Kesaksian iman untuk permenungan Trihari Suci oleh Pst Felix Supranto, SS.CC
Aku berkenalan dengan Tante Annie Liem melalui email. Ia lahir tanggal 01 Januari 1941 (75 tahun). Tante Annie sekarang tinggal di Kanada. Aku mengetahuinya melalui Ibu Yohana, salah satu peserta Bina Lanjut Kitab Suci (BLKS), di mana saya mengajarnya dan Bapak Agus, Komunitas Emmaus Journey-Serpong. Aku terkejut bahwa Tante Annie membantu pembangunan Rumah Doa dan Gua Maria di Solear-Paroki St. Odilia-Tangerang di pinggiran Keuskupan Agung Jakarta. Dalam hatiku berkata bahwa ia pasti memiliki hidup rohani yang sangat mendalam. Benarlah yang aku pikirkan bahwa ia ingin mempersembahkan Gua Maria itu untuk mengenang Eka, anak satu-satunya, yang telah berpulang ke rumah Allah Bapa.
Eka menderita leukemia sebelum meninggal dunia. Sebelum menghadap Bapa, ia pernah beberapa kali merasakan kedatangan Tuhan. Tuhan memberikan pesan kepadanya: “Engkau akan disembuhkan”. Maksudnya baru dipahami Tante Annie ketika Eka sudah meninggal dunia, yaitu kesembuhan total. Kesembuhan Total adalah kebahagiaan kekal. Kebahagiaan kekal itu diterimanya dengan melaksanakan ajaran Injil. Tuhan menunjukkan jalan kebahagiaan kekal kepadanya tersebut dalam sebuah mimpi bahwa Tuhan memberikan kepadanya empat buku. Tante Annie menafsirkannya sebagai sebagai Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Inti dari Injil adalah hidup di dalam kasih. Kasih merupakan perintah baru, sebagai wasiat Tuhan Yesus, sebelum Ia menuju ke Bukit Golgota: “Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yohanes 13:34). Perintah Tuhan Yesus itu menjadi baru karena kasih itu menjadi hidup karena diperagakan dengan ketulusan menurut teladan-Nya. Eka terus-menerus memberi pesan kepada orang-orang yang mendoakannya untuk melaksanakan perintah baru dari Tuhan itu beberapa saat sebelum ia meninggal dunia: “Please help Kevin/Tolong bantu Kevin”. Kevin adalah teman bermain Eka sewaktu ia masih kecil. Setelah mengatakan demikian, pada hari Jumat pagi Eka mengatakan kepada Daisy, istrinya: “I’m going home tonight/Aku mau pulang ke Surga malam ini”. Ia meninggal dunia pada hari itu, Jumat tanggal 28 Juni 1996, pukul 19.45, dalam usia tiga puluh tiga tahun, seperti usia Tuhan Yesus. Ia meninggal persis seperti yang dikatakannya kepada Tante Annie pada hari Selasa tanggal 25 Juni pada tahun yang sama: “Mom, I’m going home on Friday”. Keesokan harinya (Sabtu), Norton, teman dekat Eka, mencari Kevin dan ia menemukan Kevin betul-betul dalam kesusahan.
Hati Tante pasti hancur dengan kepergian Eka, apalagi Eka adalah anak tunggalnya. Akan tetapi, pembimbing rohaninya menguatkannya dalam menerima kepergian Eka: “Annie you should be happy that Eka knows that he is going home to the Father”. Eka pasti suci hatinya sehingga diperkenankan melihat Allah sebelum meninggal dan pasti ia kini bersatu dengan Dia dalam Kerajaan-Nya : “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Matius 5:8). Kedekatan Tante Annie dengan Tuhan membuatnya memperoleh penglihatan akan tempat yang damai bagi Eka ketika ia sakit. Gambaran tempat yang sangat damai itu adalah Eka mengenakan jubah putih dan baru saja tidur di antara rumput dan bunga lili. Rumput dan bunga lili itu dilukiskan dalam Mazmur 23, khususnya ayat 2: “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang”.
Yang membuat Tante Annie bahagia setelah kepergian Eka adalah banyak teman-temannya berubah dan menjadi dekat dengan Tuhan. Eka seperti sebuah akar yang rela masuk ke dalam tanah untuk menumbuhkan benih ke atas bumi dan menikmati hangatnya sinar matahari. Sebagai contoh adalah Kevin sangat tersentuh dengan hangatnya kasih Tuhan melalui Eka: “Aku sangat terharu dengan kasih Eka yang masih mengingat aku dalam detik-detik akhir hayatnya di dunia”. Berkat kedekatannya dengan Tuhan, Tante Annie mampu mengolah pengalaman atas kepergian Eka menjadi sebuah pengalaman spiritual yang indah: “Bunda Maria memiliki Tuhan Yesus hanya selama tiga puluh tiga tahun dan mempersembahkanNya demi keselamatan manusia. Demikian juga, aku mempersembahkan anak tunggalku supaya banyak orang menjadi dekat denganNya”. Kedalaman rohaninya sungguh menyentuh hatiku: “Kebanyakan orang menjauh dari Tuhan ketika anaknya yang tunggal dipanggilNya pulang, tetapi Tante Annie justru semakin dekat dengan Tuhan dan semakin menjadi saluran berkat-Nya”.
Pesan yang dapat kita renungkan dari kesaksian Tante Annie tentang Eka tergores dalam sebuah kata-kata bijaksana: “Pejamkan matamu, lalu anggaplah semua yang ada di dunia ini hampa dan fana. Anggaplah semuanya seolah-olah tiada dan ingatlah akan Tuhan dan perintah-Nya, maka engkau akan merasakan sinar-Nya. Engkau akan merasakan betapa damainya berbaring di bawah naungan-Nya: “Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu” (Mazmur 17:8).
Tuhan memberkati