Seorang ibu berusia lebih dari setengah baya baru dua minggu datang dari Medan.
Kehadirannya memberikan jutaan pesan bagi manusia yang sering dilanda keresahan.
Tanpa canggung ia bergabung dengan umat dalam Misa Lingkungan Santo Don Bosco – Tiga Raksa- Paroki Santa Odilia, 11 September 2013.
Penampilannya yang sederhana membuatnya gampang menyesuaikan diri dengan keadaan.
Umat menerimanya dengan sukacita.
Ia tidak memahami bahasa Indonesia sehingga ia memerlukan orang yang menerjemahkan apa yang dikatakan dan didengarnya.
Bahasanya adalah senyuman dari hati yang dapat dimengerti setiap orang yang berada di sekelilingnya.
Senyuman itu senantiasa mengembang di dalam jiwanya.
Senyumannya telah menjadi penawar kegundahan yang melintasi kehidupannya.
Suaminya menghadap Sang Pencipta dengan meninggalkan delapan anak.
Anak bungsunya masih berada dalam kandungan pada usia delapan bulan.
Sepetak sawah menjadi tempat mencari kehidupan bagi anak-anaknya.
Semakin ia menangisi keadaan, semakin ia dilanda kekuatiran yang mencekam.
Pencerahan tiba-tiba merasuki jiwanya sehingga ia mampu tersenyum dalam menjelajahi hayatnya.
Tersenyum telah melibas keputusasaan seperti yang telah diungkapkannya dalam rangkaian kata yang indah :
“Aku harus memulai hari baru dengan senyuman baru.
Senyuman baru membuka berkah baru dari surga.
Meskipun sejuta masalah melilitku, aku harus tetap tersenyum.
Berkat Tuhan senantiasa lebih banyak daripada masalah.
Kuasa Tuhan memampukanku tetap tersenyum di tengah masa-masa yang sukar”.
Aku pegang tangannya sambil menyanyikan lagu “Walau Seribu Rebah”
Tiada pernah kuragukan
Kasih setia-Mu ya Tuhan
Setiap waktu dalam hidupku
Tak pernah Kau tinggalkan
Meski langit tampak suram
Awan gelap pun menghadang
Hadapi badai lewati gelombang
Tak pernah Kau tinggalkan diriku
Reff :
Walau seribu rebah di sisiku
Kau tetaplah Allah penolongku
Walau sepuluh ribu rebah di kananku
Tak kan ku goyah s’bab Yesus sertaku.
Dalam masa tuanya, ia tinggal di rumah anak-anaknya secara bergantian bukan untuk merongrong mereka, tetapi untuk menularkan senyuman sebagai sumber kekuatan dan pengharapan.
Pesan dari kesaksiannya :
Mari kita lukis dunia dengan senyuman, maka petualangan dalam kehidupan memberikan selaksa makna.
Senyum adalah anugerah Tuhan yang membawa kedamaian dan menggerakkan kekuatan. Jangan menunggu bahagia untuk dapat tersenyum, tetapi tersenyumlah untuk menyambut kebahagiaan dari Tuhan di hari mendatang.
Ledakan kebaikan Tuhan akan segera memenuhi seluruh kehidupan kita yang mampu tersenyum sebagai ungkapan iman kita kepadaNya.
Tuhan pada akhirnya akan mengangkat kita jauh lebih tinggi daripada yang pernah kita impikan
“Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” (Yesaya 30:18)
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC