Ada banyak orang yang berpandangan bahwa karena Allah hadir di mana-mana, maka tak ada gunanya berziarah ke tempat-tempat khusus, juga termasuk tidak ada gunanya berziarah ke Holy Land/ Yerusalem. Benarkah demikian?

Memang Tuhan Maha Hadir (omnipresent), maka Ia hadir di manapun, dan dapat disembah di tempat manapun. Namun juga, Allah menyatakan diri-Nya secara khusus di tempat-tempat tertentu. Maka walaupun tidak diharuskan oleh Gereja, namun adalah sesuatu yang baik (tentu kalau keadaan memungkinkan), jika kita mengunjungi tempat-tempat khusus tersebut, dengan maksud untuk menumbuhkan hasrat untuk mengenang kasih Tuhan dan apa yang telah dilakukan Tuhan kepada kita, dan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Kebiasaan untuk mendirikan suatu tanda/ tugu untuk memperingati kebaikan Tuhan itu telah dicatat dalam kitab Kejadian, seperti halnya yang dilakukan oleh Yakub di Betel (lih. Kej 28:18-19). Namun contoh yang terbesar dalam Perjanjian Lama akan kenangan kehadiran Allah adalah bait Allah di Yerusalem. Bait Allah di Yerusalem ini kemudian menjadi tempat ziarah, dan dikunjungi oleh umat Allah. Bahkan dalam Perjanjian Lama, kunjungan ziarah ke bait Allah ini disyaratkan sebagai kewajiban umat, yang harus dilakukan selama tiga kali dalam setahun, untuk merayakan perayaan Paskah/ hari Raya roti tak beragi (Pesach), musim menuai/ Pentakosta (Shavuot) dan pengumpulan hasil di akhir tahun/ hari raya tabernakel (Sukkot) (lih. Kel 23:14-17).

Memang kita tidak terikat lagi oleh hukum Perjanjian Lama, namun kodrat manusia yang membutuhkan tanda dan bahwa tanda kehadiran Allah dapat membangun imannya, tetap tidak berubah. Dorongan untuk melakukan ziarah dalam Perjanjian Lama, tetap mendorong umat di zaman sekarang untuk melakukannya. Motivasinya tentu bukan untuk memenuhi ketentuan hukum taurat, tetapi demi menyatakan kasih kita kepada Tuhan. Kasih kita kepada Tuhan Yesus, mendorong kita untuk mengenang Dia, dan menjadikan kenangan itu menjadi hidup dalam kehidupan kita. Hal ini antara lain dicapai dengan mengunjungi tempat-tempat yang pernah menjadi tempat kediaman Yesus, atau yang pernah dikunjungi-Nya ataupun dilewati-Nya, pada saat Yesus hidup di dunia untuk menebus dosa-dosa kita. Kunjungan ke tempat-tempat itu akan membangkitkan kesadaran dalam hati kita akan besarnya kasih Kristus Sang Putera Allah, yang mau merendahkan diri sedemikian rupa, mengosongkan diri-Nya, demi menyelamatkan umat manusia.

Maka agar dapat menjadikan ziarah ini berguna bagi pertumbuhan rohani, diperlukan persiapan lahir batin sebelum dan pada suatu melakukan ziarah. Persiapan ini antara lain adalah:

1. Membaca dan merenungkan sabda Allah dan juga catatan historis yang terkait dengan tempat-tempat yang akan dikunjungi. Misalnya, membaca kisah kelahiran Yesus, dan sejarah dibangunnya gereja di Betlehem, agar kita dapat semakin menghayati peristiwa kelahiran Yesus bagi kita. Hal yang sama juga dapat dilakukan sebelum kunjungan ke tempat-tempat lainnya, misalnya sebelum mengunjungi Galilea, sungai Yordan, ataupun bukit Golgota dan kubur Yesus (Holy Sepulchre).

2. Melakukan persiapan batin dengan doa-doa, dapat melalui doa novena, dan juga sakramen Tobat sebelum melakukan ziarah. Silakan mempersiapkan teks doa-doa sehubungan dengan tempat ziarah yang akan dikunjungi.

3. Pada saat kunjungan, dapat dibacakan teks Kitab Suci yang terkait dengan tempat-tempat itu, dan kemudian didaraskan doa-doa dengan khidmat di tempat -tempat tersebut, sebagai ungkapan devosi, misalnya: 1) mendoakan doa Angelus (PS 15), di gereja Annunciation (tempat Maria menerima Kabar Gembira); 2) mendaraskan doa Aku percaya/ memperbaharui janji baptis, di sungai Yordan, 3) mendaraskan pembaharuan janji perkawinan, di gereja Kana; 4) melakukan Jalan Salib, di via Dolorosa (jalan yang dilalui Yesus saat memanggul salib-Nya); 5) mendaraskan doa “Lihatlah kepadaku, Tuhan Yesus yang baik dan lemah lembut” di hadapan salib Yesus, silakan klik, ataupun doa Anima Christi, (PS 212) di gereja Holy Sepulchre; 6) mendaraskan doa Regina Caeli (PS 16) di kubur Yesus yang terbuka di Holy Sepulchre; 7) mendoakan Paus dan intensi Paus di batu karang Petrus di Filipi ataupun di Mensa Christi church/ gereja keutamaan Petrus, dst.; 8) mendoakan Veni Creator/Datanglah Roh Kudus (PS 565), di ruang Cenacle/Upper Room, (tempat Perjamuan Terakhir, dan turunnya Roh Kudus pada saat Pentakosta).

4. Sedapat mungkin ikutilah kelompok ziarah yang mempunyai pastor/ imam pembimbing, agar selama ziarah, dapat diadakan perayaan Ekaristi setiap hari, dan dapat diperoleh bimbingan rohani melalui khotbah/ homili, ataupun renungan.

5. Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah hal-hal teknis lainnya, seperti jangan lupa membawa Kitab Suci, Rosario dan buku-buku doa. Pakailah sepatu dan pakaian yang nyaman namun sopan, sesuai dengan musimnya (jika musim dingin, bawalah pakaian yang cukup hangat). Bawalah obat-obatan yang disyaratkan dokter, dan persediaan obat-obat praktis. Semoga dengan persiapan yang baik juga dalam hal-hal praktis ini, maka ziarah tidak terganggu.

1 COMMENT

  1. Dear Stef

    Terima kasih atas penjelasannya tentang holy land. Apakah melakukan misa ekaristi disana mempunyai manfaat indulgensi, saya agak bingung dengan pemberitahuan romo pembimbing bahwa sekali misa tidak punya arti indulgensi baru mempunyai arti indulgensi setelah melakukan misa sebanyak 3 atau 4 kali..bagaimana penjelasannya stef..?

    [Dari Katolisitas: Menerima sakramen Ekaristi itu sendiri sudah menerima Kristus dalam kepenuhannya, sehingga tidak dibutuhkan Indulgensi khusus untuk mendorong orang untuk melakukannya. Indulgensi diberikan untuk maksud tertentu; tentang apakah Indulgensi itu, klik di sini. Sedangkan bagaimana untuk memperoleh Indulgensi, klik di sini. ]

Comments are closed.