Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus membahas: 1) Percakapan Yesus dan Maria di dalam Injil, 2) Yesus menghormati Maria dan 3) sebutan “perempuan” (woman) mempunyai makna yang begitu dalam.
I. Percakapan Yesus dan Maria dalam Injil
1. Yang pertama harus kita sadari adalah Injil ditulis untuk mewartakan Kristus, sehingga senantiasa berfokus pada Kristus. Kita tidak banyak menjumpai percakapan langsung antara Yesus dan Maria. Berikut ini adalah percakapan langsung mereka yang tertulis di dalam Injil:
Yoh 2:3-4: 3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” 4 Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu (woman)? Saat-Ku belum tiba.“
Lk 2:48-49: 48 Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” 49 Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?“
Yoh 19:26: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu (woman), inilah, anakmu!“
2. Injil hanya merekam tiga percakapan langsung antara Bunda Maria dan Yesus. Dua diantaranya, Yesus memanggil Maria dengan sebutan “perempuan” /woman (lih. Yoh 2:4; Yoh 19:26) dan satu dengan sebutan “kamu” (lih. Lk 2:49).
Namun, apakah dengan demikian Maria tidak penting? Kita tidak dapat menyimpulkan demikian. Fakta bahwa Bunda Maria dipilih menjadi Bunda Kristus, Bunda Allah, maka Bunda Maria menduduki suatu tempat yang begitu istimewa untuk turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah.
II. Yesus menghormati Bunda Maria.
Kita hanya dapat mengatakan bahwa Yesus memanggil Bunda Maria dengan sebutan “perempuan” dan tidak pernah memanggil “ibu” adalah sejauh terekam di dalam Injil. Kita tidak pernah tahu apakah Yesus tidak pernah memanggil Maria dengan sebutan “ibu” selama 30 tahun ketika Yesus hidup bersama dengan Maria dalam satu atap. Kita tahu bahwa Yesus adalah anak yang baik, seperti yang terekam di dalam Injil, yang menuliskan “51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. 52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (Lk 2:51-52) Ini berarti Yesus hidup di bawah bimbingan Santo Yusuf dan Bunda Maria. Dan ketika Santo Yusuf meninggal, maka Maria harus membesarkan Yesus seorang diri.
Karena Tuhan yang terlebih dahulu memberikan perintah untuk menghormati ayah dan ibu dalam perintah ke-4 dari sepuluh perintah Allah, maka sudah seharusnya Yesus – yang adalah sungguh Allah dan sungguh manusia – memberikan teladan yang baik kepada umat-Nya, yaitu dengan menghormati orang tua-Nya di dunia ini – Santo Yusuf dan Bunda Maria. Kalau panggilan ibu demikian umum di masyarakat pada waktu itu, maka sungguh sulit dimengerti kalau Yesus tidak pernah memanggil ibu kepada Bunda Maria selama Dia tinggal selama 30 tahun bersama dengan Bunda Maria. Sungguh sulit dimengerti kalau sebutan “perempuan” dipandang kasar, namun terekam di dalam dua percakapan antara Yesus dan Bunda Maria. Kuncinya adalah, dalam bahasa Yunani dan Semitik, sebutan “perempuan” menyatakan suatu hubungan yang begitu dekat. (Dom Orchard, A Catholic Commentary on Holy Scripture) dan mempunyai makna yang begitu dalam.
III. Sebutan “Perempuan” mempunyai makna yang begitu dalam.
1. Sebutan perempuan dilakukan di awal dan akhir dari karya umum Yesus.
Kalau kita perhatikan, perkataan “perempuan” yang dikatakan oleh Yesus dilakukan pada mukjizat yang pertama di Kana dan kejadian terakhir sebelum Yesus wafat di kayu salib. Ini seperti suatu tanda bahwa sebutan perempuan ini adalah merupakan awal dan akhir dari pewartaan dan karya Kristus kepada umat-Nya. Pada waktu Yesus berkata kepada Maria “Mau apakah engkau daripada-Ku perempuan (woman), saat-Ku belum tiba“, maka Yesus ingin menekankan bahwa mukjizat ini akan membawa Yesus kepada misi keselamatan yang akan berakhir di kayu salib. Dengan mukjizat ini, maka orang-orang akan mulai tahu bahwa Yesus adalah seorang Mesias. Rasul Yohanes menuliskan “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya” (Yoh 22:11). Misi Kristus menjadi seorang Mesias berakhir pada peristiwa penyaliban Kristus. Dan di kayu salib ini, sebelum Dia menghembuskan nafas-Nya yang terakhir, Dia kembali menyebut Maria dengan kata “perempuan”. Dengan demikian, sebutan perempuan ini bukanlah tanpa arti.
2. Sebutan perempuan merujuk kepada hawa.
Kita mengingat akan apa yang dikatakan oleh Tuhan kepada ular (setan) di taman Getsemani “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini (the woman), antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej 3:15). Pada saat perjamuan di Kana, maka perkataan “perempuan” adalah merupakan suatu gambaran bahwa ini adalah perempuan yang dijanjikan oleh Tuhan sejak awal penciptaan. Dan hal ini dipertegas, ketika Yesus mengatakan kata yang sama – perempuan – kepada Bunda Maria ketika Yesus tergantung di kayu salib. Perempuan inilah yang menjadi musuh dari ular, karena dia telah membawa Sang Penebus ke dunia. Dan keturunannya – Yesus – diremukkan lutut-Nya, yaitu dengan menderita dan mati di kayu salib. Namun, dengan penderitaan dan kematian-Nya, maka Yesus meremukkan kepala Setan, yaitu meruntuhkan dominasi dosa, dan meruntuhkan kerajaan kegelapan dan menggantinya dengan Kerajaan Terang – di mana Kristus menjadi Raja untuk selama-lamanya.
Kita juga melihat di Rm 5:14-19 bahwa Kristus adalah Adam kedua. Karena dosa Adam maka maut masuk ke dunia dan karena ketaatan Kristus – Adam kedua, maka kasih karunia berlimpah kepada umat manusia. Hal yang sama, ketidaktaatan Hawa dilepaskan dengan ketaatan Hawa kedua, yaitu Bunda Maria. Hal ini juga dituliskan oleh beberapa Bapa Gereja berikut ini:
“Christ became man by the Virgin that the disobedience which issued from the serpent might be destroyed in the same way it originated. Eve was still an undefiled virgin when she conceived the word of the serpent and brought forth disobedience and death. But the Virgin received faith and joy, at the announcement of the angel Gabriel…and she replied, “Be it done to me according you your word”. So through the mediation of the Virgin he came into the world, through whom God would crush the serpent.” (Saint Justin Martyr, Apologia, ch. 100; 150 AD).
“The seduction of a fallen angel drew Eve, a virgin espoused to a man, while the glad tidings of the holy angel drew Mary, a Virgin already espoused, to begin the plan which would dissolve the bonds of that first snare…For as the former was lead astray by the word of an angel, so that she fled from God when she had disobeyed his word, so did the latter, by and angelic communication, receive the glad tidings that she should bear God, and obeyed his word. If the former disobeyed God, the latter obeyed, so that the Virgin Mary might become the advocate of the virgin Eve. Thus, as the human race fell into bondage to death by means of a virgin, so it is rescued by a virgin; virginal disobedience is balanced in the opposite scale by virginal obedience” (St. Irenaeus of Lyons, Against Heresies, Book 3, ch XXII, par. 4; 189 AD).
“Likewise, through a Virgin, the Word of God was introduced to set up a structure of life. Thus, what had been laid waste in ruin by this sex, was by the same sex re-established in salvation. Eve had believed the serpent; Mary believed Gabriel. That which the one destroyed by believing, the other, by believing, set straight.” (Tertullian, The Flesh of Christ 17:4; 210 AD)
“(The Lord) was not averse to males, for he took the form of a male, nor to females, for of a female he was born. Besides, there is a great mystery here: that just as death comes to us through a woman, Life is born to us through a woman; that the devil, defeated, would be tormented by each nature, feminine and masculine, as he had taken delight in the defection of both” (St. Augustine, Christian Combat 22:24; 396 AD).
IV. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka kita dapat melihat bahwa sebagai Putera Allah, Yesus sungguh sangat menghormati Maria IbuNya, karena Allah sendiri yang memerintahkan manusia untuk menghormati orang tuanya (perintah 4 dari 10 perintah Allah). Ini berarti setiap tindakan Yesus tidak akan mempunyai implikasi bahwa Dia tidak menghormati Bunda-Nya, termasuk ketika Yesus memanggil Bunda Maria dengan sebutan “perempuan”. Ini bukanlah tanda kurang hormat, bahkan sebaliknya merupakan tanda hormat dan kedekatan, dan yang terpenting mempunyai makna yang begitu dalam – baik sebagai pembuka dan penutup dari karya keselamatan Kristus kepada umat-Nya, maupun sebagai gambaran akan Hawa ke-dua, yang bekerjasama dengan Adam ke-dua – yaitu Kristus – untuk membawa keselamatan bagi seluruh manusia. Semoga kita akan semakin meniru teladan Kristus, yaitu menghormati Bunda-Nya. Kalau Maria dianggap baik sebagai Bunda-Nya, maka itu sudah menjadi alasan yang cukup bagi kita untuk menghormati dan mengasihi Bunda Maria.
Bagaimana dengan pernyataan Yesus di Matius 12:48-50?
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban ini: silahkan klik]
cara penafsiran dan interpretasi yang kacau…
Bagaimana tanggapan saudari-saudari di sini apabila anak anda di rumah menyapa anda: “hai perempuan!”?
mau marah? Anak hanya menjalankan perintah kitab suci…
Di biarkan? Pasti tambah kurang ajar…
Yang saya tahu, kata perempuan pernah juga yesus gunakan kepada PELACUR,dalam perjanjian lama juga demikian…
Shalom Bara,
Terima kasih atas komentarnya. Saya menyarankan agar anda dapat menyelesaikan diskusi tentang ke-Allahan Yesus di sini – silakan klik, sebelum masuk ke dalam diskusi topik yang lain. Bagi yang bukan Kristen, akan sangat sulit untuk menangkap esensi diskusi dari pembahasan di atas, karena mensyaratkan membaca Alkitab secara menyeluruh dan melihat konteksnya serta gaya bahasa yang dipakai. Jadi, cobalah mulai dulu dari diskusi tentang ke-Allahan Yesus, dan setelah diskusi tersebut selesai baru mulai dengan diskusi yang lain. Namun, secara prinsip jawaban dari pertanyaan anda adalah dalam konteks zaman pada waktu itu, menyebut “perempuan” bukanlah suatu ungkapan kurang sopan. Bahasa berkembang dan perbedaan zaman memberikan pengertian atau konotasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kita sering menjumpai dalam artikel-artikel lama dalam bahasa Inggris, yang memakai kata “gay”, yang berarti bahagia. Namun, anda tidak akan pernah menjumpai kata “gay” untuk berbicara tentang kebahagiaan sekarang ini, karena gay mempunyai konotasi penyimpangan seksual yang melibatkan hubungan sesama laki-laki.
Yesus menggunakan kata perempuan begitu banyak di dalam Injil, seperti perempuan secara umum (lih. Mt 5:28; Mt 8:15; Mt 9:20; Mt 11:11), sehingga dapat dipakai juga untuk menyebut wanita yang berdosa sebagai perempuan (Lk 7:48), dll. Pemakaian kata perempuan ini bukannya untuk merendahkan wanita berdosa ini, namun hanya sebagai sebutan bahwa dia seorang perempuan. Dan memang Yesus tidak pernah memandang hina orang-orang berdosa, namun ingin menjangkau mereka agar mereka bertobat dan dapat memperoleh keselamatan yang ditawarkan oleh Tuhan.
Jadi, kalau ada orang yang memanggil ibunya dengan sebutan perempuan, dan dalam konteks pada zaman ini adalah kurang sopan, maka janganlah dilakukan, karena Alkitab juga mengatakan bahwa kita harus menghormati orang tua kita (lih.Mk 10:19). Sama seperti orang zaman tidak akan pernah mengatakan kepada ayahnya “you are so gay“, karena “gay” mempunyai konotasi lain dan bukan berarti “bahagia” namun sudah bergeser kepada orang yang mempunyai penyimpangan seksual. Salah satu kunci untuk menginterpretasikan Kitab Suci adalah melihat konteks, gaya bahasa dan melihat makna literal dan spiritual. Kalau anda tertarik bagaimana umat Katolik menginterpretasikan Alkitab, silakan melihat artikel ini – silakan klik. Semoga jawaban ini dapat menjawab pertanyaan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih atas sarannya, tapi sebenarnya saya sudah membalas komentar anda pada topik diskusi ke-Allahan yesus, namun entah mengapa sejak seminggu belu ada tanggapan dari tim katolisitas. Atau mungkin komentar saya tidak/belum disetujui oleh moderator untuk dapat ditayangkan, karena dalam kiriman saya masih terdapat pesan “Komentar anda akan ditayangkan setelah disetujui oleh moderator”, apakah itu berarti komentar saya belum mendapat persetujuan moderator?
Shalom Bara,
Terima kasih atas pengertiaannya. Kami telah menerima komentar anda, namun belum kami masukkan ke dalam website. Kami akan memasukkannya beserta dengan jawaban dari kami. Mohon kesabarannya untuk menunggu jawaban kami, karena ada sekitar 90 pertanyaan yang masih belum dijawab. Kalau anda mau, anda dapat memperbaiki argumentasi anda sambil menunggu. Dengan demikian, topik dapat didiskusikan dengan semakin mendalam.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
halo kak..
maaf, saya cuma mau sedikit bertanya pertanyaan kecil..
pada waktu mukjizat pertama, kenapa Bunda Maria meminta kepada Tuhan Yesus? apakah Tuhan Yesus sudah pernah melakukan mukjizat sebelumnya?
kita mungkin bisa memahami karena memang semenjak awal Bunda sudah tahu bahwa Yesus adalah Allah..tapi walaupun begitu, kenapa Tuhan menjawab “ini belum waktunya”.
menurut pendapat saya, Bunda mau bertanya seperti itu hanya bila keadaannya:
Bunda sudah tahu kalau memang Tuhan BISA dan AKAN melakukan mukjizat luar biasa, tapi belum.. (dilihat dr jawaban Tuhan).
pertanyaannya, kapankah sebenarnya waktu yg tepat? dan, bila dalam hal ini Tuhan Yesus melakukan hal yg blm waktunya, berarti Dia telah melanggar sesuatu…apakah itu? bila memang “hal itu” sudah dinubuatkan sebelumnya (sya blm tahu apa), berarti ada suatu nubuat yg tidak ditepati..
maaf, mungkin pertanyaannya aneh..terima kasih…
Tuhan memberkati.
Shalom Thomas Vernando,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang mukjizat pertama di kana. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Anda bertanya “pada waktu mukjizat pertama, kenapa Bunda Maria meminta kepada Tuhan Yesus? apakah Tuhan Yesus sudah pernah melakukan mukjizat sebelumnya?” Alkitab tidak mencatatnya. Namun, demikian, kita tahu lewat Malaikat Gabriel bahwa Maria akan melahirkan anak laki-laki yang dinamai Yesus, yang menjadi besar dan disebut Anak Allah yang Maha tinggi, yang akan menjadi Raja untuk selama-lamanya (lih. Lk 1:31-33). Dan hal ini diperjelas dengan kedatangan tiga raja, perkataan Hana dan Simeon (lih. Lk 2) serta kejadian ketika Yesus berdiskusi dengan alim ulama (lih. Lk 2:46-47). Dengan demikian, dalam perjalanan kehidupan bersama dengan Yesus, Bunda Maria tahu bahwa Yesus adalah Mesias. Namun, Mesias yang seperti apa? Mungkin Bunda Maria tidak tahu secara persis. Alkitab tidak pernah menceritakan apakah selama tinggal bersama dengan Maria sebelum karya publiknya, Yesus pernah melakukan mukjizat atau tidak. Haydock Commentary menjelaskan bahwa ayat Yoh 2:3 membuktikan bahwa Bunda Maria percaya bahwa Putera-Nya mempunyai kekuatan ilahi. St. Cyrill memberikan komentar bahwa ayat Yoh 2:3 ketika Bunda Maria mengatakan kepada Yesus “mereka kehabisan anggur” adalah sama saja dengan pernyataan “Our relations, the bride and bridegroom, have no wine. Consider their modesty, 0 my Son, that they be not put to shame before their guests. I know Thou art able to do this, for Thou art the Son of God, and it is becoming both to Thy kindness and Thy providence, so that by now performing a miracle Thou mayest make manifest both to Thy disciples and all the guests that Thou art the Messiah.” Dengan demikian, kalaupun Yesus tidak pernah melakukan mukjizat selama 30 tahun hidup bersama dengan Maria, namun Bunda Maria tahu bahwa Putera-Nya mempunyai kekuatan ilahi, yang juga mampu melakukan segala sesuatu.
2. Tentang jawaban Yesus “Saatku belum tiba” Ada beberapa interpretasi tentang hal ini. St. Cyril mengatakan bahwa saatnya belum tiba, karena Yesus menunggu sampai seluruh anggur habis. Dengan demikian, kalau terjadi mukjizat, maka mereka dapat benar-benar mengenali bahwa ini adalah perbuatan di luar kodrat manusia. St. Agustinus menjelaskan bahwa walaupun saatnya belum tiba, namun Yesus menghormati permintaan Bunda-Nya, yang telah membawa-Nya ke dunia ini. Dengan demikian Yesus mempermuliakan Bunda-Nya di depan para murid. Saatnya belum tiba juga mengacu kepada peristiwa salib. Dan dengan mukjizat di Kana, maka hal ini akan mengantar Yesus kepada peristiwa salib. Dengan mukjizat ini, maka orang-orang akan mulai tahu bahwa Yesus adalah Sang Mesias. Dikatakan bahwa dari mukjizat pertama ini, maka para murid percaya kepada Yesus (lih. Yoh 2:11). Namun, yang jelas, Yesus mempunyai otoritas kapan dia akan melakukan mukjizat. Inilah sebabnya Bunda Maria mengatakan kepada para pelayan “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!“
Semoga jawaban ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya ingin bertanya, benarkah bahwa selama hidupnya Yesus tidak pernah memanggil Maria dengan sebutan Ibu? Terima Kasih.
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik.]
Shalom pada katolisitas =)
Saya mau bertanya, adakah perkataan Yesus “perempuan” ada hubungannya dengan “perempuan” di Why 12:1-6 ? Mungkinkah Yesus hendak menegaskan bahwa “perempuan” dalam wahyu adalah Maria??
Terimakasih, salam :))
Shalom Athanasius Shen,
Terima kasih atas pertanyaannya. “Perempuan” dapat mengacu kepada Why 12:1-6, seperti yang juga diterangkan oleh Scott Hahn, dalam bukunya “Hail, Holy Queen” hal. 39.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Sebelumnya terima kasih ke pada Pak Stef yang sudah memberikan jawabannya.
Satu pertanyaan lagi, mengapa alkitab terjemahan Indonesia, kata perempuan diganti dengan kata Ibu? “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu (woman)? Saat-Ku belum tiba.”
mengapa tidak ditulis dengan kata “perempuan” saja jika memang itulah arti sebenarnya?
Saya pernah mendengar sharing dari salah seorang sahabat. dia berkata bahwa pada saat penerjemahan Alkitab, ada hubungan koordinasi antara pihak kristen katolik dengan pihak kristen non katolik. kata ibu yang menggantikan kata perempuan adalah upaya dari pihak kristen katolik, karena pihak kristen katolik sungguh menghormati Bunda Maria.
Apakah pendapat Anda?
Terima Kasih.
Shalom Felix,
Terus terang, kami tidak dapat berkomentar, tentang mengapa terjemahan di Kitab Suci LAI untuk kata ‘woman‘ dalam Yoh 2:4 adalah ‘ibu’ dan bukannya ‘perempuan’. Sebab memang kami tidak terlibat dalam penerjemahan itu. Satu hal yang kami yakini, bahwa semua pihak yang terlibat dalam penerjemahan itu tentu bermaksud baik. Kemungkinan mereka beranggapan, bahwa jika diterjemahkan sesuai aslinya, seolah terdengar ‘janggal’ atau bahkan kasar. Namun sesungguhnya perihal ‘janggal’ atau tidaknya inipun relatif, sebab harus diakui bahwa sejalan dengan waktu dapat terjadi pergeseran makna suatu kata. Jika dulu kata ‘woman‘/ perempuan tidaklah kasar untuk menyebut ibu, namun sekarang dapat terdengar janggal. Sama seperti orang zaman ini tidak akan pernah mengatakan kepada ayahnya ‘you are so gay‘, karena sekarang kata ‘gay‘ mempunyai konotasi lain dan bukan berarti ‘bahagia’, namun sudah bergeser kepada orang yang mempunyai penyimpangan seksual.
Terlepas dari hal di atas, harus diakui penerjemahan kata ‘woman‘ seharusnya memang lebih tepat diterjemahkan sebagai ‘perempuan’ daripada ‘ibu’ (mother). Namun bahwa kata itu sudah diterjemahkan sebagai ‘ibu’ itu juga tidak berpengaruh besar atau mengubah apa yang diajarkan dalam iman Katolik, bahwa Bunda Maria telah dinubuatkan sejak semula sebagai perempuan yang akan mengandung dan melahirkan Kristus Sang Penyelamat, yang akan mengalahkan dosa dan maut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya sudah membaca penjelasan sdr. dr tim katolisitas. Sayangnya saya tetap tidak setuju. sama seperti saya tdk setuju dengan penjelasan Scott Hahn ttg Maria. Yesus memanggil Maria dengan sebutan ‘Gunai’ sama seperti Ia memanggil Perempuan Kanaan yang percaya ( Matius 15 :28). Dalam kisah perkawinan di Kana ( Yoh 2: 4 ) Yesus menyebut Maria ‘Gunai’ untuk mengingatkan Maria akan posisi Ilahi-Nya dan bahwa Maria adalah seorang manusia (wanita =woman) Namun karena belas kasih Yesus permintaan Maria akhirnya dikabulkan. Hal ini mirip seperti permintaan Perempuan kanaan yang percaya itu juga akhirnya DIKABULKAN.
Syalom.
Shalom HambaNya,
St. Agustinus menjelaskan tentang istilah ‘Woman/ gunḗ‘, dalam Yoh 2:4, demikian: “Kata ‘woman‘ secara jelas dan sederhana digunakan untuk menyatakan jenis kelamin perempuan.” Euthymius mengatakan bahwa Yesus, sebagai Tuhan, tidak mengatakan ‘Mother/ ibu’, tetapi ‘Woman‘. Yang dimaksudkan oleh Yesus, kata St. Bede, adalah, bahwa Ia tidak menerima dari ibu-Nya di dalam waktu, keilahian-Nya, yang dengannya Ia akan melakukan mukjizat itu, tetapi bahwa Ia menerima keilahian-Nya dalam kekekalan dari Bapa-Nya.”….” Maka dengan mengatakan demikian, menurut St. Agustinus, Yesus mau mengatakan, “Engkau [Maria] tidak melahirkan atau menurunkan keilahian-Ku yang mengerjakan mukjizat”…..
Dengan demikian, adalah wajar kalau Yesus memanggil perempuan Kanaan (lih. Mat 15:28), dengan sebutan ‘Woman/ gunḗ‘, sebab memang kata itu adalah sebutan yang umum dan hormat untuk memanggil seorang wanita, yang tidak menunjukkan hubungan keluarga. Namun menjadi tidak umum, jika Tuhan Yesus memanggil ibu-Nya sendiri dengan sebutan ‘Woman/ gunḗ‘. Maka untuk inilah kita mengacu kepada pengajaran para Bapa Gereja, untuk mengetahui mengapa demikian. Atas dasar pengajaran dari merekalah, Gereja Katolik mengimani bahwa hal itu disebabkan karena Kristus bermaksud menyatakan: 1) kodrat Ilahi-Nya -yang olehnya Kristus akan melakukan mukjizat- tidak diperolehNya dari Maria, ibu-Nya; 2) melalui sebutan ‘woman/ gunḗ/perempuan‘, Maria disebut tidak semata sebagai ibu-Nya menurut hubungan darah, tetapi sebagai seorang perempuan yang telah dijanjikan Allah dalam Kej 3:15, yang penggenapannya disebutkan dalam Gal 4:4, yaitu bahwa Allah mengutus Putera-Nya yang lahir dari seorang perempuan; 3) dengan demikian, penyebutan Maria sebagai ‘perempuan’, mengawali dan mengakhiri misi publik Kristus di dunia: pertama kali di saat mukjizat-Nya yang pertama di Kana (Yoh 2:4) dan kedua kalinya sesaat sebelum wafat-Nya (Yoh 19:26-27). Maka dengan Yesus memanggil Maria, ‘perempuan‘, secara implisit menunjukkan peran Maria sebagai seorang perempuan yang merupakan penggenapan janji Allah, yang telah dipilih-Nya sejak awal mula sehingga Allah dapat mewujudkan rencana keselamatan-Nya, dengan mengutus Yesus Kristus Putera-Nya menjadi manusia. Untuk peran yang sangat istimewa ini, kami umat Katolik menghormati Bunda Maria, sebab Allah telah terlebih dahulu menghormatinya. Jadi walaupun perikop tentang perkawinan di Kana mengisahkan tentang bagaimana Yesus mengabulkan permohonan Maria seperti halnya Yesus kemudian juga mengabulkan permohonan perempuan Kanaan, namun terdapat arti yang lebih mendalam daripada itu.
Maka, sebenarnya untuk memahami makna suatu kata dalam Kitab Suci, diperlukan juga pemahaman akan konteksnya, dan kaitannya dengan ayat-ayat lainnya. Contohnya, makna kata ‘anak domba’, memang dapat ditujukan kepada seekor anak domba, namun kalau dihubungkan dengan ayat-ayat lainnya dalam Perjanjian Baru, akan mengacu kepada Kristus (lih. Yoh 1:29,36; 1Kor 5:7; 1Ptr 1:19), sehingga tentu maknanya menjadi lebih mendalam. Sebab memang Kristus adalah Sang Anak Domba Allah, yang menggenapi makna kurban anak domba dalam Perjanjian Lama, dan yang digambarkan pula dalam kitab Wahyu, sebagai Yang menerima kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian dari segala mahluk (lih. Why 5:11-13). Demikian pula, kata ‘woman/gunḗ/perempuan‘, memang dapat ditujukan kepada seorang wanita secara umum, namun kalau dihubungkan dengan ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci, baik dalam PL maupun PB, maka akan mengacu kepada Bunda Maria (lih. Kej 3:15, Yoh 2:4; Yoh 19:26-27; Gal 4:4, Why 12:1-6). Maka kata ‘perempuan’ tersebut memiliki arti yang lebih mendalam daripada sekedar siapapun manusia yang berjenis kelamin perempuan; namun dapat juga mengacu kepada seorang perempuan tertentu, yang memang telah ditentukan Allah untuk mengambil peran yang sangat istimewa dalam rencana keselamatan-Nya, dan perempuan ini adalah Bunda Maria.
Jika Anda tidak dapat menerima penjelasan ini, itu adalah hak Anda. Namun bagi kami penjelasan di atas sungguh cukup untuk membuat kami menerima dengan hati terbuka, bahwa setiap kata yang tertulis dalam Kitab Suci ada maknanya, dan interpretasi pribadi seringkali terbatas untuk memahaminya. Penjelasan para Bapa Gereja akan membuka pikiran dan mata hati kita kepada pemahaman yang lebih penuh, dengan memperhatikan ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci, konteks dan kedalaman makna yang ingin disampaikan, dengan mengacu kepada nubuatan ataupun gambaran samar-samar yang telah dinyatakan dalam Perjanjian Lama dan penggenapannya dalam Perjanjian Baru. Cara mengartikan Kitab Suci semacam ini diajarkan sendiri oleh Kristus dalam perjalanan ke Emaus (lih. Luk 24:13-35). Prinsip inilah yang digunakan oleh para Bapa Gereja dalam mengartikan Kitab Suci, dan prinsip inilah yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Selanjutnya tentang topik: Maria, Perempuan yang disebutkan dalam Kitab Kejadian, klik di sini.
Tentang Siapa Perempuan dalam Wahyu 12, klik di sini.
Demikianlah tanggapan kami atas pernyataan Anda, semoga juga berguna bagi pembaca sekalian.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Trimakasih atas respon tim katolisitas.
Pertama tama, saya harus mengatakan bahwa sebagai saudara(dari kalangan Protestan ) , kami mengagumi Maria secara proporsional karena bagaimanapun ia adalah:
– a blessed woman among women Lukas 1 : 42 (karena ia mendapat karunia istimewa dipinjam rahimnya untuk melahirkan sang Juruselamat).
– karena ia adalah teladan iman dan kerendahan hati yang mau terus menerus merenungkan setiap tindakan dan perkataan sang Juruselamat.
– karena ia salah satu wanita beriman di antara para saleh lainnya ( sebagaimana para rasul-rasul dan orang beriman )
Namun Kekaguman kami secara proporsional ini tidak membuat kami menghormatinya secara bgerlebihan sehingga kami tidak berdoa melalui/ kepada Maria karena :
1) Kita tahu Hanya Tuhan yang bisa mendengar “jutaan doa sekaligus” secara bersamaan, jika maria punya kemampuan yang sama untuk mendengar doa2 semua orang (katolik) dari seluruh belahan dunia, maka ia sudah bersifat ‘ilahi’.
2) Kitab suci melarang kita berhubungan dengan orang yang sudah meninggal dunia, karena itu berarti sama seperti medium yang dilakukan para normal atau cenayang. Maria sudah berada di sorga bersama dengan Allah Tritunggal, memujiNya bersama para saleh dan mahluk surgawi lainnya.
3. Saya terbuka dengan buku2 termasuk dari kalangan katolik. Dalam buku Johanes J.Maslim,SCJ, berjudul Hidup Membiara Yes,Berkeluarga, Oke! menurut saya telah terjadi pemujaan yang bahkan melebihi kepada Yesus, dimana bekas2 lilin di depan patung Maria jauh lebih banyak dripada di depan patung Yesus. Ini sangat berbahaya bagi umat, meski saya tahu orang Katolik tidak bermaksud menyembah Maria sama seperti kepada Tuhan ( beda Latria dan Hyper Dulia )namun apapun alasannya, orang Katolik sudah jatuh ke dalam pemujaan yang berlebihan dan mengarah kepada “penyembahan”.
4) Maria orang saleh yang juga orang berdosa. Membutuhkan Juruselamat untuk mengampuni dosanya( lukas 1 : 47). Maria bukanlah Co-redeemer meski ia menyertai perjalanan Yesus sampai ke salib itu hanya sebagai bentuk kasih seorang ibu kepada anaknya.
5) Devosi kepada Maria yang begitu marak sangat berbahaya mengarah kepada kultus yang berlebihan.Seharusnya hanya Kristus, hanya Kristuslah kepada siapa kita harus berdevosi dan HANYA DIA lah yang menjadi pusat PIKIRAN kita dalam penyembahan.
trimaksih. Syalom.
Shalom Hamba-Nya,
Terima kasih atas komentar Anda. Semoga Anda telah dapat menerima diskusi sebelumnya bahwa “perempuan” yang dituliskan di dalam Kitab Kejadian, Kitab Yohanes, Kitab Wahyu sebenarnya mengacu kepada perempuan yang sama, yaitu Bunda Maria. Kalau kita dapat melihat hal ini sebagai rancangan keselamatan Allah dan Allah sendiri yang memilih dan menghormati Bunda Maria, maka tidaklah sulit untuk menghormati dan mengasihi Maria. Tentang mengapa umat Katolik menghormati Bunda Maria, Anda dapat melihat alasannya di sini – silakan klik dan diskusi tentang hal ini juga telah dibahas secara panjang lebar, yang salah satunya ada di sini – silakan klik.
Kami telah mencoba menjelaskan secara panjang lebar, bahwa umat Katolik mengerti bahwa Bunda Maria adalah ciptaan, namun ciptaan yang sungguh istimewa, karena Allah sendiri memilih dia menjadi Bunda Allah, yang juga dihormati oleh Yesus Kristus, yang diserahkan oleh Yesus kepada Yohanes agar dapat menjadi Bunda umat beriman. Umat Katolik tidak menyembah Maria, karena umat Katolik tahu bahwa penyembahan hanya diperuntukkan bagi Allah Tritunggal Maha Kudus. Inilah yang tercermin dari ibadah di dalam Gereja Katolik, yaitu dalam Misa Kudus. Jadi, umat Katolik menghormati Bunda Maria dalam tingkatan dulia (hyper dulia). Silakan membaca artikel ini – silakan klik dan umat yang berdoa di depan patung bukanlah menyembah berhala – silakan klik.Karena topik tentang Maria telah dibahas secara panjang lebar, maka kalau Anda sungguh berniat untuk berdiskusi, cobalah membaca terlebih dahulu beberapa link yang saya berikan. Kalau ada yang belum dibahas, silakan untuk membahasnya.
Tentang pertanyaan Anda, berikut ini adalah jawaban singkat:
1. Tuhan dapat saja memberi kemampuan kepada Bunda Maria dan juga para kudus, sehingga mereka dapat mengerti dan mendengar doa-doa yang dipanjatkan oleh umat Allah di dunia ini. Kalau para nabi saja dapat tahu tentang apa yang akan terjadi atau dapat membaca kedalaman hati seseorang sebelum dia mengucapkannya, maka Tuhan juga dapat memberikan kemampuan ini kepada Bunda Maria dan para kudus di Sorga. Kuncinya adalah kemampuan ini diberikan oleh Tuhan.
2. Silakan merenungkan apa yang dilakukan oleh Yesus pada waktu peristiwa transfigurasi, yang bercakap-cakap dengan Nabi Musa dan Nabi Elia – yang mana dua nabi ini telah meninggal.
3. Menyalakan lilin dari doa kepada Bunda Maria hanyalah bentuk devosi. Umat Katolik yang tidak berdoa di depan patung Bunda Maria tidak berdosa tetapi yang tidak pergi ke Misa hari Minggu telah berdosa. Apakah artinya? Artinya, Misa Minggu adalah puncak dan sumber kehidupan Kristiani, sehingga kalau tidak mengikutinya akan berdosa. Artinya juga berdoa di depan patung Maria tidak dapat disejajarkan dengan penyembahan umat Allah di dalam Ekaristi.
4. Tentang apakah Maria berdosa atau tidak, silakan melihat artikel ini – silakan klik. Yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah Maria tetap membutuhkan Kristus yang menyelamatkannya. Tentang co-redemptrix, silakan melihatnya di sini – silakan klik.
5. Kalau Anda mengatakan bahwa Anda menghormati Maria dan devosi kepada Maria dapat mengarahkan pada berhala, maka silakan menjawab beberapa pertanyaan ini: (a) Bagaimana menjelaskan para kudus yang begitu dekat dengan Bunda Maria? (b) Kalau Anda sungguh hanya menghormati Maria, silakan menjelaskan bagaimana Anda menghormati Bunda Maria? Apakah bentuk penghormatan yang Anda lakukan? Apakah di gereja Anda pernah dibahas tentang Maria dan berapa kali dibahas dalam satu tahun?
Jadi, mari kita hanya menyembah Allah saja. Namun, sungguh benar kalau kita juga mau menghormati dan mengasihi Bunda Allah dan juga sahabat-sahabat Allah. Kalau Kristus menghormati Bunda-Nya dan menyerahkannya kepada kita, maka siapakah kita yang menolak pemberian Allah ini? Mari kita menerima pemberian Allah, dengan menerima Maria sebagai bunda spiritual kita, yang hanya senantiasa mengatakan kepada kita “Apa yang dikatakan kepadamu, perbuatlah itu!” (Yoh 2:5). Bunda Maria adalah Bunda Allah, Bunda Kristus, dan bukan musuh kita. Jadi, mendekatlah padanya dan jangan memusuhinya. Bunda Maria tidak melakukan kesalahan apapun kepada kita, umat Allah, bahkan senantiasa mengasihi dan mendampingi kita dengan doa-doanya. Sudah seharusnya kita bersyukur mempunyai Bunda seperti Bunda Maria.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.