Pertanyaan:

Luk 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Atas dasar apa sdr Maria mengartikan bahwa kata-kata tsb. mengandung makna bahwa rahmat Tuhan sendirilah yang membuatnya tanpa dosa sehingga Maria adalah orang suci yang tidak ada dosa? SALAH! Maria tetap orang berdosa yang membutuhkan rahmat / anugrah penebusan dari Tuhan Yesus. Jika sdr. Maria membaca dengan seksama bahwa keterlibatan Maria disebutkan sangat sedikit, hanya di awal kelahiran. Setelah itu Yesuslah yang ditonjolkan bahkan dalam kitab Suratan dan kitab2 yang lain dalam Perjanjian Baru tidak menonjolkan Maria.
Salam – Samuel

Jawaban:

Shalom Samuel,

Sebenarnya, ada banyak dasar mengapa Gereja Katolik mengajarkan bahwa Maria dikandung tanpa noda, bukan hanya atas dasar Luk 1:28, yang mengatakan bahwa ketika Malaikat menyapa Maria dengan perkataan “Salam, hai engkau yang dikaruniai…” (Hail, full of grace ). Silakan membaca uraian yang lebih lengkap di artikel Maria dikandung tanpa noda: apa maksudnya? (silakan klik). Jika kita perhatikan, memang di seluruh Kitab Suci, tidak ada nabi/ orang lain yang disapa Allah dengan panggilan ‘full of grace‘, bahkan seolah sebagai nama orang tersebut; sapaan itu hanya diberikan kepada Bunda Maria.

Namun, selain dari ayat Kitab Suci, Gereja Katolik melihat bahwa pengajaran Maria tanpa noda tersebut sudah merupakan hal yang diyakini oleh Gereja sejak abad awal, seperti dinyatakan oleh Santo Ephraem (abad ke-4) dan Santo Agustinus (abad ke-5) dengan dasar pemikiran dari Santo Irenaeus (abad ke-2). Maka hal Maria dikandung tanpa noda bukan merupakan pendapat pribadi Maria Brownell atau orang-orang Katolik secara pribadi dalam mengartikan ayat Luk 1:28; melainkan itu sudah menjadi iman para Bapa Gereja sejak zaman Gereja awal. Bagi kami umat Katolik, kami menerima dengan rendah hati apa yang diwahyukan kepada Gereja, sebab kita mempercayai bahwa Kitab Suci tidak untuk diinterpretasikan berdasarkan pendapat dan kehendak pribadi, sesuai dengan yang dikatakan rasul Petrus dalam 2 Pet 1:20. Orang Katolik percaya bahwa Roh Kudus bekerja menuntun para Bapa Gereja dari sejak awal, dan ilham Roh Kudus ini tidak mungkin keliru, sebab jika demikian, hal ini tidak akan dapat bertahan selama berabad-abad.

Namun demikian, Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa Bunda Maria tidak memerlukan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Malah sebaliknya, Gereja Katolik mengajarkan bahwa Maria dikandung tanpa noda hanya mungkin karena rahmat dan jasa Kristus. Jangan lupa bahwa rahmat Keselamatan oleh salib Tuhan Yesus bersifat mengatasi ruang dan waktu; sebab dapat dipandang sebagai berkat bagi seluruh umat manusia dari sejak Adam dan Hawa sampai generasi akhir jaman. Dan Bunda Maria termasuk di dalamnya. Bunda Maria menerima rahmat keselamatan itu terlebih dahulu sebelum terjadinya penyaliban dan kebangkitan Kristus. Hal ini dimungkinkan karena Tuhan Yesus adalah Allah yang tidak terbatas, dan Ia dapat berbuat segala sesuatu yang dipandangnya bijak untuk rencana keselamatan-Nya kepada manusia.

Jadi, walaupun kelihatannya peran utama Bunda Maria ‘hanya’ kecil di awal untuk melahirkan Yesus ke dunia; sesungguhnya Bunda Maria telah mengambil peran yang terbesar dan terpenting. Sebab tanpa kesediaannya, Yesus tidak jadi dilahirkan ke dunia pada saat itu. Apalagi jika kita merenungkan Kitab Suci dengan lebih mendalam, kita dapat melihat, bahwa peran Bunda Maria bukan saja terlihat pada saat awal hidup Yesus di dunia ini, melainkan sepanjang hidup Yesus, bahkan setelah kenaikan Yesus ke surga, Bunda Maria menyertai para rasul. Memang Maria tidak  ditonjolkan di dalam Kitab Suci (dan memang sudah seharusnya demikian, sebab jika tidak, orang dapat menjadi bingung akan siapa sebenarnya tokoh yang ingin ditonjolkan); namun Alkitab menyatakan bahwa Bunda Maria selalu hadir di saat-saat yang penting di dalam hidup Yesus sebagai manusia. Pada saat Yesus menjelma menjadi janin (Luk 1:26-38), kelahiranNya (Luk 2:1-6); saat Ia dipersembahkan di bait Allah (Luk 2:21-38); saat Yesus diungsikan ke Mesir untuk menghindari pembunuhan bayi oleh raja Herodes (Mat 2:13-15); saat Yesus mencapai usia akil balig (Luk 2:41-52); saat Yesus mengadakan mukjizat pertama di Kana (Yoh 2: 1-11); saat Yesus mengajar (Mrk 3:31-35); saat Yesus di salibkan, pada saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia (Yoh 19: 25-27); dan saat para rasul menanti-nantikan Roh Kudus (Kis 1:14), yang berarti Bunda Maria menyertai para rasul pada saat terbentuknya Gereja awal pada hari Pantekosta.

Tentang peran Maria yang khusus sebagai Ibu Tuhan dan keperawanan Maria, sesungguhnya diakui tidak hanya oleh orang-orang Katolik; sebab para pendiri gereja Protestan, seperti Martin Luther, John Calvin, Zwingli dan John Wesley juga mengakui hal ini. Ulasan yang lebih lengkap ada di artikel Bunda Maria tetap perawan, mungkinkah? (silakan klik). Beberapa kutipannya adalah sebagai berikut:

1. Martin Luther (1483-1546): “Sudah menjadi iman kita bahwa Maria adalah Ibu Tuhan dan tetap perawan…. Kristus, kita percaya, lahir dari rahim yang tetap sempurna (‘a womb left perfectly intact’)”

2. John Calvin (1509-1564): “Ada orang-orang yang ingin mengartikan dari perikop Mat 1:25 bahwa Perawan Maria mempunyai anak-anak selain dari Kristus, Putera Allah, dan bahwa Yusuf berhubungan dengannya kemudian, tetapi, betapa bodohnya pemikiran seperti ini! Sebab penulis Injil tidak bermaksud merekam apa yang terjadi sesudahnya; ia hanya mau menyampaikan dengan jelas hal ketaatan Yusuf dan untuk menyatakan bahwa Yusuf telah diyakinkan bahwa Tuhanlah yang mengirimkan malaikatNya kepada Maria. Yusuf tidak pernah berhubungan dengan Maria …(He had therefore never dwelt with her nor had he shared her company)… Dan selanjutnya Tuhan kita Yesus Kristus dikatakan sebagai yang sulung. Hal ini bukan berarti bahwa ada anak yang kedua dan ketiga, tetapi karena penulis Injil ingin menyampaikan hak-hak yang lebih tinggi (precedence). Alkitab menyebutkan hal ’sulung’ (firstborn), baik ada atau tidaknya anak yang kedua.”

John Calvin bahkan mengecam Helvidius, yang mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak.

3. Ulrich Zwingli (1484-1531): “Saya yakin dan percaya bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil, sebagai Perawan murni melahirkan Putera Allah dan pada saat melahirkan dan sesudahnya selalu tetap murni dan tetap perawan (’forever remained a pure, intact Virgin’).”

4. John Wesley (1703-1791)menulis: “Saya percaya bahwa Dia (Tuhan Yesus) telah menjadi manusia, menyatukan kemanusiaan dengan keilahian dalam satu Pribadi; dikandung oleh satu kuasa Roh-Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria yang terberkati, yang setelah melahirkan-Nya tetap murni dan tetap perawan tak bernoda.”

Maka, kita mengetahui bahwa Bunda Maria bukan hanya sembarang ‘alat’ saja, namun memang sungguh-sungguh dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi Ibu dari Putera-Nya, Yesus Kristus. Pendapat yang mengatakan bahwa Bunda Maria bukan orang yang secara istimewa dipilih Allah malah merupakan pendapat yang tidak berakar pada apa yang dipercayai oleh Gereja sejak awal dan yang dipertahankan sampai berabad-abad berikutnya, bahkan sampai sekarang.

6 COMMENTS

  1. shalom bu Ingrid dan pak Stef,

    saya ingin tanya:

    saya pernah baca tulisan ini:

    Pembuahan Suci Paus Pius IX (1854) Maria, pada saat dirinya diciptakan, dijaga kesuciannya dari dosa asal.

    tapi pernah juga muncul pernyataan seperti ini:

    Pandangan Katolik Roma mengenai co-redemptrix tidak menunjukkan bahwa Maria ikut serta sebagai bagian yang sama tingginya dalam penebusan dosa umat manusia semenjak KRISTUS adalah satu-satunya penebus dosa.[78] Maria sendiri membutuhkan penebusan dosa dan ditebus dosanya oleh YESUS KRISTUS Putranya. Dengan ditebus dosanya oleh KRISTUS berarti Maria tidak bisa menjadi bagian yang sama tingginya dengan YESUS KRISTUS dalam proses penebusan dosa manusia.[79]

    Jadi bagaimanakah penebusan Yesus terhadap Maria? Apakah sama dengan penebusan kita yg manusia biasa, yg tuntas setelah Yesus wafat di kayu salib?

    Mohon pencerahannya ibu Inggrid dan pak Stef..

    Salam…

    • Shalom Agustinus,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Bahwa memang Bunda Maria diberikan anugerah oleh Tuhan terbebas dari dosa asal, mengingat misinya sebagai Bunda Allah, adalah benar. Namun, tidak berarti bahwa terbebasnya Maria dari dosa asal tidak membutuhkan penebusan Kristus. Sesuatu menjadi tidak rusak dengan dua cara: (a) yang sudah rusak diperbaiki, atau (b) dijaga jangan sampai rusak. Karena Kristus adalah Tuhan, maka penebusan Kristus adalah abadi, yang berarti menjangkau manusia sebelum Kristus, pada waktu Kristus hidup, maupun semua orang setelah Kristus hidup. Dalam hal ini, maka Bunda Maria telah mendapatkan penebusan Kristus pada waktu dia dikandung, sehingga dia dibebaskan dari dosa asal. Semoga keterangan singkat ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Shalom katolisitas.org,

    Saya bertanya soal rosario nih.. sebenarnya boleh tidak kita berdoa rosario misalkan pagi 2 peristiwa dulu.. dan nanti dilanjutkan lagi misalnya sore 3 peristiwanya. Terima kasih

    • Shalom Leon,
      Idealnya, memang doa Rosario didoakan sekaligus sampai selesai. Namun jika anda tidak dapat melakukannya, dapat saja anda membaginya menjadi dua bagian seperti yang anda sebutkan, asalkan anda tetap merenungkan peristiwa-peristiwa Yesus dalam doa rosario tersebut. Ini saya rasa lebih baik daripada tidak berdoa rosario sama sekali.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- https://katolisitas.org

  3. Shalom,

    Sewaktu itu saya dengar-dengar dari pendeta protestan mengatakan bahwa: “Bagaimanakah Maria itu disebut tetap perawan kalau dia sudah melahirkan dari rahimnya?”. Saya harap bpk/ibu bisa menjawabnya dengan bijaksana. Salam Damai Kristus, Leon

    • Shalom Leon,
      Pertanyaan anda telah terjawab dalam artikel, “Bunda Maria, tetap perawan, mungkinkah?, silakan klik.
      Secara khusus saya ingin menggarisbawahi jawaban dari St. Agustinus:

      4. St. Agustinus dan St. Ambrosius (akhir abad ke- 4), mengajarkan keperawanan Maria sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan Yesus Kristus, sehingga Maria adalah perawan selamanya. ((Lihat St. Agustinus, Sermons, 186, Heresies, 56; Jurgens, vol.3, n. 1518 dan 1974d.)) Dengan kuasa Roh Kudus yang sama, Yesus lahir tanpa merusak keperawanan Bunda Maria, seperti halnya setelah kebangkitan-Nya, Dia dapat datang ke dalam ruang tempat para murid-Nya berdoa, tanpa merusak semua pintu yang terkunci (Lih. Yoh 20:26). ((St. Agustinus, Letters no. 137., seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, The Teaching of the Church Fathers, p. 360.)) Roh Kudus yang membangkitkan Yesus dari mati adalah Roh Kudus yang sama yang membentuk Yesus dalam rahim Bunda Maria. Maka kelahiran Yesus dan kebangkitan-Nya merupakan peristiwa yang ajaib: kelahirannya tidak merusak keperawanan Maria, seperti kebangkitan-Nya tidak merusak pintu yang terkunci.
      St. Agustinus mengajarkan, “It is not right that He who came to heal corruption should by His advent violate integrity.” (Adalah tidak mungkin bahwa Ia yang datang untuk menyembuhkan korupsi/kerusakan, malah merusak keutuhan dengan kedatangan-Nya.” ((St. Agustinus, Serm. 189, n.2; PL 38, 1005))
      Keperawanan Maria ini juga tidak diragukan oleh para pemimpin gereja Protestan pada awalnya (Luther, Calvin, Zwingli dan John Wesley). Bahwa sekarang banyak orang Protestan meragukannya, harusnya menjadi bahan permenungan bersama, sebab para pemimpin mereka dulu tidak pernah meragukannya.
      Selanjutnya, silakan anda membaca artikel di atas.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

Comments are closed.