Gereja Katolik, tidak pernah populer, tetapi selalu menarik

Di dunia yang dipenuhi kehidupan sekuler, dan banyak aliran agama bermunculan, kita melihat banyak orang mencari kebenaran yang lebih bersifat tetap dan tidak terbawa arus. Banyak dari mereka tidak pernah menyangka bahwa pencarian tersebut akan berakhir di Gereja Katolik.

Gereja Katolik memang tidak pernah populer, kita tidak akan jadi terkenal dengan menjadi orang Katolik yang setia. Namun betapapun sulit penerapan pengajaran Gereja Katolik karena itu akan menuntut perubahan hidup, banyak orang merasa tertarik pada Gereja. Mereka mendengarkan dengan hormat pengajaran Paus dan para uskup pembantunya, meskipun mereka mengakui bahwa diperlukan perjuangan untuk menerapkan kebenaran tersebut di dalam hidup sehari-hari.

Ketertarikan akan Gereja juga nampak pada sejarah Gereja Katolik yang menampilkan kehidupan para kudus. Siapapun akan mengakui bahwa pasti ada sesuatu yang istimewa dan ‘ilahi’ pada Gereja Katolik yang dapat menghasilkan orang-orang kudus, seperti Santo Agustinus, Santo Benediktus, Santo Franciscus Asisi, dan Ibu Teresa.


Di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan kota di manapun di dunia, kehadiran gereja Katolik juga memberi nuansa tersendiri. Orang yang bukan Katolik-pun bisa merasakan kehadiran “Sang Ilahi” yang berada di dalam bangunan gereja Katolik. Kehadiran Yesus Kristus dalam tabernakel kudus di dalam setiap bangunan gereja Katolik, juga menarik banyak perhatian orang, seperti halnya yang secara khusus terlihat dalam Gereja Basilika Santo Petrus di Roma, Basilika Perawan yang Dikandung Tak Bernoda di Lourdes, dan tentu, di bangunan gereja Katedral Jakarta.

Banyak pengikut Kristus telah ‘kembali ke Roma’

Dewasa ini, walaupun mungkin kita mendapati banyak orang Katolik meninggalkan Gereja, masuk agama lain atau bahkan menjadi tidak beragama, kita juga mendapati kejadian yang sebaliknya: banyak orang dari agama lain, terutama dari gereja lain yang kembali ke dalam kesatuan dengan Gereja Katolik. Banyak dari mereka malah pernah menjabat sebagai pastor/ pendeta. Contoh yang mungkin sudah banyak dikenal misalnya Scott Hahn, Steven Ray, Marcus Grodi, dll. Alasannya adalah karena mereka menemukan dasar kebenaran yang teguh di dalam Gereja Katolik, sesuatu yang seharusnya menjadi alasan kita semua menjadi Katolik.

Pengetahuan akan kenyataan ini tidak boleh menjadikan kita tinggi hati, seolah-olah kita lebih baik daripada mereka yang berasal dari gereja lain, tetapi harusnya membuat kita memeriksa diri dan mau dengan rendah hati mengakui jika kita belum dengan sungguh-sungguh melakukan bagian kita sebagai orang-orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk menerima karunia ‘kekayaan’ iman ini. Jika kita tahu bahwa iman Katolik ini sungguh indah dan lengkap, maka kita perlu bertanya pada diri sendiri, sudahkah aku menjalankan bagianku? Sudahkah aku mengenal dengan baik karunia iman yang Tuhan percayakan kepadaku? Sebab, “setiap orang yang kepadanya banyak diberi, daripadanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, daripadanya akan lebih banyak dituntut” (Luk 12:48). Namun, tentu suatu pengharapan bagi kita untuk selalu menjalankan bagian kita, karena jika Allah mendapati kita menjalankan tanggung jawab kita, Ia akan memasukkan kita pada bilangan hamba-hambaNya yang setia (Luk 12:43-46).

Tugas-tugas kita sebagai orang Katolik

Pelajarilah iman Katolik dengan sungguh-sungguh.

Bagai pepatah, ‘Tak kenal maka tak sayang’, maka kita harus mengenal dan mempelajari iman kita, agar dapat menjadikan iman kita ini bagian dari hidup, dan dapat kita bagikan kepada orang lain. Walaupun mempelajari iman Katolik membutuhkan banyak waktu, mengingat banyaknya sumber yang harus dipelajari, -seperti dari kitab suci, dokumen-dokumen Gereja, tulisan para Bapa Gereja dan Para Kudus, dll – namun ini merupakan hal yang sangat berguna dan tidak dapat diukur manfaatnya bagi keselamatan jiwa kita. Suatu kenyataan yang harusnya mendorong kita adalah bagaimana saudara-saudari kita dari agama Kristen lain yang justru kembali ke pangkuan Gereja Katolik setelah mempelajari ‘kekayaan iman’ tersebut. Padahal kita sendiri yang Katolik belum tentu mengetahui dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.

Mempelajari iman Katolik bukan dimaksudkan hanya agar kita mengetahui ‘sebatas kepala dan tidak turun ke hati’. Sebab jika demikian kita akan mirip seperti orang Farisi yang rajin mempelajari Kitab suci, tetapi tidak menjiwai dan menerapkannya di dalam hidup. Mempelajari iman di sini berarti mendekati kebenaran dengan iman dan akal budi (faith and reason)[1] dan dengan demikian, mengikuti Firman Tuhan sendiri yang mengatakan “…siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat…” (1 Pet 3:15). Jika kita kurang memahami iman dan pengharapan kita, tentu sulitlah bagi kita untuk memberi pertanggunggan jawab tentang iman kita jika ada yang bertanya pada kita.

Jadi mempelajari iman kita adalah suatu bentuk kerendahan hati, yang dimulai dari sikap ketaatan, menerima pernyataan wahyu Allah yang dipercayakan oleh Yesus Kristus kepada Gereja-Nya. Jika ada pengajaran yang belum kita mengerti, kita mohon karunia Roh Kudus untuk membimbing kita, namun kita harus percaya bahwa Roh Kudus itu telah lebih dahulu bekerja pada para Rasul dan kini terus bekerja di dalam para pengganti mereka, sehingga dengan kerendahan hati kita harus menerima sepenuhnya pengajaran Gereja. Dengan sikap ini, tentulah pada waktuNya, Tuhan akan membantu kita memahami pengajaran tersebut.

Hiduplah sesuai dengan iman Katolik.

Ingatlah bahwa iman Katolik adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, bukan hanya urusan di gereja seminggu sekali. Hidup sesuai dengan iman Katolik inilah yang dimaksud dengan hidup kudus yang kita laksanakan di rumah, di tempat kerja, di sekolah, dan di mana saja. Dalam pelaksanaannya mungkin saja kita akan menghadapi tantangan, cemooh, atau bahkan kehilangan teman. Dalam hal ini ingatlah apa yang dikatakan Yesus untuk mereka yang dianiaya karena Dia, “Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga” (Mat 5:12).

Hidup sesuai dengan iman Katolik adalah hidup dalam kekudusan (lihat artikel: Semua Orang Dipanggil untuk Hidup Kudus). Ini memang perjuangan bagi setiap kita. Iman kita harus selalu membawa perubahan diri kita ke arah yang lebih baik. Kita harus punya semangat seperti Rasul Paulus yang mengajarkan agar kita senantiasa taat dan mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12). Takut di sini maksudnya adalah hormat (‘reverence and awe’) yang menggambarkan kasih kita sebagai anak-anak Allah untuk tidak melawan Allah Bapa kita,[2] baik dengan perkataan ataupun perbuatan. Hormat kepada Allah Bapa juga disertai dengan hormat kepada Yesus PuteraNya dan Gereja yang didirikanNya oleh kuasa Roh Kudus.

Sebarkanlah iman Katolik-mu.

Yesus menginginkan kita untuk menyebarkan kasihNya kepada seluruh dunia, sehingga dunia dapat dibawa kepada kebenaranNya, sebab Kristuslah “Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh 14:6). Jadi menyebarkan iman bukan hanya menjadi tanggungjawab para uskup, imam dan religius lainnya, tetapi menjadi tugas kita semua. Penyebaran iman ini adalah pertama-tama melalui teladan hidup dan bukan hanya dengan kata-kata.

Ingatlah bahwa sebelum naik ke surga Yesus berkata, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. (Mat 28:19-20). Pada hari Pentakosta, kita melihat bagaimana Roh Kudus berkarya di atas para Rasul sehingga mereka dapat bersaksi tentang Yesus dengan berani, sampai akhirnya berita Injil dapat tersebar ke seluruh bumi. Roh Kudus yang sama itu berada di Gereja Katolik, yang juga berarti tinggal di dalam hati kita, anggota-anggotanya.[3] Komuni kudus yang kita terima hendaknya menjadikan kita pembawa misi Kristus. Mari kita bagikan rahmat persekutuan dengan Tuhan ini kepada orang-orang lain, sehingga mereka-pun dapat mengenal dan mengasihi Allah.

Jadi ingatlah akan ketiga hal ini:

Pertama, kenali imanmu, sayangilah Tuhan dan Gerejamu, kedua, hiduplah sesuai dengan imanmu dan ketiga, sebarkanlah imanmu.
Semoga Tuhan yang Maha Pengasih memberkati kita dengan kuasa Roh KudusNya untuk menjadikan kita pembawa Kabar Gembira, mulai dari seisi rumah kita, sampai ke ujung dunia, agar dimuliakanlah nama Tuhan di seluruh bumi!


[1] Di dalam pembukaan surat ensiklikal Paus Yohanes Paulus II, yang berjudul Fides et Ratio (Faith and Reason), ia berseru, “Iman dan akal budi adalah seperti dua sayap yang mengangkat roh manusia untuk mencapai kontemplasi kebenaran; dan Tuhan telah menempatkan di dalam hati manusia keinginan untuk mengetahui kebenaran- yaitu untuk mengenal dirinya sendiri- sehingga dengan mengenal dan mengasihi Allah- semua orang, pria dan wanita -dapat juga sampai pada kepenuhan kebenaran tentang diri mereka sendiri (bdk Kel 33:18; Mzm 27:8-9; 63:2-3; Yoh 14:8; 1Yoh 3:2).

Faith and reason are like two wings on which the human spirit rises to the contemplation of truth; and God has placed in the human heart a desire to know the truth- in a word, to know himself – so that, by knowing and loving God, men and women may also come to the fullness of truth about themselves (cf. Ex 33:18; Ps 27:8-9; 63:2-3; Jn 14:8; 1Jn 3:2)

[2] Lihat Dom Bernard Orchard M.A, A Catholic Commentary on Holy Scripture, (Thomas Nelsom and Sons, New York, 1951) p. 1130, ‘with fear and trembling’, a phrase implying reverence and awe, as again in 2Cor 7:15; Eph 6:5. …. It (is) a filial dread of offending God.

[3] Lihat Lumen Gentium 4, “Roh itu tinggal dalam Gereja dan dalam hati umat beriman bagaikan dalam kenisah (lih 1Kor 3:16; 6:19).”

3 COMMENTS

  1. MENURUT SAYA Vs MENURUT BAPA GEREJA

    Ada hal yang menarik bagi saya ketika membaca tanya jawab antara orang yang menamakan dirinya (Kristen) Protestan dan Kristen KatoliK (ini yang benar), antara lain :
    Protestan selalu menitik beratkan Menurut Saya atas sesuatu yang mereka anggap benar dalam mendiskusikan isi Alkitab, artinya mereka selalu menganggap kebenaran menurut persepsi mereka sendiri justru bukan menurut Alkitab itu sendiri. Bahkan untuk menyebutkan Gereja (KATANya sih Gereja) asal merekapun tidak mau. Dan tidak jarang (bahkan selalu) mereka menerbangkan ayat2 Alkitab itu kesana kemari dengan embel Konteks yang justru memaksakan supaya sesuai dengan Menurut Saya.
    Berbeda dengan Kristen (sejati) Katolik yang selalu terang-terangan menyebutkan para Bapa Gereja (Jemaat Perdana) sebagai sumber pengajaran yang pasti terhadap interpretasi Alkitab, sehingga jelaslah bahwa apa yang di ajarkan oleh Bapa Gereja (Paus berserta hirearkhinya) seharusnya lebih kita Percayai karena sama dengan dengan ajaran orang2 yang jauh lebih dekat dengan ajarang Yesus (sang pengajar itu sendiri).
    Jadi dari sini kita ketahui bahwa ketika Bapa Paus yang bersatu dengan Uskup dan para imam melakukan pengajaran dan juga para awam yang mengerti akan pengajaran/penjelasan Gereja Katolik melakukaan penjelasan akan imannya (iman Katolik) maka sesungguh-Nya merupakan ajaran para Bapa Gereja tersebut yang dijaga kemurniannya mulai dari jaman Para Rasul dan murid-murid Yesus.
    Mengingat bahwa Yesus bersabda Bahwa Yang Meninggal demi Nama-Nya akan tetap beroleh Hidup, sehingga kita boleh mengatakan bahwa yang mengajar/menjelaskan Iman Kristiani sejati tersebut adalah Rasul2 atau murid2 yang menjadi Bapa Gereja itu sendiri.
    Kirta ketahui para Rasul dan Murid mendapatkan perintah secara langsung dan juga bahwa mereka hidup dizaman Yesus bahkan menjadi saksi atas ajaran2 dan hal2 yang diperbuat oleh Yesus, maka jelas bahwa bahwa ajaran tersebut adalah benar dari Yesus Kristus.
    Pada jaman Penciptaan Allah meniupkan roh kudus yang menghidupkan Manusia. Dan keberadaan roh kudus ini adalah abadi hingga menjadi jiwa manusia.
    Menurut Yohannes 20 : 22-23- (Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. 20:23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”). karena keberadaan Roh Kudus yang abadi maka Bapa Gereja yang tetap mempertahankan kemurnian ajaran ini dalam (melalui) Sakramen tobat sebenarnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun bagi orang yang menganggap MENURUT SAYA lebih penting maka keberadaan roh kudus ini telah Punah (Tragis ya) DAN sakramen- sakramen lain yang dianggap tidak perlu (dengan kata lain ajaran Yesus dikesampingkan saja). Bahkan Janji Yesus bahwa Alam maut (mati) tidak akan menguasai Gereja yang didirikan oleh-Nya diatas Kepas (Batu Karang=Petrus) mereka pelintir-pelintirkan dengan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan konteksnya dan Menurut Saya.
    Pertanyaan : Siapakah sesungguh-Nya yang benar, Yesus atau Konteks yang Menurut Saya
    (MUNGKIN ADA BAIKNYA SAYA MENULISKAN YESUS dengan “y” Kecil, supaya orang yang menitik beratakan Menurut Saya lebih tertarik membaca tulisan ini), jadi :
    Pertanyaan : Siapakah sesungguh-Nya yang benar, yesus (Ampuni aku Bapa) atau Konteks yang Menurut Saya
    Karena Kebenaran ini hanya kita peroleh Melalui Tuhan maka :
    Pertanyaan : Siapakah sesungguh-Nya Tuhan, yesus (Ampuni aku Bapa) atau SAYA (saya dari kata Menurut Saya).
    Allah Yeng berinkarnasi menjadi Manusia (Yesus) tidaklah berhenti menjadi Allah atau melakukan hal yang tidak mungkin, justru Allah ingin menunjukkan betapa besar Kasih-Nya. Adanya orang yang mengatakan tidak mungkin Allah menjadi manusia adalah orang yang tidak percaya bahwa Allah adalah Sang “Maha”. (kecuali hal Dosa, karena Tuhan adalah maha baik dan Kudus dan tidak mungkin mempertentangkan diri(manusia)-Nya(Allah))
    Tuhan Yesus (tentu Huruf Besar) adalah satu-satuNya Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu yang diciptakan-Nya karena Yesus adalah Allah (yang Esa) yang berinkarnasi. Jadi karena sifat ke esaan dari Allah (Yesus) maka jelaslah menjadi hak dan kekuasaan-Nya untuk mendirikan Umat pilihan-Nya yang baru yang bukan sebatas satu bangsa saja tapi seluruh bangsa dan mendirikan umat dalam satu Gereja yang didirikan diatas Kefas (Batukarang=Petrus) dan (Rasul) Simon Petrus (Kefas=Batu Karang) lah yang diserahi tugas untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21 : 15-19) jadi menurut Konteksnya (pinjam dikit) Rasul Petruslah yang menjadi Pengikat Umat Pilihan Yesus di dunia ini (tentu atas perintah Yesus sendiri, jadi tidak mengurangi pengantaraan Kristus) karena Yesus Bersabda (terbang kesana kemari ayat2 nya) : “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. “. Jadi kita simpulkan bahwa sudah dari sononya Bahwa Allah adalah Esa yang berinkarnasi menjadi Yesus (satu-satu-Nya Tuhan/Allah) mendirikan satu Gereja didirikan diatas Kefas (Batu Karang=Petus) digembalakan oleh (Rasul) Simon Petrus (batu karang=kefas). Dan janji Yesus sendiri, bahwa Maut (mati) tidak akan menguasai Gereja-Nya maka sesungguhnya yang menggembelakan Gereja yang didirikan oleh Yesus ini adalah (Rasul) Simon Petrus (kefas=batu karang) sendiri. Dan tentu saja dipimpin oleh Yesus sebagai kepala. Karena tugas Penggembalaan Petrus yang kini hidup bersatu dengan Yesus dalam surga masih terus berjalan didunia (Karena Gereja (sejati) tetap mengembara), maka sesuai dengan tradisi Apostolik yang sah sesuai dengan Tradisi para Rasul, murid-murid dan Para bapa Gereja (para Rasul dan Murid mendapatkan perintah secara langsung dan juga bahwa mereka hidup dizaman Yesus bahkan menjadi saksi atas ajaran2 dan hal2 yang diperbuat oleh yesus, maka jelas bahwa bahwa ajaran tersebut adalah benar dari Yesus Kristus) maka sangat mudah bagi kita untuk mencari manakah Gereja Sejati yang didirikan oleh Yesus.
    Yang pertama kita sesuaikan adalah ajaran Gereja (sejati) dengan ajaran para Rasul, murid dan para Bapa Gereja dan bandingkan dengan Gereja (kalau memang Gereja) yang menitik beratkan Menurut Saya.

    SANGAT SULIT MENULISKAN SESUATU SECARA SISTEMATIS.
    Saya mohon maaf kalau tulisan tidak sesuai dengan ajaran Gereja (sejati), tapi sungguh banyak hal2 yang sangat lucu jika saya membaca perdebatan antara Protestan dengan Kristen sejati (Katolik) di situs2 internet

    Saya berpikir mungkin Protestan berpikir bahwa Gereja Katolik terkurung oleh Doktrin2 yang berasal dari Pengajaran Bapa Paus dari Basilika St. Petrus (Batu Karang=kefas) padahal bukankah sangat jelas bahwa pengajaran ini berasal dari Para Rasul, murid dan Bapa Gereja yang berasal dari Yesus sendiri. Yang protes2 ini percaya bahwa Alkitab (saja) dengan interpretasi Menurut Saya lebih penting dari Ajaran Yesus sendiri yang diteruskan hingga kini dibawah kepemimpinan Bapa Paus Benediktus XVI (sesuai dengan tradisi Apostolik yang sah tentunya). BUKANkah sesungguhnya karena protes2 mereka maka mereka hidup dalam kebenaran2 semu yang dibuat oleh manusia-manusia yang jauh dari jaman Yesus hanya karena interpretasi Menurut Saya.

    Kalau kita sederhanakan, maka sebenarnya kebenaran yang dipegang oleh yang protes2 ini adalah kira-kira sebagai berikut :
    – Menurut Saya kebenaran adalah menuduh Paus membunuh Galileogalilei, Roberts Hunsm John-Wifkly dll
    Padahal tak tahu sejarah sesungguhnya justru Gereja hanya ingin melindungi umat dari ajaran yang hanya berdasar pada hipotesa2 atau ajaran yang menyesatkan umat akan ajaran semu.
    – Menurut Saya Kebenaran adalah menuduh Kristen Sejati (Katolik) melakukan kesalahan pengajaran karena banyak putra/i Gereja yang melakukan Kesalahan
    Padahal kalau disimpulkan begini, maka sama saja menyalahkan Yesus karena penghianatan Yudas Iskariot. Bukankah Yudas dipilih oleh Yesus sendiri? Apa mungkin Yesus mengajarkan penghianatan kepada Yudas? atau Yesus tidak mengajarkan Kasih kepada murid yang dipilih-Nya sendiri? Yesus macam apakah itu? Jelaslah ini Yesus Menurut Saya.
    – Menurut Saya Kebenaran adalah menuduh Kristen Sejati (Katolik) melarang membaca Alkitab
    Padahal tak tahu sejarah sesungguhnya ini dilakukan supaya umat tidak terkontaminasi atas Kitab Suci yang tidak diterjemahkan dengan benar. Hal ini bisa kita lihat dari Perpecahan hanya karena penambahan kata SAJA diAlkitab.
    – Menurut Saya Kebenaran adalah menuduh Kristen Sejati (Katolik) menjual Surat Pengakuan Dosa (Indulgensi)
    Padahal indulgensi saja tidak tahu
    – Menurut Saya Kebenaran adalah menuduh Kristen Sejati (Katolik) menyembah Patung
    Selidiki sendiri aja ya
    – Menurut Saya Kebenaran menuduh Kristen Sejati (Katolik) menyembah Bunda Maria
    Selidiki sendiri aja ya
    – Menurut Saya Kebenaran adalah menuduh Kristen Sejati (Katolik) menghormati orang mati
    Selidiki sendiri aja ya
    – Menurut Saya Kebenaran adalah menuduh Yesus berbohong mengatakan orang yang mati demi Nama-Nya beroleh hidup yang kekal
    Selidiki sendiri aja ya
    – Menurut Saya Kebenaran adalah menuduh Kristen Sejati (Katolik) menambah-nambahi ajaran (Doktrin)
    Selidiki sendiri aja ya
    – Menurut Saya Kebenaran menuduh Kristen Sejati (Katolik) melakukan kesalahan Inquisition
    Selidiki sendiri aja ya
    – Menurut Saya Kebenaran adalah kebenaran adalah menyamakan GMS (Gereja Menurut Saya) denan dengan Gereja yang didirikan oleh Yesus.
    dengan demikian Saya (saya darik kata menurut SAya ini) sama dengan Yesus.
    – Menurut Saya Kebenaran adalah mencari Pembenaran dari Menurut Saya
    Ini yang menjadi initinya bagi para Menurut Saya mania.

    Sebenarnya masih banyak sekali Doktrin-dokrin Menurut Saya yang apabila dibadingkan justru lebih rumit untuk mempelajarinya dibandingkan dengan Dokrin yang berasal dari magisterium KARENA kita dikurung kebenaran semu. Hanya memang karena keterbatasan saya untuk membuat tulisan sistematis ini sehingga sulit untuk merangkainya menjadi bagus.
    KARENA TERLANJUR MENJADI PENERIMA RELATIVIS (walau secara tak resmi) maka kira-kira kita sederhanakan rangkaian kebimbangan ini sebagai berikut :
    Allah berinkarnasi menjadi Yesus, Yesus Mendirikan satu Gereja, Gereja ini dipimpin Petrus (ditunjuk Yesus sendiri) dan Kristus sebagai Kepala. Dari Petrus sampailah ke Paus penerusnya. Tapi karena banyaknya orang, suku hingga kebangsa-bangsa, maka tentu akan banyak kemungkinan kata Menurut Saya dari ketidak taatan. Maka banyak pendistrosian Ajaran Yesus (yang diajarkan Para Rasul melalui Tradisi (Lisan dan Tulisan) karena hak wewenang mengajar (Magisterium) dari Yesus sendiri), sehingga orang terkurung dalam ajaran-ajaran kebenaran semu. Bahkan tertarik untuk melakukan pengajaran2 yang lain berdasarkan Menurut Saya.
    MARI MAJU SEDIKIT
    Karena Menurut Saya ini maka konseskuensinya adalah Gereja yang didirikan Yesus dalam karya penyelamatan-Nya didunia menjadi tidak perlu, karena Menurut Saya ini terbentuk berjuta-juta Denominasi (sekarang belum mungkin nanti) GMS (Gereja Menurut Saya). Jadi karena Kepala Gereja (sejati) adalah Yesus maka Menurut Saya ini memandang bahwa Gereja yang didirikan-Nya adalah tidak perlu dan gereja yang didirikan oleh Yesus bisa dengan (sangat) mudah dikesampingkan bahkan bisa disamakan dengan GMS (Gereja Menurut Saya) dengan demikian menyamakan SAYA (saya dari kata Menurut Saya) dengan YESUS. Maka bisa kita simpulkan ada berjuta-juta (mungkin nanti) orang yang sama dengan Yesus. ada berjuta-juta (mungkin nanti) orang yang sama dengan Allah. WOOOOOOOOWWWW TAKUTNYA SAYA (SENDIRI) AKAN TULISAN SAYA (SENDIRI) INI.
    MARI MAJU SEDIKIT LAGI
    Karena Menurut Saya ini maka konseskuensinya adalah ADAnya banyak Juru Selamat. Bahkan kalau Menurut Saya ini tetap mempercayai Ke Esaan Allah maka akan terjadi kira2 sebagai Beriku :
    Menurut Saya ini akan sangat sulit mempertahankan GMS (Gereja Menurut Saya) ini karena pasti akan muncul GMS (Gereja Menurut Saya) yang lain karena tidak ada yang utama, yang penting adalah Menurut Saya. Dan jika kita selidiki dari paragraf sebelum ini, maka yang ada adalah PENGORBANAN TUHAN KITA YESUS KRISTUS MENJADI SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SIA-SIA karena hanya Menurut Saya saja. Kenapa?. Jika yang protes2 bilang bahwa Gereja yagn didiriikan Yesus dia atas Batu Karang sama saja dengab GMS (Gereja Menurut Saya) yang terpenting adalah Yesus bukan ajaran dan perintah-Nya yang kita ketahui dari para rasul, murid dan Bapa Gereja yang adalah Gereja itu sendiri. Jadi kita boleh kesampingkan Yesus (yang adalah Allah juga manusia) dan segala penderitaan-Nya dikayu salib untuk menebus (memperdamaikan Allah dengan manusia) karena Menurut Saya ini tidak mementingkan jalan Keselamatan yang di KARYA KAN oleh Yesus selama Manusia dan diteruskan melalui Gereja yang didirikan-Nya sendiri. KESIMPULAN Menurut Saya ini sangat jelas, yakni kita Tak Perlu Yesus, yang penting iman kepada ALLAH SAJA tak perlu jalan Keselamatan itu sendiri. Sia-sialah perkataan Yesus yang menyatakan Dia Adalah Jalam KEBENARAN karena yang penting adalah Percaya Allah saja. Dan ini terjadi hanya karena Menurut Saya saja.
    BAHKAN PARA Menurut Saya mania ini mengakui BAHWA GEREJA SEBAGAI JALAN KESELAMATAN SAMA SAJA tanpa mempedulikan SATUsatunya Gereja yang didirikan oleh Kristus
    WOOOOOOOOWWWW TAKUTNYA SAYA (SENDIRI) AKAN TULISAN SAYA (SENDIRI) INI.
    SEBENARNYa banyak kata2 yang bisa kita susun hanya dari kata Menurut Saya ini YANG JIKA KITA TULIS SEMUA MUNGKIN SELURUH HARDISK DI KOMPUTER SAYA TIDAK MUAT UNTUK MENYIMPANNYA namun karena saya sadar tidak bisa menuliskan secara Sistematis maka saya mohon maaf hanya ini yang bisa saya tuliskan. Semoga bermanfaat bagi orang yang membaca.

    ADA SEJUTA ORANG Yang sungguh-sungguh membenci Gereja Katolik, tapi ada jutaan orang yang membenci Gereja Katolik tidak dengan Perspektif yang benar. (SANGAT MASUK DIAKAL. KENAPA?)
    JIKA SEJUTA ORANG INI mendirikan GMS (Gereja Menurut Saya) yang terdiri dari 100 Kepala Keluarga Saja maka sudah ada 100 Juta Kepala Keluarga ditambah sejuta. Dan jika tiap Kepala Keluarga rata-rata adalah 3 orang maka akan ada 301 juta orang yang membenci Gereja (Sejati) hanya karena Gereja Menurut Saya. DAN JANGAN LUPA DARI 300 juta (dikurang sejuta tadi) orang ini masih sangat mungkin muncul GMS (Gereja Menurut Saya) yang lain yang mencari 100 Kepala Keluarga lainnya (mungkin anda yang membaca salah satunya)
    DARI ATAS BANYAK yang muncul berdasarkan Menurut Saya, dan jika kita bandingkan dengan MENURUT Bapa Gereja jawabannya hanya sederhana : GEREJA yang SATU,KUDUS, Katolik, Apostolik. Mari kita menulis YESUS (“y” HURUF Besar dan saya senantiasa jauuuuuuuhhhhhhhhhhhhhhhhhh lebih kecil dan tak terbandingkan)

    MANAKAH YANG KAMU PILIH : MENURUT SAYA atau BAPA GEREJA

    Terimakasih
    1ZNS BOSKO

  2. Bu Ingrid dan Pak Stef
    Saya mohon bantuan mengenai penjelasan salah satu sifat gereja sejati, yakni gereja yang kudus. Fransiskus de Sales menyinggung tentang penyertaan mujizat sebagai bukti gereja itu kudus, lengkapnya saya kutip tulisan beliau. THE Church then has milk and honey under her tongue and in her heart, which is interior sanctity, and which we cannot see: she is richly fight with a fair robe, beautifully bordered with varieties, which are her exterior sanctities, which can be seen. But because the sects and heresies disguise their clothing, and by false stuffs make them look like hers, she has, besides that, perfumes and odours which are her own, and these are certain signs and shinings of her sanctity, which are so peculiarly hers, that no other society can boast of having them, particularly in our age.
    For, first, she shines in miracles, which are a most sweet odour and perfume, and are express signs of the presence of the immortal God with her, as S. Augustine styles them. And, indeed, when Our Lord quitted this world he promised that the Church should be filled with miracles: These signs, he said, shall follow them that believe: in my name they shall cast out devils, they shall speak with new tongues, they shall take up serpents, poison shall not hurt them, and by the imposition of hands they shall heal the sick. (Mark ult.).
    Consider, I pray you, these words closely. (1) He does not say that the Apostles only would work these miracles, but simply, those who believe: (2) he does not say that every believer in particular would work miracles, but that those who believe will be followed by these signs: (3) he does not say it was only for them-ten or twenty years-but simply that miracles will follow them that believe. Our Lord, then, speaks to the Apostles only, but not for the Apostles only; he speaks of the faithful; of the body and general congregation …of the Church; he speaks absolutely, without limitation of time; let us take his holy words in the extent which Our Lord has given them. The believers are in the Church, the believers are followed by miracles, therefore in the Church there are miracles: there are believers in all times, the believers are followed by miracles, therefore in all times there are miracles.
    But let us examine a little why the power of miracles was left in the Church. There is no doubt it was to confirm the Gospel preaching; for S. Mark so testifies, and S. Paul, who says that God gave testimony by miracles to the faith which they announced (I Cor. ii. 4). God placed these instruments in the hand of Moses, that he might be believed: wherefore Our Lord said that if he had not done miracles the Jews would not have been obliged to believe him. Well now, must not the Church ever fight with infidelity? -and why then would you take away from her this good stick which God has put into her hand? I am well aware that she has not so much need of it as at the beginning; now that the holy plant of the faith has taken firm and good root, one need not water it so often; but, all the same, to wish to have the effect altogether taken away, the necessity and cause remaining intact, is poor philosophy.
    Besides, I beg you to show me at what period the visible Church may have been without miracles, from the time that it began until this present? In the time of the Apostles there were miracles beyond number; you know that well. After that time, who knows not the miracles, related by Marcus Aurelius Antoninus, worked by the prayers of the legion of Christian soldiers who were in his army, which on this account was called thundering? Who knows not the miracles of S. Gregory Thaumaturgus, S. Martin, S. Anthony, S. Nicholas, S. Hilarion, and the wonders concerning Theodosius and Constantine, for which we have authors of irreproachable authority – Eusebius, Rufinus, S. Jerome, Basil, Sulpicius, Athanasius? Who knows not again what happened at the Invention of the Holy Cross, and in the time of Julian the Apostate? In the time of SS. Chrysostom, Ambrose, Augustine, many miracles were seen, which they themselves relate why then would you have the same Church now cease from miracles? What reason would there be? In truth, what we have always seen, in all varieties of times, accompanying the Church, we cannot do otherwise than call a property of the Church.
    The true Church then makes her sanctity appear by miracles. And if God made so admirable the Propitiatory, and his Sinai, and his Burning Bush, because he wished to speak with men, why shall he not have made miraculous this his Church in which he wills to dwell for ever?
    Bagaimana pendapat atau komentar ibu atau bapak ? Thx. Gbu
    Saulus

    • Shalom Saulus,
      Sebenarnya, tidak benar kalau dikatakan bahwa sekarang di Gereja Katolik sekarang tidak terjadi mukjizat. Umat Katolik yang sudah pernah mengalami mukjizat Tuhan dalam Gereja Katolik akan setuju dengan pandangan saya. Maka, marilah kita melihat kepada kondisi yang terjadi dalam Gereja Katolik, untuk memperoleh pandangan yang obyektif tentang mukjizat ini.

      1) Seperti disebutkan dalam kutipan anda tentang tulisan St. Francis de Sales di atas, memang benar pada abad awal mukjizat banyak sekali terjadi. Dan ini memang sangat diperlukan untuk menumbuhkan iman jemaat/ Gereja awal, sebagai salah satu dari "motives of credibility" dari pewartaan Injil. Namun seiringnya dengan pertambahan waktu, seperti perumpamaan tanaman tadi, maka semakin besar tanaman, maka penyiraman tidak perlu diadakan sesering pada waktu tanaman awal. Demikian pula peran mukjizat sudah tidak lagi terlalu besar, dibandingkan dengan pada saat jemaat awal, karena iman Kristiani telah mulai berakar dengan baik dalam kehidupan umat. Maka walaupun pada masa sekarang ini mukjizat masih tetap ada, kita melihat jumlahnya berkurang jika dibandingkan dengan jumlah mukjizat pada abad-abad pertama, maupun seperti pada jaman para Santo Krisostomus, Ambrosius dan Agustinus. 2) Mukjizat bukan satu-satunya tanda yang menjadi "motive of credibility"/ tanda yang meyakinkan pewartaan Injil yang membuktikan ke-Allahan Kristus. Selain mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Kristus sepanjang sejarah Gereja, terdapat hal-hal lain yang menjadi "motives of credibility" dari pewartaan Injil, yaitu 1) nubuat para Nabi tentang Kristus, untuk lebih jelasnya silakan klik di sini

      2) keberadaan Gereja Katolik yang telah bertahan selama 2000 tahun. Sebenarnya, keberadaan Gereja yang mampu bertahan sejak dari jaman para rasul sampai sekarang adalah mukjizat yang terbesar kedua setelah kebangkitan Kristus. Jika kita mempelajari sejarah Gereja, yang diterpa berbagai badai di sepanjang sejarahnya, kita dapat mengakui, bahwa hanya karena campur tangan Tuhan saja-lah, maka Gereja Katolik dapat terus bertahan sampai saat ini. Inilah pemenuhan janji Kristus kepada Petrus yang disebutkan dalam Mat 16: 18. Selanjutnya tentang "motives of credibility" ini silakan klik di sini.

      3) Mukjizat-mukjizat yang terjadi sepanjang sejarah Gereja dapat kita lihat melalui perantaraan orang-orang kudus-Nya. Kita melihat dalam riwayat para orang kudus, yaitu dalam proses beatifikasi dan kanonisasi, kita mengetahui bahwa mukjizat- mukjizat merupakan bagian dari persyaratan yang harus terjadi. Maka jika kenyataannya Gereja masih terus mengadakan proses kanonisasi, dan jumlah Santa dan Santo terus bertambah dalam Gereja Katolik, ini adalah tanda bahwa mukjizat-mukjizat terus terjadi, sebab tanpa mukjizat, tak mungkin seseorang dapat ‘lulus’ dari proses kanonisasi dan menjadi Santo/ Santa. Saya pernah menuliskan proses beatifikasi dan kanonisasi di sini, silakan klik, dan saya juga pernah memberikan contoh mukjizat dalam kanonisasi St. Faustina, di sini, silakan klik.

      Mukjizat -mukjizat juga terjadi di banyak tempat penampakan Bunda Maria yang telah disetujui oleh Gereja, mungkin salah satu yang terkenal di Lourdes, Perancis. Di sana kita bahkan dapat melihat bukti- bukti otentik pernyataan dari pihak para medis yang memeriksa keadaan sebelum dan sesudah mukjizat-mukjizat; yang menyatakan bahwa kesembuhan yang diperoleh tidak dapat dijelaskan secara medis, sehingga dapat dikatakan merekapun mengakui mukjizat tersebut sebagai ‘keajaiban’.

      Mukjizat -mukjizat juga masih terjadi sampai sekarang ini melalui Misa Kudus, ataupun Adorasi Sakramen Mahakudus. Untuk hal ini saya sendiri pernah mengalaminya, dan oleh karena itu saya berani mengatakannya. Namun sebaiknya kita perlu melihat bahwa di atas segala mukjizat kesembuhan jasmani, yang terpenting adalah mukjizat kesembuhan rohani. Karena pada akhirnya, orang yang disembuhkan secara jasmani suatu saat akan juga mengalami kematian tubuh, oleh karena itu kesembuhan jasmani sifatnya adalah sementara. Kesembuhan jasmani hanya dapat berarti jika diikuti oleh kesembuhan rohani, yaitu pertobatan, di mana kita kembali kepada Allah, menginginkan untuk selalu tinggal bersama-Nya dan memperoleh kehidupan ilahi yang diberikan-Nya. Kesembuhan rohani inilah yang menuntun kita kepada keselamatan kekal yang tidak terpengaruh oleh kematian jasmani kita.

      Maka sebagai orang Katolik kita selayaknya tidak terlalu "mengejar mukjizat jasmani." Kita memang tetap dapat memohon agar Tuhan menyembuhkan kita secara jasmani, tetapi yang lebih penting adalah memohon kesembuhan rohani, sebab itulah yang lebih berguna bagi keselamatan kita. Jika Tuhan memandang bahwa kesembuhan jasmani akan juga berguna untuk perkembangan rohani kita, maka percayalah, Tuhan akan memberikannya juga kepada kita. Namun, jika kebijaksanaan Tuhan menentukan yang lain, kita harus juga percaya, Tuhan yang Maha Tahu, mengetahui apa yang terbaik bagi perkembangan rohani kita, untuk menghantar kita lebih dekat kepada-Nya.

      4) Bagi kita orang Katolik, tanda otentik Gereja yang didirikan Kristus adalah 4 hal, yaitu: Satu, kudus, katolik dan apostolik [silakan membaca artikel tentang 4 tanda Gereja ini,  silakan klik di sini dan di sini. Mukjizat memang termasuk dalam hal pernyataan kekudusan Gereja, namun mukjizat bukan satu-satunya tanda kekudusan Gereja. Kekudusan Gereja akan lebih terlihat jika kita sebagai anggota Gereja dapat hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai murid-murid Kristus, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama, dan dengan demikian menggarami dunia.

      Demikian tanggapan saya, semoga bermanfaat ya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati – http://www.katolisitas.org

Comments are closed.