orang tua) selayaknya tetap dapat makan sewajarnya, walaupun yang memasak dalam keluarga sedang berpuasa.

      5. Puasa devosional harus merupakan puasa yang dilakukan dengan suka cita. Jika puasa tersebut membuat kita uring-uringan dan mudah marah, maka silakan dipertimbangkan puasa tersebut, kemungkinan dengan meringankan sedikit, dan semoga sikap-sikap negatif dapat dihindari.

      Demikian, semoga keterangan di atas berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  17. maksud dari pada puasa dan pantang setiap hari jumat sepanjang tahun itu apa ya.maksudnya setiap hari jumat?

    [dari katolitas: Maksudnya agar kita mengingat dan berpartisipasi dalam penderitaan dan wafat Kristus yang terjadi pada hari Jumat. Ini juga menjadi kesempatan untuk pertobatan yang kita lakukan secara terus-menerus.]

  18. shallom..
    selamat pagi,,

    Saya mau tanya, 2 mnggu terakhir ini,ada account di salah satu jejaring sosial, yang menyatakan ada puasa roti dan air mulai tgl 19 tiap hari senin dan rabu.
    Apakah benar adanya?
    Karena saya baru tahu tersebut.
    mohon dijawab,Romo…
    Terima kasih..
    God Bless Us…

    [Dari Katolisitas: Puasa sebagai ungkapan tobat merupakan perbuatan yang baik, sehingga silakan dilakukan, jika Anda terpanggil untuk melakukannya. Masa Puasa wajib menurut Hukum Kanonik adalah Masa Prapaska, dan hari pertobatan adalah hari Jumat sepanjang tahun, sehingga puasa ataupun pantang dapat dilakukan pada setiap hari Jumat sepanjang tahun. Di luar masa itu, jika ingin melakukan puasa dan pantang, tentu boleh saja, namun tidak wajib. Silakan membaca artikel ini, silakan klik, tentang motivasi melakukan puasa dan pantang].

  19. Shalom.. ^^

    Maaf mau tanya..

    Ketika ada orang yang bertanya kepada kita “Puasa ya.. ?” atau “Kamu sedang Puasa ..?”

    apa jawaban yang harus diberikan kepada mereka ..?

    selama ini ketika saya ditanya seperti itu saya Hanya tersenyum dan mengalihkan perhatiannya kepada pokok bahasan lain, menurut pendapat Romo, Bapak atau Ibu apakah ini salah ..?
    Mohon Bantuannya..

    Terima Kasih..

    Fiat Voluntas Tua^^
    __________________________________________________________________________

    Tuhan Yesus Bersabda :
    “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
    Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
    supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
    (Matius 6 : 16 – 18)

    • Shalom Yohanes,

      St. Agustinus mengajarkan kepada kita, bahwa pada prinsipnya kita tidak boleh berbohong, namun jika jawaban jujur kita membawa resiko (seperti jika itu dapat diartikan menyombongkan diri) maka diperbolehkan kita menjawab dengan kata-kata yang membiarkan si penanya menyimpulkan sendiri. Jadi dalam pertanyaan “Apakah kamu sedang puasa?” kita dapat menjawabnya dengan pertanyaan kembali, “Bagaimana kira-kira, kelihatannya?” atau “Silakan tebak, saya puasa atau tidak…” Atau jawaban lain yang tidak berkesan menyombongkan diri, kecuali jika memang Anda di kalangan yang sama-sama Katolik, yang sama-sama melakukan pantang dan puasa. Malah Anda dapat menggunakan momen itu untuk mengingatkan, seperti, “Ya, ini kan hari Jumat, hari tobat, kamu juga pantang, kan?” Siapa tahu yang bertanya juga dapat diingatkan untuk sama-sama melakukan puasa dan pantang.

      Sebab pada prinsipnya Mat 6:16-18 mau mengajarkan kita agar kalau kita berpuasa, motivasinya jangan agar dilihat dan dipuji orang, melainkan karena kita mau mengasihi Allah dengan mengungkapkan pertobatan kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  20. Shalom Katolisitas
    Terima kasih, saya jadi tahu bagaimana berpuasa dan pantang, bagaimana kita harus bersabar dan mensyukuri Nikmat yang Tuhan berikan.
    Berkat Dalem
    Vincensius Susilo

  21. Shalom Katolisitas,
    Terima kasih atas segala pemaparan berbagai hal yang memupuk keimanan katolik saya. Berhubung saya dilahirkan dan berkembang dalam lingkungan agama lain (muslim) yang sangat ketat melaksanakan keimanan mereka sesuai aturan, maka Saya mau tanya adakah Peraturan Gereja yang tegas terhadap para umat katolik terkait pelaksanaan imannya? misalnya:
    1. Setiap hari Minggu (atau yang disamakan dengan hari Minggu) harus beribadat di gereja, kalo tidak melaksanakan DOSA!sehingga harus diganti di hari lain (ditambah denda).
    2. Setiap masa prapaskah harus melaksanakan pantang dan puasa, kalo tidak DOSA! sehingga harus dibayar di hari lain walaupun dilaksanakan setelah masa prapaskah.
    3. Sebelum mengikuti ibadat (Misa) di gereja maka kita harus dalam kondisi suci tidak melakukan dosa berat/ringan seperti melanggar 10 Perintah Allah (kalo ya berarti harus mengaku dosa dulu), harus sudah bersih, minimal cuci muka, cuci tangan,cuci kaki atau minimal membuat tanda salib dengan menggunakan air suci yang dipasang di dekat pintu masuk gereja.dsb, Kalo tidak maka ibadatnya batal!.
    4.Saat Misa di gereja harus mengikuti tata cara yang benar, seperti cara berdiri, cara berlutut, cara duduk, cara berpakaian, cara melipat tangan, cara mengucapkan salam dlsb, dan itu harus diikuti dengan benar, kalo salah maka ibadatnya batal!
    5. Dan aturan lainnya.
    6. Adakah aturan gereja yang bersifat Wajib (kalo dilaksanakan mendapat pahala dan kalo tidak dilaksanakan akan berdosa) dan yang bersifat sunat (kalo dilaksanakan akan mendapat pahala dan kalo tidak dilaksanakan juga tidak apa-apa.

    Pertanyaan lain, Misalnya kita besok pagi mau mengikuti misa di gereja, apakah malam sebelumnya kita diperbolehkan melakukan hubungan suami-istri? (kadang-kadang suami dan isteri hanya bisa bertemu 1 hari per minggu, ya malam minggu itu). Berdosakah?

    Terima kasih atas penjelasannya.
    Berkat Dalem
    Vincensius Susilo

    • Shalom Vincensius Susilo,

      Di dalam Gereja Katolik, semua peraturan adalah untuk membantu umat Allah, sehingga dapat mengantar umat Allah ke tujuan akhir, yaitu Sorga. Ini adalah inti dari peraturan-peraturan Gereja. Aturan-aturan yang anda berikan memang telah diberikan dalam berbagai dokuman, sebagai contoh:

      1. Tentang ke Gereja pada hari minggu:

      Kan. 1246 – § 1. Hari Minggu, menurut tradisi apostolik, adalah hari dirayakannya misteri paskah, maka harus dipertahankan sebagai hari raya wajib primordial di seluruh Gereja. Begitu pula harus dipertahankan sebagai hari-hari wajib: hari Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Penampakan Tuhan, Kenaikan Tuhan, Tubuh dan Darah Kristus, Santa Perawan Maria Bunda Allah, Santa Perawan Maria dikandung tanpa noda dan Santa Perawan Maria diangkat ke surga, Santo Yusuf, Rasul Santo Petrus dan Paulus, dan akhirnya hari raya Semua Orang Kudus.

      § 2. Namun Konferensi para Uskup dengan persetujuan sebelum-nya dari Takhta Apostolik, dapat menghapus beberapa dari antara hari-hari raya wajib itu atau memindahkan hari raya itu ke hari Minggu.

      Kan. 1247
      – Pada hari Minggu dan pada hari raya wajib lain umat beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam Misa; selain itu, hendaknya mereka tidak melakukan pekerjaan dan urusan-urusan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Allah atau merintangi kegembiraan hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi jiwa dan raga.

      2. Tentang pantang dan puasa:

      Kan. 1249 – Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut.
      Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

      Tentang pengakuan dosa sebelum Ekaristi:

      Kan. 915 – Jangan diizinkan menerima komuni suci mereka yang terkena ekskomunikasi dan interdik, sesudah hukuman itu dijatuhkan atau dinyatakan, serta orang lain yang berkeras hati membandel dalam dosa berat yang nyata.

      Kan. 916 – Yang sadar berdosa berat, tanpa terlebih dahulu menerima sakramen pengakuan, jangan merayakan Misa atau menerima Tubuh Tuhan, kecuali ada alasan berat serta tiada kesempatan mengaku; dalam hal demikian hendaknya ia ingat bahwa ia wajib membuat tobat sempurna, yang mengandung niat untuk mengaku sesegera mungkin.

      Itulah beberapa peraturan sehubungan dengan hal-hal yang anda tanyakan. Namun, perlu disadari bahwa yang terpenting adalah menyadari spiritualitas dari peraturan-peraturan tersebut. Sebagai contoh: laku tobat selama masa Prapaskah dan hari Jumat sebenarnya begitu ringan, karena yang terpenting adalah pertobatan batin. Pertobatan yang bersifat lahiriah (pantang dan puasa makanan) adalah bertujuan untuk mengingatkan umat agar semakin menghayati dan ambil bagian dalam penderitaan Yesus, yang pada akhirnya membentuk kita untuk semakin mirip dengan Yesus.

      Dengan mengerti akan prinsip ini, maka kita dapat menjalankan peraturan-peraturan dengan hati yang penuh sukacita, seperti peraturan seperti lima perintah gereja: (1) Merayakan hari raya [yang disamakan dengan hari Minggu] yang ditentukan Gereja; (2) Mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan; (3) Berpuasa dan berpantang pada hari- hari yang ditentukan; (4) Mengaku dosa sekurang- kurangnya sekali dalam setahun; (5) Menerima Komuni Kudus sekurang- kurangnya sekali setahun pada Masa Paskah. Dan tentu saja, kita juga harus melihat 10 perintah Allah. Namun, untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup kristiani, kita tidak dapat berpaku hanya pada yang tidak boleh, namun pada kebajikan (lih. 2Pet 1:5-11), delapan sabda bahagia (lih. Mat 5:3-12) dan juga melihat buah-buah Roh (lih. Gal 5:22-23). Atau kalau mau disarikan, kita harus berfokus pada Kristus dan meniru apa yang difikirkan, dikatakan dan dilakukan oleh Kristus.

      Apakah pada esok pagi seseorang dapat menerima komuni sedangkan malam hari sebelumnya melakukan hubungan suami istri? Hal ini tidak menjadi masalah dan tidak ada peraturan dalam Gereja tentang hal ini. Yang tidak diperbolehkan menerima komuni adalah: belum dibaptis, belum menerima komuni pertama dan dalam kondisi dosa berat. Semoga jawaban ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • Salam, Vincensius

      Puji Tuhan anda berusaha agar apa yang anda lakukan boleh berkenan pada Bapa. Semoga kita selalu berusaha mewujudkan kasih kita kepada Allah.

      Kalau boleh sharing, saya dulu melihat bahwa Gereja Katolik terlihat penuh aturan dan legalitas ketika saya belum mengenal Yesus & GerejaNya. Apa yang nampak hanya hal-hal yang superficial/ di permukaan saja.

      Seiring saya menggali semakin jauh, semakin saya mengenal bahwa cinta dan tindakan tidak dapat dipisahkan. Yesus telah memberikan kuasa mengajar kepada Gereja sehingga Gereja dimampukan untuk “melihat” mana yang benar dan tidak serta “apa yang perlu dilakukan” untuk menjaga kebenaran tersebut. Kedua hal ini berkaitan dengan infallibilitas Magisterium dan peraturan-peraturan Gereja.

      Karena saya mengetahui dan percaya bahwa Yesus terus mengajar melalui Gereja, saya berusaha melatih kerendahan hati saya dengan berusaha menaati Gereja. Ketaatan saya ini bukan dilandaskan pada apa yang akan saya terima jika taat. Saya mau taat karena Yesus yang mengajarkan hal tersebut. Sekalipun saya tidak mendapat “pahala” dengan menaati aturan Gereja, tidak menjadi masalah. Saya mau taat karena saya mau mencintai Bapa, sama seperti saya taat kepada kedua orang tua saya.

      Hingga saat ini, saya selalu berusaha mematuhi semua yang ditetapkan Gereja untuk melatih kedisiplinan dan kerendahan hati saya (walaupun sebagian besar masih sulit saya lakukan (>.<") ). Bagi saya, ketaatan bukanlah tukar menukar barang/jasa. Ketika saya belum mampu melihat dibalik daftar "Do & Don'ts", saya belum mampu merendahkan hati saya. Semoga Allah mengajar kita untuk taat dan rendah hati. Amin.

      Pacem,
      Ioannes

  22. Syalom.,.,.
    Saya ingin bertanya :

    1.Selama kita berpuasa, sikap yg bagaimana yg sharusnya kita lakukan?

    2.Apakah jika kita marah, kecewa, menangis,(puasanya batal)??

    Trims, GB :)

    • Shalom Kresensia,

      1. Sikap kita yang baik dalam berpuasa adalah sikap tobat, sebab maksud utama dari puasa adalah pertobatan.

      2. Jenis pantang yang termudah yang disarankan oleh Gereja adalah pantang sehubungan dengan makanan/ minuman tertentu yang paling kita sukai. Sesudah itu baru kita boleh tambahkan juga pantang yang lain yang sifatnya lebih rohani, seperti pantang marah, pantang mengeluh, pantang berprasangka buruk, dst. Maka jika kita gagal dalam pantang ini, semestinya masih ada jenis pantang yang lain yang kita lakukan, sehingga tidak dapat dikatakan puasa dan pantang kita otomatis batal atau tidak ada artinya. Tetap pantang kita yang lain merupakan ungkapan tobat. Jika kita jatuh/ gagal menahan emosi pada saat pantang, bersegeralah memohon ampun pada Tuhan, dan mulailah kembali untuk berjuang agar tidak jatuh/ gagal lagi pada hari itu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  23. dikatakan bahwa hari puasa adalah Rabu Abu dan Jumat Agung. Apakah boleh berpuasa sepanjang hari di masa Prapaskah?

    [Dari Katolisitas: Yang disebutkan dalam Kitab Hukum Kanonik adalah persyaratan minimum, sehingga jika Anda mau melakukan puasa dan pantang selama 40 hari, tentu saja diperbolehkan. Namun tentu bukan puasa sepanjang hari sampai tidak makan dan minum, sebab puasa menurut ajaran Gereja Katolik adalah makan satu kali kenyang dalam sehari (jadi dua kali lainnya menjadi optional, jika Anda mau makan 2 kali lagi, maka itu bukan makan sampai kenyang. Jika Anda tidak makan di luar makan satu kali kenyang, atau hanya makan sekali lagi; dan Anda dapat melakukannya, tentu itu dapat dilakukan. Di atas semua itu, pahamilah mengapa kita berpantang dan berpuasa, silakan klik di sini untuk membacanya.]

  24. Salam damai Katolitas,

    saya mau menanya mengenai hal puasa spjg prapaskah. apakah minum air juga tmasuk puasa 1x kenyang 1hari?

    terima kasih, ^-^

    [Dari Katolisitas: Minum air tidak dilarang pada Masa Puasa dan pantang menurut hukum Gereja Katolik. Sebab puasa dan pantang menurut iman Katolik bukan semata menahan lapar dan haus, namun sebagai ungkapan tobat dan mempersatukan sedikit mati raga kita dengan penderitaan Kristus. Selanjutnya, silakan membaca artikel Mengapa kita berpantang dan berpuasa, silakan klik.]

  25. mau tanya,
    bagaimana cara (ritual) kita memulai dan mengakhiri puasa dan pantang??

    thx

    [Dari Katolisitas: Sepanjang pengetahuan kami tidak ada rubrik khusus yang mengatur hal ini. Silakan membaca contoh doa- doa di sini, silakan klik, untuk didoakan di Masa Puasa.]

  26. salam rara
    bagaimana jika kita melaksanakan doa novena serta menjalankan puasa penuh selama 9 hari berturut2….
    dan bukan hanya hari jumat saja..
    apakah ini bisa dilaksanakan romo sekaligus,,..jika kita menginginkan sesuatu permohonan dari hati yang tulus.

    • Shalom Darahma,
      Yang ditulis di dalam Kitab Hukum Kanonik adalah persyaratan minimum, sehingga jika Anda ingin menambahkannya dari hati yang tulus, tentu saja hal ini diperbolehkan, dan akan berguna bagi pertumbuhan iman Anda. Namun alangkah baik juga jika puasa dan permohonan disertai dengan iman dan penyerahan diri yang total kepada Tuhan, akan apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup Anda, sebagaimana iman Bunda Maria, “jadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Sebab dengan kepasrahan yang total ini, hati Anda akan siap menerima apapun yang akan terjadi di dalam kehidupan Anda, dan Anda akan dimampukan untuk menghadapinya dengan rahmat Tuhan.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org

  27. Salam,

    Yang mau saya tanyakan, bagaimana pandangan agama Katolik mengenai Terapi Urine (untuk kesehatan), apakah ayat AMSAL 5:15 itu merupakan salah satu jawabannya, apakah benar artinya ” Minumlah dari kelebihan….” itu yang dimaksud adalah seperti terapi tersebut, dan apakah hal ini termasuk salah satu hal berpuasa? Dan apakah orang yang melakukan terapi tersebut juga menjadi lebih bisa menolak gangguan2 rohani dari luar karena ada hubungannya dengan puasa tersebut.
    Mohon dibantu jawaban, sekian dan terimakasih

    • Shalom Steve,

      Ams 5:15, “Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual.” (Drink water out of thy own cistern, and the streams of thy own well)

      Menurut Haydock’s Commentary on Holy Scripture, makudnya adalah: “Hiduplah dengan tenang di dalam tanah milikmu, dengan istrimu sendiri” (Live comfortably on your own property, with your own wife).
      [Sumur pada saat itu menandakan kepemilikan/ tanah milik; dan dengan demikian minum dari sumur sendiri, maksudnya adalah mencukupkan diri dengan milik sendiri dan tidak menghendaki milik orang lain].

      Maka nampaknya, interpretasi yang menghubungkan sumur ini dengan urine memang relatif agak terlalu ‘jauh’. Harusnya dibuktikan dahulu apakah kebiasaan minum urine ini memang sudah ada sejak jaman kitab Amsal ini ditulis. Sebab jika tidak, nampaknya interpretasi ini agak dipaksakan, seolah sudah ada konsepsi terapi urine, lalu mencoba mencari ayat yang kira- kira mendukungnya dalam Kitab Suci. Seharusnya yang dilakukan adalah mempelajari konteks budaya/ kebiasaan Yahudi saat itu, untuk melihat apakah interpretasi tersebut relevan atau tidak.

      Terus terang saya juga tidak mengetahui apakah terapi urine berkaitan dengan puasa. Makna puasa dan pantang menurut Gereja Katolik, silakan klik di sini. Puasa dan pantang menurut Gereja Katolik bukan merupakan suatu terapi jasmani, tetapi lebih kepada terapi rohani, yaitu sebagai tanda pertobatan, dan menyatukan sedikit pengorbanan kita dengan penderitaan Kristus di kayu salib demi keselamatan umat manusia. Memang orang yang rutin berpuasa/ berpantang akan lebih terbiasa untuk menahan diri, namun hal pengendalian diri ini bukan tujuan utama dari pantang dan puasa menurut iman Katolik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Terima kasih Bu Ingrid atas tambahan penjelasannya.

        Jawaban ini memang masih dalam bayangan saya, bahwa menafsirkan kata demi kata dalam satu ayat Kitab suci bisa berbeda-beda pada setiap orang. Bahkan dalam ayat yang paling sederhanapun bisa berbeda-beda.

        Tapi itulah enaknya dalam agama kita ini, saling berbagi dan kasih adalah tujuan utama dalam segala permasalahan duniawi, yang penting adalah tetap setia pada jalan yang telah disediakan-NYA.

        Salam Damai,

        Steve

  28. salam

    terima kasih bu Ingrid, saya ada pertanyaan lagi. Saat puasa kita juga harus bisa mengendalikan nafsu kita baik itu amarah maupun yg lainnya. Semisal saya sdg berpuasa kemudian saya menasehati adik ato saudara saya karena berpakaian tdk pantas atau hal lainnya yg intinya saya ingin mengajari ato memberitau yg baik tapi dlm prosesnya kami berbantah shg harus diakui walaupun sedikit ada perasaan kesel walaupun tidak sampai terbawa sampai seharian, apa dg hal tsb puasa saya batal? Kemudian apabila saat puasa ada tante saya berkunjung dan menceritakan ttg kehidupan anak2nya baik itu buruk maupun baik yg mau tak mau saya harus merespon atau seorang tetangga mengatakan bahwa seorang menaruh kebencian kpd saya shg saya terlibat pembicaraan, apa hal ini bergosip dan bisa membatalkan puasa? Hal2 apa saja yang membatalkan puasa? Terima kasih

    • Shalom Maria,

      Sejujurnya saya belum pernah mendengar ada ketentuan baku tentang apa yang membuat suatu puasa itu batal. Yang disebutkan dalam Kitab Hukum Kanonik tentang puasa dan pantang adalah ketentuan minimum, yaitu makan kenyang hanya sekali dalam sehari, dan seseorang memilih suatu pantang yang termudah yaitu pantang makanan/ minuman tertentu yang disukai. Jadi pantang lainnya yang dilakukan di samping pantang yang disebutkan di atas, seperti pantang marah, pantang gosip dst., sifatnya adalah tambahan, walaupun sebenarnya memang lebih sulit. Jika sampai pantang yang paling sederhana itu tidak dilakukan, misalnya kelupaan, itupun saja tidak menutupi kemungkinan yang lain, yaitu seseorang dapat memilih jenis pantang yang lain. Demikian pula kalau misalnya Anda gagal menahan emosi (misalnya marah, atau membicarakan keburukan orang lain) pada saat sedang berpuasa/ berpantang, maka itu tidak serta merta membatalkan puasa dan pantang Anda dan membuatnya tidak berguna. Jika hal itu terjadi, bersegeralah mohon ampun kepada Tuhan; sebab besar kemungkinan, melalui kejadian itu Tuhan mengingatkan kita bahwa kita ini adalah manusia yang lemah; dan betapa kita membutuhkan rahmat Allah hanya untuk dapat melaksanakan pantang yang sangat sederhana. Sesungguhnya pantang dan puasa kita sungguh hanya merupakan pengorbanan yang sangat kecil, yang tidak dapat dibandingkan dengan pengorbanan Kristus. Kita semakin disadarkan bahwa kita masih jauh dari sempurna, masih jauh dari teladan Kristus, yang menanggung jalan salib-Nya dengan kesabaran dan kerelaan hati-Nya tanpa mengeluh. Dapat terjadi, Tuhan mengizinkan segala godaan tersebut terjadi pada saat kita sedang berpantang/ berpuasa, justru untuk melatih kita menjadi semakin rendah hati dan semakin menyadari ketergantungan kita pada Tuhan, yang juga menjadi salah satu tujuan dari puasa dan pantang itu.

      Melalui kejadian sehari- hari, misal saat kita menasehati seseorang, atau mendengarkan curhat seseorang; pada saat itu kita harus segera memohon pertolongan Tuhan agar kita dibimbing oleh Tuhan untuk menyatakan apa sebenarnya yang menjadi kehendak Tuhan (bukan melulu pendapat kita sendiri) kepada orang itu. Jika sampai orang tersebut tidak menerimanya, itu sudah bukan tanggung jawab kita lagi; sebab yang terpenting kita sudah mengatakannya dengan kasih. Yang harus kita jaga adalah agar kita tidak terbawa emosi, terutama jika yang berbicara dengan kita sudah mengeluarkan kata- kata kasar/ keras. Pada saat ini kita harus diam dan berdoa mohon rahmat pengendalian diri, agar kita tidak membalas dengan kata- kata yang keras juga. Inilah saat kita harus mengingat teladan Yesus yang tidak membalas, saat segala tuduhan ditujukan kepada-Nya. Justru melalui kejadian ini sesungguhnya makna puasa dan pantang kita menjadi nyata, karena secara rohani kita mengambil bagian (walau sangat sedikit) tentang apa yang dialami oleh Tuhan Yesus di jalan salib-Nya, yaitu di-salah mengertikan, dan kepada-Nya dituduhkan segala yang jahat.

      Jadi saat kita berpikir bahwa kita ‘memberi sedikit’ kepada Tuhan melalui puasa dan pantang itu, justru malah sebenarnya kita menerima banyak dari Tuhan,  sebab Tuhan membentuk kita sedikit demi sedikit untuk menjadi semakin memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Ya, puasa dan pantang, sesungguhnya dapat membantu kita untuk mengambil bagian dalam apa yang tertulis dalam surat Rasul Paulus:

      “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:5-11)

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  29. salam

    sy sdh berusaha utk berpuasa menurut Gereja Katolik dr pkl 00 smp pkl 00 dn sy rasakn lbh berat drpd saat sy puasa menurut umat muslim(tdk bermaksud merendahkan)walaupun ktnya puasa kita enak tp stlh jalani mlh lbh berat krn kt makan kenyang 1 kali(sy sehari 2x mkn) aplg dg berpantang tp sy senang krn sy bisa ambil bag dr sengsara Yesus walaupun sedikit.kita jg saat berpuasa harus beramal dn membantu sesama.klo materi sy jjr tdk bs krn sy sendiri kekurangan kmd sy putuskn utk membantu dg doa utk anggota Gereja yg sdg menderita di api penyucian mlhan di api penyucian tdk mengenal agama,tepatkah?sy jg jika beramal sy memutuskn utk beramal kpd ibu sy krn ibu sy janda,tepatkah?apkh beramal kpd keluarga sendiri bukan beramal?sy mw tnya ttg rosario.ada batasannya tdk kita berdoa rosario,max brp x sehari?sy prnh saat krj ato saat di bis drpd pikiran kemana2 sy kdg doa rosario dg bantuan jari2,bolehkah?terima kasih

    • Shalom Maria,

      Sesungguhnya, hal berat atau tidaknya puasa dan pantang memang menjadi relatif. Sebab bagi orang yang sehari- harinya banyak minum, tentu saja berpuasa tanpa minum akan menjadi cukup berat. Namun bagi orang yang biasa tidak minum banyak, lalu mempunyai makanan kesenangan tertentu, maka berpantang makanan tersebut selama masa puasa menjadi cukup berat baginya. Namun terlepas dari semua fakta ini, puasa dan pantang menurut Gereja Katolik bukanlah diukur dari sejauh mana itu berat dan menyiksa kita, tetapi sejauh mana kita mempersatukannya dengan sengsara Kristus, demi keselamatan kita dan sesama kita. Maka puasa dan pantang kita tidak terpisah dari doa, dan perbuatan baik/ amal. Perbuatan baik/ amal ini memang bisa secara menyangkut jasmani dan rohani, sehingga jika Anda tidak dapat memberikan amal berupa materi, Anda dapat memberikan amal rohani, yang bahkan nilainya lebih tinggi.

      Berikut ini adalah 14 karya karitatif/ perbuatan kasih yang diajarkan oleh Gereja Katolik (lih. KGK 2447):

      7 Karya karitatif jasmani:
      1. Memberi makan pada orang (Matius 25:35)
      2. Memberi minum pada yang haus (Matius 25:35)
      3. Memberi pakaian pada yang telajang (Matius 25:36)
      4. Memberi tumpangan kepada tunawisma (Matius 25:35)
      5. Mengunjungi yang sakit (Matius 25 :36)
      6. Mengunjungi tawanan (Matius 25 :36)
      7. Menguburkan yang mati (Tob 1:17; 12:12; 14:2)

      7 karya karitatif rohani:
      1. Membimbing yang ragu-ragu
      2. Mengajar yang tidak tahu
      3. Menasihati pendosa
      4. Menghibur yang sedih
      5. Mengampuni kesalahan
      6. Menanggung dengan sabar kepahitan hidup
      7. Mendoakan yang hidup maupun yang mati

      Kalau ibu Anda janda dan memang membutuhkan pertolongan, tentu anda memang berkewajiban membantunya. Sebab mengasihi orang tua menempati tempat yang pertama dalam mengasihi sesama. Terlihat bahwa dalam dua loh batu kesepuluh perintah Allah, perintah 1-3 adalah untuk mengasihi Allah dan perintah 4-10 adalah mengasihi sesama, dan perintah untuk menghormati (dan mengasihi) orang tua menempati urutan yang pertama di loh batu yang kedua tersebut.

      Lalu tentang rosario, setahu saya tidak ada batasan berapa maksimalnya dalam sehari. Silakan Anda mendaraskan doa rosario sewaktu Anda menginginkannya. Jika Anda dapat mendaraskannya di dalam pikiran Anda sepanjang hari, ini malah Anda melaksanakan Sabda Allah yang mengatakan, “Tetaplah berdoa”/ Pray withour ceasing (1 Tes 5:17). Tidak ada larangan berdoa rosario dengan menggunakan jari-jari, namun untuk memudahkan Anda, silakan Anda membeli di toko buku rohani, rosario yang berbentuk cincin atau gelang, sehingga dapat dibawa- bawa kemanapun tanpa menarik perhatian, dan Anda dapat mendoakan rosario kapanpun Anda menginginkannya. Namun jika Anda tidak berdoa rosario, doa spontan yang lainpun dapat Anda lakukan. Para Santa/o menyebutnya sebagai “ejaculative prayer” yaitu doa- doa singkat sepanjang hari, seperti, “Tuhan Yesus, aku mengasihi-Mu, selamatkanlah jiwa- jiwa (atau selamatkanlah….. sebutkan nama orang yang Anda doakan).” Atau, “Tuhan Yesus, kasihanilah aku,” atau, “Tuhan Yesus, syukur bagi-Mu, Bunda Maria doakanlah aku.” Atau, “Datanglah Roh Kudus, penuhi hatiku.” Dan seterusnya.

      Semoga kita dapat melangkah bersama untuk terus membawa-Nya serta di dalam kehidupan kita sehari- hari.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  30. Shallom..
    Saya ingin menanyakan tentang puasa setiap jumat sepanjang tahun itu apakah aturannya sama ketika kita menjalankan puasa dan pantang pada masa prapaskah atau ada aturan lain yang harus dilakukan.

    Terima kasih

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

  31. Syaloom Pengurus Katolisitas,

    Saya ingin bertanya, kebanyakan dr pembacaan inti dr Puasa dan Pantang untuk pertobatan diri dan mendoakan orang lain.

    Yang ingin saya tanyakan:

    Mgkn di tanya jawab di bagian apa saya pernah bilang saya ketika SMA menerima komuni di Gereja non Katolik dengan cara yang tidak pantas (belum baptis dan penasaran akan rasa roti nya).

    Saya melakukan Pantang tidak akan makan makanan kesukaan saya (mie) seumur hdup karena dosa itu, tp saya tidak berdoa setiap hari, hanya satu kali saja ketika memutuskan melakukan itu. Apakah itu sudah salah?

    Apakah pantang saya sebenarnya tidak perlu, karena saya sudah dibaptis ketika saya mau pantang jadi dosa masa lalu saya sudah dihapus?

    Karena saya pikir kok pantang saya kebanyakan hanya untuk kepentingan diri saya sendiri dan saya pengen mengubah pantangan itu buat mendoakan orang lain saja, bolehkan seperti itu atau saya harus membuat pantangan baru?

    • Shalom Leonard,
      Di dalam doa Prefasi Misa Kudus Minggu biasa dikatakan demikian, “Keinginan kami untuk bersyukur kepada-Mu itu sendiri adalah karunia-Mu. Ucapan syukur kami tidak menambah kemuliaan-Mu, tetapi membuat kami bertumbuh di dalam rahmat-Mu melalui Yesus Kristus Tuhan kami.” (Our desire to thank You is in itself Your gift. Our prayer of thanksgiving adds nothing to Your greatness but makes us grow in Your grace through Jesus Christ, our Lord.)
      Maka saya percaya dorongan dari dalam hati anda untuk melakukan pantang sebagai ungkapan tobat, juga berasal dari Tuhan, sebab dorongan hati untuk bertobat/ insyaf dari dosa berasal dari Roh Kudus (lih. Yoh 16: 8). Pertobatan adalah awal dari hubungan yang lebih dekat dengan Allah, sebab melalui pertobatan, hilanglah penghalang terbesar yang merintangi hubungan kasih antara anda dengan Tuhan. Memang tidak ada aturan tertulis secara mendetail tentang hal ini, namun menurut hemat saya, anda dapat melanjutkan pantang tersebut, namun dengan disertai ujud doa tambahan, yaitu selain untuk pertobatan anda, anda mendoakan juga bagi pertobatan orang lain.
      Jangan lupa, bahwa ungkapan tobat juga merupakan bentuk ungkapan kasih, dan bahwa sifat kasih adalah memberi yang terbaik, melebihi yang disyaratkan; sehingga dengan prinsip ini, maka selalu terbuka kesempatan bagi anda untuk melakukan ‘lebih’ dari yang disyaratkan, asalkan anda melakukannya atas dasar motivasi kasih kepada Tuhan. Silakan anda tentukan sendiri seturut hati nurani anda, apakah wujud ungkapan kasih itu, yang dapat anda berikan kepada Tuhan dan sesama. Mungkin prinsip ajaran dari St. Thomas Aquinas dapat membantu, yaitu adanya tujuh perbuatan kasih yang bersifat rohani dan tujuh yang bersifat jasmani. Perbuatan kasih secara rohani yang dapat kita lakukan kepada sesama kita yang membutuhkan adalah: untuk membantu mereka untuk bertobat, untuk mengajar mereka yang tidak tahu, untuk membantu menguatkan mereka yang ragu-ragu, untuk menghibur mereka yang berduka, untuk dengan sabar menerima kesalahan/ kekurangan orang lain, untuk mengampuni kesalahan, dan untuk mendoakan mereka yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sedangkan tujuh perbuatan kasih secara jasmani adalah: memberi makan mereka yang kelaparan, memberi minum untuk mereka yang haus, memberikan pakaian kepada mereka yang telanjang, memberikan tumpangan tempat tinggal kepada mereka yang tidak punya rumah, mengunjungi mereka yang sakit, mengunjungi mereka yang ada di dalam penjara, dan menguburkan orang yang meninggal dunia. Di antara perbuatan kasih yang menyangkut rohani dan jasmani ini, tentu yang rohani mempunyai tempat yang lebih utama, walaupun yang jasmani juga bukannya tidak penting. Sebab perbuatan kasih yang menyangkut rohani ini berkaitan dengan membawa seseorang kepada keselamatan.
      Demikian yang dapat saya sampaikan tentang pantang, yang menurut iman Katolik tidaklah berdiri sendiri, namun disertai juga dengan doa dan perbuatan kasih (sebagai ungkapan iman dan pengharapan), agar dapat menghantar kita kepada penggenapan janji keselamatan di dalam Kristus.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org

  32. Yth Katolisitas.org,

    saya ingin bertanya mengenai seseorang yang melakukan doa novena dibarengi dengan puasa (biasanya puasa mutih atau puasa Senin-Kamis/Rabu-Jumat), untuk tujuan khusus seperti mendoakan kelancaran even rohani, mendoakan orang sakit, ataupun mendoakan rekan yang tengah menghadapi bahaya. Menurut salah seorang rekan yang biasa melakukan doa novena+puasa ini, dengan berpuasa kekuatan doanya semakin meningkat dan untuk kasus2 tertentu seperti ketika mendoakan orang yang terpengaruh ilmu hitam doa biasa saja tidak cukup. Bagaimana pandangan iman Katolik mengenai hal tsb.

    Terima kasih atas masukannya.
    Salam dalam kasih Tuhan :-)

    • Salam Poppy,

      Tradisi spiritualitas Katolik menjunjung tinggi kebiasaan doa dan puasa serta pantang. Yesus sendiri menyatakan bahwa doa dan puasa mampu mengalahkan kejahatan. Yesus sendiri berpuasa dan tekun berdoa. Dialah pendoa sejati. Motivasi berdoa dan berpuasa serta berpantang yang benar bukanlah karena pertama-tama perintah atau aturan, namun sebagai ungkapan syukur akan kasih Tuhan yang telah menebus kita, dan ungkapan permohonan yang serius, sekaligus ungkapan keyakinan bahwa Allah pasti menolong. Yang berdoa apalagi berdoa disertai puasa dan pantang pasti akan mengalami kepekaan akan bimbingan Tuhan dalam hidup, jauh lebih bisa merasakannya daripada jika ia tak berdoa, berpuasa maupun berpantang. Dalam penerimaan sakramen-sakramen Kristus, pun umat Katolik yang berdoa disertai puasa dan pantang pasti akan mengalami daya guna sakramen secara lebih berbuah bagi diri sendiri maupun bagi pelayanannya kepada sesama. Gereja tetap menganjurkan berpuasa minimal 1 jam sebelum Misa.

      Salam

      Yohanes Dwi Harsanto, Pr

      • Salam Romo dan terima kasih atas tanggapannya :-)

        doa novena yang dibarengi puasa ini (saya dan teman2 menyebutnya dengan istilah “doa puasa’) cukup populer dilakukan sebagian orang. Mengenai doa puasa ini ada pengalaman unik yang pernah saya alami. Ketika itu saya dan rekan2 bekerjasama dalam penyelenggaraan KRK Penyembuhan. Ada seorang rekan yang melakukan doa puasa untuk kelancaran even kami termasuk juga mendoakan orang2 sakit yang akan datang, dan ketika dia berdoa saya dapat merasakan hati tersentuh sangat dalam sampai menangis. Saya kemudian memahami bahwa apabila orang melakukan puasa untuk permohonan khusus seperti itu, yang dia lakukan sebenarnya adalah menekan tubuh jasmani untuk memperoleh kekuatan rohani. Permohonan dikabulkan karena kekerasan hatinya. Mereka mengobarkan spirit pengurbanan sehingga tidak ada spirit sukacita atau rasa damai sejahtera yang biasanya menyertai pekerjaan2 Allah atau karya Roh Kudus. Demikian yang saya pahami, dan pikiran saya sangat terbeban karenanya..
        Ketika membaca tanggapan dari Romo (Motivasi berdoa dan berpuasa serta berpantang yang benar bukanlah karena pertama-tama perintah atau aturan, namun sebagai ungkapan syukur akan kasih Tuhan yang telah menebus kita, dan ungkapan permohonan yang serius, sekaligus ungkapan keyakinan bahwa Allah pasti menolong) beban2 pikiran saya terangkat dan sepertinya memahami sesuatu.
        Lebih lanjut di dalam Alkitab saya temukan bahwa kasih karunia Allah demikian besar dan ada banyak petunjuk untuk permohonan doa, antara lain : pada kisah perkawinan di Kana (Bunda Maria meminta dengan lembut kepada PuteraNya Yesus agar menolong pasangan pengantin yang kehabisan anggur); kisah Daud dan Yonatan (jiwa mereka berpadu dan Yonatan mengasihi Daud seperti dirinya sendiri sehingga menyelamatkan dari ancaman pembunuhan); Simson dan Delila (Delila membangkitkan cinta pada diri Simson sehingga memberikan rahasia hidupnya); orang2 sakit yang disembuhkan Yesus (karena ketaatan, percaya dan iman yang besar). Dan masih banyak lagi. Rasanya saya jadi lebih memahami tentang karya penebusan Tuhan. Terima kasih.

  33. Bu Ingrid Yth.
    Saya mempunyai dua pertanyaan yang mungkin tidak berkaitan tetapi masih dalam konteks paskah.
    PERTAMA masih sama dengan pertanyaan Mas Antonius agus, saya merasa saya mampu melakukan puasa secara maksimal dan selama ini yang saya jalani adalah sesuai dengan pemahaman saya saja (walaupun tidak terlalu menyimpang). Yang mau saya tanyakan adalah, apakah yang dimaksudkan dengan “makan kenyang hanya sekali sehari” adalah contoh ini: misalnya saya makan jam 18.30 selanjutnya puasa dan baru makan kembali jam 18.30 lagi? Mohon bimbingan dan penjelasannya!
    KEDUA: pertanyaan ini mungkin salah tempat, tapi saya merasa Bu Ingrid dan Pak Stef bisa memaklumi. Pertanyaan ini berkaitan dengan lilin paskah. Setiap paskah sudah pasti kita menggunakan lilin paskah dalam perayaan Malam paskah. Apakan lilin tersebut bisa digunakan (dinyalakan) dalam perayaan ekaristi di luar masa paskah? Kalau bisa, di manakah kita menempatkan lilin tersebut?
    Sekedar diketahui di Stasi saya banyak lilin paskah bekas pakai, yang sampai saat ini saya tidak tahu mau diapakan!
    Atas penjelasan dari Bu Ingrid dan Pak Stef, sebelumnya saya menyampaikan banyak terima kasih! Tuhan memberkati Ibu sekeluarga!

    • Shalom Flotamar,

      Mohon maaf atas jawaban yang terlambat ini.

      1. Arti ketentuan puasa: makan kenyang hanya sekali sehari

      Puasa dengan makan kenyang hanya sekali sehari maksudnya adalah dalam waktu sehari, kita dapat makan lebih dari satu kali (misalnya tetap tiga kali atau dua kali), namun hanya satu kali saja yang kita makan kenyang.

      Yang ditetapkan dalam Kitab Hukum Kanonik tentang puasa -yaitu makan satu kali kenyang- seperti yang disebutkan di atas, adalah syarat minimum untuk puasa menurut ajaran Gereja Katolik. Maka tentu jika anda dapat melakukan lebih, silakan saja, asalkan dihayati bahwa yang terpenting bukan puasanya semata- mata tetapi bahwa puasa tersebut dilakukan pertama- tama untuk menyatukan pengorbanan anda dengan pengorbanan Kristus di kayu salib, agar anda dapat bersatu pula dalam kebangkitan-Nya; demi mendoakan keselamatan dunia (termasuk anda dan orang- orang yang anda doakan).

      2. Berkaitan dengan lilin Paskah.

      Berikut ini jawaban dari Romo Wanta, tentang apakah lilin Paska yang bekas pakai dapat dipakai kembali:

      Lilin Paskah dapat digunakan saat pembaptisan anak di luar Masa Paskah bahkan wajib ada. Jika dipakai doa atau menyalakan lilin untuk misa juga bisa alasan pastoral memungkinkan karena sulitnya membeli lilin dan hemat tidak boros, itu bijaksana.

      salam
      Rm Wanta

      Demikian tanggapan kami, semoga berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Salam Flotamar,
      Bisa digunakan dalam perayaan liturgi di luar masa paskah, kalau dalam perayaan itu dibutuhkan lilin paskah, misalnya dalam perayaan pembaptisan, bisa juga dalam perayaan pengikraran kaul-kaul. Biasanya ditempatkan di dekat mimbar sabda.
      Salam dan doa. Gbu.
      Pst. B.Boli.

  34. Thanks bu ud ksh ulasan ttg berpuasa dan berpantang menurut ketentuan menurut gereja katolik, saya ingin bertanya bu,selama berpuasa dari jam berapa s/d jam berapa kita berpuasa?? krn biasa ny saya berpuasa setiap hari senin, rabu, jumat dari mulai tidur malam s/d jam 4 sore baru saya buka puasa….. God bless

    • Shalom N’Cy,
      Mohon maaf atas keterlambatan jawaban kami. Sekarang kita sudah memasuki Masa Paskah, dan sudah bukan masa Puasa. Gereja Katolik tidak menentukan jam permulaan puasa dan berbuka puasa. Hal itu dapat ditentukan sendiri oleh umat yang bersangkutan, sebab yang terpenting dalam Masa Puasa adalah sikap batin yang mengarah kepada pertobatan sejati. Mati raga dan puasa merupakan salah satu caranya, di samping doa. Yang ditentukan oleh Kitab Hukum Kanonik adalah syarat minimal bagi puasa Katolik, yaitu makan kenyang hanya satu kali sehari. Namun kapankah makan kenyang nya, (apakah pagi, siang ataukah malam) silakan ditentukan sendiri. Jika anda mampu silakan makan hanya dua kali sehari, dan hanya salah satu di antaranya anda makan kenyang. Atau jika anda sudah terbiasa berpuasa, anda bisa makan hanya sekali kenyang, sedang sepanjang hari sisanya, anda hanya minum. Atau silakan jika anda mau berpuasa dari pagi hingga siang/ sore hari tanpa minum, namun sesudah sore hari anda makan dan minum. Silakan anda tentukan sendiri cara berpuasanya, namun yang terpenting, usaha mati raga itu harus lebih mendekatkan anda kepada Tuhan dan semakin membantu untuk mempersatukan pengorbanan anda yang sederhana ini dengan pengorbanan Kristus di kayu salib.

      Sesudah masa Paskah (oktaf Paskah), kita umat Katolik tetap melakukan pantang setiap hari Jumat. Umumnya pantang yang dipilih adalah pantang makanan/ minuman yang disukai; sebagai contohnya pantang daging, nasi, es batu, sambal, gula, garam, kopi, rokok. Silakan anda memilih sendiri jenis pantangnya, namun yang terpenting pantang tersebut dapat membantu kita untuk mengarahkan hati dan mempersatukan kita dengan pengorbanan Kristus; demi mendoakan pertobatan dunia, termasuk orang- orang yang kita doakan, dan pertobatan kita sendiri.

      Silakan membaca selanjutnya dalam artikel, Mengapa kita berpantang dan berpuasa, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  35. Yth Katolisitas

    Saya mau bertanya soal pantang daging
    yang akan saya tanyakan adalah : kriteria daging dalam berpantang
    Lauk apa saja yg termasuk daging. apakah ikan juga termasuk daging
    Terima kasih sebelumnya

    • Shalom Sugianto,
      Menurut Romo Wanta, daging di sini adalah daging hewan yang berkaki 4 dan berkaki 2, jadi tidak termasuk ikan. Kebiasaan pantang daging ini memang berasal dari Eropa, yang memang menganggap daging sebagai salah satu makanan utama. Maka sebagai ungkapan tobat Gereja mengajak umat untuk berpantang daging/ salah satu makanan yang utama, dan menggantinya dengan makanan yang lain (waktu itu sebagai gantinya orang makan ikan yang memang harganya jauh lebih murah daripada daging). Jika kita orang Indonesia memang sudah jarang makan daging, kemungkinan pantang daging menjadi kurang ada artinya, sehingga, seperti kata Romo Wanta, malah mungkin kita harus mencari pantang lainnya yang kita sukai dan hampir setiap hari kita makan, misal tahu/ tempe kesayangan, sambal, atau apapun yang lain yang lebih mengingatkan kita akan sedikit ‘mati raga’. Sebab jangan sampai kita tidak makan daging tetapi malah pesta kepiting, sebab ini malah tidak sesuai dengan maksud berpantang, yang melatih kita untuk sedikit bermati raga, sebagai ungkapan tobat. Sebab yang terutama, maksud dari pantang dan puasa itu adalah untuk mengambil bagian dalam penderitaan Kristus demi mendoakan keselamatan dunia, termasuk kita juga, dengan sungguh bertobat dan mendekatkan diri kepada Tuhan dan sesama.

      Demikian sekilas tentang pantang.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  36. Dear Katolisitas. Saya masih bertanya mengenai vegetarian dan ajaran Katolik. Sudah dijawab oleh katolisitas bahwa orang katolik boleh vegetarian boleh juga makan daging asalkan tidak berlebih-lebihan sehingga malah mengganggu kesehatan. Saya menemukan link http://suprememastertv.com/ina/ve/?wr_id=94&page=1&url=link1_0&eps_no=1563&show=vege&flag=1 yang menyebutkan bahwa awal kekristenan ialah vegetarian. Bahkan Yesus pun vege. Jika di klik ke link itu, maka ada argumen juga dari bapa-bapa Gereja dan terjemahan Alkitab Yunani.. Benarkah referensi teks-teks itu bisa memberi dasar akan klaim bahwa kekristenan awal itu pada hakikatnya vegetarian?? Terima kasih. Salam dari Semarang: Isa Inigo.

    • Isa Inigo yth.,

      Ajaran Yesus yang utama adalah cinta kasih kepada Tuhan dan sesama. Sedangkan soal vegetarian, saya tidak menjumpai dasar biblisnya, kecuali gambaran ideal di Taman Eden (Kej 1:29; dan ilustrasi suasana damai dalam Yes 11:7 dan 65:25). Apakah kenyataannya demikian, jelas tidak. Karena kita juga mengenal ada binatang carnivora dan herbivora; sementara manusia adalah omnivora.
      Apakah Yesus dan Gereja Perdana itu vegetarian? Jelas, tidak. Pertama, sebagai seorang Yahudi setidaknya dia ikut merayakan Paskah untuk menyantap daging domba Paskah. Bahkan Yohanes Pemandi yang digambarkan hidupnya penuh matiraga pun makan belalang juga (Mrk 1:6). Kedua, dalam Injil sering kita jumpai Yesus turut makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, tetapi juga di rumah orang Farisi (Luk 7:36), sehingga Dia kerap dicap oleh musuh-musuhnya sebagai “seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa” (Mat 11:19). Dalam pesta makan demikian niscaya daging domba, kambing, lembu menjadi santapan (bdk. Mat 22:4; Luk 15:23.29). Maka soal makan-minum, termasuk menikmati daging, demikian ditegaskan bahwa “Dengan demikian Ia (Yesus) menyatakan semua makanan halal (Mrk 7:19b). Ketiga, Petrus pun makan daging (bdk. Kis 10:14: “Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir”. Berarti Petrus juga makan daging binatang yang halal!). Keempat, dalam konsili pertama di Yerusalem, umat Kristen non Yahudi dipesani agar mereka menjauhkan diri “dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik” (Kis 15:29). Jadi daging binatang yang disembelih dan diolah, bisa disantap.

      Bila dalam web tersebut juga dirujuk bahwa dalam Injil Ebionite terdapat anjuran atau tradisi Vegetarian, tanggapan singkatnya adalah injil Ebionite itu tidak termasuk dalam kanon kitab suci Gereja Katolik, jadi tidak perlu dipercaya! Apalagi website tersebut lebih mempopulerkan gerakan vegetarian yang juga terdapat dalam agama-agama lain. Tak perlu kita mencampuradukkan. Mau vegetarian silakan, tetapi juga tidak menentukan keselamatan kita. Keselamatan kita terletak pada iman akan Yesus Kristus yang ditunjukkan melalui kasih yang nyata. Yesus telah mengajarkan cinta kasih kepada Tuhan dan sesama, itu yang lebih penting kita utamakan. Apalagi bila diet vegetarian kita sampai kemudian merepotkan anggota keluarga dll, saya kira tak perlu berlebihan dalam hal ini.
      Kendati kita boleh makan daging, hendaknya juga tidak berlebihan. Hal ini bukan karena alasan religius, melainkan soal kesehatan saja. Kata Rasul Paulus, “Segala sesuatu adalah halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna” (1Kor 6:12a). Maka pada orang tertentu mungkin harus diet karena hal itu tidak berguna bagi kesehatannya. Semoga memperjelas.

      Wassalam,
      Rm. Didik Bagiyowinadi Pr .

      • Syalom Isa Inigo

        Sebenarnya kalau dipikir – pikir, hal ini juga TIDAK PERLU dibahas lebih lanjut. Mau Yesus Vegetarian maupun tidak, TIDAK akan mempengaruhi ajaran & keselamatan ( toh Yesus adalah TUHAN dan dia BERHAK semaunya sendiri bukan ? ). Ingat, meskipun orang itu vegetarian seumur hidupnya, tapi tingkah lakunya tidak bermoral, toh ya ujung – ujungnya ke neraka juga.

        Banyak orang beralasan Vegetarin karena masalah religius. Ini merupakan cara pemikiran yang salah. Kalau vegetarian karena menjaga kesehatan, nah hal ini memang benar. Tak bisa dipungkiri bahwa hewan memiliki kandungan protein yang tinggi dan membantu menumbuhkembangkan otak manusia. Coba bayangkan kalau seluruh umat manusia vegetarian & tidak pernah makan daging, mungkin banyak dari mereka yang TIDAK menjadi penemu yang dapat membantu kehidupan manusia lebih mudah ( walaupun sehat – sehat ).

        Jadi menurut pendapat saya, terserah mereka mau menilai Yesus vegetarian atau tidak, yang TERPENTING hanyalah mari kita bertindak cinta kasih kepada sesama dan merawat bumi ini semampu kita yang telah dipercayakan pada kita.

        Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA

        [Dari Katolisitas: Jika seseorang memilih untuk menjadi vegertarian, demi kasihnya kepada Kristus, dan untuk semakin menyatukan sedikit pengorbanannya dengan korban Kristus, demi mendoakan pertobatan dunia, termasuk pertobatannya sendiri, maka ini dapat dibenarkan. Namun ia tidak dapat memaksakan pemahamannya ini kepada orang lain, yang mungkin memilih untuk mewujudkan kasih kepada Kristus dengan cara yang berbeda]

      • Salam Damai Kristus Rm. Didik,

        Saya tertarik sekali untuk membahas lebih lanjut tentang Kejadian 1 : 29 yang Rm. Didik ungkapkan terlepas tentang Yesus vegetarian atau tidak sewaktu PenjelmaanNYA sebagai manusia.

        Pada ayat Kejadian 1:29-30 disebutkan : Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya. ” Dan jadilah demikian.

        Disitu dituliskan secara explisit bahwa Allah memberikan tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji untuk dimakan. Tidak ada disitu Allah berfirman untuk memakan binatang.

        Tentang binatang tersebut pada kitab Kejadian ada dibawah kekuasaan manusia tetapi tidak untuk dimakan karena tidak ada Firman untuk memakan binatang tetapi tertulis di Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

        Jika dilihat dari ayat diatas maka jelas-jelas Allah berFirman agar manusia menjadi vegetarian. Bagaimanakah penjelasan terhadap hal tersebut Romo, mohon pencerahannya.

        Terimakasih sebelumnya dan TUHAN menberkati.

        Banyak Salam Dalam Kasih Kristus
        Bernardus Aan

        • Saudara Bernardus Aan terkasih,

          Memang dalam Kej 1:29-30 ditegaskan bahwa makanan manusia adalah tumbuhan yang berbiji sementara semua binatang makan tumbuh-tumbuhan hijau. Tentu ini gambaran ideal yang melukiskan bagaimanakah hubungan antara manusia, binatang dan tumbuhan sebelum manusia jatuh dalam dosa (Kej 3). Gambaran dunia yang penuh kedamaian demikian juga disinggung oleh Nabi Yesaya mengenai zaman Mesianis saat sang Raja Damai memerintah (Yes 11:6-7).
          Berkaitan dengan Kej 1:29-30, Origenes dan Gregorius dari Nisa berpendapat bahwa itulah makanan pertama yang ditunjukkan Tuhan untuk manusia dan binatang. Namun, setelah peristiwa air bah di zaman Nuh, akhirnya Tuhan mengadakan perjanjian dengan manusia dan memerintahkan “Akan takut dan akan gentar kepadamu segala bintang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau” (Kej 9:2-3). Dari teks inilah tradisi Yahudi dan Kristiani membolehkan orang memakan daging binatang.

          Rm. Didik Bagiyowinadi Pr

    • Shalom Pak Isa, numpang komentar (kalau diijinkan).
      Seingat saya didalam Alkitab bahkan diceritakan bagaimana Yesus mengadakan mukjizat penggandaan Roti dan Ikan sampai 4.000 orang bahkan 5.000 orang memakannya. Kalau Yesus itu Vegetarian mana mungkin mau menggandakan ikan? betul gak?

      Salam,

      Simon

    • Menurut saya Yesus tidak vegetarian, bahkan segera setelah bangkit Beliau makan ikan bakar.
      Yesus bener2 suka ikan kayanya.

      Tentang Supreme Master Ching Hai , ada meditation center nya di Jakarta Barat (daerah Roxy). Di situ Anda bisa menemukan berbagai bahan bacaan tentang ajaran Beliau. Menurut saya , dari buku2 ajaran dan hasil diskusi panjang dgn salah satu aktifis di sana , banyak ajaran Beliau yg tidak sama dgn iman Katolik. Walaupun saya menghormati Beliau sebagai pribadi yg mencoba commit menjalani spiritualitasnya, diluar isu2 sensitif seputar gaya hidup dan menejemen kegiatan Beliau.

      • Terima kasih atas tanggapan-tanggapan mengenai vegetarianisme atau vegetarian ini. Terlepas dari efek baik secara kesehatan dan manfaat vegetarian jika disatukan dengan spiritualitas cinta akan Kristus sesuai usulan katolisitas, namun menurut saya, faktanya ialah ajaran Katolik telah diincar oleh banyak pihak untuk “dimanfaatkan” dan “dipelintir” atau “diatasnamakan katolik” agar tampak merestui ajaran orang lain. Memang Katolik seperti gula bagi semut -semut kali ya, baik bagi yang mengasihi maupun memusuhi karena iri? Namun saya suka karena katolisitas dan teman-teman lain tetap positif menanggapi atas pelontaran saya mengenai website bahwa Yesus vegetarian yang ngawur. Di masa lalu, saat ini dan masa depan pun pasti akan ada orang non-Katolik apapun agamanya dan apapun filsafat hidupnya”memanfaatkan/memelintir/meyalahgunakan” ajaran Katolik, namun masyarakat era digital ini akan tahu mana yang sejati ajaran katolik dan yang hanya “pemelintiran”. Maka saya selalu anjurkan teman-teman baik Katolik maupun non Katolik di Semarang untuk membaca website katolisitas. Terima kasih. Salam: Isa Inigo

  37. Bu Ingrid, Saya tidak bertanya namun sekedar bercerita : menurut saya Puasa itu ada faedahnya apalagi ada ujud permohonan :
    6 tahun yang lalu ketika bulan prapaskah dari Rabu abu s/d jum’at Agung saya melakukan puasa 40hari, mengikuti jejak Yesus Kristus berpuasa 40hari lamanya, dalam ujud doa saya : ada dua hal yang pertama :Mohon kesehatan ibu saya sembuh dari stroke (yang kedua: Kalo memang Tuhan Yesus berkehendak lain semoga ibu saya di beri kemudahan/jalan (saya iklaskan ibu saya dipanggil Tuhan
    Karena ibu saya : sakit stroke hampir 2 tahun : dari kehidupan ibu saya kesaharian makan dan minum dengan sonde, jadi saya enggak Tega.. maka setelah selesai saya puasa ,1 minggu kemudian th 2005 ibu saya menginggal : dari dua ujud permohonan rupanya Tuhan Yesus memberi kemudahan menghadap Bapa di Surga: Bu Ingrit…..terus terang saya masih merindukan ibu kembali hidup lagi, dan aku beceloteh Oh Ibuku itu tidak mati hanya hidupnya diubah “Selamat Jalan Ibu ku tercinta semoga engkau diterima di sisi Bapa dan segala dosanya semasa didunia dihapuskan ‘ amin ,
    Ibu Ingrit.. dari tahun 1982 menjadi Umat Katholik sampai tahun 2011, terus terang saya baru tahu apa arti pantang dan puasa yang sebenarnya setelah saya membuka : https://katolisitas.org itu pun karena saya penasaran dengan itu semua, dan kalo di greja gak bisa kusuk mendengarkan kotbah ataupun pengumunan serta apa saja yang di anjurkan oleh keuskupan tentang Puasa dan Pantang.
    Terima kasih atas waktunya, jika tulisan saya ini tidak berkenan mohon diabaikan saja

    [Dari Katolisitas: Terima kasih atas sharing anda. Ya, dengan pantang dan puasa memang hati kita diarahkan kepada Tuhan Yesus, yang telah mengasihi kita sedemikian rupa, sehingga rela menderita dan wafat bagi kita demi menebus dosa- dosa kita. Semoga jiwa ibu anda memperoleh belas kasihan Tuhan Yesus, dan boleh menikmati buah penebusan-Nya, antara lain, karena doa dan puasa anda yang anda haturkan atas dasar kasih anda kepada ibu.]

  38. Puasa katolik itu yang benar itu yang dimaksud satu hari itu apakah 24 jam atau dari pagi sampai sore?Mohon jawabannya,kirim ke email saya,trmksh.

    • Shalom Antonius,
      Harap dipahami bahwa yang disebutkan dalam ketentuan Kitab Hukum Kanonik seperti yang disebutkan di artikel di atas, adalah syarat/ ketentuan minimum untuk puasa dan pantang. Maka jika anda melakukan ketentuan tersebut, anda sudah dapat dikatakan melaksanakan puasa dan pantang menurut ketentuan Gereja Katolik. Namun tentu saja, jika anda dapat melakukan lebih, adalah baik sekali, mengingat jika kita mengasihi maka kita akan selalu berusaha melakukan melebihi yang disyaratkan, demi menunjukkan kasih kita kepada orang yang kita kasihi. Dalam hal ini, Yang kita kasihi adalah Tuhan. Maka, silakan jika anda mampu dan mau untuk melaksanakan puasa dan pantang yang melebihi dari yang disyaratkan, entah dengan puasa dari pagi sampai siang ataupun sampai sore/ menjelang malam. Asal tetap dipegang ketentuan hanya makan kenyang sekali (bukan sekenyang- kenyangnya).

      Silakan anda membaca juga artikel ini, Mengapa kita berpantang dan berpuasa, silakan klik, dan marilah kita melakukan puasa dan pantang dengan motivasi yang benar, dalam masa Prapaska ini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  39. dear katolisitas

    saya ingin bertanya,saya setiap hari rabu dan jumat berpuasa sebagai ungkapan syukur saya kepada tuhan karena saya tidak dapat membalas kebaikanNya dengan materi seperti yang lainnya.saya berpuasa dari pagi jam 5 sampai jam 5 ato jam 6 sore.pernah teman saya yang muslim bertanya sama saya kenapa puasa saya dari jam 5 sampai 5 ato jam 6 sore,beda sama cara mereka dan ia menyarankan saya untuk menanyakan seorang katolik yang tau aturan berpuasa di agama katolik karena menurutnya cara berpuasa saya salah.saya coba cari tau dari teman2 saya maupun orang2 saya anggap tau.jawaban mereka berbeda-beda.ada yang tidak pernah puasa,makan dari(semisal)jam 5 pagi sampai jam 5 pagi berikutnya.karena saya punya sakit maag saya tidak bisa menjalani puas dari pagi sampai pagi lagi.akhirnya saya putuskan untuk tetap menjalani puasa cara saya sampai sekarang
    apakah benar cara berpuasa saya menurut agama katolik?klo tidak,bagaimana cara yang benar?
    saat prapaskah umat katolik diwajibkan untuk berpuasa dan berpantang.saya tidak pernah berpantang karena saya ingin selama 40 hari saya berpuasa.klo saya berpantang berarti saya tidak berpuasa selama 40 hari.cara saya tersebut apakah tidak apa2 menurut katolik?
    selama prapaskah,hari minggu apakah jg boleh berpuasa?karena ada yang bilang hari minggu kita tidak boleh berpuasa menurut di kitab suci(hari sabat tidak diperbolehkan berpuasa karena hari sabat hari suci)
    terimakasih atas dijawabnya pertanyaan saya,sehingga menambah keyakinan dan iman katolik saya.

    • Shalom Deasy,

      Tentang ketentuan Pantang dan Puasa untuk umat Katolik, sudah dijabarkan di artikel di atas, silakan klik. Ketentuan di atas sebenarnya hanyalah aturan minimal, sehingga tentu saja, jika anda dapat melakukan lebih dari itu, silakan anda melakukannya. Sebab dalam agama Katolik motivasi kita melakukan pantang dan puasa bukan hanya sebagai latihan rohani, tetapi lebih daripada itu, seperti yang sudah pernah dibahas di sini, silakan klik

      Maka, jika anda ingin berpuasa selama 40 hari sepanjang Masa Prapaskah, tentu itu adalah sesuatu yang sangat baik. Silakan melakukannya, dan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung, silakan melakukan pantang dan puasa, seperti pada ketentuan Kan 1251, Kitab Hukum Kanonik. Silakan anda memilih sendiri jenis pantangnya (dapat berupa jenis makanan/ minuman tertentu yang anda sukai, atau pantang sesuatu yang lain (nonton TV, shopping, camilan dst), yang umumnya sering anda lakukan.

      Hari Minggu menurut Tradisi Gereja Katolik merupakan peringatan hari kebangkitan Tuhan Yesus, sehingga setiap hari Minggu pada dasarnya adalah hari perayaan. Dengan demikian, pada hari Minggu kita umat Katolik tidak berpuasa ataupun berpantang, meskipun jatuh pada masa Prapaska [Namun tidak berpuasa dan tidak berpantang maksudnya juga bukan untuk mengumbar, melainkan tetap dalam batas kewajaran]. Silakan, jika anda ingin melakukan pantang dan puasa sepanjang masa Prapaska, untuk berpantang ataupun berpuasa pada setiap hari Senin sampai Sabtu, dimulai dari hari Rabu Abu sampai Jumat Agung dan Sabtu Malam menjelang Paskah.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  40. dear katolisitas :
    mohon petunjuk perihal puasa , pantang :
    – cukup pantang saja atau
    – puasa ( boleh minum ) atau
    – puasa makan nasi saja atau
    – puasa ngak makan dan ngak minum beberapa hari atau
    – puasa makan tetap 3 x sehari tetapi porsinya sedikit atau
    – pagi ngak makan , malam boleh makan sepuasnya atau
    – bagi penderita sakit , misal diabetes , apa memang ngak perlu puasa tetapi kalau ingin puasa bagaimana , terutama yang sudah suntik insulin
    – apa makna dan kegunaan puasa : untuk nasar / kaul , untuk permohonan umum atau khusus , atau untuk hari hari besar tertentu sebagai penhormatan , atau untuk memohon karunia karunia tertentu , apakah dengan berpantang = berpuasa
    – untuk pantang / puasa seharusnya berapa lamanya
    – apakah dengan pantang atau puasa kita dapat lebih kudus , lebih bermakna , lebih dapat melakukan perintah Tuhan , dsb
    – bagaimana kira kira pandangan gereja perihal pantang dan puasa , yang benar
    – kalau puasa lebih mengkuduskan , bagaimanakah bila seorang penderita sakit ( diabetes ) yang memang harus terukur makan dan obatnya / suntikannya , ingin lebih merasakan arti berpuasa , atau ingin lebih memperoleh kekuatan didalam hidup kekristenannya

    terima kasih , mungkin ada masukan yang berguna bagi saya ,
    Tuhan memberkati

    • Shalom Yongky,

      Silakan anda membaca artikel di atas, silakan klik, untuk ketentuan puasa dan pantang menurut Gereja Katolik.

      Dengan ketentuan minimal yaitu puasa berarti makan kenyang hanya sekali sehari, maka sebenarnya secara praktis semua orang yang berumur 14-60 tahun, dan relatif sehat, dapat melaksanakannya. Seorang pengidap diabetes sesungguhnyapun dapat tetap melakukan puasa, dengan ketentuan tersebut; karena suntikan insulin tidak terhitung sebagai makanan, dan juga ia dapat mengurangi porsi makanan yang dimakan, sehingga syarat makan kenyang hanya sekali sehari, dapat terpenuhi.

      Puasa bagi umat Katolik bukan terutama untuk nazar ataupun kaul, tetapi untuk merenungkan dan menyatukan diri dengan penderitaan Kristus, demi mendoakan bagi pertobatan dunia, termasuk pertobatannya sendiri. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.

      Dengan demikian, puasa dan pantang yang sebenarnya adalah latihan rohani/ mati raga untuk melatih pengendalian diri dan pertumbuhan iman, tidak terbatas hanya pada makanan saja. Puasa dan pantang dapat diberlakukan untuk hal- hal lain yang menjadi kesenangan seseorang, misalnya menonton TV/ sinetron atau menonton bioskop, main game di komputer, shopping, makan di restoran, ‘ngerumpi’/ membicarakan orang lain dst. Tak jarang pantang kebiasaan- kebiasaan ini bahkan lebih sulit daripada puasa ataupun pantang makanan. Puasa dan pantang yang baik juga harus disertai dengan doa, dan merenungkan kehidupan Tuhan Yesus, sehingga merenungkan Kitab Suci dan peristiwa- peristiwa hidup Yesus dalam doa rosario, merupakan hal yang sangat relevan dilakukan pada masa pantang dan puasa.

      Dengan demikian ada banyak cara latihan rohani bagi seseorang yang, jika karena alasan kesehatannya yang serius, maka ia sama sekali tak dapat berpuasa/ berpantang makanan. Puasa dan pantang bagi umat Katolik bukan sekedar hanya mengurangi makan dan minum, tetapi sebagai ungkapan kasih kepada Tuhan Yesus. Sebab melalui latihan mati raga yang sangat sederhana ini kita turut mengambil bagian dalam kisah sengsara Kristus, dengan harapan bahwa kitapun dapat dibangkitkan dari kelemahan jasmani, dan diperbaharui oleh Kristus, sehingga kita tidak dikuasai oleh keinginan duniawi dan dapat mengarahkan hati untuk perkara- perkara surgawi (lih. Kol 3:1-2).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  41. Syukur.. web ini sangat membantu bagi kita semua utk memperdalam iman katolik…

    Saya ingin bertanya tentang macam2 cara berpuasa ( Puasa penuh mulai matahari terbit sampai terbenam sprti di perjanjian lama atau seperti dlm agama islam dan katolik ritus timur, Puasa Katolik Roma Makan 3x sehari tp 1x kenyang, Puasa utk minta permohonan/novena, puasa utk mengadakan acara kerohanian, puasa putihan makan nasi putih atau tahu putih dan air putih, puasa makan nasi beras merah, pantang makan tp boleh minum air, pantang makan daging, pantang hal yg membuat ketergantungan atau nafsu, dll) dan juga hari2 utk puasa bebas atau jumat saja dan atau pada masa prapaskah atau juga masa advent atau bolekah puasa utk merendah diri kpd Tuhan utk memohon skaligus berserah diri utk bencana alam yang akhir2 ini terjadi?

    Terimakasih sebelumnya…
    Salam Kasih Damai Kristus beserta kita semua…

    • Shalom Zucx,
      Peraturan Gereja Katolik tentang puasa dan pantang pernah dituliskan di sini, silakan klik; dan alasan mengapa kita berpantang dan berpuasa, silakan klik di sini.
      Maka cara puasa lainnya memang tidak diatur dalam Gereja Katolik, apakah mau makan hanya sekali sehari, atau puasa tidak makan dan minum sampai jam tertentu, ataupun puasa hanya makan nasi putih/ roti putih dan minum air putih sepanjang hari. Hal- hal itu dapat ditentukan sendiri oleh yang bersangkutan, sedangkan yang ditentukan dalam KHK dan konferensi uskup Indonesia, hanyalah yang merupakan syarat minimum untuk puasa dan pantang. Maka silakan anda menambah jumlah hari puasa/ pantang selain setiap hari Jumat sepanjang tahun, jika anda secara khusus ingin berdoa puasa untuk suatu intensi tertentu.
      Dengan kata lain, silakan anda melakukan pantang dan puasa dengan ketentuan yang mungkin lebih ‘berat’ daripada yang disyaratkan oleh Konferensi Uskup di Indonesia. Sebab kasih pada dasarnya memang mendorong untuk melaksanakan yang lebih dari yang disyaratkan, maka jika anda dapat melakukannya, tentu baik, apalagi jika maksudnya mendoakan para korban bencana, dan mohon perlindungan terhadap bencana alam, sambil merenungkan misteri pengorbanan Kristus.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  42. Shalom Bu Inggrid…

    Ada banyak jenis puasa di dalam agam kristen protestan:
    1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28)
    2. Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Sam 12:16)
    3. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raj 19:8)
    4. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Est 4:16)
    5. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (2:13)
    6. Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Dan 1:12), doa dan puasa (Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2)
    7. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17)
    8. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7)

    apakah kita boleh mengikutinya?

    • Shalom Antonius,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang hal berpuasa. Dikatakan di dalam Katekismua Gereja Katolik (KGK, 1430) “Seperti seruan para nabi, demikian pula seruan Yesus mengarahkan kepada pertobatan dan penyesalan, bukan pertama-tama dengan karya yang kelihatan. “karung dan abu”, puasa dan matiraga, melainkan pertobatan hati, pertobatan batin. Tanpa itu kegiatan pertobatan akan tanpa hasil dan tidak jujur. Tetapi pertobatan batin mendesak agar menyatakan sikap ini dalam tanda-tanda yang kelihatan dalam kegiatan dan karya pertobatan Bdk. YI 2:12- 13; Yes 1:16-17; Mat 6:1-6.16-18.

      Dari dokumen tersebut kita mengetahui bahwa bukan manifestasi eksternal (puasa dan matiraga) yang ditekankan, namun pertobatan hati. Oleh karena itu, Gereja Katolik tidak menekankan laku raga dan puasa yang berlebihan, yang dapat mengganggu kesehatan fisik. Jadi carilah metode puasa dan pantang yang mendukung pertobatan hati, yang dapat menyatukan kita dengan penderitaan Yesus di kayu salib. Puasa yang membuat kita sakit, sehingga tidak dapat melakukan kewajiban kita (bekerja, belajar, berdoa) justru tidak baik. Gereja Katolik mengenal puasa dan pantang sepanjang masa prapaskah dan juga pantang setiap hari Jumat sepanjang tahun. Kalau kita dapat melakukan dua hal ini secara konsisten, maka kita dapat memperoleh kemajuan spiritualitas – tentu saja kalau puasa dan pantang dilakukan dengan disposisi hati yang benar, yaitu pertobatan hati dan menyatukannya dengan penderitaan Yesus di kayu salib. Semoga jawaban ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  43. Syalom,

    Apakah di seluruh Indonesia setiap hari Jumat pada masa biasa (diluar masa prapaskah) umat katolik wajib berpantang daging/makanan tertentu? Atau boleh pantang yang lain, diluar makanan (misalnya TV, internet, game, shopping, dll)?

    (Karena di beberapa keuskupan di luar negeri (contoh: Hong Kong), ditulis dengan jelas di website mereka bahwa pantang daging/makanan boleh diganti dengan pantang TV, internet, game, mahjong, dll. Sementara di website KWI atau sejenisnya saya tidak menemukan kejelasan dari peraturan seperti itu di Indonesia)

    Terima kasih,
    Kenneth

    • Kenneth Yth

      Maksud dan tujuan Puasa dalam rangka dan konteks masa pra paskah adalah pertobatan umat beriman kristiani dengan mengambilbagian dalam penderitaan Kristus yang solider dengan manusia yang miskin dan menderita. Dengan tema khusus sepanjang tahun liturgi kita ambil bagian di dalamnya doa derma dan puasa. Puasa dalam Gereja Katolik diatur dalam kan 1249-1253, yang menganjurkan agar puasa pada hari jumat (hari sengsara dan wafat Kristus) sepanjang tahun, maka puasa dan pantang tidak hanya hari jumat selama masa pra paskah bisa pada jumat lainnya. Pantang dapat diganti dengan yang lain daging adalah tradisi Eropa, sedangkan Indonesia tidak makan daging sudah biasa kan? Silahkan mengambil pantang yang sesuai olah rohani pribadi dengan maksud yang sama seperti Jumat dalam masa tobat.

      salam
      Rm Wanta

  44. Shalom Katolisitas,

    Yang saya mau tanyakan apakah hari puasa kita itu dimulai dari jam 00.00 sampai dengan 00.00 berikutnya?

    Terimakasih..

      • Romo Yth

        Bagaimana untuk kasus Malam Natal tahun ini yang jatuh pada hari Jumat? Pada setiap hari Jumat sepanjang tahun saya biasa melakukan laku tobat (untuk kasus saya pantang daging). Pada hari Jumat, 24 Desember 2010, apakah laku tobat (pantang) tersebut berlangsung 24 jam? Atau hanya sampai sore hari, jadi setelah sekitar jam 5 atau 6 sore boleh selesai pantang?

        Terima kasih.

  45. Halo katolisitas.org, saya ada masalah dan pertanyaan sedikit sekitar pantang yang mungkin agak konyol, tetapi tetap saya ingin tanyakan. Jadi begini :

    Di masa prapaskah 2010 ini saya mengambil 3 macam pantang, salah satunya adalah pantang makan daging. Tetapi tadi pagi, ketika saya sedang makan, saya tanpa sengaja mengkonsumsi “abon” yang terbuat dari sapi. Saya tidak lupa bahwa hari itu adalah hari wajib untuk berpantang (hari jumat), tetapi yang saya tidak sadari adalah bahwa yang saya makan adalah abon yang terbuat dari daging sapi. Kebetulan saya amat jarang sekali makan “abon” karena itu bukan menu yang biasa ada di rumah saya, tetapi entah kenapa tadi pagi ada “abon” di meja makan, dan saya tanpa sadar mengkonsumsinya tanpa sadar/ingat bahwa itu adalah daging. Sayapun baru sadar sore harinya sekitar pukul 3 karena melihat sapi di Televisi.Saya baru berpikir, bahwa tadi pagi saya telah makan “abon “, dan baru sadar bahwa yang saya makan adalah daging sapi.

    Yang ingin saya tanyakan, apakah saya telah melakukan dosa besar yang mematikan/mortal sin?

    Mohon bimbingannya nya karena saya sedang bimbang dan merasa konyol saat ini.

    Terimakasih.

    GBU

    • Shalom Johanes,
      Jawaban pertanyaan anda tentang pantang daging adalah sebagai berikut:
      Karena anda tidak sengaja, maka anda tidak melakukan dosa besar/ mortal sin pada saat anda ‘keterusan’ makan abon padahal hari itu anda berniat pantang daging. Karena untuk sesuatu perbuatan dikatakan sebagai dosa besar/ mortal, ada tiga syarat yang harus dipenuhi: 1) obyek moralnya besar 2) pengetahuan bahwa hal itu adalah salah 3) walaupun salah, tetapi dengan kehendak/ kesadaran penuh sengaja dilakukan.
      Dalam kasus anda, pada saat anda makan, anda tidak sadar bahwa itu adalah abon sapi sehingga dapat dikatakan anda ‘tidak sengaja’ melakukannya, jadi tanpa “full deliberation“, tanpa keinginan penuh untuk melakukannya.

      Jadi, tidak usah bimbang dan merasa konyol, namun mungkin ada yang perlu anda pelajari dari kasus ini, yaitu belajar untuk mempunyai ‘awareness‘/ kesadaran penuh terhadap apa yang mau anda katakan dan lakukan. Selanjutnya, silakan anda mengganti hari pantang tersebut pada hari lain di luar hari Jumat, jika perlu lakukan beberapa hari, sehingga anda tidak hanya pantang seminggu sekali. Di atas semua itu bersyukurlah atas pengalaman anda itu yang juga mengajarkan anda tentang kerendahan hati, bahwa kita manusia memang lemah dan mudah jatuh dalam kesalahan, bahkan tanpa disengaja sekalipun.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  46. apakah berpantang daging adalah suatu kewajiban?untuk berpantang makanan yang lain memang selalu saya lakukan untuk tujuan diet,,apakah bisa berpantang daging diganti dengan berpantang dalam bentuk perbuatan seperti tidak melakukan hal-hal jelek yang pastinya dapat menambah dosa??

    • Shalom Ferri,

      Mengacu pada ketentuan Gereja KHK, maka pantang daging adalah suatu kewajiban bagi mereka (usia 14-60 tahun) yang dapat melakukannya, dan dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali Jumat yang jatuh pada hari Raya.

      Kan. 1251 – Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

      Maka seharusnya pantang daging atau pantang lainnya bukan untuk tujuan diet. Kelihatannya anda perlu mengubah motivasi pantang (dan puasa) anda. Bagi kita umat Katolik pantang dan puasa dimaksudkan untuk menyatukan sedikit pengorbanan kita dengan sengsara Yesus di kayu salib, demi pertobatan kita dan pertobatan orang-orang yang kita doakan dan pertobatan seluruh dunia. Dengan demikian pantang dan puasa tidak terpisah dari doa.

      Jika anda merasa pantang daging terlalu ringan (sudah biasa), maka silakan anda mencari pantang yang lain yang dapat menjadi tanda “mati raga”, seperti pantang kopi jika anda suka sekali kopi, pantang rokok, jika anda merokok, atau pantang nasi, atau atau pantang garam, dst, atau pantang kebiasaan lain yang anda sukai misal, pantang nonton TV, pantang makan di restoran, pantang pergi nonton bioskop atau pantang main game, pantang gossip, pantang ngemil, pantang marah/ komplain, dst.

      Selanjutnya dana yang tadinya dapat dipakai untuk kesukaan kita itu, dialihkan untuk menyumbang aksi sosial paroki, atau disalurkan kepada mereka yang membutuhkan, seperti panti asuhan, panti jompo, dll.

      Intinya, dalam masa Prapaska ini kita berusaha melakukan mati raga sedikit, untuk ambil bagian dalam kisah sengsara Kristus demi keselamatan kita manusia.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

    • Yg terkasih Ibu Ingrid,

      Bu, saya agak bingung dengan membaca materi puasa n pantang yang cuplikannya sebagai berikut :
      ( apakah kasusnya berbeda atau apa ?)
      Memang sesuai dari yang kita ketahui, ketentuan dari Konferensi para Uskup di Indonesia menetapkan selanjutnya :

      Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung.
      Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska sampai dengan Jumat Agung.

      Maka penerapannya adalah ………..

      Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung dan ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska.

      Mohon penjelasan,terima kasih

      Selamat Berpuasa & Pantang 2010

      • Shalom Budijanto,
        Terima kasih atas kejelian anda. Ya benar, ada kesalahan dari pihak saya. Yang benar adalah penerapannya:

        Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan juga berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska, (atau bahkan setiap hari dalam masa Prapaska).

        Prinsipnya, yang disampaikan oleh Gereja adalah syarat minimal, sedangkan kita dapat menambahkannya sendiri sesuai dengan penghayatan kita dan jika keadaan fisik kita memungkinkan.

        Sedangkan Pantang sesungguhnya dilakukan setiap Jumat sepanjang tahun (tidak hanya pada Masa Prapaska saja) kecuali jika Jumat itu adalah hari Raya (masih dalam oktaf Natal dan Paskah), karena itu sudah menjadi ketentuan KHK.

        Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.
        Kan. 1251 – Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

        Semoga menjadi jelas.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  47. shalom,…

    Disni saya ingin menanya beberapa perkara pasal “puasa dan pantang”..

    1.ada kawan2 yg beragama muslim bertanya “mengapa berpantang daging pd stiap hari jumaat??””
    2. adakah pantang “daging”stiap hari jumaat itu tidak wajib?sebab ada kawan saya yang mengatakan “pantang daging pada stiap ari jumaat sepanjang tahun” tidak wajib kecuali sepanjang masa prapaskah. sedangkan apa yang saya tahu, setiap hari jumaat sepanjang tahun, memang kita kena berpantang makan daging.
    3. saya masih kurang jelas mengenai puasa dan pantang iaitu sepanjang prapaskah ini, pantang itu hanya pada hari jumaat biasa, jumaat agong dan hari rabu abu kah?atau pantang pada setiap hari rabu biasa, jumaat biasa, jumaat agong, rabu abu?

    makasih ya, harap bantuan penjelasan….:)

    • Sahlom Monica,
      1. Berpantang pada hari Jumat maksudnya adalah untuk mengenang sengsara Yesus yang wafat disalibkan pada hari Jumat (yaitu Jumat Agung). Mengapa pantang daging yang dipilih, itu karena pantang daging merupakan pantang yang secara umum dapat dilakukan oleh semua orang. Namun idenya di sini tidak terbatas pada pantang daging, namun pantang sesuatu yang umumnya kita sukai. Sebab pantang daging tidak berarti apa-apa bagi para vegetarian, misalnya. Jadi untuk para vegertarian, mereka harus memilih sendiri jenis pantangnya, misal pantang garam, atau pantang nasi, atau pantang kopi, dll yang dapat dilakukan sebagai tanda mati raga.

      2. Pantang pada hari Jumat sebenarnya adalah wajib bagi semua umat Katolik. Ini yang memang sayangnya banyak tidak diketahui oleh umat Katolik sendiri. Hari Jumat sepanjang tahun (kecuali Jumat yang ada pada oktaf/ dalam masa 8 hari sesudah Natal dan Paskah) adalah hari pantang, dan pantang yang umum adalah pantang daging.

      3. Maka, pantang ini berlaku pada hari Jumat sepanjang tahun (kecuali Jumat yang ada pada oktaf/ dalam masa 8 hari sesudah Natal dan Paskah), namun pantang dan puasa wajib dilakukan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung.

      Namun ketentuan ini adalah ketentuan yang minimal, dan tentu kita dapat menambahkannya sendiri sesuai dengan kemampuan dan kemauan kita untuk semakin menghayati masa Prapaska.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  48. Bu Ingrid,
    Saya sangat berterima kasih atas ulasan berpuasa dan berpantang menurut gereja Katholik, saya sekarang sudah jelas cuma saya dibantu dalam Doa agar saya bisa berhenti merokok lalu saya bisa Berpuasa dan Berpantang ( susah eh Bu berhentikan kebiasaan merokoknya ). Terima kasih

    • Shalom Kris,
      Terima kasih juga atas kunjungan anda ke situs ini. Ya, kami akan turut berdoa agar anda dapat menghentikan ketergantungan anda dengan rokok. Semoga Tuhan Yesus memberikan kekuatan dan ketetapan hati kepada anda, sehingga anda dapat mewujudkan keinginan anda ini. Tuhan selalu menyertai kita semua yang berjuang untuk lebih bergantung kepada-Nya dalam segala hal.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

    • Halo Kris,

      nama saya Thomas. Untuk berhenti merokok saya punya pengalaman pribadi yang mungkin bisa sy sharing-kan. Silahkan menghubungi saya via japri sj.

      Shalom
      Thomas

      • Shalom Thomas,
        Kalau tidak terlalu pribadi dan berguna bagi banyak pembaca, silakan untuk mensharingkannya, sehingga pembaca yang lain juga dapat menarik manfaatnya. Saya telah memberikan e-mail Thomas kepada Kris.
        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – http://www.katolisitas.org

  49. Shalom Bu Ingrid,

    Saya masih kurang mengerti soal “mati raga” bisakah anda tolong jelaskan..

    Terimakasih, Leonard

    • Shalom Leonard,
      Istilah mati raga itu mengacu pada perbuatan mematikan keinginan daging dalam diri kita.
      Kita mengetahui bermacam perbuatan daging (lih. Gal 5:19-21), dan kita diajak untuk melawan kecenderungan kita untuk jatuh ke dalam perangkap keinginan daging tersebut.
      Secara sederhana, misalnya, kita mengendalikan diri dalam hal makanan dan minuman. Ini adalah yang paling mudah dilakukan. Nah, inilah yang umum disebut sebagai ‘pantang’. Maka untuk mati raga ini, kita diajak untuk tidak makan/ minum sesuatu yang paling kita sukai, (bisa dipilih) misalnya pantang kopi, sambal, nasi, es batu, pantang garam, dst.
      Namun pantang/ mati raga ini tak terbatas hanya makanan dan minuman. Mungkin yang lebih sulit adalah yang menyangkut kebiasaan buruk, yang sudah mendarah daging. Jadi misalnya pantang membicarakan orang lain/ gosip, pantang mengeluh, pantang curiga, pantang menghakimi orang lain, pantang menyombongkan diri/ bercerita tentang diri sendiri, pantang shopping, pantang nonton TV, pantang main game, dst, yaitu keinginan daging yang walaupun dapat terlihat sepele namun sebenarnya tidak juga. Karena kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat menghalangi kita bertumbuh dalam kekudusan.
      Jika ingin mengetahui mengenai puasa dan pantang menurut Gereja Katolik, silakan anda membaca kembali pada artikel di atas, silakan klik.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  50. Shalom Bu Inggrid..

    Apakah berdosa kalau kita merokok dan minum kopi? Karena alasannya ditulis di Alkitab dlm 1 Kor 19 yang mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Jadi karena bait Roh Kudus, tidak boleh dirusak dengan cara apapun baik dengan rokok maupun yang lainnya. Terima kasih Tuhan memberkati.

  51. saya mau tanya tentang puasa pribadi yang sesuai dengan ajaran kristiani.dimana puasa itu ditujukan benar2 keinginan pribadi untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan agar selalu diberkati.sbagai contoh umat lain ada puasa senin kamis.kalau di katolik itu seperti apa yang sbenarnya dan doanya bagaimana.makasih,Tuhan memberkati…..

    • Shalom Deddy,
      Seandainya anda sudah membaca artikel di atas, maka sebenarnya anda telah mengetahui tentang persyaratan puasa menurut agama Katolik. Tidak berat memang, jika dibandingkan dengan puasa umat Islam misalnya, yang mengharuskan tidak makan dan minum. Bagi kita umat Katolik, memang tidak diharuskan demikian. Kita boleh memilih sendiri bahkan jam/ selang kita berpuasa. Ada yang emmilih dari pagi sampai sore tetapi ada juga yang memilih puasa dari pagi sampai jam 3 siang. Tidak ada ketentuan tertulis mengenai hal ini. Sebab yang terpenting bagi kita adalah dalam puasa kita tersebut adalah kita mengambil bagian (walau tentu sangat sedikit) dalam sengsara Kristus pada waktu memikul salib ke Golgota, untuk menghapus dosa umat manusia. Ketentuan minimal yang disyaratkan sebenarnya adalah umat Katolik berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun (kecuali Jumat sesudah Minggu Paska dan di dalam oktaf Natal). Pantang ini tidak ditentukan jenisnya, namun pantang yang umum diambil orang adalah pantang daging, rokok, nasi, kopi, atau pantang garam. Nah, kalau anda mau berpuasa secara teratur, dapat pula anda mengambil setiap hari Jumat sebagai hari puasa dan pantang anda, sambil anda merenungkan misteri kasih Tuhan Yesus yang menyerahkan nyawa-Nya bagi anda pada hari Jumat Agung. Adalah lebih baik lagi kalau anda mengikuti misa harian pada hari Jumat itu, di pagi hari, untuk mengawali puasa anda.

      Maka pertama- tama motivasi puasa Katolik adalah untuk menghayati misteri kasih Kristus, dengan kita mempersatukan diri dengan kuban sengsara Kristus di salib. Di dalam doa puasa ini, kita memohon ampun atas dosa-dosa kita, dan untuk mendoakan bagi keselamatan kita dan keselamatan orang-orang lain yang kita doakan dalam puasa itu. Dengan sendirinya doa yang paling cocok pada waktu kita berpuasa adalah doa dan renungan Jalan Salib. Atau doa rosario merenungkan peristiwa-peristiwa sedih dalam hidup Yesus (Yesus berdoa di taman Getsemani, Yesus didera, Yesus dimahkotai duri, Yesus memanggul salib ke gunung Golgotha, dan Yesus disalibkan dan wafat). Baru kita dapat menambahkan doa-doa lainnya dan doa pribadi kita jika kita mau memohon intensi yang khusus. Maka sebenarnya fokus kalau kita berpuasa harusnya adalah Tuhan Yesus atau kasih kita kepada-Nya, dan bukannya keinginan diri kita sendiri. Namun, Tuhan akan melihat kasih yang ada di dalam hati kita, dan Dia akan membalasnya berlipat ganda, di luar batas pemikiran kita.

      Maka sebelum anda berpuasa di pagi hari, persembahkanlah hari itu kepada Tuhan. Berikut ini saya tuliskan teks doa “persembahan diri di pagi hari” kepada Tuhan. Teks ini berasal dari tradisi Gereja Katolik, walaupun tidak baku, dan dapat juga anda sesuaikan dengan kebutuhan anda, agar dapat semakin anda hayati:

      “Aku mempersembahkan kepada-Mu Tuhan, semua doa-doaku, perbuatanku, segala sukacita dan penderitaan (dan puasa)-ku hari ini di dalam persatuan dengan Hati Kudus Yesus dan intensi- intensi Misa kudus yang diadakan di seluruh dunia, sebagai tanda syukurku atas berkat dan rahmat-Mu, sebagai permohonan ampun atas semua dosa-dosaku, dan permohonan untuk kebaikan hidupku di dunia dan akhirat, untuk intensi doa-doa Gereja-Mu dan intensi doa Bapa Paus, untuk pertobatan orang-orang berdosa, dan agar jiwa-jiwa yang masih ada di dalam Api Penyucian dapat segera bergabung dalam kebahagiaan surgawi.”

      (Semoga aku dapat menghayati mati ragaku/ puasaku pada hari ini, sebagai tanda kasihku kepadaMu, ya Yesus, yang telah mengasihi-Ku sampai menyerahkan nyawa-Mu bagiku di kayu salib Golgota. Semoga Engkau menambahkan kasih di dalam hatiku, agar aku dapat lebih mengasihi Engkau dan sesamaku.)

      Bapa Kami…… Salam Maria……. Kemuliaan ……

      Amin.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  52. Yth Katolisits,
    Saya ingin bertanya tentang bagaimana berpuasa yang benar menurut ajaran gereja katolik? Sebagaimana kita ketahui,ketika tri hari suci gereja menganjurkan agar umat berpuasa dan berpantang.dikatakan ,bahwa kita hanya makan kenyang satu kali(siang). Tetapi sampai saat ini,saya selalu berpuasa dari pagi sampai sore saja. Saya tidak makan,tetapi minum air putih saja. Itupun secukupnya,karna dalam pekerjaan,saya setiap hari bertemu dengan orang banyak.apakah itu boleh? Dan teman saya bercerita bahwa dia berpuasa dari pagi sampai besok pagi lagi. Saya sangat salut sama dia. Karna saya belum pernah berpuasa seperti dia. Mungkin untuk hal yang lain, ketika kita sedang novena ataupun berdoa untuk sesuatu hal, alangkah bagusnya jika disertai denga puasa juga. Apakah berpuasa ketika menyambut tri hari suci sama dengan berpuasa kitaa pribadi? Saya berharap katolisitas akan memberikan jawaban tentang bagaimana berpuasa yang benar, sehingga saya tidak bingung lagi. Trims. Tuhan memberkati

Comments are closed.