Pertanyaan:

Saya ada pertanyaan tentang mengampuni. Yesus menginginkan kita untuk mengampuni tak terbatas, 70×7x. Pertanyaannya ialah apakah sikap kita terhadap orang yang menyakiti kita tetapi tidak menyesal dan meminta maaf kepada kita? Sebab dalam contoh2 kitab suci, semua pendosa harus terlebih dahulu menyesal dan minta maaf kepada Tuhan, barulah diampuni.
Apakah kita harus bersikap seperti Tuhan? tidak mengampuni orang yang tidak menyesal dan minta maaf.
Salam – Erwin

Jawaban:

Shalom Erwin,
Memang bagi kita manusia, ‘mengampuni’ adalah sesuatu yang tidak mudah, dan karenanya kita perlu memohon kekuatan dari Tuhan. Sebenarnya, Tuhan Yesus tidak mengajarkan bahwa orang yang bersalah kepada kita itu harus minta maaf terlebih dahulu baru kemudian ‘layak’ kita ampuni. Berikut ini adalah beberapa ayat Alkitab yang menunjukkan bahwa kita harus mengampuni tanpa syarat, seperti yang diajarkan oleh Tuhan:

1) Dalam doa Bapa Kami, kita setiap kali berdoa, “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami…” (Mat 6: 12). Di sini tidak dikatakan “asalkan mereka minta maaf kepada kami”. Jadi sesungguhnya apapun yang terjadi, Tuhan menghendaki agar kita mengampuni orang yang bersalah pada kita- tanpa ada syarat apa-apa lagi.
2) Pada khotbah-Nya di bukit, Yesus berkata, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mt 5:44) Di sini tidak dikatakan apakah musuh itu harus minta maaf atau menyesal dahulu, baru kita ampuni/ kasihi. Makna “kasihilah” di sini adalah sesuatu yang lebih dalam daripada mengampuni, karena mengampuni saja sudah sulit, apalagi mengasihi dan mendoakan mereka.
3) Yesus memberikan sendiri contoh yang sempurna terhadap pengajaran-Nya ini dengan menyerahkan Diri-Nya di kayu salib. Pada saat Ia tergantung di salib, ketika tangan-Nya terentang antara langit dan bumi, Ia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat ” (Luk 23: 34). Dalam kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus mengampuni mereka yang telah menyalibkan Dia, walaupun pada saat itu mereka tidak bertobat atau minta ampun pada Yesus.
4) Rasul Paulus mengatakan, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.” (Rom 5:8). Jadi Kristus memilih untuk wafat di salib untuk menebus dosa-dosa kita manusia, meskipun pada waktu itu manusia belum bertobat. Dan kasih Allah yang besar inilah yang sesungguhnya malah mengantar kita kepada pertobatan.
5) Sebenarnya kita mengampuni bukanlah melulu demi orang yang bersalah kepada kita, seolah-olah jika kita mengampuni maka ‘dia yang untung dan kita yang rugi’. Sebaliknya, jika kita mengampuni sesungguhnya itu adalah untuk kebaikan kita sendiri, karena dengan kita mengampuni, kita dibenarkan oleh Tuhan karena kita mengikuti teladan-Nya dan kita menjauhkan dari diri kita segala bentuk sakit penyakit badani dan rohani yang berkaitan dengan kekecewaan, kesesakan, kepahitan dan sakit hati yang terpendam. Kitab Mazmur mengatakan, “Kasihanilah aku ya, Tuhan, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang-tulangku menjadi lemah…” (Mz 31: 10-11). Tentulah karena Tuhan mengasihi kita, maka Ia ingin agar kita belajar mengampuni, agar kita tidak menyimpan sakit hati yang dapat mendatangkan hal-hal negatif terhadap diri kita sendiri, baik rohani maupun jasmani.

Contoh yang paling indah saya rasa adalah bagaimana Bapa Paus Yohanes Paulus II yang mengampuni Mehmet Ali Agca, yang telah berusaha membunuhnya, dengan menembaknya pada tgl 13 mei 1981. Begitu Bapa Paus sembuh, beliau mengunjungi Ali di penjara, dan menyatakan bahwa beliau mengampuni Ali, walaupun setahu saya, tidak didahului oleh permintaan maaf dari Ali. Entah bagaimana jika kita yang ada di posisi Bapa Paus, sanggupkah kita mengampuni orang yang telah berusaha membunuh kita?

Memang, mengampuni bukan sesuatu yang mudah, namun itu adalah pengajaran Tuhan yang tak bisa ditawar. Maka kita semua memang harus berusaha untuk melakukannya, tentu dengan bantuan rahmat Tuhan. Jika kita dizinkan Tuhan untuk mengalami pengalaman disakiti oleh orang lain, maka kita diberi kesempatan oleh-Nya untuk merasakan sedikit dari penderitaan-Nya di kayu salib. Dan untuk itu, obat yang paling mujarab adalah: kita kembali mempersembahkan rasa sakit hati/ hati yang hancur kita di hadapan Tuhan (lih. Mzm 51:19), dan mempersatukannya dengan korban Yesus dalam Ekaristi Kudus, agar kita memperoleh buah-buahnya, yaitu dosa kita diampuni, sakit hati kita disembuhkan, dan kita diberi kekuatan oleh Tuhan untuk mengampuni, dengan kekuatan yang bukan berasal dari diri kita sendiri, tetapi dari Tuhan. Dengan pertolongan rahmat Tuhan, maka kita akan dapat mengampuni sesama yang bersalah pada kita, walaupun yang bersangkutan tidak minta maaf pada kita. Hal ini dapat terjadi sekaligus, ataupun merupakan perjuangan yang bertahap, namun kita harus terus mengusahakannya, sebab inilah yang dikehendaki oleh Tuhan bagi kita, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:35).

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – https://katolisitas.org

22 COMMENTS

  1. Shalom, tim katolisitas!

    Saya ingin bertanya, apa sebenarnya definisi dari mengampuni itu? Apakah mengampuni itu hanya sekedar di dalam hati, atau juga ditunjukkan ke dalam perbuatan sehari-hari, seakan2 orang tersebut tidak pernah bersalah kepada kita? Apakah mengampuni itu sama dengan melupakan dosa-dosa orang tersebut?

    Saya ingin sharing tentang pengalaman saya, mohon pencerahan admin.
    Saya selama 5 tahun memiliki seorang kekasih. Saya telah memberikan apa yang saya miliki seutuhnya demi kebahagiaan dia. Dan saya sadar saya bukanlah orang yang sempurna, masih sering berdosa. Sampai suatu hari, dia pergi keluar negeri sendiri dan saat kembali ke Indonesia, dia mengakui (dengan paksaan dari saya) bahwa dia pergi ke sana bertemu pacar barunya. Dia memutuskan hubungan dengan saya tanpa memberi kesempatan kedua atau penjelasan kepada saya. Dia ingin tetap menjalin hubungan baik dengan saya, dia mengatakan saya sudah seperti saudaranya sendiri, dan tidak ingin kehilangan saya.

    Teman-teman yang mengenal hubungan kami mengutuk dirinya karena dia telah berkhianat dan berkata bahwa dia tidak layak untuk saya. Mereka menyarankan saya tidak usah memikirkan hidup dia lagi, dia tidak pantas dipikirkan mengingat semua pengorbanan dan kasih yang selama ini saya berikan. Hati saya sangat terluka, tetapi saya tidak dapat memungkiri bahwa saya mencintai dia. Saya berkata saya ingin belajar mencintai dia dengan tulus (agape). Saya ingin mengampuni dia. Saya tidak mengutuknya, tetapi saya sangat membenci apa yang telah dia lakukan kepada saya. Saya telah mengaku dosa dengan romo, dan meminta bimbingan Tuhan. Saya ingin mengampuninya, dan saya percaya bahwa hanya dengan bantuan Tuhan saya dapat mengampuninya.

    Romo mengatakan dalam nasehatnya bahwa iri hati dan cemburu tidak akan dapat hilang, karena kita adalah manusia yang tidak sempurna. Tetapi seperti perumpamaan lalang dan gandum (Mat 13: 36-43), romo megatakan bahwa biarlah iri hati dan cinta yang tulus tumbuh bersama-sama, tetapi jangan iri hati dipelihara dengan sengaja, kemudian pada saatnya (entah kapan), kita harus memilih kasih yang semakin kuat tersebut ketimbang iri hati yang tidak berdasar, karena kasih akan berbuah positif.

    Nah, apa yang saya harus lakukan sekarang? Apa mengampuninya berarti saya harus menjalin hubungan baru dengan dia? Atau saya tidak usah menjalin hubungan sama sekali dengan dia? Apa sebenarnya makna pengampunan itu?

    Saya sadar bahwa saya adalah manusia. Bila sekarang saya mengatakan nanti suatu saat saya telah mengampuni dia dan mengasihi dia dengan tulus dan mendoakan hanya yang terbaik untuknya walau bukan dengan saya, tapi nantinya? Saya sadar bahwa nanti kalau saya menjalin hubungan seperti saudara (yang berarti juga lumayan dekat), iri hati itu akan kembali atau saya malah menginginkannya lagi sebagai kekasih (yang dia tidak inginkan). Ini menyiksa saya… Terima kasih banyak.

    • Shalom Cosmas,

      Kami memahami rasa sakit dan kecewa di hati Anda karena kekasih Anda meninggalkan Anda untuk menjalin hubungan baru dengan orang lain, apalagi secara mendadak, dan karena pemutusan itu dilakukannya sepihak, tidak ada penjelasan atau diskusi apa-apa yang dapat ia berikan. Oleh karena itu ia pun kemungkinan besar sempat mengalami konflik dari teguran hati nuraninya bahwa ia telah melakukan hal yang tidak adil kepada Anda. Anda sudah melakukan hal yang amat baik, datang kepada romo untuk mengakukan dosa dalam Sakramen Pengampunan serta meminta bantuan nasehat romo untuk membantu Anda mengampuni dia dan mengandalkan Tuhan untuk mendapat kekuatan agar tetap bisa mengasihi dan mengampuni dia sepenuhnya. Anda telah membuka diri kepada rahmat Tuhan supaya menguatkan Anda dalam perjuangan Anda mengampuni, Tuhan tentu terus membantu dan menyertai Anda.

      Pengalaman mengampuni adalah pengalaman yang sangat mendewasakan yang memberkati mental dan kerohanian kita, karena kita diajak keluar meninggalkan kekelaman kepahitan diri sendiri dan desakan ego kita, melangkah maju menanggapi ajakan dan perintah Tuhan yang penuh dengan cahaya keselamatan, kedamaian, dan kebebasan. Kedewasaan rohani itu akan segera berdampak juga kepada kesehatan jasmani kita, sebagaimana telah diuraikan Ibu Ingrid dalam artikel mengenai mengampuni di atas. Mengampuni memang tidak berarti membenarkan / menyetujui perbuatan yang tidak adil yang telah dilakukan sesama kita. Mengampuni juga bukan berarti kita harus segera mampu melupakan perbuatan orang tersebut karena kita mempunyai memori / ingatan, tetapi mengampuni adalah sebuah pilihan yang kita ambil karena kasih dan ketaatan kita kepada Tuhan, dan melanjutkan hidup kita dalam cahaya kemurahan kasih Allah, yang sudah selalu mengampuni dan mengasihi kita terus menerus. Dan bersama rahmat Tuhan, memilih untuk melupakan (tidak mempersoalkan) akibat dari perbuatan sesama yang merugikan itu kepada kita. Seringkali hal ini merupakan proses dan tidak sekali jadi. Doa dan Ekaristi, Firman Tuhan dan persekutuan dengan teman seiman akan senantiasa sangat berguna dalam proses ini.

      Dalam hal yang Anda alami ini, pengampunan itu juga berarti berdoa bagi teman yang dulu adalah kekasih Anda itu supaya ia sendiri menemukan jalan pertobatannya dan menemukan kebahagiaan dalam pencarian pasangan hidupnya. Sampai di sanalah pengampunan sepenuhnya yang dimaksudkan Tuhan itu hendaknya diberikan karena Tuhan juga meminta kita mendoakan mereka yang menganiaya kita. Anda benar hanya bersama Tuhan hal yang sulit itu bisa dilakukan dengan tulus. Wajar jika dalam hati Anda masih selalu ingin dekat dengan teman Anda ini walaupun ia sudah bukan kekasih Anda lagi. Namun karena Anda sudah memutuskan untuk melangkah lagi bersama Tuhan dalam semangat pengampunan dan siap menjalani hidup dan masa depan yang baru, relasi Anda dengan teman Anda itu adalah selayaknya relasi yang tidak saling mengharapkan apa-apa selain dari pertemanan dan persaudaraan. Tentu hal ini sulit bagi Anda. Jika Anda belum merasa siap untuk mempunyai relasi teman biasa dengannya, ambillah waktu untuk tidak berkontak dulu dengannya, sampai Anda bisa sepenuhnya menerima dan mengampuni dan hidup dengan semangat baru. Tetaplah menerima dengan terbuka tawarannya untuk berteman, tetapi tidak mengambil inisiatif untuk berkontak apalagi secara rutin, cukup sesekali saja dan seperlunya. Sementara itu Anda harus maju terus, bersama Tuhan mohonlah kekuatan dan rahmat-Nya untuk mengampuni dan untuk memohon pimpinan Tuhan dalam langkah hidup selanjutnya dengan semangat baru, misalnya melalui doa Novena kepada Hati Kudus Yesus, maupun dengan doa Novena Tiga Salam Maria.

      Semoga dengan pertolongan rahmat Tuhan ini, Anda dikuatkan untuk menyerahkan masa depan ke dalam pimpinan tangan Tuhan, yang sangat mengasihi Anda, sambil terus percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik, dan jika memang panggilan hidup Anda untuk menikah, Tuhan tentu akan mempertemukan dengan pasangan yang lebih cocok, lebih mengasihi Anda dan setia.

      Salam kasih dan teriring doa kami dalam Kristus Tuhan
      Triastuti dan Ingrid Listiati– katolisitas.org

      • Terima kasih Ibu Tri dan Ibu Ingrid atas jawaban kalian yang menyentuh saya. Saya juga ingin berterima kasih kepada seluruh Tim Katolisitas atas artikel2nya yang menuntun saya melewati masa kelam ini.

        Kembali kepada Tuhan merupakan sebuah pengalaman yang amat besar. Saya menaruh harapan kepada Yesus, sang Pengharapan itu sendiri. Sebuah perikop yang sangat saya imani adalah Roma 12:9-21 tentang nasehat Hidup dalam Kasih, terutama ayat 17 dan 18 yang berbunyi: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”. Rekonsiliasi hubungan (dengan tidak memusuhinya) adalah sebuah keharusan. Terima kasih banyak :)

        [dari Katolisitas: kami juga mengucapkan terima kasih untuk kesaksian iman dan kasih Anda kepada Tuhan dengan terus berusaha mengampuni, semoga rahmat Tuhan terus menguatkan Anda dan Tuhan semakin leluasa berkarya dalam diri Anda sehingga menghasilkan buah-buah kasih yang limpah bagi sesama dan kemuliaanNya]

  2. Halo, Katolisitas

    Mungkin pertanyaannya agak menyimpang dari konteksnya.

    Saya bekerja pada suatu lembaga yang menangani mengenai HRD. Suatu ketika ada karyawan melakukan pelanggaran berat sehingga menurut pimpinan ngotot utk di PHK. Padahal belum ada peraturan lembaga yang sah mengaturnya.

    Dari sisi saya pribadi sebagai orang Katolik hal ini tidak boleh dibiarkan. Kemudian saya menganjurkan untuk diberikan SP 1 dan Terakhir. Supaya lembaga dan yang melakukan kesalahan sama-sama berbenah.

    Pertanyaannya: Bagaimana menerapkan konsep mengampuni berdasarkan pengajaran Katolik terhadap konsep kelembagaan?

    Sekian, mohon moderasinya.

    Wil

    • Shalom Wilfirmus,

      Nampaknya yang perlu di sini adalah adanya prudence/ kebijaksanaan, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah yang baik dan adil untuk semua pihak. Di samping itu, perlu diketahui secara umum, prinsip nilai-nilai ajaran sosial Gereja, sebagaimana pernah diulas di sini, silakan klik.

      Terutama jika belum ada peraturan lembaga yang sah mengaturnya, dan jika Anda mempunyai kewenangan untuk membuat keputusan atau mengusulkan dalam proses pembuatan keputusan, silakan Anda menerapkan prinsip nilai-nilai ajaran sosial Gereja tersebut untuk menyikapi situasi yang ada/ terjadi di perusahaan tempat Anda bekerja. Adalah baik jika sebelum PHK, orang yang bersangkutan diberi surat pemberitahuan, agar yang bersangkutan mempunyai kesempatan untuk mencari pekerjaan lain sebelum ia diberhentikan (ini tentu jika kesalahan yang diperbuatnya sudah benar-benar tidak kondusif bagi perkembangan perusahaan maupun kepentingan bersama/ sesama karyawan di perusahaan itu). Kekecualian memang adalah apabila kesalahan tersebut bukan merupakan kesalahan orang yang bersangkutan itu sepenuhnya, sehingga pihak pimpinan berkenan untuk memberikan kesempatan kedua kepadanya. Namun sepertinya, dalam hal ini pihak pimpinan ataupun pemilik perusahaan-lah yang lebih berwewenang untuk memutuskannya, walaupun dalam prosesnya Anda tetap dapat mengajukan usulan.

      Mohonlah pimpinan Tuhan agar Anda diberi kebijaksanaan untuk melakukan tugas Anda dalam kapasitas Anda untuk menerapkan prinsip ajaran sosial Gereja dalam perusahaan tempat Anda bekerja.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Saya telah mengamalkan ditampar pipi kiri dan memberi pipi kanan. tetapi org itu sepertinya ingin memenggal kepala saya (itu bhs lebay nya). Saya tau mengampuni itu wajib, tp apakah berdosa bila saya blm mampu mengampuni? Bgaimanapun saya tdk dpt sempurna skali seperti Yesus :(
    Lalu pertanyaan saya berikutnya. apakah saya blh menjaga jarak dr org yg sya ampuni? Bagaimanapun saya tdk dpt lg percaya pd org yg tlh brulg kali menyakiti saya. Apakah pengampunan musti dibarengi dgn perbaikan hub seperti semula?

    • Shalom Mema,

      Terima kasih atas pertanyaan Anda ini. Sebagaimana dituliskan Ibu Ingrid dalam artikel di atas, dan Anda sendiri menuliskannya, pengampunan adalah wajib. Karena Tuhan mempunyai maksud yang sangat indah dengan meminta kita untuk selalu mengampuni, sebab ujungnya adalah keselamatan umat manusia. Hal mengampuni, Ia mencontohkannya sendiri dengan nyata dan konsekuen melalui teladan sengsara-Nya di kayu salib. Jika kita ingin melayani dan mencintai Tuhan dengan segenap hati, segenap akal budi dan segenap kekuatan kita, serta terus berkarya demi pekerjaan-pekerjaan Tuhan, maka mengampuni adalah kesempatan yang sangat baik yang Dia ijinkan untuk kita gunakan. Pengampunan membuka pintu kepada kesembuhan, kemungkinan baru, perubahan yang lebih baik dari pribadi-pribadi, dan pada keberlangsungan kehidupan dunia ini. Oleh karena itu pengampunan akan memberikan keuntungan dan keselamatan kepada semua pihak, baik pihak yang diampuni maupun yang mengampuni.

      Saya bersyukur karena Anda sudah sungguh berusaha mengamalkan semangat pengampunan itu, walau sikap Anda yang telah terluka berkali-kali membuat Anda tidak ingin mempunyai hubungan yang dekat sebagaimana sebelumnya dengan orang yang telah melukai Anda itu. Reaksi ini adalah reaksi yang wajar. Walau telah mengampuni, akibat dari perlakuan yang menyakitkan masih bisa meninggalkan bekas. Demikianlah akibat /kerusakan yang timbul dari perbuatan dari dosa memang masih harus ditanggung semua pihak, sekalipun pengampunan sudah diberikan. Kepercayaan yang telah rusak, memerlukan usaha dan waktu untuk bisa dipulihkan lagi. Apalagi jika terjadi berkali-kali oleh orang yang sama. Jika Anda masih memerlukan waktu untuk menjaga jarak dengan sesama Anda itu, jika itu membantu Anda untuk pulih dari luka-luka Anda, lakukanlah itu. Juga memang kita tidak boleh mentolerir perbuatan yang buruk atau jahat. Bahkan kita harus ikut berbuat sesuatu untuk memperbaikinya.

      Namun selama masa-masa itu, jangan berdiam diri dan terus mengingat kesalahan dan luka yang telah diakibatkannya. Secara aktif, berdoalah senantiasa untuk sesama yang telah melukai Anda itu, kalau masih belum bisa berdoa banyak, setidaknya sampaikanlah pada Tuhan, Ya Bapa, berkatilah dia. Doakanlah setulus hati dan mohonlah kekuatan Bapa untuk bisa mengasihi dan mengampuni sepenuhnya kesalahan itu. Kalau hati Anda sudah mulai bisa lebih ringan, doakanlah dengan lebih panjang, dengan jujur di hadapan Allah, Anda dapat berdoa,” Bapa yang Maharahim, aku sangat terluka oleh perlakuannya itu kepadaku. Tetapi seperti yang Yesus Putera-Mu ajarkan, aku mohon berkatilah dia dan buatlah hidupnya bahagia, sehat, dan damai. Sinarilah jiwanya dengan cahaya kasih-Mu dan pulihkanlah luka-luka hatinya. Perbaharuilah hidupnya menuju kepenuhanMu dan semoga ia yang telah melukaiku diubahkan oleh karena kemurahan rahmat-Mu” .

      Dalam mendoakannya dengan tulus, Anda percaya bahwa rahmat Tuhan lebih kuat dari kekuatan dosa. Anda menaruh kepercayaan bahwa Tuhan bisa memulihkan segala sesuatu dan sifat buruk apapun dapat diubahkan oleh rahmat-Nya. Sikap mengampuni dan mendoakan akan memberi kesempatan rahmat itu bekerja. Siapa tahu sesama Anda itu adalah orang yang hatinya kosong oleh kasih Tuhan dan kasih sesamanya, karena pengalaman hidupnya yang suram, sehingga sikapnya menjadi pahit dan sulit. Ya siapa tahu Anda adalah orang pertama yang mendoakan dia. Dalam doa itu, berarti Anda juga membuka diri untuk terjalinnya lagi relasi yang baru dan lebih baik, sebagaimana sebelumnya. Kalau didoakan dengan kasih dan iman, kita semua tahu dan percaya akan kekuatan doa. Dan Allah Bapa akan memberkati usaha anak-anakNya untuk mengikuti Dia dan menaati perintah-Nya.

      Selain teladan Beato Yohanes Paulus II, teladan St Maria Goretti yang mengampuni pembunuhnya. telah mengubah hidup si pembunuh. Ia menyesal luar biasa, lalu bertobat dan menjadi seorang biarawan, silakan dibaca di sini kisahnya dan semoga menguatkan Anda. Kiranya semua rahmat terbaik Tuhan akan memperkaya Anda dan membahagiakan hati Anda karena telah berusaha selalu untuk memikul salib Anda dan mengikuti Yesus

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan
      Triastuti- katolisitas.org

  4. Benarlah mengampuni itu sulit bagi kita manusia yang masih mengembara di dunia ini. Namun jika kita dengan rela dan tulus memberikan maaf dan pengampunan maka hati dan bathin kita akan terasa damai. Karena jika kita menyimpan dendam dan amarah maka tanpa kita sadari banyak penyakit yang akan menggerogoti diri kita, misalnya lambung. Amarah dan dendam membuat pikiran dan hati kita tidak tenang, apalagi jika kita langsung berhadapan dengan orang yang bersalah kepada kita. Rasa amarah pasti tak tertahankan, hal ini menimbulkan pikiran kita jadi kalut, makan rasanya tidak enak tidurpun rasanya tidak nyenyak. Nah hal-hal kecil inilah yang akan menimbulkan banyak penyakit yang tanpa kita sadari. Oleh karena itu sebagai orang katolik yang beriman hendaknya dengan tulus kita memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Jangan sekali kali menyimpan dendam, sakittttttttttt. TUHAN Yesus Memberkati

  5. Memang,mengampuni itu gampang dikatakan tapi tidak mudah dilakukan.Waktu saya kuliah,ada teman yang selalu membuat saya jengkel,dia selalu melakukan kesalahan berulang-ulang dan itu membuat saya susah untuk mengampuni.Saya sudah berdoa dan bilang sama Tuhan kalau saya mau mengampuni dia.Menurut saya,saya sudah mengampuni dia sepenuh hati.Tapi meskipun demikian,saya tidak sedekat dulu lagu dengan dia.Tuhan tahu ternyata saya belum sungguh-sungguh mengampuni dia,sehingga selalu saja ada hal-hal yang membuat saya harus bekerja sama dg dia walaupun dg terpaksa.Akhirnya saya sadar Tuhan ingatkn saya lewat hal itu,dan mulai saat itu saya berusaha melepaskan pengampunan untuk dia.

  6. saya berasal dari keluarga kristen . pernikahan saya ditentang oleh keluarga saya karena saya menikah dgn suku yg berbeda. Apalagi saya anak tertua dr keluarga yg pantas menjadi panutan buat adik-adik saya. Tapi saya merasa bahwa disinilah panggilan iman saya. Tp setelah 12 tahun pernikahan saya sedih dan berputus asa karena suami yg saya anggap paling baik paling jujur ternyata menghianati saya. Dia selingkuh dan melakukan perzinahan dgn bekas pacarnya.Saya belum mengerti ternyata smua ini terjadi karena Tuhan Yesus sangat sayang pd saya. Saya belajar bagaimana kita menjadi anak kristus. Saya belajar mengampuni > Indah Tuhan itu sungguh baik dia menyimpan hal yg baik didalam masalah yg saya hadapi. Saya belajar bagaimana Tuhan rela disalibkan untuk dosa manusia. Saya juga belajar bagaimana memaafkan , mencintai seperti yg Tuhan Yesus ajarkan . Saya skarang smakin yakin Bahwa Tuhan ingin saya slalu dekat denganNya dan meneladani Dia………………………Haleluya sgala perkara buat Tuhan indah adanya.

    [Dari Katolisitas: Terima kasih atas sharing anda dalam hal mengampuni suami anda. Semoga jika di kemudian hari suami anda bertobat, anda dapat dengan lapang hati menerima dia kembali].

  7. Shalom katolisitas..

    Pak Stef, kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus mengajarkan semua orang untuk “mengampuni” bukan tujuh kali, tapi tujuh puluh tujuh kali tujuh… ssuatu perumpamaan yang fantastic dan sepertinya susah sekali untuk di terapkannya dalam kehidupa kita..

    Pada umumnya jika terdapat seseorang telah berbuat kesalahan terhadap kita, kita bisa saja memberikan pengampuninya pada saat itu, bahkan setelah itu terlupakan sama sekali dan selamanya..

    Saya mengambil dua ilustrasi yang berbeda sebagai perbandingan perkara:

    Pertama: (merupakan Korban kerugian financial) sebagai pemilik sebuah perusahaan.. mempekerjakan seorang karyawan sebagai kepercayaannya (tangan kanannya), diberi kepercayaan penuh hingga sampai pada tingkat financial perusahaan tsb. suatu hari karyawa ini melarikan uang perusahaan dan sang majikan kemudian jatuh sakit serta menanggung seluruh beban hutang perusahaan…

    Ke dua: (merupakan hal berkaitan dengan perasaan) sebagai seorang suami yang telah bersusah payah membangun sebuah rumah tangga.. membinanya.. menjaga.. membesarkan anak2nya.. selama hampir 20 tahun lamanya (jadi, rumah tanggga ini telah berjalan 18 tahun).. suatu hari sang suami jatuh sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Pada saat ini sang isteri yang seharusnya mengambil alih tugas dan tanggung jawab sang suami malah ketahuan berselingkuh (mempunyai pria idaman).. nah betapa hancurnya hati sang suami.. apalagi seluruh akhir dari kejadian diatas diakhiri dengan perpisahan (perceraian)

    Dengan berjalannya waktu, perlahan2 rasa sakit hati (dendam) sang suami terobati oleh ke tiga ayat di bawah ini… namun kesan dan kejadian masa lalu tak terhapus dari ingatannya.. kadang2 masih timbul rasa benci.. kekecewaan dsb.

    “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami…” (Mat 6: 12).
    “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mt 5:44)
    “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat ” (Luk 23: 34).

    Dalam konteks kejadian kedua. bagaimana seseorang bisa menjalankan pengampunan secara sempurna? Sedangkan timbulnya rasa benci di masa lalu selalu bermunculan jika sang ayah bertemu dengan anak2nya, bukankah hubungan batin antara sang ayah dengan anak2 tak bisa terlepaskan dengan begitu saja… dengan cara bagaimanakah kita harus mengampuni orang yang tidak menyesal dan minta maaf.. mohon memberikan pandangan2nya dan terima kasih.

    Salam sejahtera.
    Felix Sugiharto

    • Shalom Felix Sugiharto,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang mengampuni 70×7 kali. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:

      1) Dalam kasus pertama, walaupun seseorang telah mengampuni, maka bukan berarti seseorang harus kehilangan kebijaksanaannya. Dalam kasus tersebut, kalau atasan mau memberikan kesempatan ke dua kepada bawahannya yang korupsi, maka dia dapat diterima dengan posisi yang tidak berhubungan dengan keuangan dan dia harus turut bertanggung jawab, misalkan dengan menyicil. Atau kalau taraf kejahatannya telah begitu parah dan orang tersebut telah melakukannya berkali-kali, maka dapat dilaporkan ke polisi. Kedua hal tersebut dapat dilakukan untuk “greater good“, yaitu agar orang tersebut juga dapat belajar untuk bertanggung-jawab dan agar orang tersebut tidak dapat menipu orang lain.

      2) Dalam kasus ke-dua, maka kalau perkawinannya sah – entah terikat oleh hukum kodrat (natural law) maupun Hukum Gereja (kalau salah satu atau dua-duanya Katolik) – , maka perkawinan tersebut tidaklah terceraikan. Ini adalah salib yang harus dipikul oleh sang suami. Dalam mengampuni, memang dibutuhkan rahmat Allah dan keputusan untuk mau mengampuni. Mengampuni sebenarnya bukan saja untuk kebaikan orang yang diampuni, namun juga untuk kebaikan orang yang memberikan pengampunan. Dengan tidak mengampuni, maka kebencian membuat hati menjadi keras dan kehidupan terasa berat, bahkan dapat berakibat pada terganggunya hubungan orang tersebut dengan Tuhan. Oleh karena itu, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat saya sarankan:

      a) Bertekunlah di dalam doa dan terus berakar dalam Sakramen. Doa dan Sakramen (Ekaristi dan Tobat) membuat hati kita terarah kepada Yesus. Pada saat yang bersamaan, rahmat Allah dapat mengalir dalam hati kita. Dengan demikian, kita dapat memperoleh kekuatan, minimal untuk mengatakan kepada Tuhan: “Tuhan, saya membuat keputusan untuk mengampuni dia. Oleh karena itu, berikan kepada saya kekuatan untuk benar-benar mengampuninya dan menjauhkan saya dari kebencian.

      b) Ini berarti bahwa apa yang ada di dalam kontrol kita telah dilakukan, yaitu memutuskan untuk mengampuni. Namun tentu saja hal ini sulit. Oleh karena itu, kita minta kepada Tuhan untuk memberikan rahmat-Nya. Kalau Yesus telah memberikan perintah untuk mengampuni 70×7, maka Dia juga harus memberikan rahmat kepada kita, sehingga kita dapat melakukan perintah yang sulit ini. Hal ini, menjadi mungkin, kalau kita membiarkan rahmat-Nya mengalir ke dalam hati kita. Kita harus minta kepada Yesus untuk merubah hati kita, sehingga hati kita dapat dipenuhi dengan damai-Nya. Kita juga dapat meminta Bunda Maria untuk menolong kita, karena melalui perantaraannya, air yang tawar dapat berubah menjadi anggur. Kalau anggur telah menjadi tawar dalam kehidupan perkawinan, maka hanya Yesuslah yang dapat menjadikannya manis kembali.

      c) Mengampuni tidak ada hubungannya dengan apakah orang yang ingin diampuni menyesal atau tidak. Kita tetap dapat mengampuni walaupun orang yang diampuni tidak menyesal, sehingga kebencian tidak ada lagi dalam hati kita. Kalau kita terus memelihara kebencian, maka ibaratnya kita menginginkan seseorang mati keracunan, namun dengan cara kita meminum racunnya. Racun kebencian akan membawa bencana bukan hanya pada orang yang bersalah, namun juga terutama akan membawa kesulitan parah pada orang yang tidak mau mengampuni.

      d) Kalau memungkinkan, terimalah Sakramen Ekaristi setiap hari. Pada saat Romo membawa persembahan kepada Tuhan, secara spiritual, kita sertakan persembahan kita: hati yang hancur, kebencian, dll. Secara teratur (1x atau 2x sebulan) pergilah mengaku dosa. Kalau belum bisa menghilangkan kebencian, akukanlah hal ini di dalam Sakramen Tobat. Kalau setelah mengaku dosa, masih ada kebencian, akukan kembali dalam Sakramen Tobat. Begitu seterusnya, sampai rahmat Allah benar-benar mengubah hati anda. Dengan mengakukan dosa, maka orang tersebut akan terus diingatkan akan keputusannya untuk mau mengampuni orang dibencinya dan pada saat yang bersamaan menerima rahmat Tuhan untuk dapat mengampuni dan menghilangkan kebencian, karena menyadari bahwa dirinya juga telah menerima pengampunan dosa dari Tuhan. Yang dapat membantu juga adalah untuk berdiskusi dengan pembimbing rohani.

      e) Setiap kali berdoa Bapa Kami, berhentilah pada kalimat “Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni dosa yang bersalah kepada kami.” Renungkanlah kalimat tersebut.

      f) Akhirnya, janganlah berputus asa kalau kebencian tersebut masih ada di dalam hati orang tersebut. Biarlah Tuhan sendiri yang mengubah kebencian tersebut menjadi damai, pada waktu yang Dia kehendaki.

      Masa Paskah ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan belas kasih Tuhan. Kita yang telah berdosa berkali-kali, namun tetap diampuni oleh Tuhan. Dan cara Tuhan mengampuni kita bukanlah dengan cara yang mudah, karena pengampunan-Nya dilakukan dengan mengirimkan Putera-Nya yang menderita dan wafat di kayu salib. Semoga kalimat Yesus pada waktu Dia tergantung di kayu salib, dapat memberikan kekuatan kepada orang tersebut.

      Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lk 23:34)

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  8. Terimakasih banyak Pak Stef atas saran2nya, dimana kita pun juga harus mendoakan orang yg menyakiti kita itu dg benar2 tulus, tidak hanya dibibir saja. Walau pun ini sulit, krn sebetulnya hati ini masih jengkel dan sakit hati thd org tsb, tp malah mendoakan org tsb. Memang kadang2 kalau saya berdoa untuk mohon rahmat Tuhan spy saya dapat terbebas dari rasa sakit hati dan mau mengampuni org yg menyakiti hati saya, seakan-akan selesai berdoa [saat itu] saya merasakan lega dan berniat mengampuni/tidak menyimpan lagi perasaan2 sakit hati thd org tsb. Tapi seringnya setelah bertemu muka perasaan tidak suka thd dia muncul lagi secara langsung . Tapi yg pasti spt penjelasan Pak Stef, Tuhan tetap mengingikan kita selalu mengampuni. Apalagi kalau hub kita dg org bersalah thd kita itu adalah dalam 1 keluarga, yg mana mengampuni berarti selalu memberikan kesempatan untuk dapat dipercaya lagi.

    Terimakasih Pak Stef. Damai dan Kasih Tuhan beserta Anda sekeluarga.

    Salam,
    Joseph

  9. Tetapi bagaimana kalau kita sudah berusaha untuk mengampuni org yg bersalah/sangat menyakiti hati kita itu, dan disaat rasa sakit dan kecewa itu sudah bisa secara perlahan-lahan memudar, dan kita sudah mulai dapat mengampuni kesalahan2nya, ibarat luka yg sdh mengering dan tinggal membiarkan sedikit wkt lagi maka akan sembuh dg sendirinya, tapi ternyata orang yang sama itu melakukan kesalahan yg sama lagi, dan kitapun sudah setengah mati berusaha disertai berdoa mohon rahmat Tuhan lagi untuk dpt mengampuni lagi… lalu proses terjd lg spt yg seblmnya, luka itu sdh mulai menunjukkan tanda2 mau sembuh…. dan alih-alih org yg bersalah/menyakiti hati kita itu mau menyesali kesalahan2nya, dia malah berbuat kesalahan yg sama lagi, dan lagi, dan lagi….. dan pada jenis kesalahan yg sama juga, itu2 lagi, malahan dengan derajat perlakuan yg lebih menyakitkan hati dlm tiap kesalahan yg berulang itu. Jadi ibarat pemakai narkoba, pertama dosis kecil, lalu ditambah lagi agak tinggi, lalu ditambah lagi…. terus menerus dmk bahkan akhirnya luka yg seblmnya saja belum kering, sudah di datang lagi kesalahan berikutnya yg diperbuat org tsb.
    Padahal kita sdh terang-terangan mengatakan pada orang tsb kalau perbuatannya2 itu sangat menyakiti hati kita dan mohon jgn diulangi lagi. Tapi org tsb malah berkata, “semua tergantung diri kita sendiri, kenapa harus sakit hati? terus apa gunanya kita baca buku (rohani) ini-itu, baca KS, berdoa, ke gereja, belajar ttg iman dsb. Kan berarti kita hanya bisa ngomong tapi tidak bisa mempraktekkan ajaran tsb. Kalau begitu percuma donk apa yg kita pelajari selama ini.”

    Saya melihat org ini sama sekali tidak menyesali perbuatannya dan sptnya dia sudah menyalah-gunakan ajaran2 Yesus untuk salaing mengampuni tsb. Jadi, bagaimana dengan org yg memanfaatkan kita,? tahu kesalahannya berulang kali sdh berusaha kita maafkan, malah dianya tidak menyesal justru menuntut kita selalu mengampuni kesalahan2nya, krn Tuhan Yesus pun menyuruh kita mengampuni tanpa batas. Apakah org yg demikian [yg dari dirinya sendiri tdk ada kemauan untuk berusaha tidak melakukan kesalahan2nya lagi, krn sudah diampuni], masih tetap harus kita ampuni terus-menerus? Bagaimana menghadapi org yg dmk? Bagaimana kalau lama-kelaman akhirnya timbul rasa benci kpd org tsb & bgmn menghilangkan perasaan itu?

    Salam,

    Joseph

    • Shalom Joseph,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang pengampunan. Memang sungguh sulit untuk mengampuni, apalagi kalau orang tersebut benar-benar menyakiti kita. Dan lebih sulit lagi, seperti yang diceritakan oleh Joseph, kalau orang tersebut melakukannya berulang-ulang tanpa ada tanda-tanda bertobat. Namun, kalau kita renungkan, perintah untuk mengampuni secara tak terbatas, bukan saja berguna untuk orang yang diampuni, namun berguna untuk kita sendiri. Oleh karena itu, walaupun orang tersebut telah diampuni berkali-kali namun tidak bertobat, maka kita harus tetap mengampuni orang itu demi kebaikan kehidupan spiritual kita sendiri. Kalau kita tetap menyimpan kebencian, maka hal tersebut dapat digambarkan seperti kita ingin menyakiti orang lain, namun dengan cara kita meminum racun. Dan hal ini tentu saja berakibat buruk pada kehidupan spiritual kita. Kalau hal ini dipupuk terus-menerus, maka akan timbul kebencian yang mendalam terhadap orang tersebut, yang dapat membuat kita melakukan dosa berat. Oleh karena itu, saya ingin menyarankan hal-hal berikut ini:

      a) Mengadakan pemeriksaan batin, apakah ada kesalahan yang kita perbuat, sehingga membuat orang tersebut berlaku seperti itu. Kita mohon agar Roh Kudus membantu kita untuk benar-benar menyingkapkan dosa-dosa kita. Kalau setelah pemeriksaan batin, kita menemukan kesalahan yang kita buat terhadap orang tersebut, silakan untuk menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Setelah itu, pergilah kepada orang tersebut dan meminta maaf.

      b) Kalau ternyata setelah meminta maaf, orang tersebut terus berusaha untuk menyakiti perasaan kita, maka mungkin dapat dibicarakan secara terbuka, bahwa sikapnya benar-benar menyakiti hati kita. Namun, mohon kekuatan dari Tuhan, agar kita dapat menyampaikannya dengan lemah lembut dan hormat.

      c) Kalau setelah pembicaraan ini, orang tersebut tetap menyakiti hati kita, maka kita serahkan semuanya pada Tuhan. Kita mohon kekuatan pada Tuhan, agar kita diberikan kelegaan dan damai. Dan kita terus bawa orang tersebut di dalam doa harian kita. Yang mungkin dapat memberikan kekuatan adalah kenyataan bahwa kita juga sama seperti orang tersebut. Kita yang telah diberi pengampunan oleh Tuhan, yang telah ditebus dengan darah Kristus, juga berdosa berkali-kali, yang mungkin tidak dapat kita hitung lagi. Dan Tuhan tetap mengampuni kita. Oleh karena itu, ada baiknya pada setiap doa Bapa kami di bagian "Dan ampunilah kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami", maka kita perlu berhenti sejenak dan merenungkan pengampunan Tuhan terhadap kita, yang jauh lebih besar dan lebih banyak daripada pengampunan yang kita berikan kepada orang tersebut.

      d) Namun, pada saat yang bersamaan, kita menyadari akan kelemahan kita, yang mungkin pada suatu hari kita sedang dalam kondisi yang tidak siap untuk bertemu dengan orang yang menyakiti kita. Oleh karena itu, pada saat kita tidak siap untuk bertemu dengan orang tersebut, kita  dapat menghindar, sehingga kita tidak berbuat dosa. Dalam hal ini kita menghindari saat-saat yang memungkinkan kita berbuat dosa. Namun kita juga tidak boleh menghindar terus-menerus, tapi mohon kekuatan dari Tuhan untuk dapat menghadapinya. Pada saat-saat di mana kita merasa siap, maka kita menghadapi orang tersebut dengan hormat dan lemah lembut. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus juga menyerahkan nyawa-Nya bagi orang itu, sehingga, kita tidak selayaknya membenci orang tersebut.

      e) Mohonlah kemampuan untuk mengasihi dari Tuhan sendiri, terutama pada saat mengikuti perayaan Ekaristi. Ekaristi adalah sakramen Kasih, dan Yesuslah Sang Kasih yang dapat memampukan kita untuk mengasihi. Tanpa mengandalkan Dia, kita tidak mampu mengasihi, namun jika Tuhan sendiri yang memberikan kasih itu kepada kita, maka kita akan dapat mengasihi, bahkan seseorang yang begitu menyakiti hati kita. Dalam perayaan Ekaristi, kita dapat pula mempersembahkan hati yang hancur kepada Tuhan, dan percayalah Tuhan akan menyembuhkan luka-luka di hati kita dan mendatangkan damai sejahtera. Pada saat yang sama kita dapat mendoakan orang itu, dan mohon agar Tuhan bekerja di dalam hatinya agar ia dapat juga kembali ke jalan yang benar.

      Itulah yang dapat saya sampaikan, semoga dapat berguna. Saya tahu bahwa hal tersebut tidaklah mudah, termasuk bagi saya – kalau saya yang mengalami masalah tersebut. Namun kita percaya, bahwa rahmat Tuhan berlimpah dan di dalam kelemahan kita, maka rahmat Tuhan akan semakin dinyatakan dengan sempurna. (lih. 2 Kor 12:9)

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  10. terima kasih untuk sharing “saling mengasihi” ini…
    saya sungguh terbantu untuk dapat bernafas legaaaa….

    • Syallom,

      Buat saudaraku Ricko, Yoseph dan Erwin….

      Saya akan sedikit sharing nih… moga-moga ini dapat membantu..

      Mengenai mengampuni sebanyak 70×7 kali, seperti saudara Stef jelaskan, adalah angka yang sempurna, artinya Tuhan Yesus menghendaki agar kita dapat mengampuni tanpa batas, seperti yang telah dilakukan oleh Bapa Paus Yohanes Paulus II kita. Apa kita bisa?? BISA. Tuhan Yesus telah memberikan tip nya kepada kita.

      Coba buka Injil Lukas 6:29

      6:29 “Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.”

      Ayat diatas sama artinya dengan : Jika engkau diajak berjalan 1 mil jauhnya, maka berjalanlah bersama sejauh 2 mil. Maaf saya lupa, ayat yang mana.

      Jika saya ditampar pipi kanan, dan kemudian saya berpikir kalau pipi kiri saya juga ditampar saya masih sanggup, maka saya tidak lagi merasakan sakitnya pipi kanan saya.
      Kalau sudah demikian pasti kita tidak akan sakit hati atau dendam.

      Bila saya disuruh berjalan 10 km, trus saya berpikir… saya bisa jalan 20 km.. apa yang terjadi…?!,
      pada saat saya sampai di 10 km (menyelesaikan tugas saya), maka saya tidak akan mengeluh, mengumpat atau memaki-maki karena capek.
      Buktikan !!! ini adalah resep dari Tuhan Yesus untuk berlaku sabar.

      Sabar kan ada batasnya….???!!!!
      hehehehe… tunggu dulu, yang pasti sabar yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah kesabaran tanpa batas, ingat 70×7 kali kan??!!
      trus…..sss

      Ketika Yesus sendiri ditampar… selengkapnya di Yohanes 18:22-23

      18:22 Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: “Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?”
      18:23 Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?”

      Lho kok, pipi Yesus yang satunya tidak diberikan….
      Disini Tuhan Yesus mau mengajarkan kepada kita agar berlaku BIJAKSANA, artinya kita harus berani untuk menegur atau memberitahukan kesalahan yang diperbuat orang lain terhadap kita. Bukannya diam saja.

      Jadi kesimpulannya : kita diajarkan untuk SABAR yang BIJAKSANA (kesabaran tanpa batas).

      KONDISI lain yang umum terjadi :
      Kalau kita disakiti, trus kita diam saja, ah biar aja supaya nggak ribut… (atau malu dilihat orang). dan kemudian kalau terjadi berulang-ulang, maka kita akan berkata ” sabar itu ada batasnya”… ini namanya SABAR yang KONYOL…. (dan ini yang sering terjadi, umumnya yang diperbuat kaum istri).

      Demikian urun renbug saya,
      Tuhan Yesus memberkati

      Georgius dan keluarga.

      • Shalom Georgius,
        Terima kasih atas sharing anda tentang mengampuni. Memang kita semua harus belajar bersabar, dan ini perjuangan yang terus menerus, entah bagi para laki-laki atau perempuan. Kesabaran Yesus terhadap kita memang sangat besar, sehingga Ia selalu mau mengampuni kita, asalkan kita bertobat. Mengikuti teladan Yesus, maka kitapun harus belajar untuk sabar yang sedemikian. Jika memang dalam pengalaman anda, kaum istri sering diam saja jika disakiti, mungkin ada baiknya anda yang pria memeriksa diri juga, apakah anda termasuk orang yang menyakiti istri anda, sehingga ia diam saja, dan kemudian mengatakan kesabarannya ‘habis’/ ada batasnya?
        Sebab idealnya, memang suami tidak menyakiti istrinya, sehingga istri tidak perlu ‘habis’ kesabarannya.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

        • Syallom….

          Terima kasih saudaraku Inggrid….

          Hehehehe….. terima kasih atas tanggapannya…..
          Tuhan Yesus memberkati…

          Dalam penjelasan saya, saya hanya ingin menekankan bahwa hakekatnya seorang istri adalah pihak yang “diberi” kesabaran lebih, akan tetapi seringkali seorang istri tidak mau/ berani berbicara kepada suaminya jika suaminya melakukan kesalahan (Jika ada saudaramu yang berbuat salah, ajaklah dia berbicara empat mata, dan bila dia masih melakukan kesalahan, maka ajaklah dia berbicara dengan membawa saksi, supaya…. , dan ….. ). Jadi saya cuma mau menekankan ke para istri, bahwa mereka harus berani bicara, supaya tidak lagi “sabar itu ada batasnya”.

          Sedikit ilustrasi…. saya sering melontar kan pertanyaan ini ke teman2 saya KAUM PRIA…. (satu dari beberapa pertanyaan) :
          1. Sewaktu anda keluar dari rumah, apalagi keluar kota, apakah anda pernah berpikir untuk mendoakan istri dan anak2 dirumah?
          2. Sewaktu anda keluar dari rumah, apalagi keluar kota, apakah anda yakin kalau istri anda mendoakan saudara?
          Tentunya Saudara Inggrid sudah bisa menjawab sendiri untuk mewakili jawaban mereka bukan..

          Supaya tidak penasaran…. saya berikan jawabannya….. hampir semua jawabannya adalah TIDAK (no.1) dan SANGAT YAKIN (no.2). Wow…. fantastis bukan???!!!!!
          Ini adalah salah satu cara untuk saya selalu mensosialisasikan ke mereka, betapa istrinya adalah PENOLONG/ PENYELAMAT bagi dirinya dan keluarganya.

          Mungkin akan lebih baik bila Saudara Inggrid bisa/ telah membaca pemikiran saya di “apakah yang perlu di perbaiki dalam proses katakese?” (berupa tanggapan/ saran) yang disitu saya membicarakan/ menekankan pada Pelajaran Perkawinan, saya cuplikkan sbb.:

          # CATATAN TAMBAHAN :

          * JIKA KITA INGIN MERUBAH/MENGUBAH SESUATU, MAKA PERTAMA-TAMA YANG HARUS BERUBAH ADALAH DIRI KITA (CARA BERPIKIR DAN BERTINDAK KITA).

          PERAN SUAMI DAN ISTRI :
          Kejadian 2:18
          Tuhan Allah berfirman : “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

          Laki-laki diciptakan lebih kuat, dan punya logika lebih KUAT, oleh sebab itu dia harus menjadi PELINDUNG dan PENUNTUN bagi ISTRI dan KELUARGAnya. Sehingga istri dan anak-anaknya merasa aman, nyaman dan tentram.
          Wanita diciptakan lebih TAHAN(sabar) dan BERPERASAAN KUAT, oleh sebab itu dia akan menjadi PENOLONG/ PENYELAMAT bagi SUAMI dan KELUARGAnya.
          Jika suami dapat menjalankan perannya dengan semestinya, maka ISTRI pun akan dapat menjalankan perannya dengan baik, yaitu akan menjadi PENOLONG/ penyelamat bagi SUAMI dan keluarganya. AMIN.

          Markus 10:9
          “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidah boleh dicerakan manusia.”
          #

          Tulisan saya diatas, adalah pemikiran saya sebelum saya menikah…. Maaf, saudara Inggrid bisa membayangkan bagaimana keluarga saya saat ini…. (saya tulis ini dengan kerendahan hati saya, untuk menjawab “apakah anda termasuk orang yang menyakiti istri anda, sehingga ia diam saja, dan kemudian mengatakan kesabarannya ‘habis’/ ada batasnya?).

          Dari nama saya yang selalu saya cantumkan (Georgius dan Keluarga) tentunya saudara Inggrid sedikitnya bisa membaca sifat saya. Nama baptis saya Georgius, saya yang memilihnya sewaktu saya SMA (artinya, ini memang benar2 pilihan saya). Santo Georgius saya pilih karena Beliau adalah pembela kaum perempuan. Dan devosi saya adalah kepada Keluarga Kudus….

          Semoga tulisan ini dapat lebih menjelaskan maksud saya sebenarnya.
          Maaf jika tulisan saya terdahulu sedikit mengusik kewanitaan saudara Inggrid. Dan Mohon maaf juga bila ada salah kata, sehingga memberikan penafsiran yang berbeda.
          Tuhan Yesus memberkati Saudara dan Kekuarga.

          Georgius dan Keluarga

          • Shalom Georgius,
            Terima kasih sekali lagi untuk sharing dan penjelasan anda. Saya berharap anda juga tidak tersinggung atas tanggapan saya di surat yang lalu. Sebenarnya maksud saya hanya untuk memaparkan suatu kenyataan bahwa baik pria dan wanita kita sama-sama dituntut untuk bersabar. Bahwa memang wanita ditentukan untuk menjadi penolong bagi pria (Kej 2:18), memang bisa diartikan dalam hal kesabaran maupun hal lainnya, seperti memberi kasih dan semangat, namun juga tak boleh dilupakan bahwa pria pun mempunyai tugas untuk menjaga dan mengasihi istrinya, seperti mengasihi tubuhnya/ dirinya sendiri (Ef 5: 28).
            Itulah sebabnya, pengajaran bahwa suami adalah kepala istri di mana istri harus taat pada suami, harus diimbangi juga dengan ajaran bahwa suami harus mengasihi istrinya, sampai kepada ‘menyerahkan dirinya’ bagi istrinya.”(lihat Ef. 5: 22-33).

            Jadi mari mengakhiri diskusi ini, ya. Saya tidak mempunyai pretensi apa-apa pada saat menuliskan komentar saya… jujur saja itu hanya komentar spontan begitu mendengar pandangan anda bahwa para istri cenderung mempunyai kesabaran yang ‘konyol’. Maka saya ingin mengajak anda melihat dari sisi yang lain, yaitu dari sisi suami. (Maaf jika kata-kata saya berkesan menuduh, padahal maksud saya tidak demikian). Namun kalau sesungguhnya anda selalu memperhatikan perasaan istri anda, dan membela kepentingannya, seperti semangat St. Georgius dalam membela kaum perempuan, maka itu tentu sangat baik. Berbahagialah istri anda, yang memperoleh kasih sedemikian rupa.

            Untuk lain kali, saya rasa, lebih baik kita tidak menggeneralisasikan bahwa yang sering kehabisan kesabaran adalah kaum wanita/ istri. Karena hal ‘kehabisan kesabaran’ itu bukan kebiasaan wanita saja tetapi juga pria. Mungkin ada benarnya, jika menurut anda wanita hanya cenderung diam, namun semoga anda juga dapat melihat bahwa tak jarang para pria menyuarakan keberatan juga dengan cara yang kurang mencerminkan kesabaran. Maka diperlukan kebijaksanaan, kapan kita harus diam, atau kapan kita harus mengutarakan alasan kita, namun kita mengatakannya juga harus dengan penguasaan diri. Ini memang yang kita pelajari dari Tuhan Yesus. Mari bersama kita berusaha supaya kita tidak sampai kehabisan kesabaran, dan di atas semuanya itu tetap mengenakan kasih yang mempersatukan.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  11. Saya ada pertanyaan tentang mengampuni. Yesus menginginkan kita untuk mengampuni tak terbatas, 70x7x.
    Pertanyaannya ialah apakah sikap kita terhadap orang yang menyakiti kita tetapi tidak menyesal dan meminta maaf kepada kita?
    Sebab dalam contoh2 kitab suci, semua pendosa harus terlebih dahulu menyesal dan minta maaf kepada Tuhan, barulah diampuni.
    Apakah kita harus bersikap seperti Tuhan? tidak mengampuni orang yang tidak menyesal dan minta maaf.
    Salam,

    [dari katolisitas: telah dijawab – silakan klik]

Comments are closed.