Tidak ada penomoran 10 perintah Allah di dalam Kitab Suci
Perintah-perintah Allah yang ada di dalam Kitab Suci yaitu Kitab Keluaran 20 tersebut, tidak diberi nomor secara khusus. Allah tidak memberikan secara eksplisit bagaimana cara memberi nomor pada perintah-perintah itu. Pembagian/ penomoran ayat pada seluruh Kitab Suci baru dimulai pada jaman abad pertengahan. Jika setiap perintah diberi nomor, maka bisa diperoleh sekitar 15 perintah. Gereja Katolik mengelompokkannya tanpa menghilangkan satu ayatpun dari perintah Tuhan itu, namun mengelompokkannya menjadi sepuluh, sesuai dengan ajaran St. Agustinus.
St. Agustinus dan Origen
Dua orang Bapa Gereja yang memainkan peran terbesar dalam hal pengelompokan kesepuluh Perintah Allah adalah St. Agustinus dan Origen. St. Agustinus adalah orang kudus yang diberi gelar “Doctor of the Church”/ Pujangga Gereja, sedangkan Origen, meskipun dihormati untuk banyak hal, beliau juga dikenal pernah mengajarkan doktrin yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, seperti jiwa-jiwa di neraka akhirnya dapat masuk surga. Gereja Katolik dan Lutheran secara umum mengikuti pengelompokan yang diajarkan oleh St. Agustinus, sedangkan Gereja-gereja Timur dan Protestan umumnya mengikuti Origen.
10 Perintah Allah menurut gereja-gereja Timur dan Protestan (mengikuti Origen)
- Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan (ay. 2,3)
- Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit, di bumi dan di dalam bumi. (ay. 4)
- Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan (ay.7)
- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
- Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
- Jangan membunuh (ay.13)
- Jangan berzinah (ay.14)
- Jangan mencuri (ay.15)
- Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
- Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini isterinya, atau apapun yang menjadi milik sesamamu (ay. 17)
10 perintah Allah menurut Gereja Katolik dan Lutheran (mengikuti St. Agustinus)
- Akulah Tuhan, Allahmu: Jangan ada allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi, dan jangan sujud menyembah kepadanya (ay. 2, 3, 4, 5)
- Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat (ay.7)
- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
- Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
- Jangan membunuh (ay.13)
- Jangan berzinah (ay.14)
- Jangan mencuri (ay.15)
- Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
- Jangan mengingini isteri sesamamu (ay.17 a)
- Jangan mengingini hak milik sesamamu (ay. 17 b)
Jadi apa yang dapat disimpulkan dari hal tersebut di atas:
1. Di sini terlihat, Gereja Katolik tidak menghapuskan ayat Kel 20:4, namun mengelompokkannya dengan ayat yang ke-3 dan ke 5 dalam perintah pertama. Katekismus Gereja Katolik #2084 menuliskan versi lengkap perintah pertama dari 10 Perintah Allah sebagai berikut:
“Akulah Tuhan Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya” (Kel 20:2-5).
Perintah ini dikaitkan dengan sabda Yesus dalam Perjanjian Baru, “Ada tertulis, engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti (Mat 4:10). Perintah kembali diulangi dengan rumusan yang berbeda, yaitu, “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan Allahmu….. “(Mrk 12:29) Maka di sini terlihat bahwa perintah jangan menduakan Tuhan (dengan menyembah patung yang dianggap sebagai allah) itu tidak terpisahkan dengan perintah untuk menyembah dan mengasihi Allah yang satu (esa).
St. Agustinus melihat kaitan antara Kel 20:4 dalam kaitannya dengan ayat ke-3, dan tidak memisahkan keduanya menjadi dua perintah yang berdiri sendiri. Sebab kalau dipisahkan malah menjadi tidak sesuai dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci yang mencatat bahwa ada kalanya Allah sendiri yang memerintahkan umat-Nya untuk membuat patung ataupun gambaran yang menyerupai sesuatu yang ada di langit ataupun di bumi; seperti ketika Allah memerintahkan untuk membuat patung malaikat/ kerub pada tabut perjanjian (Kel 25:17–22, 37:7–9) atau membuat gambar kerub itu pada tenunan kain dalam kemah suci (Kel 26:1, 31, 36:8, 35). Allah juga memerintahkan Musa untuk membuat patung ular di padang gurun (Bil 21:4–9), dan membuat ukira yang menggambarkan kerub, dan sejumlah tanaman dan bunga bagi bait Allah yang dibangun oleh Raja Salomo (1 Raj 6–7). Dengan demikian ayat Kel 20:4 hanya dapat diartikan untuk menjelaskan ayat sebelumnya yaitu Kel 20:3: yaitu bahwa jangan membuat patung untuk dijadikan allah lain. Namun hal membuat patung atau gambar, yang tidak untuk disembah sebagai allah lain, tidaklah dilarang Allah, sebab bahkan Allah sendiri memerintahkan untuk membuat patung/ gambar, dalam beberapa kesempatan.
St. Agustinus selanjutnya memisahkan ayat Kel 20:17 menjadi dua perintah, sebab kedua bagian dalam ayat 17 itu diawali dengan frasa “jangan mengingini”; dan menyangkut kepada dua hal yang berbeda hakekatnya. Yang pertama adalah berkenaan dengan istri, dan yang kedua berkenaan dengan harta milik.
Dengan pengelompokan ini, diperoleh tiga perintah pertama yang berkenaan dengan perintah untuk mengasihi Allah, dan ketujuh perintah berikutnya berkenaan dengan perintah untuk mengasihi sesama. Menurut St. Agustinus, juga adalah layak/ fitting bahwa hal perintah yang menyangkut Allah ada tiga buah, yang mengacu kepada Allah Trinitas.
2. Jadi Gereja Katolik melihat ayat 4 tersebut tidak dapat dipisahkan dengan ayat 3 dan 5 yaitu untuk menyembah Allah yang satu dan berbakti hanya kepada-Nya. Sebab jika berdiri sendiri, penerapan ayat yang ke-4 ini sesungguhnya tidak mungkin diterapkan dalam kehidupan manusia. Manusia tidak henti-hentinya membuat image/ ‘gambaran’/ patung (terjemahan dari ‘image’ tidak terbatas pada patung tetapi juga gambar) yang menyerupai sesuatu di langit dan bumi. Jika diterapkan secara harafiah maka semua seniman pelukis atau pematung adalah pendosa berat; semua museum yang menyimpan lukisan dan patung bersejarah adalah tempat yang penuh dosa; semua orang Kristen tidak boleh menonton film/ TV, karena di situ ada gambar yang menyerupai manusia/ hewan/ tumbuhan; tidak boleh memotret dan memasang foto, tidak boleh melukis/ menggambar, tidak boleh mengajari anak-anak dengan bantuan gambar-gambar, tidak boleh saling mengirim kartu Natal karena di situ ada gambar Yesus dan kandang Natal dst. Padahal gambar-gambar sebenarnya juga berguna untuk pengajaran iman, terbukti bahwa di sekolah minggu/bina iman, guru-guru menggunakan gambar untuk mengajarkan tentang Yesus. Atau, sebelum orang dapat membaca/ buta huruf (12 abad di Eropa, dan 19 abad rata-rata di Asia dan Afrika), gambar dan patung adalah jalan yang dipakai untuk mengantar orang pada Tuhan. Mungkin ini sulit dibayangkan oleh kita yang hidup jaman ini karena kita semua dapat membaca. Tetapi jika kita hidup di jaman bahela itu, tentu kita akan mengerti bahwa gambar-gambar, sepanjang tidak kita sembah sebagai Allah, maka tidaklah merupakan berhala.
3. Jadi yang dilarang disini adalah patung berhala yang disembah sebagai Tuhan, bukannya semua jenis patung/ gambar. Inilah yang menjadi sikap Gereja Katolik; bahwa sepanjang gambar dan patung itu tidak disembah sebagai Allah, tidak ada salahnya membuat gambar dan patung. Jangan lupa bahwa gambar dan patung adalah karya seni seperti halnya musik. Jika di gereja-gereja Protestan musik dipakai untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan, demikian pula di gereja Katolik. Pasti musik itu hanya dianggap sebagai ‘alat’ saja bukan? Kita ke gereja bukan untuk mendengar musik, tetapi Firman Allah yang terkandung di dalamnya. Demikian juga dengan patung/ gambar yang ada di gereja Katolik, hanya merupakan alat saja yang membantu mengarahkan kita pada Tuhan. Tanpa patung dan tanpa musik kita sesungguhnya bisa saja berdoa, tetapi tentu tidak ada salahnya kita memakai keduanya jika itu lebih membantu kita memusatkan hati pada Tuhan.
4. Dalam Gereja Katolik, kitapun menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24), namun juga dengan seluruh panca indera kita. Maka ada musik (indera pendengar), patung, gambar (indera penglihatan dan peraba), wewangian/ incense (penciuman); semuanya ini hanya ‘pelengkap/ alat’ saja, sedangkan di atas semua itu, kita menyambut Ekaristi (yang kita sambut melalui indera perasa, menjadi makanan rohani).
Demikianlah kita ketahui bahwa Gereja Katolik tidak mengubah kesepuluh perintah Allah. Gereja Katolik, mengikuti pengelompokan yang diajarkan oleh St. Agustinus, mengajarkan urutan yang sedemikian sesuai dengan konteksnya yang konsisten dengan ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci sebagaimana diajarkan oleh Kristus dalam Perjanjian Baru tentang hukum yang terutama.
Jujur, saya seorang KRISTEN pengikut Kritus, bukan Protestan dan bukan juga katolik,
Saya mau nanya kepada semua umat katolik atau mungkin kalau bisa paus sendiri yang jawab pertanyaan saya ini.
Pertanyaannya simpel aja :
MENGAPA UMAT KATOLIK MENGATAKAN SEKALIGUS MEMPERCAYAI BAHWA PAUS ITU ADALAH Vicar Kristus ?
1. Tolong berikan bukti berupa ayat alkitab bahwa Paus Itu Vicar Kristus.
2. Tolong berikan bukti berupa ayat alkitab bahwa Petrus itu adalah Paus pertama dan penggatinya juga akan disebut paus.
Kenapa saya meminta harus ada bukti dari alkitab, karena kita semua kristen tentunya hanya berpatokan dengan isi dari alkitab, bukan statement yang dibuat oleh manusia.
Jika anda bijak, baca dan carilah makna dari semua ayat yang disampaikan pada kitab wahyu, maka anda akan tahu kebenarannya dan siapa itu paus sebenarnya.
Terimakasih dan tolong dijawab sesuai dengan yang saya minta, tidak lebih, tidak kurang.
Tuhan Yesus Memberkati hati kita semua.
[dari katolisitas: Mat 16:16-19 dan artikel tentang keutamaan Petrus 1-5 – silakan klik]
Shalom Pak Stefanus,
Terima Kasih atas saran dan penjelasan Bapak perihal perayaan Ekaristi.
Kalau Kristus menghendaki disembah dengan Ekaristi, masak kita umatnya tidak melaksanakanya, padahal permintaan kita sudah sering dikabulkan olehNya, jadi tidak ada alasan lagi bagi umat Katolik untuk tidak menghadiri perayaan Ekaristi dengan alasan boring, hanya memenuhi kewajiban rutin, dlsb.
Tuhan memberkati Bapak.
Salam,
Petrus Sudhana. 27.05.13
Shalom Pak Tay,
Setiap hari Minggu saya mengantarkan istri saya kegereja non Katolik,
konsekwensinya, saya mengorbankan kewajiban saya mengikuti Misa.
Saya putuskan demikian, dari pada istri terseret ke kepercayaan yg. tidak
mengenal Yesus sbg. Juru Selamat, padahal kami menikah secara Katolik.
Bagaimana sikap yg. benar, waktu mengikuti kebaktian tsb.:
1. Apakah harus membuat Tanda Salib, sebelum & sesudah doa.
2. Waktu Perjamuan Kudus, apakah saya salah bila ikut makan roti & minum
anggur, walaupun tidak ada Konsekrasi.
3. Apakah hidup rohani seperti ini sebaiknya diteruskan mengingat istri
saya dapat diselamatkan dan jujur kehidupan rohani saya juga bertumbuh
karena pujian dan khotbah yg. disampaikan dapat menyentuh hati saya
walaupun saya sadar bahwa kebenaran yg kita kejar tidak boleh berdasar
kan emosi yang subyektiv semata, tapi kita juga tidak bisa menipu pera
saan hati kita.
Mohon saran dari Pak Tay, Terima Kasih sebelumnya.
Salam,
P.Sudhana. 20.05.13
Shalom Petrus Sudhana,
Sebenarnya, tidak ada alasan apapun (selain alasan yang serius: sakit parah, dll) bagi umat Katolik untuk tidak beribadah pada hari Minggu, yaitu dengan mengikuti Misa. Jadi, menurut saya, mungkin perlu dipertimbangkan lagi, mengapa Anda tidak lagi mengikuti ibadah di dalam Gereja Katolik, sehingga tidak ada yang perlu dikorbankan. Pada saat yang bersamaan, maka Anda juga dapat membimbing istri Anda pada perayaan Ekaristi. Dengan demikian, Anda berdua dapat setia terhadap janji pernikahan Anda. Kejadian ini, sebenarnya juga menjadi kesempatan bagi Anda berdua untuk benar-benar belajar tentang Ekaristi, yaitu cara yang diberikan dan dikehendaki Kristus sendiri untuk mengenang-Nya, seperti yang terlihat dalam perjamuan terakhir. Dengan demikian, fokus dalam menyembah Kristus bukanlah berdasarkan perasaan kita, namun mengikuti apa yang dipertahankan oleh Kristus. Kalau Kristus menginginkan disembah dengan Ekaristi, maka sudah seharusnya kita melaksanakan perintah Kristus.
Kita perlu menyadari bahwa perasaan bukanlah Tuhan dan dapat berubah-ubah dengan mudah. Dengan kata lain, perasaan kita dapat salah. Jadi, kita tidak dapat mendasarkan iman kita pada perasaan. Jadi, mungkin cara pertama adalah benar-benar mencoba untuk mengerti apa yang terjadi dalam Misa Kudus. Pengertian yang benar akan menimbulkan kasih. Kasih yang besar terhadap Ekaristi secara otomatis akan membuat spiritualitas kita berakar pada Ekaristi. Silakan melihat beberapa artikel tentang Ekaristi ini – silakan klik.
Di sisi yang lain, kalau Anda ingin melakukan bentuk doa yang lain, yang lebih meriah, maka Anda juga dapat bergabung dalam kelompok-kelompok kategorial, seperti: karismatik Katolik. Akhir kata, kita juga bisa membawa di dalam doa pribadi kita, agar kita diberi rahmat untuk dapat mengalami persatuan dengan Kristus di dalam setiap perayaan Ekaristi, sehingga kita juga dapat mengalami keindahan perayaan agung yang diinginkan oleh Kristus. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Mazmur 86: 14-17
14 Ya Bapa, orang-orang yang angkuh telah bangkit menyerang aku, dan gerombolan orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku, dan tidak mempedulikan Engkau.
15 Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
16 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, berilah kekuatan-Mu kepada hamba-Mu, dan selamatkanlah anak laki-laki hamba-Mu perempuan!
17 Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan, supaya orang-orang yang membenci aku melihat dengan malu, bahwa Engkau, ya Tuhan, telah menolong, dan menghiburkan aku.
Inilah Firman Tuhan untuk saling menguatkan sesama saudara /i seiman. Shalom.
[dari katolisitas: Maksud dari pesan ini tidak terlalu jelas. Mohon untuk memperjelas]
Shalom Katolisitas..
sesuai dengan postingan diatas saya ingin bertanya..
1. saya kutip stetmen di atas ” Demikian juga dengan patung/ gambar yang ada di gereja Katolik, hanya merupakan alat saja yang membantu mengarahkan kita pada Tuhan” pertanyaanya apakah gereja katolik setuju dengan orang Budha, Hindu, dan lainya..menyembah patung binatang. toh itu cuma alat saja?
2. menurut katolisitas mengapa Tuhan marah kepada orang israel ketika mereka membuat lembu emas..toh itu juga mereka lakukan untuk Tuhan..Keluaran 32:5
3. mengapa hukum 9 dan 10 yang pada perinsipx jangan mengingini malah menjadi 2 hukum?
terimakasih..Tuhan berkati..
*semoga jgn dihapus lagi.
Shalom Kalis,
Sebenarnya pertanyaan serupa pertanyaan Anda sudah cukup banyak dibahas di Katolisitas, maka ada baiknya memang Anda membaca artikel maupun tanya jawab yang sudah dibahas di sini. Itulah sebabnya pada awalnya kami tidak menayangkan pertanyaan Anda, bukan karena kami tidak dapat atau tidak mau menjawabnya, tetapi karena pertanyaan ini sudah berulang-ulang dibahas di Katolisitas. Silakan untuk lain kali, Anda mencarinya terlebih dahulu dengan fasilitas pencarian di sisi kanan atas homepage, dan temukanlah tanya jawab yang sudah ada, dan baru kalau Anda mempunyai argumen baru, silakan disampaikan, dan kami akan berusaha menjawabnya.
Maka, silakan terlebih dahulu Anda membaca artikel-artikel berikut ini:
Apakah umat Katolik yang berdoa di depan patung menyembah berhala
Orang Katolik tidak menyembah patung
Apakah berhala itu?
Dialog dengan Indah tentang patung
Dialog dengan Sherly tentang patung
Berikut ini saya menanggapi pertanyaan Anda:
1. Gereja Katolik tidak menyembah patung
Gereja Katolik tidak menyembah patung, dan karena itu tidak bisa setuju dengan penyembahan patung. Bahwa ada patung di gereja maupun di rumah-rumah umat Katolik, itu bukan untuk disembah sebagai allah, namun hanya sebagai alat bantu untuk mengarahkan hati kepada Allah. Maka perannya sama seperti kita memasang foto keluarga di rumah, yang tentu tidak untuk dikonotasikan sebagai penyembahan berhala kepada orang tua ataupun adik kakak dalam keluarga. Foto keluarga mengingatkan kita kepada anggota keluarga, demikian juga patung Yesus kepada Pribadi Yesus. Namun patung Yesus dapat digunakan dalam ibadat umat Katolik, karena patung tersebut dapat membantu mengarahkan hati kepada Tuhan Yesus yang kepadanya kita berdoa; sedangkan dalam ibadat kita tidak menggunakan foto keluarga kita, karena kita tidak berdoa kepada anggota keluarga kita. Kekecualian mungkin adalah pada tanggal 1-8 November saat Gereja mendoakan arwah/ jiwa-jiwa yang sudah meninggal, maka ada paroki-paroki yang memperbolehkan umat membawa foto-foto kerabat/ orang tua yang sudah meninggal, bukan agar umat berdoa kepada mereka, tetapi agar umat mendoakan jiwa-jiwa tersebut kepada Tuhan.
Dengan demikian, sangatlah tidak relevan untuk menyamakan patung Yesus dengan patung binatang, karena patung binatang tidak mengarahkan hati kepada Tuhan. Sebab yang digambarkan oleh patung binatang adalah binatang, sedang yang digambarkan oleh patung Yesus adalah Yesus, Allah yang menjelma menjadi manusia. Gereja memperbolehkan “penggambaran” Yesus dalam rupa patung ataupun lukisan/ ikon, sebab Allah sudah lebih dahulu “menggambarkan” diri-Nya dalam rupa manusia, yaitu melalui Inkarnasi Yesus Kristus. Kitab Suci mengajarkan bahwa Kristus adalah gambaran nyata akan Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15).
Maka, atas prinsip ini, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1159 Gambar kudus, ikon liturgi, menampilkan Kristus pada tempat yang pertama. Ia tidak dapat menggambarkan Allah yang tidak kelihatan dan tidak dapat dimengerti. Inkarnasi Putera Allah telah membuka satu tata gambar baru:
“Pada mulanya Allah, yang bukan badan, bukan juga rupa, tidak dapat dilukiskan sama sekali melalui gambar. Tetapi sekarang, setelah ia kelihatan dalam daging dan hidup, bersama manusia, saya dapat membuat satu gambar dari apa yang saya lihat dari Allah. Kita memandang kemuliaan Tuhan dengan wajah tak terselubung” (Yohanes dari Damaskus, imag. 1,16).
Dengan demikian, karena gambar Allah di dalam Kristus itu adalah dalam rupa manusia, maka sangatlah tidak dapat dibandingkan gambar/ patung Yesus dengan gambar/patung binatang.
2. Mengapa Tuhan marah kepada orang Israel saat mereka membuat lembu emas?
Karena mereka membuat patung lembu emas itu untuk disembah sebagai allah lain, dan dengan demikian melanggar perintah Allah yang pertama, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Kel 20:3, Ul 5:7). Sebab Allah tak pernah menyatakan diri-Nya sebagai lembu, dan tambahan lagi lembu emas tuangan merupakan gambaran yang mengacu kepada dewa Baal dan Asyera (lih. 2 Raj 17:16, 2 Taw 28:2) yang umum disembah oleh bangsa-bangsa Kanaan, yang tidak mengenal Allah. Allah tak pernah menyatakan hubungan apapun dengan Baal dan Asyera, mereka adalah ‘allah-allah’ lain yang tidak ada kaitannya dengan Allah. Karena itu, ketika bangsa Israel berpaling kepada allah-allah lain itu, Allah tidak berkenan. Sebab sebagaimana Allah setia kepada umat-Nya, Ia menghendaki juga agar umat-Nya setia kepada-Nya.
3. Mengapa hukum ke 9 dan 10 dibagi menjadi dua hukum?
Sebagaimana telah disebutkan di atas, perintah Allah dalam kitab Kel 20 tersebut tidak diturunkan dengan nomor yang sudah baku. Penomoran tersebut dibuat oleh para Bapa Gereja, yang kemudian disampaikan kepada kita. Yang disampaikan oleh Gereja Katolik dan Lutheran adalah berdasarkan pengajaran St. Agustinus dan gereja Protestan lainnya berdasarkan pengajaran Origen sebagaimana telah disebutkan di atas, silakan klik.
Menurut St. Agustinus, karena perintah untuk menghindari percabulan (perintah ke-6) dan pencurian (perintah ke-7) adalah perintah yang terpisah, maka perintah untuk tidak menginginkan percabulan dan tidak menginginkan pencurian juga dipisahkan. Dengan demikian, dari ayat Kel 20:17, dapat diperoleh dua jenis perintah untuk menghindari keinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan milik diri sendiri:
“Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.” (Kel 20:17)
Jangan mengingini istri sesamamu (perintah ke-9) berhubungan dengan perintah ke-6; sedangkan Jangan mengingini rumah sesamamu, hambanya, ternaknya, atau hal milik yang lain (perintah ke-10) berhubungan dengan perintah ke-7.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 2514 Santo Yohanes membeda-bedakan tiga macam hawa nafsu atau keinginan: keinginan daging, keinginan mata dan kesombongan dunia (Bdk. 1 Yoh 2:16). Menurut tradisi katekese Katolik perintah kesembilan melarang keinginan daging, perintah kesepuluh melarang keinginan akan milik orang lain.
Demikian yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pertanyaan Anda. Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terimakasih untuk jawabanya Katolisitas..
1. kalau kita baca Ulangan 4:16-18 sangat jelas disana bukan hanya binatang tapi “yang berbentuk laki-laki atau perempuan” kalau Tuhan melarang orang Israel waktu itu berarti Tuhan yang sama melarang kita juga. bukan cuma patung binatang yg Tuhan larang tetapi berbentuk manusia juga.
2. saya kutip kata sdr “namun hanya sebagai alat bantu untuk mengarahkan hati kepada Allah” apakah perna Allah katakan bahwa boleh buat patung selama itu menjadi alat untuk mengarahkan hati kepada Allah?
3. sdr contohkan sama dengan foto keluarga…Apakah gereja katolik mengetahui secara jelas wajah Yesus seperti patung yg dibuat?
Tuhan berkati.
Shalom Kalis,
1 & 2. Sudah dibahas di artikel Orang Katolik tidak menyembah patung, silakan klik.
Memang dalam Perjanjian Lama, Allah melarang pembuatan patung/ gambar yang menyerupai apa-pun yang ada di langit, di bumi, ataupun di dalam air di bawah bumi, (lih. Kel 20:4). Jadi memang bukan hanya menyerupai binatang, tetapi juga apapun ciptaan yang lain, namun konteksnya adalah dalam kaitannya dengan ayat 5, yaitu “Jangan sujud menyembahnya”, dan dengan demikian larangannya adalah jangan menjadikan gambaran itu sebagai allah lain.
Namun hal membuat gambar/ patung jika tidak disembah, itu tidak dilarang Allah. Terlihat dari bagaimana Allah menyuruh dibuat patung malaikat (kerub) di tabut perjanjian di Kemah Suci.
3. Sudah dibahas di jawaban ini, silakan klik.
Selanjutnya, jika Anda tertarik dengan topik ini, silakan membaca artikel-artikel yang sudah saya berikan linknya di jawaban saya sebelumnya. Atau gunakan fasilitas pencarian di pojok kanan home page. Mohon maaf, tanpa Anda membaca terlebih dahulu artikel-artikel/ tanya jawab yang sudah ada, kami tidak dapat menanggapi pertanyaan Anda selanjutnya, karena hanya akan berupa pengulangan dari apa yang sudah pernah ditanyakan dan yang sudah pernah kami tanggapi. Mohon pengertian Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam sejahtera,
ingin tanya,,pada uraian diatas tertulis :
10 perintah Allah menurut Gereja Katolik dan Lutheran (mengikuti St. Agustinus)
Akulah Tuhan, Allahmu: Jangan ada allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi, dan jangan sujud menyembah kepadanya (ay. 2, 3, 4, 5)
Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat (ay.7)
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
Jangan membunuh (ay.13)
Jangan berzinah (ay.14)
Jangan mencuri (ay.15)
Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
Jangan mengingini isteri sesamamu (ay.17 a)
Jangan mengingini hak milik sesamamu (ay. 17 b)
itu berarti umat kristen termasuk katolik mengakui Allah sebagai Tuhan yang Esa, akan tetapi mengapa umat kristen memajang gambar/patung yesus, bunda maria dan menyembah / meletakkan di rumah dan gereja?
mohon jawaban
[dari Katolisitas: patung atau gambar Yesus, para Kudus, dan Bunda Maria tidak disembah oleh umat Katolik, melainkan hanya sebagai salah satu sarana untuk membantu mengarahkan hati kepada Tuhan dan membantu memusatkan perhatian kepada kasih Tuhan dalam menghayati imannya. Lebih jelasnya, silakan membaca penjelasan lengkapnya di artikel berikut ini:
Apakah Gereja Katolik menyembah patung dan merubah 10 perintah Allah
Apakah umat Katolik yang berdoa di depan patung menyembah berhala
Orang Katolik tidak menyembah patung. Lihat juga diskusi ini – silakan klik.]
kenapa katolik merubah alkitab contohnya di keluaran 20 atau 10 hukum …..why? jadi serem ngeliat alkitab di ganti
[dari katolisitas: Tidak perlu seram kalau tahu alasannya. Lebih seram lagi kalau tidak tahu alasannya dan bersikukuh dengan pendapat sendiri. Silakan membaca jawabannya di sini – silakan klik]
syahlom bu Ingrid hukum dari 10 perintah Allah yg kedua apa ya,Tuhan Yesus memberkati
[Dari Katolisitas: SIlakan membaca terlebih dahulu artikel di atas, silakan klik]
saya ingin bertanya,,
mengapa Para anggota Gereja Roma Katholik ,..
menyembah Patung yg padahal tidak boleh dalam Keluaran 20, dan mengapa orang Katholik menyatakan bahwa adanya orang-orang suci,,
Dan apakah Tuhan menyetujui bahwa harus menyembah Perawan Maria dalam wujud Patung ataupun gambar,.. dan harus menyembah Yesus dalam bentuk Patun atau gambar ,… mengapa ? saya ingin ditunjukan ayat yg dikutip dari alkitab bukan dikutip dari perkataan manusia ( paus ) karna paus bukan tuhan paus hanya manusia biasa,,,
karna hanya ada satu Tuhan !!!
[dari katolisitas: Anda menginginkan argumentasi dari Kitab Suci. Namun, di satu sisi dalam komentar yang lain, anda juga mengutip ajaran dari Ellen G. White – lihat apa yang anda tulis ini – silakan klik. Kalau anda benar-benar serius berdiskusi tentang hal ini, silakan bergabung dalam thread diskusi ini – silakan klik atau ini – silakan klik. Semoga diskusi yang telah ada dapat dikupas lebih dalam lagi.]
Sangat setuju, saya juga disadarkan akan tugas perutusan kita sebagai pengikut Kristus.
Shalom,
Kita boleh membuat patung dan tidak menganggapnya Allah, tapi kalau kita sujud di hadapan patung itu, apakah boleh?
Terimakasih
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel ini, silakan klik]
yehezkiel 8:10 Lalu aku masuk dan melihat, sungguh, segala gambar-gambar binatang melata dan binatang-binatang lain yang menjijikkan dan segala BERHALA-BERHALA kaum Israel terukir pada tembok sekelilingnya.
Ulangan 27:15 Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung tuangan, suatu kekejian bagi TUHAN, buatan tangan seorang tukang, dan yang mendirikannya dengan tersembunyi. Dan seluruh bangsa itu haruslah menjawab: Amin
Kisah 7:43 Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel
Kisah 17:16 Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala
Yesaya 42:8 Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung
Roma 1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.
konteksnya adalah:
1. Patung disembah, merupakan suatu kejijikan bagi Tuhan dan itu adalah
dosa.
2. Patung yang berada dalam rumah ibadah adalah suatu kejijikan bagi
Tuhan, itu adalah dosa
3. Apakah patung itu disuruh Tuhan atau tidak?. Kalau tidak disuruh oleh
Tuhan, maka sama dengan kita mempersembahkan korban asing dihadapan
Tuhan, dan itu perbuatan melawan Tuhan = dosa.
Shalom Rafael,
Gereja Katolik tidak mempunyai masalah dengan ayat-ayat yang Anda sampaikan di atas. Kami juga meyakini bahwa penyembahan patung sebagai allah sebagaimana dikisahkan dalam Perjanjian Lama, adalah perbuatan dosa.
Kami pernah mengulasnya dalam beberapa artikel ini, silakan klik:
Apakah umat Katolik yang berdoa di depan patung menyembah berhala?
Apakah berhala itu?
Orang Katolik tidak menyembah patung
Maka dengan demikian, saya menanggapi pernyataan Anda yang saya beri warna biru:
1. Patung disembah, merupakan suatu kejijikan bagi Tuhan dan itu adalah dosa.
Pernyataan ini benar.
2. Patung yang berada dalam rumah ibadah adalah suatu kejijikan bagi Tuhan, itu adalah dosa.
Tidak. Sebab dalam Kitab Suci disebutkan bahwa Allah menyuruh umat Israel membuat patung kerub (malaikat) di tutup pendamaian tabut perjanjian (lih. Kel 25:1, 17-20; 1Taw 28:18-19). Tabut perjanjian tersebut kemudian diletakkan dalam kemah suci tempat umat Israel menujukan ibadah mereka kepada Allah.
3. Apakah patung itu disuruh Tuhan atau tidak? Kalau tidak disuruh oleh Tuhan, maka sama dengan kita mempersembahkan korban asing di hadapan Tuhan, dan itu perbuatan melawan Tuhan = dosa.
Silakan membaca artikel-artikel di link yang disebutkan di atas. Dalam Kitab Suci tertulis bahwa ada kalanya Tuhan menyuruh orang Israel membuat patung, yang digunakan justru untuk menyatakan kekudusan-Nya di tengah bangsa itu. Dalam hal ini, patung itu sendiri tidak untuk disembah, namun hanya untuk mengarahkan hati umat kepada-Nya.
Dengan demikian pembuatan patung itu sendiri bukan dosa, namun kalau orang sampai menyembah patung, dan menganggap patung itu sendiri sebagai allah lain, baru itu adalah dosa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya suka dengan penjelasan ini sangat mengena, dan perlu disebarluaskan di kalangan Katolik untuk tidak salah presepsi dengan patung-patung yang ada di gereja Katolik
Shaloom Tim Katolisitas.org,
Saya ingin bertanya mengenai beberapa hal yg mjd perbedaan antara kita dgn mereka yg Kristen non-Katolik…
1) Apakah kita bisa mendengarkan atau menyanyikan lagu2 dari mereka ini, seperti lagu2 dari Frangky Sihombing, Sari Simorangkir, Nikita dll.
Kalau menurut saya seharusnya tidak, dikarenakan Tuhan mereka sangat berbeda dgn kita…
2) Mengapa dalam hal penamaan tempat atau nama orang kita lebih condong ke Perjanjian baru dan Santo Santa pelindung. Apakah kita bisa memakai nama2 seperti Yehezkiel, Bethesda, Siloam, Sion dll ?
Saya pun ingin mengungkapkan ketertarikan saya dgn suatu kalimat dari seorang bijak yaitu Dalai Lama…
+/- dia mengatakan pernyataan sbb, “Tujuan kita hidup di dunia ini adalah untuk berbuat kebaikan, tapi bila kita belum bisa berbuat sesuatu kebaikan, setidaknya kita tidak menyakiti” ?.
Yang mjd pertanyaan saya adalah : Adakah di dalam Alkitab kalimat yg menyerupai kalimat tsb ? Apakah kalimat yg diucapkan Dalai Lama tsb mengandung Kasih ?
Saya sangat ingin di Alkitab ada ayat yg seperti/ menyerupai pernyataan tsb. Karena terlalu berat bagi saya sbg manusia utk berbuat kebaikan di saat hidup penuh dgn tekanan…
Mohon bantuannya… Terima kasih
May God Bless us,
Antonius – Wenang
Shalom Antonius,
1. Tuhan kita dan Tuhan saudara-saudara Kristen-non Katolik adalah sama. Mendengarkan dan menyanyikan lagu rohani dari saudara-saudari Kristen non-Katolik tentu diperkenankan, apalagi jika itu dapat menambah rasa cinta dan penghormatan kita kepada Kristus dan sesama. Namun demikian, terdapat persyaratan/ rambu-rambu yang harus diperhatikan dan ditaati untuk lagu-lagu liturgis, maka umumnya lagu pop rohani tidak dapat dinyanyikan dalam perayaan liturgis, terutama dalam perayaan Ekaristi.
2. Tentu kita bisa dan boleh memakai nama-nama nabi dan tokoh-tokoh kudus dalam Perjanjian Lama, terutama jika ada semangat keteladanan mereka yang luhur yang ingin kita ikuti. Para nabi pada Perjanjian Lama memang dapat juga disebut sebagai orang kudus, namun memang secara obyektif dapat diakui bahwa karena mereka hidup sebelum Kristus, maka mereka tidak mengalami kepenuhan misteri Paska Kristus. Dan karena maksudnya para kudus itu adalah untuk menjadi teladan bagi kita dalam hal kekudusan setelah kita dibaptis, maka banyak orang Katolik mengambil nama baptis dari para orang kudus itu, yang kekudusannya telah diakui sebagai buah dari hidup mereka di dalam Kristus, setelah mereka [para kudus itu] dibaptis di dalam Kristus. Dengan memilih nama seorang Santo/a sebagai nama Baptis/ Pelindung, maka artinya kita memohon agar Santo/ Santa itu berdoa bagi kita agar kita pun dapat bertumbuh di dalam kekudusan, dan dilindungi dari pengaruh kejahatan.
3. Menurut hemat kami, kalimat Dalai Lama tersebut memang dimaksudkan sebagai konteks kasih kepada sesama. Ayat Alkitab yang senada adalah yang dikenal dengan ‘peraturan emas’ atau ‘the Golden Rule’ yaitu Mat 7:12 “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Maka kalimat dari Dalai Lama itu memang mengandung kasih, namun belumlah sempurna, sebab kasih yang sempurna itu tidak bersyarat, sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh Kristus sendiri, yang karena kasih-Nya menyerahkan hidup-Nya kepada kita manusia, bahkan ‘ketika kita masih berdosa‘ (Rom 5:8).
Maka, Tuhan memanggil kita untuk menjadi sempurna seperti Dia, (Mat 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.“) dan agar kita tidak jemu-jemu berbuat baik (lih. Gal 6:9; 2 Kor 3:13). Tuhan tidak memberikan kekecualian/ persyaratan di sini, seperti bahwa kita berbuat baik, kalau orang juga berbuat baik kepada kita. Bahkan Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk terus berbuat baik, mengasihi para musuh kita (mereka yang membenci kita), dan mendoakan mereka (Mat 5:44). Maka hal mengasihi musuh dan berbuat baik kepada sesama yang membenci kita, merupakan ciri khas kita sebagai murid- murid Kristus; yang membedakan kita dengan orang- orang kebanyakan di dunia.
Apabila Tuhan memberikan tugas kepada kita, Dia sudah mengetahui bahwa kita akan dapat melakukannya, walau umumnya memang sangat berat dan tidak mudah. Tetapi Dia ingin kita selalu mengandalkan Dia, tidak bersandar kepada hikmat dan kekuatan kita sendiri. (Yer 17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!). Dan bersama Dia dan dalam Dia, asal kita sungguh beriman teguh demi kebaikan, kita akan selalu dimampukan untuk melakukan perbuatan kasih, termasuk perbuatan yang tak akan mampu kita lakukan dengan kekuatan sendiri. Setidaknya, mari kita berjuang dan jangan menyerah sebelum bertanding.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti dan Ingrid Listiati – http://www.katolisitas.org
Dear Ibu Caecilia,
Terima kasih atas tanggapan Ibu. Sy masih mau nanya lg…
Bagaimana dengan mereka yg kerjanya suka mencampuri urusan org lain tanpa ada permintaan terlebih dahulu ?
Bagi beberapa orang makna kasih itu mereka jadikan alasan utk mencampuri urusan saya. Padhal sy tidak pernah meminta saran dll dari mereka. Untung saja sy sudah mulai berdoa lagi setiap pagi, kiranya Tuhan selalu melimpahkan rahmat Kasih dan pengampunan utk sy tujukan bagi setiap mereka yg senang mencampuri urusan saya.
Bila menunjuk ayat Mat 7:12, maka sejujurnya sejak dulu sy sudah mengikuti perintah ayat tsb, artinya sy tidak pernah mencampuri urusan org lain (kec ybs memintannya), tapi koq ada sj org yg mencampuri urusan sy.
Mohon tanggapan Ibu…
Shalom,
Antonius
Shalom Antonius,
Saya dapat memahami bahwa ada saat-saat di mana kita ingin menangani sendiri persoalan-persoalan kita, dan ada saatnya kita membutuhkan bantuan atau saran dari orang lain. Namun umumnya, apa yang tampaknya seperti mencampuri urusan orang lain itu seringkali adalah suatu ungkapan kasih, perhatian, keprihatinan, atau sebuah pesan yang ia sampaikan kepada kita bahwa ia siap untuk membantu kita kapanpun kita membutuhkan. Hanya saja cara mengkomunikasikan perhatian dan kesiapan membantu itu yang tidak selalu sesuai dengan perasaan atau keinginan kita yang diberi perhatian, yang mungkin pada saat itu sedang mempunyai pertimbangan sendiri atau sedang ingin mengolah dengan diri sendiri dahulu. Memang dibutuhkan kepekaan dan pengalaman dalam hal memberi masukan kepada orang lain. Tetapi, kita bisa berusaha berfokus kepada intensinya, dan tidak hanya terpaku pada cara atau waktu mengungkapkan yang memang tidak selalu sesuai dengan kita, kita bisa bersabar dan dengan itikad baik mencoba menangkap maksud baik sesama. Anggaplah semua itu semata-mata bentuk perhatian atau keprihatinan dalam kasih, yang seringkali bahkan harus disyukuri. Bahkan sering kalau kita membuka diri dengan rendah hati, banyak masukan dari orang lain yang ternyata sebetulnya baik dan berguna bagi kita.
Sangat baik bahwa Anda sudah selalu berdoa memohon rahmat kasih dan pengampunan dari Tuhan. Doa itu selayaknya dibarengi dengan tetap bersikap terbuka dan mencoba untuk selalu melihat intensi yang baik di balik suatu perbuatan dan kata-kata. Walau sikap dan kata-kata sebagai sarana untuk menyampaikan intensi baik itu tidak selalu pas dengan kita. Melihat apa yang tidak tampak memang lebih sulit dan membutuhkan kebesaran hati, karena kita lebih mudah dan lebih cepat menilai dan menghakimi apa yang tampak. Kecuali bila sudah sangat terganggu atau terasa melewati batas, Anda bisa mengutarakan dengan kasih dan lemah lembut bahwa Anda bisa mengatasi sendiri. Yesus mengajarkan kita untuk menjadi berbeda dengan dunia, berbeda dengan orang lain yang tidak mengenal Dia dan teladan kasih-Nya, seperti yang Dia katakan dalam Luk 6:33 “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian”. Itulah kasih tanpa syarat, tanpa mementingkan/menomorsatukan diri sendiri, yang diminta Yesus dari kita. Dengan segala cara yang mungkin, walaupun itu merepotkan kita, menyakitkan, dianggap aneh, dan sebagainya, kita perlu terus berjuang agar sikap kita di dunia ini tidak sama dengan sikap umumnya anak-anak dunia. Kita memang bukan milik dunia, melainkan milik Kristus yang sudah menebus kita. Yang terpenting bagi kita adalah menyukakan hati-Nya, yang begitu mengasihi kita tanpa batas. Segala hal yang tidak berhubungan dengan menyenangkan hati Tuhan menjadi kurang penting lagi. Semoga Anda terus membiarkan diri Anda diperkaya dengan aliran kasih-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti – katolisitas.org
Ibu Caecilia,
Terima kasih atas tanggapannya…
Saya telah banyak mengamalkan ayat dari Mat 7:12 —Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi—
Maka selanjutnya saya akan memegang ayat berikut dlm rutinitas;
Mat 5:44 —Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk terus berbuat baik, mengasihi para musuh kita (mereka yang membenci kita), dan mendoakan mereka—
Bahkan ayat berikut (mnrt sy plg berat) sbg wujud Kasih sy;
Luk 6:33 —Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian—
Hhhmmmm, akhirnya sy kembali lagi mendoakan musuh2 sy.. Sy telah disadarkan. Semoga Doa tsb dpt selalu melekat dlm benak, berlanjut mjd perbuatan dan tidak sesaat saja.
Sekali lagi terima kasih atas bimbingan Ibu. Semoga berkat Tuhan selalu melimpah bagi Ibu dan keluarga.
May God Bless us,
Antonius
Pro Antonius Wenang, shalom.
Saya bantu doa atas usaha baik anda, meskipun saya sendiri orang berdosa. Tuhan memberkati usaha anda. Amin.
Comments are closed.