Sumber gambar: https://gerardnadal.files.wordpress.com/2012/02/zacchaeus2.jpg?w=500&h=319

[Hari Minggu Biasa XXXI: Keb 11:22-12:2; Mzm 145:1-14;  2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10]  

Belum lama ini kita dikejutkan akan berita pemberantasan pungli di Kementerian Perhubungan. Banyak orang berharap agar kebiasaan pungli ini dapat semakin dihapus di negeri kita. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan rakyat tidak suka akan adanya pungutan liar. Di zaman Yesus, kebiasaan pungli juga sudah ada, yang dilakukan oleh para pemungut cukai. Para pemungut cukai adalah orang-orang yang sehari-harinya melakukan pungli. Mereka menarik pajak dari sesama kaum Yahudi sendiri, demi kepentingan bangsa Romawi yang menjajah mereka; lalu jumlahnya ditambahi dengan pungutan liar yang masuk ke kantong para pemungut cukai itu sendiri. Tak heran orang-orang Yahudi membenci para pemungut cukai, apalagi kepala pemungut cukai, seperti Zakeus. Injil mengatakan bahwa di mata masyarakat, pemungut cukai dianggap sebagai pendosa (lih. Luk 5:30; 15:1; 19:7-10), yang otomatis dijauhi orang. Namun rupanya apa yang dijauhi orang, malah didekati oleh Allah. Sebab Allah menginginkan pertobatan mereka. Dengan cara-Nya sendiri, Ia mengingatkan orang-orang yang telah jatuh dalam dosa agar menjauhi kejahatan yang mereka perbuat, dan agar mereka percaya kepada-Nya (lih. Keb 12:2). Ini dilakukanNya sebab Ia adalah Allah yang maha rahim, yang belas kasih-Nya sangatlah tak terpahami.

Demikianlah Injil berkali-kali menyampaikan, betapa belas kasih Allah mencari, menemukan dan merangkul orang-orang yang tersingkirkan. Ini kita dengar dalam kisah Tuhan Yesus yang memilih untuk menumpang di rumah Zakeus, dalam Injil hari ini. St. Ambrosius telah menulis, “Dari semua orang yang dapat dipilih, Ia [Tuhan Yesus] memilih seorang kepala pemungut cukai. Siapa yang dapat kehilangan pengharapan bagi dirinya sendiri, ketika bahkan orang seperti itu [seperti Zakeus] dapat memperoleh keselamatan?” (St. Ambrose, Commentary on St. Luke’s Gospel, in loc) Tuhan tak pernah melupakan orang-orang yang telah dipilih-Nya. Figur Zakeus mengajarkan kepada kita bahwa tak ada seorangpun yang dapat luput dari jangkauan rahmat Tuhan. Pendosa yang terberat sekalipun tetap dapat disapa dan diampuni oleh Tuhan, jika ia bertobat.  

Namun, walaupun rahmat Tuhan mendahului pertobatan Zakeus, namun pertobatan Zakeus itu sendiri tetap tak dapat dianggap sepele. Zakeus bersedia mengembalikan uang yang pernah dicurinya [hasil pungli-nya] sebanyak empat kali lipat—dan dengan demikian memenuhi hukum Musa (lih. Kel 22:1)—bahkan lebih lagi, ia bersedia membagi-bagikan setengah dari harta miliknya kepada orang miskin. Kerinduan Zakeus untuk bertemu dengan Yesus juga diikuti oleh kesediaannya untuk meninggalkan dosa-dosanya dan hidup baru menurut hukum Tuhan. Kunjungan Yesus ke rumahnya menjadi momen penting yang mengubah hidupnya, yang menjadikannya manusia baru.

Bagaimana dengan kita? Sesungguhnya kita pun telah berkali-kali menerima kunjungan Yesus ke rumah hati kita, secara khusus setiap kali kita menyambut Ekaristi kudus. Sudahkah kita menyambut Yesus dengan kasih dan sukacita yang besar seperti Zakeus menyambut-Nya? Sudahkah kita mau diubah oleh Tuhan Yesus, seperti Zakeus? Sebab jangan sampai kunjungan Tuhan Yesus tidak membuat kita tergerak hati untuk meninggalkan kesalahan kita dan berusaha hidup lebih baik daripada sebelumnya. Semoga dengan lebih sering menerima Ekaristi Kudus, hati kita pun dibuat menjadi lebih peka, untuk melihat bahwa di sekitar kita ada banyak orang yang seperti Zakeus, yang merindukan kunjungan Tuhan Yesus. Dan bahwa kita yang telah menerima Tuhan Yesus, dapat membawa kehadiran-Nya kepada orang-orang yang merindukan Dia.

Kita telah hampir sampai pada penghujung Tahun Yubelium Luar Biasa Kerahiman Allah. Mari kita memeriksa batin kita, sejauh mana kita telah menerima  kerahiman Allah dan membiarkan Sang Kerahiman itu mengubah hidup kita. Dan sejauh mana kita pun telah memiliki kerahiman, atau belas kasih  kepada semua orang, terutama kepada mereka yang tersingkirkan ataupun terpinggirkan. Semoga doa Rasul Paulus  menguatkan kita,  yaitu, “supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik, dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu. Dengan demikian nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu, dan kamu di dalam Dia, sesuai dengan kasih karunia Allah kita dan Tuhan kita Yesus Kristus” (2Tes 1:11-12). Marilah berdoa, “Ya, Tuhan yang pengasih dan penyayang, betapa panjang sabar dan belas kasih setia-Mu kepada kami. Bantulah aku untuk juga menjadi seorang yang pengasih dan penyayang, yang sabar dan berbelas kasih, seperti diri-Mu. Amin.”