Ada banyak orang mempertanyakan doktrin infallibility of the Pope atau ketidakdapatsesatan Paus. Bagaimana mungkin Paus, yang juga manusia tidak mungkin salah? Namun sebenarnya doktrin ini bukan karangan Gereja, namun justru mempunyai dasar yang kuat, baik dari Kitab Suci maupun Tradisi Suci.
Doktrin Katolik tentang Paus tidak mungkin salah harus dimengerti dengan benar, karena sebenarnya tidak mencakup semua tindakan dan perkataan Paus tidak mungkin salah. Yang tidak mungkin salah adalah kalau Paus mengeluarkan pengajaran hanya dalam kondisi Ex-Cathedra, yang harus memenuhi beberapa persyaratan. Mari kita melihatnya satu persatu.
- Ex-Cathedra dalam arti harafiahnya adalah “dari tahta”, namun dalam teologi hal ini merupakan suatu dokrin atau ajaran oleh Paus. Dan kata ini mulai didefinisikan dalalm Konsili Vatikan I (1869-1870), Sess, IV, Const. de Ecclesia Christi, c.iv, yang intinya mengatakan bahwa adalah merupakan suatu dogma yang diwahyukan oleh Tuhan bahwa penerus Rasul Petrus, dalam hal ini adalah Paus, kalau Paus berbicara “ex cathedra”, maka tidak akan pernah salah. Hal ini sering disalahartikan oleh orang-orang yang mungkin tidak tahu secara persis pengajaran ini dan kemudian mengatakan bahwa bagaimana mungkin seorang Paus, yang juga manusia tidak pernah salah. Maka mari kita melihat keberatan-keberatan ini:
- Doktrin ex-cathedra ini berdasarkan akan janji Yesus sendiri di Mat 16:16-20 “Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Penerus dari Petrus adalah Paus, dan dengan janji yang sama maka kunci kerajaan surga juga diteruskan oleh penerus Rasul Petrus, yaitu para Paus. Oleh karena kita percaya bahwa janji Yesus adalah YA dan AMIN, kita juga harus menyakini bahwa pada saat seorang Paus berbicara ex-cathedra, maka Tuhan sendiri yang akan melindunginya dari kesalahan.
- Bayangkan seorang direktur yang akan meninggalkan perusahaannya ke luar negeri, dan kemudian dia mendelegasikan wewenangnya dan kekuasaannya kepada seseorang. Semua orang tidak akan bertanya-tanya tentang hal ini kalau orang tersebut menggunakan kekuasaannya sebagai seorang direktur agar perusahaan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Demikian juga dengan Yesus yang tahu bahwa Dia akan meninggalkan dunia ini, Dia memberikan kekuasaan-Nya kepada rasul Petrus, agar Gereja yang mengembara di dunia dapat mencapai tujuan akhir, yaitu surga.
- Dengan demikian Paus juga merupakan tanda kesatuan dari seluruh umat beriman. Tanpa adanya seseorang yang berada di puncak pimpinan, maka gereja akan tercerai berai. Kalau misalkan ada sesuatu ketidak-setujuan tentang suatu ajaran di Alkitab, maka siapa yang akhirnya dapat menentukan mana yang benar? Apakah pendeta di gereja tersebut, sidang gereja lokal, atau siapa? Bagaimana kita bisa tahu bahwa seseorang atau sidang gereja mengajarkan sesuatu yang pasti benar? Nah, di dalam Gereja Katolik, Yesus memberikan kuasa ini kepada Paus, dan juga para uskup dalam persatuan dengan Paus, terutama dalam konsili- konsili. Pada saat mereka menentukan pengajaran yang bersifat Ex-Cathedra, seluruh umat Katolik akan berkata Amin, kami semua percaya. Ini adalah suatu misteri iman yang berdasarkan janji Kristus sendiri, untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir jaman. Dan selama dua ribu tahun lebih, tidak ada ajaran Ex-Cathedra yang menyimpang dari pengajaran Kristus.
- Apakah persyaratan seorang Paus dapat memberikan pernyataan Ex-Cathedra? Ada 3 persyaratan: 1) Seorang Paus berbicara di atas kursi Petrus, atau dalam kapasitasnya sebagai seorang Paus.Jadi kalau seorang Paus berbicara dalam kapasitas pribadi, dia tidak berbicara ex- cathedra. 2) Kalau Paus berbicara dalam masalah iman dan moral. Jadi seorang Paus dapat salah kalau dia berbicara tentang science, art, dll. 3) Kalau Paus memberikan doktrin yang berlaku universal atau untuk umat Katolik di seluruh dunia.Jadi kalau Paus hanya memberikan pengajaran di keuskupan atau negara tertentu, maka dia tidak berbicara ex- cathedra. (Lihat: Katekismus Gereja Katolik/KGK, 891, Lumen Gentium/LG, 25).
II. Doktrin ini telah diajarkan dari jemaat awal.
- Pada tahun 80 AD, Gereja di Korintus menyingkirkan pemimpin Gereja yang sah. Dan kemudian Paus Clement I, Paus yang ke-4 dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan ini, walaupun Yohanes Rasul masih hidup di saat itu dan tinggal di tempat yang lebih dekat ke Korintus daripada Roma ke Korintus. Kemudian Paus Clement I menuliskan “Engkau, dengan demikian meletakkan pondasi pemberontakan, turutilah presbiter dan dimurnikan dengan pertobatan, bertekuk lututlah dalam semangat kerendahan hati.” (First Letter to the Corinthians, 57,1; Jurgens, p.12, #27). Lebih lanjut dia mengatakan, “Kalau seseorang tidak menurut dalam segala sesuatu akan apa yang dikatakannya melalui kami, biarlah mereka tahu bahwa mereka akan melibatkan diri dalam dosa dan tidak dalam bahaya yang kecil.” (First Letter to the Corinthians, 59,1; Jurgens, p.12, #28a).
- Sekarang kita melihat St. Irenaeus, uskup Lyons (180-200 AD). Dalam bukunya Against Heresies, dia mengatakan “….lihatlah penerus dari para uskup dari yang terbesar dan dari gereja yang paling terdahulu yang diketahui oleh semua orang, didirikan dan diatur di Roma oleh dua rasul yang terbesar, Petrus dan Paulus; Gereja, di mana mempunyai tradisi dan iman yang terus-menerus diturunkan kepada kami setlah diberitahukan kepada semua orang oleh para rasul. Bersama dengan Gereja ini, karena kebesaran asalnya, semua gereja harus setuju, yaitu, semua umat beriman di seluruh dunia; Dan di dalam Gereja inilah, seluruh umat beriman dimanapun berada telah memelihara apostolik tradisi. (2,2,3; Jurgens, p.90, #210). Kemudian St. Irenaeus memberikan daftar nama-nama Paus dari St. Petrus sampai ke Paus di waktu itu, yang kesemuanya terdiri dari 12 paus. Sampai sekarang, dari Paus pertama, rasul Petrus, sampai Paus Benediktus XVI, berjumlah 265 paus, dan tidak pernah terputuskan.
- Pada zaman penganiayaan Gereja sampai sekitar tahun 200, semua paus dihukum mati, kecuali satu orang. Hal ini membuktikan bahwa kerajaan Roma tahu siapa pemimpin dari Gereja, yaitu Paus.
Dari uraian di atas, kita melihat bukti-bukti dari sejarah, bahwa infallibility, Ex-Cathedra, dan bahwa Paus tidak mungkin salah (sejauh memenuhi persyaratan yang disebutkan di atas) adalah doktrin yang bersumber pada ajaran Kristus sendiri dan terbukti juga dari tulisan-tulisan bapa Gereja. Hanya dengan infallibility of the Pope, maka kita dapat mempunyai kepastian iman. Tanpa adanya wewenang mengajar Gereja yang tidak mungkin salah ini, Gereja akan terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok yang meyakini pahamnya sendiri-sendiri, sebagaimana terjadi pada banyaknya denominasi non-Katolik.
Conversation started today
Salvius Lengkong
8:36pm
Salvius Lengkong
Salam Sejahtera… Saya seorang katolik dan gemar membaca tentang sejarah katolik,
Saya ingin bertanya….
dalam katoliksitas.org (https://katolisitas.org/paus-yang-tak-dapat-bersalah-adalah-doktrin-manusia) Mengatakan bahawa Paus tak dapat bersalah dalam “Ex-Cathedra” itu pun ada syaratnya bila seorang Paus berbicara dalam Ex-Cathedra, salah satu contoh duduk di atas kursi Petrus….
Sekarang yg ingin saya tanayakan,
1. Apakah pada zaman “Paus Stefanus VI”, ia duduk di atas kursi Petrus dan Menghakimi Paus Sebelumnya yakni “Paus Formosus” dan memenggal jari Paus Formosus serta membuang mayatnya ke sungai (konsili cadaver)?
2. Kenapa Paus Stefanus VI begitu sadis? padahal yang namanya Paus ialah wakil Tuhan?
sehingga banyak orang pada zamannya tidak senang terhadap dia?? dan, Apakah dia pantas di anggap sebagai Paus?
3. Kenapa pada zaman kepausan ada yang disebut “Saeculum obscurum”?
adapun pertanyaan lain :
1. Paus Selestinus I : Dalam dunia seni, Santo Selestinus digambarkan sebagai Paus bersama merpati, naga, dan nyala api. Mengapa Paus bersama Naga? naga = iblis
2. Paus Hormidas & Paus Adrianus II : mengapa ia dapat menjadi Paus, padahal sebelumnya ia kawin dan mempunyai anak?? padahal kalau menjadi pastor sekarang tidak boleh kawin
3.Paus Yohanes XII : kenapa Paus ini dikatakan gemar berjudi dan mabuk dan berselingkuh?
4. Paus Aleksander VI : yang dikatakan mempunyai banyak istri ?
Tolong Penjelasannya… Terima Kasih… GBU
Shalom Paulus,
Pengajaran Paus disebut infallible/ tidak dapat sesat/ salah, jika memenuhi semua persyaratannya, yaitu: 1) pengajaran tertulis secara definitif tentang iman dan moral, 2) dikeluarkan dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus, dari kursi Petrus, ex cathedra, 3) menyangkut Gereja universal.
Nah, dengan prinsip ini, kita mengetahui bahwa kesalahan-kesalahan para Paus yang Anda sebutkan itu, tidak dapat dikatagorikan sebagai ajaran yang infallible, atau bahkan tidak layak disebut sebagai ajaran, karena memang bukan ajaran.
1. Apa yang dilakukan oleh Paus Stefanus VI
Silakan untuk membaca tentang Paus Stefanus VI di link ini, silakan klik.
Atau membaca sekilas yang pernah kami tulis di situs ini, silakan klik. Apa yang dilakukan oleh Paus Stefanus VI kepada Paus pendahulunya Formosus, adalah sesuatu tindakan yang jahat. Tindakan itu bukan ajaran, tidak ada pernyataan tertulis definitif tentang iman dan moral, yang ada adalah suatu perbuatan yang menyimpang. Pengadilan jenazah Formosus ini menimbulkan kerusuhan dan berakhir dengan dibunuhnya Paus Stefanus VI sendiri dengan dicekik.
2. Mengapa Paus Stefanus VI begitu kejam?
Saya tidak tahu.
Namun, di salah satu buku sejarah Gereja, A History of the Church karangan Philip Hughes (New York: Sheed and Ward, 1935), p. 191, disebutkan kemungkinan, karena menurut hukum saat itu, uskup tidak diperkenankan berpindah keuskupan. Maka ia menuduh Paus Formosus bersalah karena berpindah menjadi uskup Roma (Paus) saat menjadi Uskup Porto. Demikianlah, agar ia sendiri tidak terkena sangsi tuduhan yang serupa, maka Paus Stefanus VI menyatakan batal, ordinasinya sebagai Uskup Anagni, yang dilakukan oleh Paus Formosus, sebelum ia diangkat menjadi Paus.
Terlepas dari apapun kesalahan yang dilakukan oleh Paus pendahulunya, tetaplah tindakan mengadili jenazah adalah suatu perbuatan yang tidak terbayangkan. Namun perbuatan ini, tidak termasuk katagori ajaran Gereja. Sebab yang dijamin oleh Kristus adalah bahwa orang yang melanjutkan kepemimpinan Petrus akan dihindarkan dari kesalahan jika ia, atas wewenangnya sebagai penerus Rasul Petrus, mengeluarkan ajaran definitif tentang iman dan moral yang berlaku untuk seluruh Gereja. Kristus tidak berjanji akan menjamin bahwa setiap Paus tidak akan melakukan kesalahan atau bahkan tidak akan melakukan kejahatan. Oleh karena itu, memang dalam sejarah terjadi beberapa orang Paus yang hidupnya tidak sesuai dengan panggilannya sebagai pemimpin Gereja. Namun syukur kepada Allah, mereka tidak mengeluarkan ajaran definitif tentang iman dan moral yang dapat termasuk dalam katagori infallible, atau sekalipun mereka mengajar, mereka tidak mengajarkan pernyataan yang salah.
Hal ini tetap saja mungkin terjadi, sebab di zaman Yesus saja, orang Farisi yang tidak memperoleh kuasa dari Yesus, dapat mengajar hal-hal yang baik, meskipun hidup mereka tidak menunjukkan teladan yang baik. Di zaman Yesus, yang banyak di antara para pemimpin Yahudi itu yang jahat/ berdosa. Namun Yesus berkata kepada para murid-Nya, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Mat 23:2-3). Demikianlah, karena kuasa Kristus, maka Gereja terlindung dari kebinasaan, sekalipun ada para Paus yang hidupnya tidak baik itu.
3. Mengapa ada masa “Saeculum obscurum” dalam sejarah kepausan?
Sejarah mencatat bahwa sejak abad ke-4 setelah Kristianitas diangkat menjadi agama negara (dalam hal ini kerajaan Romawi) maka Gereja berkembang secara pesat. Seiring dengan pertumbuhan ini, bertumbuh juga hubungan yang dekat antara Gereja dan negara, dalam hal ini para pemimpin negara-negara yang mengimani Kristus -para kaisar dan ratu. Kedekatan ini menimbulkan efek positif dan negatif secara bersama-sama. Positifnya, Gereja dapat membantu pihak raja dalam mengusahakan kesejahteraan, perkembangan iman dan moral para warganya (contohnya silakan klik di sini), sedangkan segi negatifnya, terdapat kemungkinan pengaruh kekuasaan negara untuk menentukan pemilihan pemimpin Gereja. Inilah yang nampaknya terjadi pada zaman Saeculum Obscurum, yang jika diterjemahkan adalah the Dark Ages, zaman kegelapan. Istilah ini digunakan oleh sejumlah ahli sejarah, yang mengacu kepada zaman kepemimpinan Paus Sergius III (904) sampai Paus Yohanes XII (964), yang konon dipengaruhi oleh keluarga kerajaan yaitu oleh keluarga Theophylacti. Dalam periode itu terpilihlah para Paus yang beberapa di antaranya tidak hidup sesuai dengan panggilannya sebagai Paus, dengan kesaksian hidup yang tidak mencerminkan kekudusan. Namun sejujurnya, dalam sejarah Gereja memang terdapat sejumlah Paus yang sedemikian. Keberadaan para Paus tersebut malah semakin menunjukkan teguhnya janji Kristus yang akan selalu melindungi Gereja yang didirikan-Nya (lih. Mat 16:18). Sebab jika Gereja hanya didirikan oleh manusia biasa, tentu Gereja sudah bubar, karena pemimpinnya yang sedemikian. Namun fakta bahwa Gereja tetap ada, dan keberadaan para Paus tersebut tidak mengubah sedikitpun ajaran iman Gereja yang dipercayakan kepada mereka.
Silakan Anda klik di New Advent Encylopedia, untuk membaca tentang kisah-kisah hidup para Paus pada masa itu. Mohon maaf karena terbatasnya tenaga dan waktu kami, serta karena masih banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang lain, kami belum dapat meringkasnya untuk Anda.
4. Paus Selestius I (422-432)
Jika sering Paus Selestinus I ini digambarkan sebagai Paus dengan merpati, naga dan lidah api, kemungkinan adalah karena semasa hidupnya ia dikenal sebagai Paus yang lemah lembut (seperti merpati) namun tegas dan dengan semangat yang berkobar (bagaikan api), untuk menumpas berbagai ajaran sesat yang muncul pada masa kepemimpinannya. Para pengajar sesat itu digambarkan sebagai naga yang berusaha mengacaukan kawanan umat Tuhan. Paus Selestinus I adalah Paus yang dengan tegas menolak berkembangnya ajaran Manichaeism, Donatism, Nestorianism, Pelagianism, dan Novatians di Roma, yang terjadi di masa kepemimpinannya.
5. Paus Hormisdas dan Paus Adrianus II: sebelumnya menikah dan punya anak, mengapa dapat menjadi Paus?
Memang jika dibaca di riwayat hidup mereka, dikatakan bahwa Paus Hormisdas (514-523) dan Paus Adrianus II (867-872) pernah menikah sebelum ditahbiskan menjadi imam. Namun pada saat ditahbiskan keduanya sudah tidak mempunyai ikatan pernikahan. Tidak adanya ikatan perkawinan tersebut, menurut hukum Gereja adalah bahwa pihak istri telah meninggal dunia. Hal kehidupan selibat bagi para imam merupakan praktek yang sudah secara umum diterapkan sejak Gereja awal. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
6. Paus Yohanes XII dan Paus Aleksander VI, silakan membaca sekilas di artikel ini, silakan klik dan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
PS: Ini terakhir kalinya kami menanggapi, jika ini adalah pertanyaan copy paste dari forum lain. Mohon pengertiannya, kami tidak dapat melanjutkan diskusi macam ini.
Terima kasih atas jawabannya….
Pertanyaan ini saya buat sendiri dan tidak copy paste dari halaman website manapun…..
Dominus vobiscum
[Dari Katolisitas: Mohon maaf jika kami salah menduga, sebab kami melihat ada nama orang lain di bagian awal komentar Anda, sehingga kami menyangka tulisan di atas adalah copy-paste dari situs lain yang merupakan pembicaraan/ conversation dengan seseorang dengan nama seperti tertera di atas.]
Salam Damai Sejahtera
Sy sgt stuju dng pendapat pak steff ” ketika Dia mendirikan Gereja di atas rasul Petrus dan kemudian berjanji untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir zaman. Dan walaupun sepanjang sejarah, Gereja Katolik digempur percobaan dari luar dan juga dari dalam, namun sampai saat ini, Gereja Katolik tetap bertahan dengan pengajaran-Nya yang sama sepanjang segala abad. Umat Katolik tidak perlu terguncang karena ada beberapa paus yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik, sama seperti umat Kristen tidak perlu terguncang karena salah satu rasul yang dipilih Yesus – yaitu Yudas – telah mengkhianati Yesus.— klo d facebook bhs nya like this hehehehe
Pak steff mnanggapi pendapat sdr.jbro, dr KS pun sudah d jlaskan oleh Yesus ketika bnyk ahli taurat yg hidup tidak sesuai dng hk.taurat sndiri
“Turuti apa yg mereka ajarkan namun jng kau turuti apa yg mereka lakukan”(maaf sy lupa ayat nya) apakah hal ini bisa mnjdi acuan mnanggapi apa yg sdr jbro kemukanan ttg Paus Aleksander dn paus” lain,mohon ptunjuk dn bimbingan nya…
Trima kasi,Berkah Dalem
Shalom Michael,
Anda dapat menggunakan ayat tersebut, yaitu Mat 23:3. Intinya adalah kita akan menemukan di semua institusi keagamaan maupun sekular, ada sebagian orang yang menyalahgunakan wewenang yang diberikan. Jadi, kalau mau menilai tentang agama, maka kita harus melihat orang-orang yang sungguh-sungguh menjalankan agama tersebut. Dalam Gereja Katolik, kita dapat berpaling pada santa-santo di sepanjang kehidupan Gereja.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai dalam Kristus Tuhan!!!..sebagai orang beriman hendaknya kita menjalani kehidupan berdasarkan injil, bukan berdasarkan dari doktrin/analisa/kebiasaan/tradisi manusia. karena sumber kebenaran adalah berasal dari alkitab saja. Katolik banyak merubah aturan atau perintah Tuhan sendiri, mis : mengubah hari Sabbat ke hari Minggu dengan berbagai alasan manusia padahal hal tersebut sdh jelas dan dijelaskan dlm Alkitab, merubah doa Bapakami, memasukkan patung ke dalam gereja dgn berbagai alasan padahal hal tsb dilarang oleh Tuhan sendiri, mengakui adanya pengakuan dosa dihadapan imam/pastor padahal Tuhan tidak mengajarkan seperti itu dan banyak hal lainnya yg sdh dibuat gereja katolik yang menyimpang/melanggar perintah Tuhan.Saya berharap semua umat katolik lebih mau dengan teliti dan belajar mendalami Kitab Suci dengan benar, terbuka dan disertai iman, bukan karena doktrin manusia. Syaloom!!!
Shalom Bernardus Hadi,
Keberatan Anda merupakan keberatan yang sudah berkali-kali disampaikan di situs ini oleh banyak pembaca yang Kristen non-Katolik yang mengunjungi situs ini. Maka kami tidak dapat mengulangi menanggapinya di sini, karena akan menjadi pengulangan dan menjadi tidak adil bagi pembaca lainnya, yang mungkin sudah terlalu sering membacanya di situs ini.
Semua ajaran Gereja Katolik ada dasarnya, yang tentu juga bersumber dari Kitab Suci. Maka kalau Anda memang berniat untuk mengetahui dasar ajaran Gereja Katolik, silakan membaca artikel/ Tanya Jawab di sini, silakan klik, di mana kami berdialog dengan seorang Katolik yang kemudian berpindah ke gereja lain. Bukannya tidak mungkin, pertanyaan Anda serupa dengan pertanyaan pembaca tersebut.
Silakan juga untuk menggunakan fasilitas pencarian di sisi kanan homepage. Sebab topik tentang Sabat, patung, Maria, kata ‘rezeki’ pada doa Bapa Kami, pengakuan dosa di hadapan imam, dst. semua sudah pernah dibahas di situs ini. Maka, silakan ketik kata kunci yang ingin Anda tanyakan, lalu enter, dan di sana akan muncul judul artikel/ tanya jawab tentang topik tersebut. Hanya kalau ada topik lain yang belum pernah dibahas di situs ini, Anda dapat menanyakan kepada kami, dan nanti kami akan berusaha menjawabnya.
Kami percaya, justru dengan membaca Kitab Suci dengan benar, dalam kesatuan dengan keseluruhan ajaran Kristus, yang diajarkan oleh para Rasul dan para penerus mereka, maka kita akan sampai kepada pemahaman akan kepenuhan Kebenaran yang dari Allah, bukan atas dasar interpretasi manusia. Sebab pembacaan Kitab Suci terlepas dari Tradisi ajaran para Rasul, akan menghantar kepada perpecahan, sebagaimana nyata sekarang ini dengan adanya berpuluh ribu denominasi. Justru kenyataan inilah yang semakin mendorong kami umat Katolik untuk semakin setia kepada pengajaran yang disampaikan oleh Gereja Katolik, yang dengan teguh melestarikan keseluruhan pengajaran Kristus dan para Rasul, dan para penerus mereka. Kesatuan ajaran Gereja yang bertahan selama 2000 tahun sampai sekarang itulah kami yakini sebagai salah satu penggenapan janji Kristus, bahwa Ia akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman (Mat 28:19-20).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih atas semua pengajaran2 ini. Saya jadi semakin menyadari dan bersyukur bahwa saya dan keluarga termasuk dalam bilangan yang dipilih Tuhan u’ menerima Kabar Baik di bawah bimbingan Gereja Katolik, saya sungguh percaya bahwa yang di ajarkan Gereja Katolik adalah sungguh2 Kebenaran yang menyelamatkan, dan itu terlihat dari Gereja Katolik yang satu tanpa perpecahan seperti yang diinginkan Tuhan Yesus sendiri, yang bahkan bahkan dengan harus dikurbankan dengan DarahNya demi persatuan domba2Nya ini.
Dear Ibu Inggrid & Pak Stef,
Terima kasih utk semua artikel dan penjelasannya yg sungguh memberikan pengertian dan penguatan iman. Bisa menjadi lebih mengerti & mendalami iman Katolik saya. Semoga banyak yg jg mendapatkan pencerahan & pengertian setelah membaca artikel2 & menerimanya dg pikiran & hati yg terbuka.
Sekalilagi terima kasih.
Tuhan Memberkati Ibu & Bapak sll.
Salam,
Sisca
[Dari Katolisitas: Terima kasih. Semoga Tuhan juga memberkati Anda dan keluarga.]
Dear katolisitas,
Saya dapat mengerti ajaran ex cathedra yang tidak mungkin salah. Yg saya tanyakan bagaimanakira2 sikap kita terhadap Paus atau imam pada umumnya yang dalam kata2 atau perbuatan di luar ex cathedra tidak sesuai dengan ajaran Kristus? Sedangkan setiap minggu kita senantiasa diingatkan untuk selalu berbuat yang mencermikan Kristus dalam kehidupan sehari2. Bukan kah tidak ada ajaran yang lebih baik dari perilaku kita sehari2 yang mencerminkan Kristus dibandingkan hanya ajaran2 teoritis yang ada di Alkitab ataupun dokumen2 greja lainnya?
Perumpamaan dalam kehidupan sehari2 bila kita mempunyai bos yang menuntut kita untuk datang kerja tepat waktu tetapi si bos sendiri tidak tepat waktu apakah kita sebagai karyawannya akan bersemangat untuk datang pagi?
Shallom
Shalom David,
Nampaknya di sini harus dibedakan pengertian istilah antara infallibility (tidak mungkin sesat/ salah) dan impeccability (tidak mungkin berdosa). Yang mempunyai karisma infalibilitas ini hanya Paus dan kolese para uskup dalam kesatuan mereka dengan Paus (lih. Mat 16:18; 18:18), hanya jika dipenuhi tiga syarat: 1) mengajar dalam kapasitas mereka sebagai penerus Rasul Petrus (ex-cathedra); 2) mengajar secara definitif tentang hal iman dan moral, 3) berlaku bagi seluruh Gereja universal. Para imam secara pribadi tidak mempunyai kuasa mengajar yang infallible (tidak mungkin sesat/ salah), namun mereka dapat meneruskan ajaran Gereja yang infallible tersebut kepada umat.
Nah, dengan demikian para imam, uskup maupun Paus sekalipun, adalah orang-orang biasa yang dapat melakukan kesalahan sebagai manusia biasa. Oleh sebab itu mereka tetap perlu mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan dosa, seperti kita para umat awam. Tentu idealnya, mereka memberikan selalu contoh hidup yang tanpa cacat cela, tetapi harus diakui bahwa ini tidaklah mungkin karena kenyataannya, semua orang, kecuali Yesus dan Bunda Maria, memiliki concupiscentia (kecondongan terhadap dosa), bahkan setelah kita dibaptis. Namun ini tidak mencegah para Paus dan Uskup itu mengajarkan sesuatu yang tidak mungkin salah. Sebagai contohnya, Paus pertama, yaitu Rasul Petrus: sebagai manusia ia adalah manusia biasa yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Rasul Petrus pernah tiga kali menyangkal Yesus (lih. Mat 26:34; Mrk 14:30; Luk 22:61; Yoh 13:38), dan pernah keliru dalam bersikap sehubungan dengan penolakannya makan bersama jemaat Kristen non-Yahudi karena takut menyinggung jemaat Kristen Yahudi (Gal. 2:11–16). Namun kelemahannya ini tidak menghindarkan Rasul Petrus untuk menuliskan ajaran yang tidak mungkin salah (infallible), dalam kedua surat-Nya, yang termasuk dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.
Dengan prinsip yang sama, Gereja percaya bahwa karena Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus itu dan menghendaki agar Gereja-Nya tetap eksis sampai akhir zaman (lih. Mat 16:18, 28:19-20), maka Ia memberikan kuasa mengajar yang tidak mungkin salah itu kepada Rasul Petrus dan para penerusnya. Kristus tidak menjamin bahwa setiap Paus akan hidup kudus sempurna dan tak mungkin salah, namun Ia menjamin bahwa ajaran mereka, tentang iman dan moral, jika diserukan dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus, tidak mungkin salah. Baik untuk disadari, bahwa para paus yang hidupnya tidak kudus jumlahnya relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan Paus (266 orang sampai saat ini). Tentang hal ini pernah sekilas dibahas di sini, silakan klik. Sebagai umat Katolik, kita bersyukur bahwa Allah tetap menyertai Gereja-Nya walaupun pernah melewati masa-masa sulit di masa lalu, saat dipimpin oleh Paus yang tidak menjalankan panggilannya dengan baik. Kita perlu mengucap syukur pula bahwa sebagian besar Paus menjalankan tugasnya dengan baik, dan hidup sesuai dengan ajaran iman, dan bahkan semua Paus sampai tahun 258 menjadi martir. Maka mari jangan melihat hanya kekurangan yang ada namun juga menghargai kelebihan yang nyata dari teladan iman para Paus secara umum.
Maka contoh argumen Anda yang membandingkan Paus dengan boss yang selalu terlambat walaupun memerintahkan pegawai untuk masuk tepat waktu, menjadi kurang relevan. Sebab hal datang tepat waktu dalam pekerjaan bukan merupakan kebenaran mutlak dalam hal iman dan moral. Ada banyak perusahaan yang bahkan tidak mengharuskan pegawai untuk datang ke kantor, namun menekankan pada tercapainya target, atau terselesaikannya tugas pekerjaan. Semua tergantung pada nature (sifat) pekerjaan/ jasa yang ditawarkan oleh perusahaan itu; dan peran masing-masing di dalam perusahaan itu. Misalnya pegawai tidak memiliki tanggungjawab yang diemban oleh pihak pimpinan untuk mencari proyek untuk kelangsungan perusahaan itu. Dapat terjadi untuk maksud inilah maka ia tidak dapat hadir di kantor sepanjang hari sejak pagi sampai sore seperti para staf/ pegawai lainnya.
Mari melihat permasalahan sesuai dengan konteksnya. Dengan demikian kita dapat melihat kenyataan yang patut membuat kita sebagai umat Katolik bersyukur, bahwa sepanjang sejarah Kristus telah menyertai Gereja-Nya, tanpa memandang kelemahan faktor manusia di dalam diri para pemimpinnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam damai dalam Kristus…
Terlalu sedikit ruang bagi kita untuk membuktikan kepalsuan sejarah versi katolik. Jadi kita berargumen yg sederhana saja. Yesus bicara alam maut tidak menguasai jemaat tentu bukan gereja katolik. Karena jemaat menunjuk pribadi manusia, bukan institusi atau gereja. Jadi salah besar kalau mengatakan Paus sebagai penerus Petrus. syaratnya saja sdh beda, kalau paus tdk boleh nikah, petrus menikah. Kalau bersedia, mari kita beradu argumen lewat email. Karena menurut yg sy pelajari dan yakini, semua dogma katolik menyesatkan iman seseorang kepada maut. Anda boleh menuduh hal yg sama terhadap saya, makanya saya ajak berargumen lewat email. Ini email saya: http://www.tumburlumbanraja@yahoo.com
Saya tunggu. Salam.
Shalom Raja,
Terima kasih atas komentar Anda. Tujuan dari situs katolisitas adalah untuk memaparkan iman Katolik, baik melalui artikel, tanya jawab maupun dialog. Kami tidak pernah mengadakan dialog lewat email, namun semua dialog dilakukan secara terbuka di situs ini.
Kalau Anda ingin berdiskusi tentang keutamaan Petrus, silakan untuk membaca beberapa artikel berikut ini terlebih dahulu: Keutamaan Petrus telah terlihat di dalam Kitab Suci – silakan klik, dan Petrus juga telah pergi ke Roma sampai akhirnya dia meninggal di Roma – silakan klik. Tanggapan terhadap pendapat-pendapat yang menentang rasul Petrus ke Roma dapat dilihat di sini – silakan klik. Dan akhirnya kita juga dapat melihat keutamaan Petrus di lima abad pertama – silakan klik. Dan diskusi apakah Kitab Suci dan Tradisi Suci menentang keutamaan Petrus dapat dilihat di sini – silakan klik dan diskusi tentang petros dan petra dapat dilihat di sini – silakan klik. Dan mengapa paus, uskup dan pastor tidak menikah dapat dilihat di artikel ini- silakan klik.
Setelah membaca beberapa link tersebut, silakan membuat argumentasi dan kemudian kita dapat berdialog lebih lanjut. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
This article really is incompatible with historical data. If we come back to the medieval period, how fallible Pope be by stating that ” The center of this solar was the Sun, not the Earth; The days of genesis would be literally 6 days; et cetera”. And then, How about home-imprisoned Gallileo,rightful Nicolaus Copernicus and William Tyndale who must be blamed for their proper actions. This really proves that Pope is always a human forever…
Shalom Johan,
It seems that you need to elaborate more on what you mean by historical data. Since to have a more objective picture of the matters on Galileo Galilei, we have to consider the situation of his time. Until the time of Copernicus and Galileo, the common understanding of society was that the earth did not move, as explicitly stated in Scriptures, and taught by the Church Fathers. Take for instance: 1 Chron 16:30; Job 38:4,9:6; Ps 93:1, 96:10, 119:90 which say that the earth does not move, and Jos 10:12-14; Job 9:7; Eccl 1:5 which imply that the sun moves. So objectively, first and foremost, the statements that say that ‘the earth does not move’ come from Scripture, not from the Pope. To say otherwise, might mean rejecting what has been said in Scripture on this matter. That is the reason why, the Church, through the Pope, simply asked Galileo to prove his theory of heliocentrism (sun as the center of the universe, and that the earth, and other planets revolve around it) which was still a hypothesis in his days.
Indeed, the first telescope was invented in 1608. In 1610 Galileo used a telescope to observe the sun, moon and other planets, and pointed to four satellites which revolved around Jupiter. But this observations could not convincingly and empirically explain that all planets including the earth, revolve around the sun. Meanwhile there was another theory by Tycho de Brahe, which said otherwise, i.e. all planets revolved around the sun, and together with the sun, revolved around earth.
It is noted in history, that the Catholic Church has always been supporting the development of science (even up to now) as long as it is not contrary to principles of faith and reason. The Jesuits were the order which was well-known to be a promotor of science and astronomy; and some of them even supported Galelio’s experiments. Thus it was not true if someone says that the Church is anti-science. The truth is that Galileo failed to give sufficient proof of his theory, according to the scientific standard of that time. The response of the Catholic Church was seen from the letter of Cardinal Robert Bellarmine to Fr. Foscarini:
“I say that if there were a true demonstration that the sun was in the center of the universe and the earth in the third sphere, and that the sun did not go around the earth but the earth went around the sun, then it would be necessary to use careful consideration in explaining the Scriptures that seemed contrary, and we should rather have to say that we do not understand them than to say that something is false which had been proven.” (Letter of Cardinal Bellarmine to Fr. Foscarini.)
Therefore, the response from the Church hierarchy in the beginning was not totally opposed to what had been proposed by Galileo (or Copernicus before him); but that the Church asked, even if there were a true demonstration of heliocentrism, we are to have humility not to harshly say that what has been said in Scripture is wrong, but to use careful consideration in explaining the Scriptures. In other words, the Church always holds that what is said in the Scriptures is first to be understood literally as well as spiritually. Unless that it is not possible to be interpreted in literally, the Scripture is to be interpreted allegorically/ figuratively. Thus, in the case of Galileo, the Church was asking him to provide a demonstration before he could say that what was said in Scripture was wrong, or in need of a new interpretation. Yet Galileo did not fulfill this request. Perhaps it is worth mentioning here, that the sufficient proof for heliocentric theory, i.e. the measurement of a stellar parallax -used to calculate the distance to a star and the stars’ paralel shift patterns due to the shifting of the earth’s orbit- was invented only in the beginning of 19th century by Freidrich Wilhelm Bessel.
Now let’s get back to the time of Galileo. Since Galileo was not able to prove his theory, the Catholic Church rejected his theory (heliocentrism) at that time, which was also rejected by Martin Luther and Melancthon. On March 5, 1616, the Congregation of the Index condemns all writings which treated heliocentrism (Copernicanism) as anything but an unproven hypothesis.
To read why Galileo was brought to the Church Tribunal, please click here. (I assume you understand Indonesian language).
Thus the Galileo matters have no connection to the teaching on Papal Infallibility. Papal infallibility does not mean that the Pope is never wrong or the Pope is no human. The Pope is human (obviously), so that he is fallible as a person, but as the successor of St. Peter, he has been given the authority from Christ Himself to teach infallibly (cf. Mat 16:18-19). The three conditions for the Pope’s teaching to be infallible are: 1) it has to be given by the Pope in his capacity as the successors of St. Peter; 2) it is taught definitively regarding faith and morals; 3) its is to be held universally by all the faithful. In the case of Galileo, these three conditions are not met. What can be said about it was that the Church issued a non-infallible statement against a scientist who had taught his unproven theory, which demanded the Church to change the interpretation of Scripture to meet his theory.
Now, it is a good thing that the Catholic Church did not harshly agree with Galileo straight away, since we know that his theory is not completely right anyway. For Galileo also held that the sun is not just the center of the earth and planets’ universe, but also the center of all galaxies in the universe. With the development of astronomy, we know that in fact, the sun is not the center of all universe; and the sun is actually revolving round the center of Milky Way. Thus Galileo is right in saying that the earth moves, but wrong in saying that the sun does not move. On the contrary, Galileo’s opponents are right in saying that the sun moves, but wrong in saying that the earth does not move.
Apart from this controversy, in fact, the Catholic Church has been trying to restore respect to Galileo. Pope John Paul II, representing the Church, apologized formally in 1992, and now Vatican is planning to erect a statue of Galileo in the Vatican garden, near Galileo’s apartment in which he stayed while waiting for trials in 1633. In Providentissimus Deus (1893), Pope Leo XIII clearly taught the approach to synchronize faith and science in interpreting the Scripture. The Scripture is not a science book, therefore if there are verses that seem to be contrary to science, it is so because of the literary genre, perhaps using the phenomenological style, or other styles. Please click here, to read more on the principles of interpreting Scripture according to the Catholic Church.
Further on the six days of Creation, please click here, on Evolution, please click here. On the meaning of historicity of the the first chapters of Genesis, please click here. On Copernicus, please click here, further on Galileo, please click here. Please read these articles before posting your further comments.
Lastly, if you understand bahasa Indonesia, please write in bahasa Indonesia, for the benefit of more Indonesian readers. If you prefer to write in English, we suggest that you visit other Catholic websites which are in English language such as Catholic Answers or EWTN, and there, you will also find ample explanation of the Catholic teaching on various topics.
Thank you for your cooperation.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Tim Katolisitas, saya ingin bertanya;
Benarkah bahwa pada salah satu dokumen atau ajaran Katolik menyebutkan bahwa PAUS TIDAK BISA SALAH TERMASUK PEJABAT PASTORAL? Mohon jawabannya, karena saya pernah suatu kali menjumpai pernyataan tersebut di salah satu Blog.
[dari katolisitas: Dogma Paus tidak mungkin salah tidak termasuk pejabat pastoral. Infallibitas dapat dilakukan oleh Paus ketika memberikan pengajaran secara ex-cathedra, atau konsili, atau uskup dalam wilayahnya – dalam kesatuan dengan Paus.]
bagaimana tanggapan anda tentang Paus Alexander VI (Rodrigo Borgia) yang di banyak literatur (salah satunya Sex Lives of The Popes karangan Nigel Cawthorne) yang menuduh sang paus banyak melakukan hal-hal yang menurut saya sangat jauh dari kebenaran konsep “Infallibity of The Pope”? thanks b4
[dari katolisitas: Orang sering salah mengira bahwa ketidakdapatsesatan dari Paus adalah mencakup seluruh kehidupan Paus. Paus tidak dapat sesat hanya pada saat dia memberikan pengajaran Ex-Cathedra yang berarti memberikan pengajaran iman dan moral yang berlaku di seluruh dunia dan dibuat dalam kapasitasnya sebagai Paus. Dengan demikian kehidupan pribadi beberapa Paus bukanlah termasuk Ex-Cathedra. Silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik.]
jadi apakah tuduhan dalam buku nigel howrhorne tentang kehidupan pribadi Paus Alexander VI benar atau tidak? jika benar, tentunya akan sangat aneh jika seorang yang banyak melakukan kesalahan dalam kehidupan pribadinya tetapi pengajaran imannya diterima secara mutlak. mengingat orang tersebut bahkan tidak melakukan apa yang diajarkannya sendiri.
[dari katolisitas: Memang ada sisi tidak baik dari kehidupan Paus Alexander VI. Kalau Anda mau menghubungkan ketidakdapatsesatan dari ajaran Gereja Katolik, silakan menunjukkan ajaran ex-cathedra yang diberikan oleh Paus Alexander VI dan yang menyimpang dari pengajaran Gereja Katolik.]
dear katolisitas. saya yakin dalam ajaran katolik (khususnya 10 perintah), beberapa hal yang dilakukan oleh Paus Alexander VI jelas tidak dapat dibenarkan, anda sendiri mengakui bahwa sisi lain kehidupan Paus Alexander VI tidak baik. memang kemungkinan besar, dalam melakukan pengajaran, Paus Alexander VI tidak akan keluar dari pakem ajaran Gereja Katolik, but the fact remain the same. apa yang diperbuat Paus Alexander VI jelas menyalahi ajaran katolik. padahal sebagai seorang Paus, beliau seharusnya menjalankan dan dan memberikan contoh bagaimana ajaran katolik itu seharusnya dalam setiap aspek kehidupannya. tapi yang terjadi kan tidak. saya bukannya mengharapkan seorang Paus akan bebas mutlak dari kesalahan karena Paus juga manusia yang pasti tidak sempurna dan bisa melakukan kesalahan, tetapi harus jujur diakui, bahwa tindakan Paus Alexander VI sebagaimana diceritakan dalam buku Nigel Cawthorne jauh menyimpang dari ajaran katolik. tentunya akan sulit bagi kita untuk bisa mempercayai perkataannya meskipun yang baik sekalipun, karena kita tahu bahwa pada dasarnya sang Paus bukanlah orang yang baik dan jelas tingkah lakunya tidak bisa/boleh ditiru.
satu lagi yang ingin saya tambahkan, pengajaran bukan hanya bisa dilakukan melalui perkataan saja, contoh tindakan dan perilaku juga merupakan bentuk pengajaran, dan kita tahu, tindakan dan perilaku Paus Alexander VI jelas bukan contoh pengajaran yang baik. So, for me, the Pope in not infalliable in any aspect because he (’cause there’s no she-pope) is only human which have a lot of weakness. the only thing I believe is perfect is only God.
[dari katolisitas: Saya telah mencoba memberikan penjelasan bahwa ketidakdapatsesatan dari paus bukanlah mengacu kepada semua hal yang dikatakan dan dilakukan oleh paus, namun yang memenuhi tiga syarat: pengajaran yang menyangkut iman dan moral, yang diperuntukkan untuk seluruh dunia, dan dibuat dalam kapasitasnya sebagai Paus, sebagai contoh: dogma Maria diangkat ke Sorga. Jadi, saya bertanya lagi kepada Anda, dogma apakah yang diberikan oleh paus Alexander VI yang dibuat secara ex-cathedra?]
dear katolisitas, jika yang ditanyakan adalah pengajaran moral, maka apakah moral yang diajarkan oleh Paus Alexander VI melalui perilaku asusilanya merupakan pengajaran moral yang baik? sekali lagi, dalam perspektif saya, pengajaran itu dapat juga berupa contoh perilaku, baik atau buruk.
dalam konteks ifalliability yang terbatas dalam dogma yang dibuat ex-cathedra, well, jujur saya juga kurang tahu apa Paus Alexander VI pernah mengeluarkannya atau tidak (karena setahu saya Vatikan belum pernah melakukan rilis resmi tentang doktrin-doktrin yang termasuk dalam kategori ex-Cathedra). so, mungkin doktrin infalliability itu benar, meskipun saya tetap yakin bahwa no body is perfect.
baiklah kita lihat dari perspektif yang lain sekarang. seorang paus adalah pemimpin spiritual tertinggi dalam katolik, Paus adalah penerus St. Petrus dan wakil Yesus. tapi apa pantas orang seperti Rodrigo Borgia menyandang gelar tersebut? bukankah jika kita menggelarinya dengan gelar tersebut justru merupakan penghinaan bagi St. Petrus dan Yesus sendiri? honestly, for me, it’s a huge risk to give a title related with Jesus or His Apostle to an ordinary man.
Shalom Jbro,
Saya telah mencoba menerangkan kepada Anda bahwa ketidakdapatsesatan dari Paus adalah hanya terjadi ketika Paus memberikan pengajaran iman dan moral, yang berlaku seluruh dunia dan dalam kapasitasnya sebagai Paus. Jadi, silakan membuktikan manakah dogma tertulis yang dikeluarkan oleh Paus Alexander VI? Tidak ada yang membela perbuatan yang tidak baik yang dilakukan oleh Paus Alexander VI. Namun, kita dapat melihat bahwa janji Kristus untuk melindungi Gereja-Nya (lih. Mat 16:16-19) menjadi nyata dalam kasus-kasus seperti ini, yaitu paus-paus yang tidak baik tidak pernah mengeluarkan dogma-dogma (yang tertulis dan mengikat) yang bertentangan dengan ajaran Kristus. Memang kondisi seperti ini mempunyai resiko yang tinggi. Namun, itulah yang dibuat oleh Kristus ketika Dia mendirikan Gereja di atas rasul Petrus dan kemudian berjanji untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir zaman. Dan walaupun sepanjang sejarah, Gereja Katolik digempur percobaan dari luar dan juga dari dalam, namun sampai saat ini, Gereja Katolik tetap bertahan dengan pengajaran-Nya yang sama sepanjang segala abad. Umat Katolik tidak perlu terguncang karena ada beberapa paus yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik, sama seperti umat Kristen tidak perlu terguncang karena salah satu rasul yang dipilih Yesus – yaitu Yudas – telah mengkhianati Yesus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Utk jbro7783
Apakah karena dosa seorang PAUS lantas Gereja Katolik yg berdiri 2000 tahun ambruk? MAsih banyak Paus2 dalam GK yang menampilkan karya2 kerasulan yang heroik. Dalam 12 rasulpun ada seorang Yudas, namun dosa Yudas tidak akan mampu menghapuskan karya kerasulan 11 yg lainnya.
syalom tim katolisitas,,
point penting yang saya tangkap dalam pertanyaan sdr jbro,, adalah :
1. bagaimana kita dapat yakin akan apa yang diajarkan oleh paus, sementara apa yang dia lakukan tidak sesuai dengan apa yang dia ajarkan??
tentu saja orang akan percaya jika perilaku yang dia tunjukn sesuai dengan omongannya, tetapi jika tidak??? dalam bahasa Yesus jelas di sebut sebagai orang munafik.
pertanyaanya:
2. apakah ajaran katolik dapat dilaksanakan dan diterima oleh manusia, sementara pemimpinnya sendiri tidak mampu melakukan ajrannya sendiri?? “ngomong sih gampang, tapi praktiknya??”
tentu itu akan selalu menjadi batu sandungan dan cibiran dari umat lain, lah… kalau pemimpinnya saja begitu, bagaimana dengan anggotanya???
memang pada kenyataannya banyak pemimpin-pemimpin agama yang perilakunya tidak dapat ditiru, bahkan manusia paling bijak sekelas Salomo pun pernah jatuh ke dalam dosa padahal kebijaksanaannya masih diagungkan dan tertulis dalam kitab suci sampai hari ini….
juga ketika Yesus memilih 12 rasulnya, tidak menutup kemungkinan manusia biasa yang sekalipun dipilih langsung oleh Yesus tidak dapat jatuh ke dalam dosa, contohnya Yudas.
maka sampai hari ini, saya pun masih menilai para paus hanya sekelas dengan orang-orang farisi pada zaman Yesus :
“ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi telah menduduki kursi Musa. sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (mat 23:2-3)
Shalom Damay,
Sampai saat ini, Gereja Katolik mempunyai 266 Paus. Silakan Anda melihat kembali sejarah tentang Paus-paus yang sungguh mempunyai kehidupan yang baik. Bahwa memang ada beberapa paus yang kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dia lakukan, memang ada di dalam sejarah Gereja Katolik. Anda juga dapat membaca kehidupan beberapa paus tersebut di sini – silakan klik. Namun, beberapa paus yang tidak dapat menjadi teladan bukan berarti menghilangkan akan banyak kebaikan yang dilakukan oleh para paus yang lain, serta pentingnya kepausan dalam memelihara persatuan Gereja. Hal ini sama seperti kita tetap mempercayai para rasul, walaupun ada satu orang yang berkhianat. Tentu saja kita tidak dapat mengatakan bahwa semua rasul adalah munafik bukan? Kalau kita meneliti kehidupan beberapa paus yang tidak baik, maka kita juga melihat bahwa mereka tidak memberikan pengajaran-pengajaran yang berarti. Dan ini adalah salah satu bukti janji Kristus sendiri yang akan melindungi Gereja-Nya sampai akhir zaman. Jadi, mengapa umat Katolik percaya akan pengajaran yang diberikan oleh Paus? Karena itulah yang dijanjikan Kristus, bahwa Petrus dan penerusnya mempunyai kuasa untuk mengikat dan melepaskan, serta Kristus sendiri yang akan melindungi Gereja-Nya (lih. Mat 16:16-19). Kalau Anda mengutip ayat Mat 23:2-3 dan Anda menganggap bahwa para Paus adalah seperti orang Farisi, maka minimal Anda juga harus memenuhi apa yang dituliskan dalam ayat tersebut, yaitu menuruti dan melakukan segala sesuatu yang para paus ajarkan.
Apakah pengajaran dari para paus adalah susah? Ya, karena memang mereka hanya mengajarkan berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi Suci dan juga Magisterium Gereja. Jadi, kalau Kitab Suci menuntut kesempurnaan, maka paus juga akan mengajarkan kesempurnaan. Kita semua jatuh bangun dalam perjuangan ini, namun kita juga menyadari bahwa rahmat Allah bekerja untuk memampukan umat Allah dalam perjuangan ini. Apakah ada contoh orang yang menjalankan pengajaran Gereja Katolik dengan baik? Ya, lihatlah kehidupan para kudus sepanjang sejarah Gereja. Mari, kita memohon rahmat Allah agar kita juga terus berjuang dalam kekudusan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.