Sumber gambar: http://pixgood.com/resurrection-of-christ-icon.html

[Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan: Kis 10:34.37-43; Mzm 118:1-23; Kol 3:1-4; Yoh 20:1-9].

Kisah Kebangkitan Yesus menurut Injil Yohanes hari ini diawali dengan bagaimana di hari pertama minggu itu, ketika masih pagi-pagi benar, Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus. Injil Matius dan Markus mencatat bahwa Maria Magdalena pergi ke kubur bersama dengan Maria yang lain, yaitu ibu Yakobus dan Salome. Dalam permenungan, mungkin kita bertanya-tanya, “Di manakah Bunda Maria di pagi hari itu?” Bunda Maria, yang hadir pada saat penyaliban Yesus, dan bahkan berdiri di dekat kaki salib-Nya, tidak ikut pergi ke kubur pagi itu. Para wanita itu pergi ke kubur untuk mengurapi jenazah Yesus dengan rempah-rempah, seturut kebiasaan Yahudi. Mereka tidak ingat atau mungkin tidak paham akan perkataan Yesus sebelumnya, yang telah memberitahukan sebanyak tiga kali kepada para murid-Nya, bahwa setelah sengsara dan wafat-Nya, Ia akan bangkit. Namun Bunda Maria yang selalu mendengarkan perkataan Yesus dan menyimpannya di dalam hatinya, tahu dan percaya bahwa Kristus akan bangkit. Maka dengan keteguhan iman dan kedalaman sikap batin yang sulit kita bayangkan dan jabarkan, Bunda Maria menantikan saat kebangkitan Putera-nya, walaupun ia telah melihat dengan matanya sendiri, kematian Putranya yang demikian memilukan. St. Paus Yohanes Paulus II dalam salah satu homilinya mengatakan, “Keempat Injil tidak mengatakan kepada kita tentang penampakan diri Kristus yang bangkit kepada Bunda Maria. Namun demikian, karena Bunda Maria telah demikian amat sangat dekat dengan Salib Kristus, pastilah ia juga memperoleh pengalaman yang istimewa tentang Kebangkitan-Nya” (Homily, Guayaquil, 31 January, 1985). Tak mengherankan, jika tradisi kuno Gereja meyakini bahwa Tuhan Yesus pertama kali menampakkan diri-Nya kepada ibu-Nya secara tersembunyi, sebelum menampakkan diri kepada para wanita itu. Justru karena telah melihat Puteranya yang sudah bangkit, maka Bunda Maria tidak datang ke kubur bersama para wanita itu. Sebab ia tahu bahwa Yesus tidak ada di sana.

Bunda Maria, yang secara istimewa bersatu dengan Yesus sejak detik pertama Ia mengambil rupa manusia di dunia, sampai detik Ia menghembuskan nafas-Nya yang terakhir di kayu salib, tentu secara istimewa mengambil bagian dalam saat pertama kebangkitan-Nya. Sudah sepantasnya hal inilah yang terjadi, walaupun Injil tidak mencatatnya. Sebab jika dikatakan dalam Injil bahwa ibu-Nya sendiri adalah saksi pertama kebangkitan Yesus, tentu orang dengan mudah menentang kebangkitan Yesus, dan menganggapnya sebagai kisah bias dari sang ibu tentang Anaknya sendiri. Maka Allah menghendaki seorang yang lain untuk dicatat dalam Injil menjadi saksi pertama kebangkitan Putra-Nya, yang lalu mewartakannya kepada para murid-Nya yang lain. Saksi itu adalah Maria Magdalena, seorang pendosa berat yang bertobat. Fakta ini membuka mata hati kita, akan betapa berharganya pertobatan di mata Tuhan. Maria Magdalena yang dianggap rendah, karena ia wanita, dan dulunya pendosa pula, dikembalikan harkatnya oleh Tuhan karena ia telah bertobat. Ia bahkan dipilih oleh Tuhan untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya sebelum Ia menampakkan diri kepada para murid-Nya yang lain.

Maka alasan penampakan diri Yesus kepada Bunda-Nya berbeda dengan alasan penampakan-Nya kepada Maria Magdalena, atau para wanita itu dan para murid-Nya. Sebab kepada mereka, Yesus menampakkan diri, untuk membuat mereka percaya akan Dia sebagai Mesias yang telah bangkit dari kematian, dan yang akan memberikan hidup kekal bagi yang percaya kepada-Nya. Namun kepada Bunda Maria, keadaannya berbeda, sebab ia telah percaya kepada Kristus dan selalu bersatu dengan-Nya. Maka penampakan Kristus yang bangkit kepada Bunda Maria merupakan penggenapan janji Allah yang disampaikan oleh malaikat itu, sekitar 33 tahun yang silam. Yaitu bahwa Putra yang akan dikandungnya akan mewarisi tahta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Kerajaan-Nya tidak berkesudahan (lih. Luk 1:31-33). Kristus yang bangkit dengan tubuh-Nya yang bersinar mulia,  menggenapi janji Allah, bahwa Kristus Putera-Nya akan mengalahkan kematian dan tetap hidup dengan jaya selamanya. Setelah melalui penderitaan yang sangat, ketika menyaksikan Yesus Putranya difitnah dan disiksa sampai wafat, kini Bunda Maria dipenuhi dengan sukacita berlimpah, karena melihat bahwa Putranya tetap hidup dalam cahaya kemuliaan-Nya. Kristus telah mencapai kemenangan atas dosa dan maut, dan karena itulah kita bersukacita. Sebab kemenangan-Nya itu adalah untuk membebaskan kita juga dari kuasa dosa dan maut, jika kita percaya kepada-Nya, hidup seturut jalan-Nya dan bersatu dengan-Nya, seperti yang dilakukan oleh Bunda Maria.

Seperti bahwa tak ada yang dapat menandingi dukacita Bunda Maria saat melihat sengsara dan kematian Yesus, demikian pula, tak ada yang dapat menandingi sukacita Bunda Maria saat melihat kebangkitan-Nya. Itulah sebabnya Gereja melatunkan doa Regina Caeli, atau Ratu Surga, untuk menggantikan doa Angelus, pada masa Paskah ini. Kita menggabungkan sukacita kita dengan sukacita Bunda Maria, saat kita berkata, “Ratu Surga, bersukacitalah! Alleluia! Sebab Ia yang sudi kau kandung… telah bangkit seperti disabdakan-Nya, alleluia!….. Bersukacitalah dan bergembiralah, Perawan Maria, alleluia, sebab Tuhan sungguh telah bangkit, alleluia!