[Hari Minggu Paskah ke II, Hari Minggu Kerahiman Ilahi: Kis 2:42-47; Mzm 118:2-24; 1Ptr 1:3-9; Yoh 20:19-31]
Ada banyak orang yang mungkin sulit untuk percaya kepada Tuhan, terutama jika mereka merasa sepertinya Tuhan tidak berbuat apa-apa untuk mengalahkan ketidakadilan. Tak usah susah-susah mencari contoh, nampaknya inilah yang terjadi pada Rasul Tomas. Ia, yang dulunya sempat begitu bersemangat untuk mati bersama Kristus (lih. Yoh 11:16), tak kuasa membendung kekecewaannya ketika melihat Yesus ternyata benar-benar wafat, setelah begitu menderita menanggung fitnah dan siksa di kayu salib, yang bahkan kata-kata tak sanggup untuk menjabarkannya. Kekecewaannya ini mungkin menyebabkannya tidak mau berkumpul bersama dengan para rasul yang lain, pada malam hari kebangkitan Yesus. Di malam itu, mereka semua, kecuali Tomas, menyaksikan Yesus yang hidup kembali dan hadir di tengah mereka, walaupun semua pintu terkunci rapat. Kesaksian yang penuh semangat dari rekan sesama rasul, “Kami telah melihat Tuhan”, tidaklah membuat Tomas percaya bahwa Yesus sungguh telah bangkit. “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya,” demikian kata Tomas. Suatu ungkapan kekerasan hati, yang mungkin serupa dengan tuntutan sejumlah orang zaman ini, “Sebelum aku melihat Tuhan sendiri menampakkan diri kepadaku, aku tak akan percaya.” Ya, seperti Tomas yang menganggap Yesus telah mati, dan karena itu berakhirlah segalanya; mungkin banyak orang saat ini menganggap Yesus telah mati, dan tidak pernah berarti bagi hidup mereka. Kepada mereka inilah kita diutus untuk menjadi seperti para rasul lainnya yang bersaksi, “Kami telah melihat Tuhan!” Sebab Kristus sungguh hidup dan tetap hadir menyertai kita. Ia rindu agar semua orang mengenal-Nya dan mengalami belas kasih-Nya.
Namun demikian, Yesus memahami kegundahan hati Tomas, yang mewakili kegundahan semua orang yang kurang, atau bahkan tidak percaya. Delapan hari kemudian, Yesus kembali mengunjungi para murid-Nya, dan saat itu Tomas ada di situ. Tanpa perlu diberitahu, Yesus langsung menyapa Tomas dengan lembut, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” (Yoh 20: 27) Setelah melihat Kristus, dan membuktikan sendiri bahwa Ia benar-benar Kristus yang telah bangkit, akhirnya Tomas percaya. “Ya Tuhanku, dan Allahku,” demikian kata Tomas. Ia mengakui Kristus sebagai Tuhan yang telah bangkit mengalahkan kematian. Imannya ini bahkan menjadi dasar yang kuat untuk meniru teladan hidup Yesus sampai kepada kesempurnaannya. Rasul Tomas dikenal sebagai pewarta Injil ke mana- mana, bahkan sampai ke India, dan akhirnya wafat sebagai martir. Ia menyerahkan hidupnya untuk Kristus, yang diakuinya sebagai Tuhan dan Allahnya.
Sungguh, pengakuan iman Tomas ini layak untuk juga menjadi pengakuan iman kita. Allah memahami setiap pergumulan kita, dan Ia rindu untuk menyatakan diri-Nya kepada kita, bahwa Ia adalah Allah yang hidup dan Tuhan yang sanggup menolong kita. Sebab meskipun mata jasmani kita tidak dapat melihat Kristus, namun kehadiran-Nya begitu nyata dalam hidup kita. Kita hanya perlu menajamkan mata hati kita untuk melihat penyelenggaraan kasih-Nya setiap hari. Betapa besar kemurahan hati-Nya, betapa sering Ia meluputkan kita dari bencana. Betapa besar belas kasih-Nya yang mengampuni dan menyembuhkan penyakit kita, betapa setia-Nya Ia menyertai dan menghibur kita. Tuhan peduli dan tidak berpangku tangan melihat kesusahan kita. Ia ingin agar kita percaya kepada-Nya, dan berbahagia karena mengandalkan Dia. Itulah sebabnya Ia berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29).
Hari ini, kita juga merayakan Minggu Kerahiman Ilahi. Kita merayakan belas kasih Allah yang tak terpahami, yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Inti terpenting dari devosi Kerahiman Ilahi adalah kepercayaan yang total kepada Kristus, sebagaimana nyata dalam slogannya, “Yesus, aku mengandalkan Engkau. Jesus, I trust in You.” Kepada St. Faustina Tuhan Yesus berkata, “Dosa ketidakpercayaan melukai-Ku dengan begitu hebatnya…. Tak ada satu jiwapun yang dibenarkan jika ia tidak menaruh kepercayaan kepada belas kasih-Ku…. Jika kepercayaanmu besar, maka kemurahan hati-Ku juga menjadi tak terbatas…. Jiwa yang semakin percaya, akan semakin menerima….”
Mari, di hari Minggu Kerahiman Ilahi ini, kita menyerukan kembali pengakuan iman kita kepada Kristus, “Ya, Yesus, Engkaulah Tuhanku dan Allahku. Aku mengandalkan Engkau. Jadilah Penolong dan Tempat perlindungan bagiku, sampai selamanya. Amin.”
Shalom,
saya setuju bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Adam yang adalah manusia pertama yang di ciptakan Tuhan di beri kapasitas untuk mengelola seluruh ciptaan Tuhan. Tentunya suatu kepercayaan yang sangat besar, tetapi iblis datang dan membuat Adam tidak percaya bahwa ia sudah memiliki kapasitas untuk itu.
Bahkan malaikatpun bisa jatuh dari surga, padahal derajat malaikat lebih tinggi dari Adam. Yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa respons ketidakpercayaan Adam dibalas oleh Tuhan dengan ketidakpercayaan juga kepada Adam. Dan terbukti sampai sekarang masih banyak keturunan Adam yang belum percaya bahwa sebenarnya kapasitas dan fasilitas yang besar itu sudah cukup tersedia. Bukan kah ini juga merupakan perilaku korup yang masih berjaya di dunia.
Mohon penjelasnnya,
Shalom Pandohar,
Saya tidak tahu secara persis pertanyaan yang ingin Anda hendak sampaikan. Sebelum berdosa, Allah telah menciptakan Adam dan Hawa dengan sempurna, yang memungkinkan mereka untuk dapat tidak berdosa. Namun, setelah mereka berdosa, maka seluruh keturunan Adam dan Hawa menanggung dosa asal. Dosa asal ini dihapuskan ketika kita menerima Sakramen Baptis. Walaupun dosa asal telah dihapuskan, namun, manusia tetap mempunyai kecenderungan berbuat dosa. Hal ini menjadi kesempatan bagi manusia untuk membuktikan bahwa dirinya lebih mengasihi Pencipta daripada ciptaan. Namun, kita juga jangan melupakan bahwa Allah tidak membiarkan kita untuk bertumbuh dalam kekudusan dengan kekuatan sendiri, karena Dia terus menyertai kita dengan pertolongan rahmat-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Pak Stef,
Terimakasih atas tanggapan bapak atas pertanyaan saya. Kecintaan kita kepada Pencipta akan memproduksi / melahirkan kebaikan tentunya. Saya hanya mempertanyakan mengapa kekayaan alam yang besar di tanah air kita ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan rakyat, bahkan bisa saja untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.
terimakasih
[Dari Katolisitas: Nampaknya permasalahannya ada pada faktor manusianya. Dibutuhkan kerjasama antar pemerintah dan rakyat, dan dibarengi dengan teknologi dan keahlian untuk menggunakan alat-alat bantu untuk mengolah kekayaan alam di tanah air kita. Namun ini bukan merupakan fokus dari situs katolisitas, maka mohon maaf, kami tidak dapat menanggapinya lebih lanjut].
Comments are closed.