Apa pengertian doa dan meditasi? Apa beda keduanya?

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan beberapa pengertian tentang doa, demikian:

KGK 2558    …. Umat beriman harus percaya kepada rahasia ini [rahasia iman], merayakannya dan hidup darinya dalam satu hubungan yang hidup dan pribadi dengan Allah yang hidup dan benar. Hubungan ini adalah doa.
APA ITU DOA?
“Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan” (Teresia dari Anak Yesus, ms. autob. 25r).

KGK 2559    “Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik” (Yohanes dari Damaskus, f.o.3,24). Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan (Bdk. Luk 18:9-14). Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis (Bdk.Agusfinus, serm. 56,6,9.. 2613, 2736).

KGK     Doa adalah kehidupan hati yang baru. Ia harus tetap menjiwai kita. Tetapi kita cenderung melupakan Dia, yang adalah kehidupan dan keseluruhan kita. Karena itu bapa-bapa rohani – dalam kaitan dengan buku Ulangan dan para nabi – menuntut doa sebagai “satu peringatan akan Allah”, satu pembangkitan kembali “ingatan hati”. “Kita harus lebih sering mengenangkan Allah, daripada bernapas” (Gregorius dari Nasianse, or. theol. 1,4). Tetapi kita tidak dapat berdoa “setiap saat”, kalau kita tidak berdoa dengan sadar pada waktu tertentu. Saat-saat ini merupakan puncak doa Kristen, karena kedalamannya dan lamanya.

KGK 2699    Tuhan membimbing semua manusia pada jalan dan dengan cara yang berkenan kepada-Nya. Setiap warga beriman menjawabnya dengan keputusan hatinya dan dengan bentuk ungkapan doa pribadinya. Tetapi tradisi Kristen mempertahankan tiga bentuk pokok ungkapan kehidupan doa: doa lisan (doa vokal/ dengan kata-kata), doa renung (meditasi), dan doa batin (kontemplasi). Ketiganya mempunyai ciri khas yang sama ialah ketenangan hati. Kewaspadaan yang memelihara Sabda Allah dan membuat kita hidup di hadirat Allah, menjadikan ketiga bentuk ungkapan itu puncak-puncak kehidupan doa.

Maka, menurut Katekismus, meditasi atau doa renung, merupakan salah satu jenis doa. Selanjutnya tentang meditasi (doa renung), Katekismus mengajarkan:

KGK 2705    Doa renung, meditasi, pada dasarnya adalah satu pencarian. Roh mencari agar mengerti alasan dan cara kehidupan Kristen, agar dapat menyetujui dan menjawab apa yang dikehendaki Tuhan. Untuk itu, ia membutuhkan perhatian yang sangat sulit dipertahankan. Biasanya kita mencari bantuan pada sebuah buku. Tradisi Kristen memberi satu pilihan yang sangat luas: Kitab Suci, terutama Injil, ikon, teks-teks liturgis untuk hari bersangkutan, tulisan-tulisan dari bapa-bapa rohani, kepustakaan rohani, buku besar yakni ciptaan dan sejarah, terutama halaman yang dibuka pada “hari ini”.

KGK 2706    Merenungkan apa yang sudah kita baca, berarti kita bertemu dengannya dan menjadikannya milik kita. Dengan cara demikian buku kehidupan kita dibuka: inilah peralihan dari pikiran kepada kenyataan. Sesuai dengan kerendahan hati dan iman, kita menemukan dan menilai di dalam meditasi gerakan-gerakan hati. Kita harus melakukan kebenaran, supaya datang kepada terang. “Tuhan, apakah yang Engkau kehendaki? Apakah yang harus aku lakukan?

KGK 2707    Metode-metode meditasi sangat beragam seperti halnya guru-guru rohani. Seorang Kristen harus bermeditasi secara teratur. Kalau tidak, ia akan menyerupai jalan atau tanah yang berbatu-batu atau yang penuh dengan duri-duri, sebagaimana dikatakan dalam perumpamaan penabur. Tetapi satu metode hanyalah merupakan satu penuntun; yang terpenting ialah maju bersama Roh Kudus menuju Yesus Kristus, jalan doa satu-satunya.

KGK 2708    Meditasi memakai pikiran, daya khayal, gerak perasaan dan kerinduan. Usaha ini penting untuk memperdalam kebenaran iman, untuk menggerakkan pertobatan hati dan memperkuat kehendak guna mengikuti Kristus. Doa Kristen terutama berusaha untuk bermeditasi tentang “misteri Kristus”, sebagaimana terjadi waktu pembacaan Kitab Suci, “lectio divina”, dan pada doa rosario. Bentuk renungan doa ini mempunyai nilai yang besar; tetapi doa Kristen harus mengejar lebih lagi: perkenalan akan kasih Yesus Kristus dan persatuan dengan Dia.

Katekismus meringkas pengertian tentang doa, doa lisan, meditasi dan kontemplasi demikian:

KGK 2720    Gereja mengundang umat beriman untuk berdoa secara teratur: dalam doa-doa harian, ibadat harian, Ekaristi mingguan, dan pada pesta-pesta dalam tahun Gereja.

KGK 2721    Tradisi Kristen mengenal tiga cara utama ungkapan kehidupan doa: doa lisan, doa renung, dan doa batin. Ketiganya menuntut ketenangan hati.

KGK 2722    Doa lisan, yang berdasarkan kesatuan badan dan jiwa dalam kodrat manusia, menghubungkan badan dengan doa hati menurut contoh Yesus, yang berdoa kepada Bapa-Nya, dan yang mengajar murid-murid-Nya doa Bapa Kami.

KGK 2723    Doa renung, meditasi adalah mencari dalam doa. Doa ini mencakup juga pikiran, daya khayal, gerak hati, dan kerinduan. Ia hendak menghubungkan pandangan penuh iman dari orang bermeditasi dengan kenyataan kehidupan kita.

KGK 2724    Doa batin adalah ungkapan sederhana tentang misteri doa. Ia memandang Yesus dengan penuh iman, mendengarkan sabda Allah, dan mencintai tanpa banyak kata. Ia mempersatukan kita dengan doa Kristus, sejauh ia mengikutsertakan kita dalam misteri-Nya.

Maka doa renung (meditasi) Kristiani merupakan salah satu bentuk doa, yang menggunakan pikiran, daya khayal, gerak rasa dan kerinduan tentang misteri Kristus, sebagaimana dapat kita baca dan renungkan dari Kitab Suci, maupun pada doa Rosario. Tujuan meditasi ini adalah agar kita dapat semakin merenungkan iman kita, agar kita semakin mengenal dan bersatu dengan Tuhan, dan mengenali apa yang menjadi kehendak-Nya dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat menjawab/ menanggapinya. Di masa ini ada pula kelompok orang-orang yang melakukan meditasi, namun yang menjadi subyek permenungan bukanlah iman Kristiani ataupun misteri Kristus. Meditasi yang semacam ini tidak dapat disebut sebagai doa, sebab menurut definisinya, doa merupakan suatu pandangan ke surga, ataupun permenungan akan iman kita, sehingga selalu melibatkan Tuhan sebagai fokus pandangan batin kita.

Selanjutnya, untuk membaca beberapa contoh meditasi yang diajarkan oleh St. Ignatius dari Loyola, silakan klik di sini.

Sedangkan selanjutnya perbedaan antara meditasi dan kontemplasi, silakan klik di sini.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

7 COMMENTS

  1. Berkah dalem bapak Stefanus Tay,

    Saya sangat bersuka cita karena bisa menemukan website seperti ini, sehingga bisa mencari topik yang ingin saya pelajari.
    Apakah di Katolik juga ada yang namanya doa profetik, doa syafaat dan saat teduh?
    Terima kasih.
    Berkah Dalem Gusti.

    • Shalom Adi Pramana,

      Gereja Katolik memiliki tradisi doa yang sangat kaya. Maka ada banyak bentuk doa yang dianjurkan oleh Gereja. Jika yang Anda maksudkan dalam saat teduh adalah berdoa sambil merenungkan Sabda Tuhan, maka Gereja Katolik juga memiliki beberapa bentuk doa semacam itu, contohnya adalah Doa Ofisi, silakan klik, dan Lectio Divina, silakan klik, atau doa meditasi dan kontemplasi secara umum, klik di sini.

      Doa syafaat, jika yang dimaksudkan adalah doa dengan ujud-ujud tertentu untuk mendoakan orang lain, tentu saja ada. Dalam perayaan Ekaristi, istilahnya adalah Doa Umat. Dalam persekutuan doa Katolik, Legio Mariae, dan kelompok gerejawi lainnya, doa syafaat ini sudah umum dilakukan. Bahkan dalam komunitas-komunitas tertentu ada kelompoknya sendiri yang memperoleh tugas untuk mengunjungi orang sakit, baik di rumah ataupun di rumah sakit untuk mendoakan mereka.

      Tentang doa profetik, silakan didefinisikan terlebih dahulu, apakah maksudnya. Doa-doa profetik, jika dipahami sebagai doa yang mengandung nubuat, dalam Gereja Katolik mensyaratkan otoritas untuk menginterpretasikannya, mengingat bahwa nubuat yang dimaksudkan di sini adalah pengetahuan adikodrati/ supernatural untuk membangun Gereja. Silakan klik di sini untuk memahami pengertian nubuat, silakan klik. Beberapa klaim wahyu pribadi menyatakan adanya doa-doa yang mengandung nubuat ini, dan adalah tanggungjawab dari otoritas Gereja setempat untuk memeriksa otentisitasnya. Namun ada pula sejumlah orang yang menghubungkan doa profetis/ nubuat dalam skala yang lebih kecil. Misalnya dalam suatu kelompok doa tertentu, pemimpinnya memperoleh karunia pengetahuan untuk mengetahui masalah yang sedang dialami oleh anggotanya dan ia dapat mendoakan anggotanya tersebut (seperti yang terjadi dalam doa penyembuhan dalam suatu kelompok doa karismatik Katolik).

      Di atas semua itu, mari kita sadari bersama bahwa yang terpenting dalam doa adalah hubungan kasih antara kita yang berdoa, dengan Tuhan; dan kerendahan hati adalah dasar dari hubungan kasih ini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Dalam adorasi Ekaristi, ada saat hening, bolehkah diisi dng meditasi kristiani dan doa kontemplasi ? Mohon petunjuk, krn sekarang umat cenderung mencari keheningan dan dlm adorasi saat hening merupakan kerinduan umat utk lebih dekat dng Tuhan. Terima kasih. Berkah Dalem

    • Salam Matheus,

      Iya betul Matheus. Dalam adorasi Sakramen Mahakudus perlu ada saat untuk hening dan membuat adorasi dalam diam sebagai bagian dari kontemplasi. Syukur kalau umat merindukan saat hening itu, dan syukur kalau penyusun urutan kegiatan adorasi menentukan waktu yang tepat untuk hening. Umat perlu dibantu untuk mengerti dan menggunakan saat hening sebaik mungkin.

      Salam dan doa. Gbu.
      P.B.Boli Ujan, SVD.

  3. Dear katolisitas
    * ingin menanyakan perbedaan doa renung ( meditasi )dan doa batin ( kontemplasi ) (kgk 2723 dan 2724):
    – mungkin jelasnya doa renung ada hal yang di renungkan (iman kristiani / misteri Kristus /lectio devina / doa rosario dsb), dan karena ada yang di renungkan maka kita dapat memperoleh suatu penghayatan akan perenungan tsb untuk realita hidup kita
    – untuk kontemplasi membingungkan : ungkapan ttg misteri doa ,memandang Yesus dengan iman ,mencintai tanpa kata (apakah = ucapan syukur kita kepada Yesus ), padahal adalah sukar setiap saat setiap keadaan kita dapat selalu mengucap syukur terutama saat ada musibah.
    Dan tanpa permenungan apakah kita tidak masuk didalam pengosongan pikiran ( meditasi non kristiani ), padahal bila doa ini juga baik bukankah juga berfaedah meski kita saat musibah .
    Dan untuk mendengar sabda Allah : apakah berarti kita mendengarkan Tuhan ngomong secara pribadi kepada kita , dalam tujuan doa kontemplasi tsb , bukankah sangat riskan bila banyak orang ber kontemplasi mereka dapat bernubuat menurut keterangan doa kontemplasi masing masing , dan sangatlah riskan orang tahu suara Allah , suara hati dan suara setan , malah mungkin nubuatnya baik saat pertama tetapi berakhir jelek ,sedang bila mendengar sabda Allah = permenungan tentang firman Tuhan baik di alkitab maupun doa doa kristiani (rosario , dsb ), berarti doa kontemplasi = doa renung / meditasi.
    Dan bila doa kontemplasi tanpa permenungan , apakah tujuan doa tsb , sebab hal apakah yang dapat kita hayati tanpa ada sesuatu yang di renungkan (tanpa kata).
    Dan mungkin doa kontemplasi = doa dengan hanya satu kata / suku kata / kalimat kristiani ( seperti doa Yesus ) , sehingga ada minimal satu hal yang menjadi fokus Pada Allah yaitu : Yesus ; bukan Allah lain yang tidak kita ketahui yang mana , sehingga tidak salah Allah mana yang kita tuju .
    * Ataukah doa renung dan doa batin adalah sama : yaitu sama sama merenungkan sesuatu hal kristiani tetapi berbeda dalam hal penghayatan atas rasa iman kristiani kita ( doa renung ),dan hal penghayatan atas rasa syukur kita pada Allah untuk realita hidup kita .

    Terima kasih sebelumnya , karena memang hal ini yang selalu menjadi pencarian dalam hal doa,meditasi,dan kontemplasi di dalam agama katolik saya

    • Shalom Yongky,

      Katekismus mengajarkan bahwa meditasi (doa renung) merupakan doa yang melibatkan pikiran, imajinasi, emosi, dan kehendak yang terpusat kepada Kristus, agar kita diteguhkan imannya, didorong untuk bertobat, dan dikuatkan untuk mengikuti teladan Kristus.

      Sedangkan doa kontemplasi (doa batin) merupakan pandangan iman yang terarah kepada Kristus, ungkapan kasih dalam keheningan kepada Allah yang telah terlebih dahulu mengasihi kita.

      Selanjutnya tentang Meditasi dan Kontemplasi, silakan membaca di sini, silakan klik. Dan tentang Apakah yang harus diperhatikan dalam Meditasi Kristiani, klik di sini.

      Meditasi Kristiani berbeda dengan meditasi non Kristiani, karena hakekat dari meditasi Kristiani sebagai salah satu bentuk doa adalah dialog/ komunikasi dengan Allah. Maka dalam hal ini pikiran yang terarah kepada Allah dalam misteri kasih-Nya merupakan prasyarat yang utama dan mendasar dalam meditasi Kristiani. Sedangkan dalam meditasi non-Kristiani, hal ini tidak ada, sebab yang ditekankan justru sebaliknya, yaitu mengosongkan diri dari segala pikiran, termasuk pikiran akan Tuhan. Atau jika sepertinya ada yang direnungkan, obyek yang menjadi sasaran adalah suatu ‘kesadaran’, atau di lain kesempatan disebut sebagai ‘energi’ yang dianggap sebagai sang Ilahi, yang tidak merupakan Pribadi Allah sebagaimana kita kenal dalam iman Kristiani.

      Meditasi non-Kristiani, yang menekankan aspek psiko-fisik -seperti postur tubuh, ritme pernafasan, detak jantung, dst, memang dapat mendatangkan efek ketenangan/ relax dan dapat berakibat baik untuk tubuh, tetapi hanya menekankan hal itu saja, tanpa mengacu kepada Allah, itu bukan merupakan doa.

      Doa kontemplasi (doa batin) memang merupakan doa yang umumnya merupakan kelanjutan dari doa meditasi, saat setelah kita merenungkan kasih Allah yang begitu tanpa batas, membuat kita kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan kasih kita kepada-Nya, sehingga kita hanya dapat memandang-Nya dengan penuh kasih dan ucapan syukur, atas segala kebaikan-Nya. St. Teresa dari Avila mengandaikan bahwa kehidupan doa meditasi itu seperti halnya seseorang yang mengairi kebunnya. Mungkin di tahap awalnya, diperlukan usaha keras untuk mendapatkan air, dengan menimba di sumur dan kemudian memikul ember-ember air itu untuk mengairi kebunnya. Ini adalah analogi dari seseorang dalam tahanan awal doa, yang berjuang untuk memusatkan pikiran dan hati kepada Tuhan. Tahap berikutnya adalah pengairan dengan selang air, analogi bahwa jika sudah secara rutin dilakukan, maka mengarahkan perhatian tidaklah sesulit pada tahap pertama doa meditasi. Tahap berikutnya adalah pengairan dengan sistem pipa irigasi, yang memudahkan pengairan kebun itu, yang menjadi analogi bahwa seseorang dapat dengan relatif mudah untuk mengarahkan hati, jiwa dan kasihnya kepada Allah. Tahap terakhir diumpamakan dengan turunnya hujan dari langit, maka orang itu tak perlu bersusah payah untuk mengairi kebunnya, ia hanya perlu menikmati turunnya hujan dan bersuka di dalamnya. Ini  menggambarkan bahwa pada tahap ini Allah-lah yang lebih berperan untuk melingkupi orang tersebut dengan lautan kasih-Nya yang tak terbatas, sehingga sang pendoa itu hanya perlu memandang-Nya dengan ucapan syukur, dan membiarkan jiwanya masuk dalam misteri kasih Allah yang tiada terukur.

      Maka doa kontemplasi ini nampaknya tidak begitu saja dapat dialami atau dilakukan, jika tanpa persiapan batin yang cukup, dan kehidupan doa yang baik, yang didukung oleh disiplin untuk menyediakan waktu untuk berdoa, dan merenungkan Sabda Tuhan. Dengan kebiasaan ini, maka kita akan dibimbing oleh Tuhan untuk melihat kehidupan ini dengan kacamata yang berbeda. Walaupun mungkin pergumulan yang kita hadapi tetap sama, namun kita dimampukan untuk mengahadapinya dengan iman, dengan penuh pengharapan akan pertolongan Tuhan yang menyertai kita sebagai Bapa yang penuh kasih. Dengan keyakinan inilah maka kita akan tetap dapat bersyukur dalam segala sesuatu sebab kita yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita.

      Sedangkan hal mendengar Sabda Allah (atau suara Allah) dalam doa merupakan sesuatu yang memerlukan proses discernment. Allah berbicara melalui Sabda-Nya sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, sehingga dengan membaca Kitab Suci kita mengetahui kehendak Allah bagi kita. Namun tentang suara Allah yang berbicara dalam hati, harus selalu diperiksa apakah sesuai dengan ajaran iman kita. Sebab suara yang timbul dalam hati, memang dapat berasal dari Allah, dari diri kita sendiri atau dari Iblis. Maka untuk membedakan ketiganya diperlukan kepekaan batin yang diperoleh dengan keakraban kita dengan Allah, sehingga kita dapat mengetahui apakah suara ataupun dorongan dalam batin tersebut berasal dari Allah atau bukan.

      Mari kita bertekun dalam kehidupan doa kita, agar kita dimampukan untuk mengenali kehendak Allah bagi kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Menurut anda apa pengertian meditasi dan doa dan apa beda meditasi dengan doa ?
    Mana yang lebih baik / bermanfaat antara meditasi dan doa ?

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca tanggapan kami, di atas, silakan klik]

Comments are closed.