Pertanyaan:
Saya senang membaca artikel2 Katolisitas. Tapi belum smua sy baca memang. Tapi lumayan, buat pencerahan. Saya seorang Hypnotherapis/Hypnotist. Saya Katolik tulen, sejak lahir didunia ini. Bagaimana pendapat Katolisitas tentang hipnosis/hipnoterapi? Tmks. Sukses slalu Katolisitas. Salam Joss…
Jawaban:
Shalom Yoseph,
1. Berikut ini kutipan pengajaran dari The Holy Office, Vatikan, 4 Agustus 1956; 26 Juli, 1899, yang saya kutip dari situs EWTN dan Catholic Answers, yang menjabarkan tentang Hipnotis sebagai berikut:
“The phenomenon of artificially induced sleep, which renders the victim abnormally open to suggestion. The subject of hypnosis tends to be dominated by the ideas and suggestions of the hypnotist while under the induced spell and later on. According to Catholic principles, hypnotism is not wrong in itself, so that its use under certain circumstances is permissible. But since it deprives the subject of the full use of reason and free will, a justifying cause is necessary for allowing it to be practiced. Moreover, because hypnotism puts the subject’s will in the power of the hypnotist, certain precautions are necessary to safeguard the subject’s virtue, and to protect him or her and others against the danger of being guilty of any injurious actions. For grave reasons, e.g., to cure a drunkard or one with a suicide complex, it is licit to exercise hypnotism, given the precaution that it is done in the presence of a trustworthy witness by a competent and upright hypnotist. The consent, at least presumed, of the subject must also be had. Several documents of the Holy See set down the norms to be followed in the use of hypnotism.”
Terjemahannya:
“Fenomena yang menyebabkan tidur secara buatan, yang mengakibatkan sang korban secara tidak normal dapat terbuka untuk mengikuti saran. Subyek hipnotism cenderung untuk didominasi oleh ide-ide dan saran-saran dari yang meng-hipnotis, ketika di bawah masa sakitnya atau sesudahnya. Menurut prinsip- prinsip Katolik, hipnotism sendiri tidak salah, sehingga penggunaannya di dalam kondisi-kondisi tertentu diijinkan. Namun karena hipnotism mencabut sang subyek/ pasien dari penggunaan akal budi dan keinginan bebasnya secara penuh, [maka] diperlukan sebuah sebab yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memperbolehkan hipnotis ini dipraktekkan. Lagipula, sebab hipnotism meletakkan keinginan subyek/ pasien di dalam kuasa dari yang menghipnotis, maka diperlukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga kebajikan subyek/ pasien, dan untuk melindunginya dan orang lain terhadap bahaya menjadi bersalah karena tindakan-tindakan yang dapat melukai. Untuk alasan-alasan yang genting, seperti untuk menyembuhkan seorang pemabuk atau seseorang dengan kelainan yang kompleks ingin bunuh diri, adalah lisit untuk menerapkan hipnotism, asalkan dengan tindakan pencegahan bahwa hal itu diadakan dengan kehadiran seorang saksi yang dapat dipercaya, dengan seorang ahli hipnotis yang sungguh-sungguh kompeten dan jujur/ tulus. Ijin, setidak-tidaknya dianggap/ diperhitungkan, dari subyek/ pasien juga harus ada. Beberapa dokumen dari the Holy See menentukan norma-norma yang harus diikuti di dalam penggunaan hipnotism.”
2. Maka kita ketahui bahwa ada 4 hal yang harus ada sehingga hipnotis/ hipnoterapi dapat secara lisit dilakukan, yaitu: 1) adanya alasan yang genting/ berat; 2) adanya ijin dari orang yang bersangkutan; 3) diadakan tindakan precaution/ pencegahan untuk mengantisipasi hal-hal negatif yang mungkin bakal terjadi, yaitu dengan kehadiran saksi yang dapat dipercaya, dan 4) dilakukan oleh seorang yang benar- benar ahli dengan integritas yang tinggi, jujur dan tulus.
Pertama, alasan genting di sini misalnya, untuk menolong seseorang yang insomnia berat, pemabuk, kleptomania, penyakit kecanduan lainnya ataupun gejala-gejala histeria yang menyebabkan frigiditas, impotensi, dst. Jadi di sini, alasan entertainment bukanlah alasan yang lisit untuk praktek hipnotis. Kedua, ijin dari pasien di sini diperlukan karena pada dasarnya tidak seorangpun berhak menarik seseorang dari kemampuannya mengontrol keinginan dan akal budinya. Jadi pemaksaan penggunaan hipnotis adalah pelanggaran hak-hak dari subyek/ pasien. Dalam kasus orang yang kurang waras dan anak-anak kecil, maka dokter harus meminta persetujuan dari orang tua atau orang yang bertanggung jawab untuk mengasuh/ memelihara pasien tersebut. Ketiga, tindakan pencegahan adalah bahwa pelaku hipnotis/ hypnotherapist-nya adalah seseorang yang secara medis memenuhi syarat (medically qualified) untuk melakukan hipnotis. Jika yang menghipnotis tidak ahli, maka ia dapat mendatangkan efek negatif terhadap kondisi mental pasien. Dalam hal ini maka dokter ahli dapat mencegah efek negatif yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan hipnotis. Syarat kedua adalah bahwa harus ada saksi yang diberi kuasa, yang harus mempunyai karakter yang baik, yang berperan untuk melindungi baik pasien maupun dokternya.
3. Jika dilihat dari definisinya hipnosis, yaitu: “kondisi sementara dari pengalihan/ perubahan perhatian yang dapat diakibatkan kepada seseorang oleh orang lain dan di mana berbagai reaksi/ fenomena dapat timbul, baik secara spontan atau sebagai tanggapan atas perkataan atau stimulus lainnya.” (New Catholic Encyclopedia, The Catholic University of America, vol VII, p. 304).
Fenomena di sini terdiri dari perubahan dalam hal kesadaran dan ingatan, peningkatan kecenderungan untuk mendengarkan saran-saran dan penghasilan bermacam tanggapan dan ide yang tidak familiar bagi pasien. Mengingat fenomena akibat yang dapat terjadi, maka terdapat beberapa bahaya, jika hipnoterapi sebagai alat terapi ini dilakukan tidak dengan semestinya. Beberapa pendapat medis merangkum bahaya hipnotism, sebagai berikut: 1) karena yang diterapi adalah gejala, maka penyakitnya sendiri tidak terobati, karena penyebabnya tidak dihilangkan dengan hipnoterapi; 2) ketika hipnoterapi menangani gejala emosional dan bukannya penyebabnya, maka dapat berpengaruh negatif pada kepribadian; 3) hipnoterapi tersebut dapat mengarah kepada khayalan/ angan-angan dan keterpisahan dari realitas, meskipun kelihatannya pasien sedang ‘sadar’; 4) pasien dapat mempunyai kecenderungan abnormal menjadi cepat mengantuk/ tidur; 5) sekali-kali kehilangan ingatan dan keseimbangan mental; 6) perkataan-perkataan pasien menjadi in-koheren/ tidak cocok.
Maka di sini, peran hypnotherapist menjadi sangat dominan, sebab ia dapat mempengaruhi pikiran pasien. Hypnotherapist dapat memasukkan hal-hal positif maupun negatif ke dalam pikiran pasien, sehingga di sinilah peran integritas moral para hypnotherapist untuk hanya memberikan saran-saran yang positif bagi kebaikan pasien. [Karena anda adalah seorang hypnotherapist, ini mungkin kesempatan bagi anda untuk memberikan saran-saran yang berdasarkan ajaran Tuhan Yesus].
4. Perlu dicermati juga adalah praktek New Age tentang hipnotis ini, yang seolah-olah ingin membawa seseorang ke dalam alam kehidupan sebelumnya, karena aliran ini mempercayai re-inkarnasi. Praktek yang demikian sangat bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Fakta menunjukkan bahwa kasus Virginia Tighe dari Colorado, USA, yang sering disebut-sebut sebagai contoh ternyata merupakan fiksi, dan setelah diselidiki (dan dicocokkan dengan fakta sejarah/ kenyataan di masa lampau tentang deskripsi pasien) ternyata hal itu tidak benar. Silakan klik di link ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kisah Tighe ini.
5. Kesimpulannya, walaupun hipnotism diijinkan, karena pada dasarnya hal itu sendiri tidak dinilai Gereja sebagai perbuatan jahat, namun karena dapat disalahgunakan atau jika tidak dilakukan secara benar dapat mengancam kesehatan mental pasien, maka Gereja menganjurkan agar umat berhati-hati terhadap praktek hipnotism ini.
Silakan melihat dasar yang digunakan Gereja Katolik untuk menilai suatu perbuatan sebagai perbuatan baik/ bermoral atau perbuatan jahat/ tak bermoral di tulisan ini, silakan klik. Dalam kasus hipnoterapi, maka 1) objek moral yaitu terapi yang melibatkan perubahan perhatian pasien tidak dengan sendirinya “evil“/ jahat, namun tergantung 2) circumstance/ keadaan pelaksanaannya dan 3) maksudnya. Kalau keadaan dan maksudnya tidak baik, maka hipnotism merupakan tindakan tidak baik secara moral, sedangkan jika kedua hal tersebut (2 dan 3) dipenuhi dengan baik, maka dapat dikatakan hypnoterapi dapat diterima secara moral.
Contoh: Keadaan pelaksanaannya dikatakan baik/ dapat diterima secara moral, kalau dilakukan atas ijin dari pasien, dan dilakukan oleh terapist yang bermoral dan kompeten, dengan adanya saksi yang juga bermoral. Intensi/ maksud dikatakan baik/ legitim, jika ditujukan untuk menolong seseorang yang dalam keadaan genting ( in grave reasons), atas usulan pihak medis.
Demikian uraian singkat tentang hipnotism menurut sudut pandang Gereja Katolik. Semoga bermanfaat bagi anda. Saya berharap anda adalah seorang hypnotherapist yang menjalankan tugas anda dalam keadaan medis yang sungguh-sungguh genting, dan bukan untuk sekedar entertainment. Dengan definisi di atas (dengan alasan yang genting, ijin dari yang dihipnotis, harus ada saksi yang dapat dipercaya dan harus dilakukan oleh pakar yang berintegrasi tinggi) maka tidak dibenarkan penggunakan hipnoterapi jika tidak dipenuhi semua syarat di atas, misalnya dengan mendengarkan CD hipnotis sendirian, atau ikut-ikutan menjalani hipnoterapi tanpa tahu persis apakah terapi tersebut benar-benar diperlukannya. Sebab yang diijinkan Gereja adalah hipnoterapi untuk menolong pasien dan bukan untuk ‘main-main’ atau ‘coba-coba’ apalagi hiburan/ bahan tertawaan. Gereja-pun sangat berhati-hati dalam hal ini, sehingga mengingatkan umatnya akan resiko- resiko negatif nya jika hipnoterapi ini tidak dilakukan dengan semestinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Halo Tim Katolisitas
Shalom
Saya mau bertanya sedikit tentang Hipnoterapi. Untuk memperjelas pertanyaan saya, saya akan menuliskan latar belakangnya terlebih dahulu:
Karena satu dan lain hal, saya harus menemui psikiater karena penyakit dalam diri saya dan psikiater ini ternyata adalah seorang ahli hipnoterapi juga. Dia memang sudah terkenal karena perawatan dengan hipnoterapinya, tapi saya dan keluarga tidak menduga hal tersebut sampai baru akhir – akhir ini . Untuk menangani penyakit saya, saya diajarkan untuk autohipnosis/ selfhipnosis yaitu menghipnosis diri sendiri dengan memasukkan sugesti – sugesti untuk kedalam benak saya setelah sebelumnya melewati proses relaksasi.
Permasalahan dan pertanyaan saya ada 2 yaitu:
1. Auto/ Self hipnosis disini berarti meniadakan keberadaan saksi, dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa sugesti – sugesti yang dimasukkan adalah hal positif berada di tangan orang yang sedang mengadakan terapi autohipnosis sendiri tersebut. Lalu bagaimanakah gereja katolik memandang/ menilai bentuk hipnosis ini mengingat gereja katolik melalui pengajarannya tampaknya mewajibkan penggunaan saksi untuk orang yang dihipnosis/ dihipnoterapi.
2. Saya ketika berdoa untuk menanyakan kepada Tuhan apakah boleh saya melakukan hipnoterapi, saya seperti mendapatkan gambaran bahwa gerakan tubuh yang terjadi karena hipnosis itu adalah karena digerakkan oleh setan (dalam bentuk hipnosis ini setelah memasukkan sugesti nanti tangan akan bergerak sendiri sebagai bentuk “pemograman” alam bawah sadar, saya sendiri belum mengerti kenapa tangan yang bergerak padaha bisa saja kaki yang bergerak dalam pemograman ini). Apakah ini berarti Tuhan benar – benar menjawab doa saya melalui gambaran tersebut ataukah itu karena ketakutan saya sendiri?
*Sebagai tambahan, saya mencurigai bahwa saya terkena penyakit yang bernama intrusive thoughts, dimana banyak gambaran yang tidak lazim mengenai hal agresi, seksual, dan blasphemy pernah sering keluar dalam pikiran saya (ini adalah alasan saya menanyakan pertanyaan yang kedua).
*Saya sendiri sudah menemui psikolog untuk membahas hal ini dan saya juga sudah menemui RD Rochadi untuk mendapat bimbingan (Walau akhirnya saya mulai memakai Nyanyian Doa Yesus (Lirik “Lord Jesus Christ Son Of God have mercy on me a sinner” saya nyanyikan berulang – ulang sekitar 20 menit sebagai bentuk terapi dan pembaktian diri saya kepada Yesus)
Saya menanyakan kedua hal ini terutama karena saya didorong oleh ibu saya untuk menjalankan hipnoterapi. Saya sendiri tidak nyaman melakukannya karena rasanya ada yang aneh (Termasuk juga ajaran psikiater tersebut bahwa kita bisa mendownload buah – buah roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, dst) melalui ritual – ritual hipnoterapi)
Semoga tim katolisitas bisa membantu saya menjawab kebingungan ini supaya saya juga bisa menjelaskan kepada ibu saya juga mengenai hal ini (terutama karena ibu saya sering sekali menggunakan hipnoterapi sebagai bentuk penenangan diri)
Salam
Fa
Maaf, bagian bintang (*) yang kedua dimaksudkan untuk menjelaskan bintang (*) yang pertama, bukan berarti saya menanyakan tentang hipnoterapi ke psikolog atau RD Rochadi. Saya menanyakan tentang Intrusive thoughts saya
Mohon maaf kalo nyaris membuat bingung
Salam
Fa
Shalom Fa,
1. Sebagaimana telah disampaikan di artikel atas, Gereja Katolik tidak membenarkan tindakan self-hypnosis, karena ketidak-adaan saksi dan ahli yang melakukannya. Sebab di sini pelaku hipnotis dan pasiennya tidak dibedakan, dan karena itu pasien terekspos terhadap resiko-resiko negatif yang dapat membahayakan keseimbangan psikologis dirinya sendiri, tanpa ada pihak luar yang dapat membantunya.
2. Salah satu langkah discerment adalah melihat buahnya dalam diri kita pada saat dan setelah kita melakukan sesuatu. Jika buahnya itu adalah damai sejahtera, dan buah-buah Roh Kudus lainnya, dan hati nurani Anda tidak menuduh Anda setelah itu, maka besar pengharapan kita bahwa apa yang dilakukan itu sesuai dengan kehendak Allah. Namun jika yang dialami adalah sebaliknya, apalagi sampai Anda sendiri tidak dapat mengendalikan diri Anda sendiri (seolah Anda tidak dapat lagi mengendalikan gerakan Anda sendiri) maka dapat dipastikan itu bukan dari Allah.
Saya tidak tahu persis masalah Anda, tetapi sudahkah Anda mencoba untuk memohon bantuan Tuhan dengan berdoa yang intensif dengan kesungguhan hati dan menerima sakramen? Sebab menerima sakramen Pengakuan Dosa dan Ekaristi (sedapat mungkin Ekaristi setiap hari), berdoa novena, berpuasa, itu jauh lebih aman bagi Anda, daripada Anda melakukan auto-hipnotis. Rahmat Tuhan tidak akan kalah panjang dengan masalah Anda, dan silakan mendekati Allah dan memohon pertolongan-Nya dengan cara demikian.
Doa mengulang-ulang, “Lord Jesus Christ Son Of God have mercy on me a sinner“, adalah doa yang baik, silakan diteruskan. Meditasi yang diawali dengan doa berulang ini adalah sesuatu yang baik. Jika ini membantu, silakan dilanjutkan.
Buah-buah roh, itu adalah berkat permberian Roh Kudus, dan bukan sesuatu yang seolah dapat didownload dengan suatu proses yang instan. Buah-buah Roh Kudus itu diperoleh dari perjuangan dalam kehidupan kita, yang dilakukan menurut pimpinan Roh Kudus, dan bukan menurut keinginan daging. Hal ini jelas disampaikan dalam Gal 5:16-26. Maka buah Roh bukan sesuatu yang bisa dipetik begitu saja lewat suatu proses meditasi, jika kenyataannya dalam hidup kita mengikuti berbagai dorongan hawa nafsu duniawi. Pertama-tama, lepaskanlah terlebih dahulu keterikatan dengan keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup (lih 1 Yoh 2:16), baru kemudian kita dapat melihat adanya buah-buah Roh Kudus itu bersemi dalam kehidupan kita. Nah untuk melepaskan keterikatan dari dosa itu, kita membutuhkan rahmat Tuhan, dalam sakramen Pengakuan dosa, dan ini tidak dapat digantikan dengan sekedar bermeditasi sendiri. Kita tidak dapat mengandalkan kekuatan sendiri untuk melepaskan diri dari ikatan dosa. Kita membutuhkan Kristus Sang Juru Selamat, yang dapat membantu kita meninggalkan segala kelemahan dan dosa-dosa kita. Bahwa sesudahnya kita masih harus berjuang untuk mengalahkan kecenderungan berbuat dosa, itu benar, tetapi kita tidak dapat menggantikan Kristus dengan diri kita sendiri, dengan beranggapan bahwa kita dapat mengalahkan dosa kita sendiri tanpa Kristus. Meditasi atau proses terapi apapun yang meletakkan diri sendiri sebagai pusatnya, atau suatu energi tertentu yang jelas bukan Tuhan, sebagai pusatnya, itu sama saja dengan menggeserkan Tuhan yang seharusnya menjadi pusat kehidupan kita. Tak heran, ‘kesembuhan’ yang diperoleh dengan cara macam ini, juga bukan kesembuhan yang sejati, karena seringkali membuka kemungkinan kepada masalah lain yang baru. Demikianlah yang disaksikan oleh sejumlah terapis maupun praktisi berbagai aliran New Age, sehingga tak heran Gereja Katolik melarangnya. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Silakan Anda membicarakan hal ini secara baik-baik dengan ibu Anda. Jika ibu Anda seorang Katolik, dahuluilah pembicaraan dengan berdoa bersama.
Selanjutnya silakan membawa pergumulan Anda ini di dalam doa-doa pribadi Anda, dan temuilah imam di paroki Anda agar Anda dapat memperoleh bimbingan rohani lebih lanjut. Teriring doa dari kami di Katolisitas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Ibu Inggrid Listiati
Trima kasih atas komentar dan jawabannya.
Apakah kita boleh dihipnotis untuk mengeluarkan uneg-uneg atau beban dosa kita ? Karena mungkin saja kita lupa akan dosa-dosa yang pernah kita lakukan, sedangkan dosa tersebut mungkin saja sangat berat. Kalau memang ada pastor yang bisa melakukannya, saya berminat dihipnotis supaya benar-benar lepas dari semua dosa-dosa saya.
Saya kehilangan Pastor Alfons yang belum lama ini meninggal, saya dengar beliau sangat mahir untuk urusan hipnoterapi.
Pastor Alfons yang meninggal yang saya maksud adalah Pastor Alfons Sebatu, yang terakhir bertugas di Bogor.
Mohon info kalau ada Pastor yang melayani Hipnoterapi.
Terima kasih banyak atas perhatiannya.
Jesus Berkati Kita Selalu. Amin.
Shalom Willy,
Silakan untuk membaca terlebih dahulu artikel tentang hipnoterapi, silakan klik.
Di sana disebutkan bahwa secara umum Gereja Katolik tidak menganjurkan hipnoterapi. Namun pada kasus-kasus tertentu, hipnoterapi dapat dilakukan, asalkan memenuhi 4 syarat: 1) adanya alasan yang genting/ berat; 2) adanya ijin dari orang yang bersangkutan; 3) diadakan tindakan precaution/ pencegahan untuk mengantisipasi hal-hal negatif yang mungkin bakal terjadi, yaitu dengan kehadiran saksi yang dapat dipercaya, dan 4) dilakukan oleh seorang yang benar- benar ahli dengan integritas yang tinggi, jujur dan tulus.
Nah, maka silakan Anda periksa dengan jujur, dosa apakah yang dibicarakan di sini? Apakah termasuk katagori berat dan genting? Sebab umumnya orang yang normal dan tidak terganggu secara psikis, dapat mengingat dosa-dosa yang dilakukannya melalui pemeriksaan batin yang baik dan teratur, tanpa perlu melakukan hipnoterapi. Lagipula dosa baru dapat dikatakan sebagai dosa berat (dosa yang memisahkan kita dari Allah), jika dosa itu 1) menyangkut hal yang berat, yang membawa akibat merusak, baik kepada diri sendiri dan orang lain, 2) dilakukan dengan pengetahuan yang penuh (tahu bahwa hal yang dilakukan itu adalah salah); 3) walaupun tahu itu salah, namun secara sadar tetap dilakukan juga. Selanjutnya tentang apa itu dosa berat dan dosa ringan, silakan membaca di artikel ini, silakan klik. Dan mengapa kita perlu tahu dan membedakan antara dosa berat dan dosa ringan, silakan klik di sini. Nah, maka jika seseorang tidak sadar akan suatu dosa tertentu yang dilakukannya, kesalahannya tidak akan seberat jika ia dengan sadar melakukan dosa itu. Juga dosa berat mensyaratkan pengetahuan yang penuh. Jika seseorang tidak tahu bahwa yang ia lakukan itu adalah dosa, maka dosanya tidak akan sebesar jika ia telah mengetahuinya. Namun setiap murid Kristus mempunyai kewajiban untuk mencari tahu apa yang benar dan apa yang salah menurut ajaran Kristus, dan kalau ia sengaja tidak mau mencari tahu atau pura-pura tidak tahu, maka kesalahan itu ada padanya.
Tentang pemeriksaan batin sudah pernah diulas di sini, silakan klik. Untuk pertumbuhan rohani, kita dianjurkan untuk secara rutin memeriksa batin kita, setidaknya sekali setiap hari, pada malam hari. Dan contoh doa malam dengan mengadakan pemeriksaan batin, klik di sini.
Selanjutnya tentang info Pastor yang dapat melakukan hipnoterapi, mohon maaf kami tidak mengetahuinya. Namun sebagaimana telah disampaikan di atas, silakan untuk pertama-tama melakukan pemeriksaan batin yang baik, dengan memohon tuntunan Roh Kudus agar menyatakan dosa-dosa yang telah pernah dilakukan. Pelepasan dari dosa juga melibatkan kehendak yang kuat dari diri sendiri untuk menghindari kemungkinan berbuat dosa, dan dengan bantuan rahmat Allah, semoga niat yang baik ini dapat terwujud.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya menanyakan hal ini karena melihat berbagai kemungkinan yang terjadi sehingga bisa saja seseorang lupa akan dosa2 nya (entah itu berat atau ringan), bisa karena memang sifatnya yang memang acuh tidak acuh (cuek), easy going, sifat pelupa, atau penyebab lainnya. Intinya adalah apakah hypnoterapi memang bisa dijadikan salah satu metode bantuan untuk membuat seseorang lebih tuntas dalam pertobatannya ?
Shalom Willy,
Pertama-tama kita perlu menerima terlebih dahulu bahwa pertobatan itu lebih menyangkut kepada hal rohani/ spiritualitas daripada hal psikologis. Maka yang terpenting di sini adalah bagaimana kita melibatkan Roh Kudus untuk membantu kita melihat kesalahan-kesalahan/ dosa-dosa kita, dan membantu kita untuk mengakuinya di hadapan Tuhan. Sebab memang itulah maksud Yesus mengutus Roh Kudus-Nya kepada kita umat beriman, yaitu untuk: “menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yoh 16:8).
Nah, memang untuk membiarkan Roh Kudus berkarya untuk membawa kita kepada pertobatan sejati, kita perlu untuk bekerja sama. Umumnya melalui doa dan pemeriksaan batin yang mendalam, dan untuk sejumlah orang, retret akan sangat membantu tercapainya maksud ini. Untuk pemeriksaan batin yang baik, silakan klik di sini. Maka tidak perlu melakukan hipnoterapi atau terapi-terapi psikologis lainnya untuk maksud pertobatan, sebab Tuhan sendiri dengan kuasa Roh Kudus-Nya akan membantu kita untuk mengingat dan mengakui segala kesalahan kita. Proses menyerahkan diri ke dalam pimpinan Roh Kudus dalam doa adalah bagian dari proses pertobatan itu sendiri, yang tidak dapat digantikan dengan proses terapi psikologis apapun. Sungguh, proses pertobatan dan pemulihan itu adalah proses pembentukan rohani kita, yang seringnya memakan waktu yang panjang dan tidak terjadi dalam waktu yang instan. Proses itu memerlukan kesungguhan dari pihak kita yang mau bertobat, dan kalau hal ini sudah dilakukan, maka percayalah, atas kuasa Roh Kudus-Nya, Tuhan akan menyingkapkan kepada kita segala dosa yang pernah kita lakukan, dan membantu kita untuk mengakuinya di hadapan-Nya.
Jika masih ada sikap acuh, mungkin yang pertama kali harus dimohonkan adalah agar Tuhan membantu kita agar berubah menjadi lebih peka untuk mengetahui kehendak Allah, dan lebih peka untuk memperbaiki kesalahan, jika kita berbuat salah. Untuk ini kita membutuhkan bantuan rahmat Tuhan, dan semoga doa singkat ini dapat kita doakan berkali-kali sepanjang hari, “Ya Tuhan, kumohon bantulah aku menolak dosa (…. dapat diisi dengan suatu dosa tertentu yang kita kenali sebagai kelemahan kita, yang paling sering kita lakukan) pada hari ini.” Jika doa ini sudah menjadi bagian dari keseharian kita, semoga kita semakin diubah Tuhan untuk menjadi semakin peka dan menjauhi dosa; atau jika sekalipun kita jatuh dalam kelemahan kita, kita akan segera diingatkan, dan dapat segera kembali kepada Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
…Salam
Berharap pada Tuhan dan kasih setia-Nya membuat kita tenang. Teristimewa memohon dalam Ekaristi dan doa-doa pribadi di saat sesulit apapun.
Saya hampir saja mengikuti hipnoterapi yang akan dilakukan oleh orang yang beragama Islam (yang akan memanggil temannya yang beragama Protestan) tetapi syukur pada Tuhan orang tua saya tidak mengijinkan dan akhirnya saya mengunjungi biara Karmel dan memohon doa dari para suster dan mendapat saran dari seorang pastor untuk percaya pada Tuhan dan memohon pada Tuhan dalam Ekaristi.
Semoga sahabat-sahabat yang kurang tenang, gelisah, tidak bisa tidur, khawatir, tetap percaya pada kesetiaan Tuhan dan cinta-Nya.
Tuhan pasti menyertai dan menyembuhkan kita yang sakit
Hypnotherapi dan Kekuatan Iman
Saya mengikuti seminar hypnotherapi.
Dalam seminar dijelaskan bahwa sifat negatif manusia dengan cepat dapat dihilangkan/ disembuhkan melalui hypnotherapi.
Sebaliknya, orang beriman yang punya kekurangan yang sama, sekalipun berkali-kali mengaku dosa yang sama, kok lama berubah atau bahkan tidak berubah-ubah juga.
Kayaknya efektivitas hypnotherapi lebih afdol dibanding sakramen pengampunan. Bagaimana menjelaskan gejala ini?
Shalom Herman Jay,
Nampaknya perlu didefinisikan terlebih dahulu, apakah yang Anda maksud dengan ‘lebih afdol’. Karena dalam ranah iman, yang disebut afdol adalah yang pertama-tama mempunyai pengaruh terhadap keselamatan jiwa yang melibatkan pertobatan yang sejati. Seringkali setelah seseorang bertobat dan memperoleh kesembuhan rohani, ia dapat pula memperoleh kesembuhan jasmani. Maka kesembuhan jasmani yang diberikan oleh Tuhan, sepantasnya tidak dilepaskan dengan kesembuhan rohani yang lebih utama. Manusia diberi akal budi oleh Tuhan untuk dapat mengusahakan kesembuhan dan kesejahteraan jasmani, maka sepanjang segala usaha itu tidak bertentangan dengan iman, hal itu dapat dilakukan. Demikianlah yang mendasari sikap Gereja Katolik akan hipnoterapi, sebagaimana telah dituliskan di atas.
Oleh karena itu, mari kita tangkap esensinya, yaitu segala ilmu pengetahuan (baik kedokteran ataupun psikologi) dapat digunakan untuk melayani kesejahteraan manusia, namun kesembuhan yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan tersebut tidak dapat menggeserkan ataupun menggantikan posisi kesembuhan rohani, yang bagi umat Katolik, diperoleh secara istimewa melalui sakramen Pengakuan Dosa dan sakramen Ekaristi. Kesembuhan melalui terapi kedokteran ataupun psikologi bertitik berat kepada kesejahteraan hidup manusia di dunia ini, sedangkan kesembuhan rohani yang diperoleh melalui sakramen-sakramen Gereja berguna untuk kehidupan kekal. Seseorang yang berfokus kepada kehidupan di dunia ini, akan lebih tertarik kepada kesembuhan-kesembuhan jasmani. Dengan fokus sedemikian, maka ia akan mudah terpengaruh kepada apa yang nampaknya lebih ‘afdol’ menurut mata jasmani, seperti kesembuhan/ perbaikan yang diperoleh dengan instan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana sesudah itu, apakah kesembuhan tersebut bertahan lama, apakah perbaikan tersebut mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan membuatnya hidup semakin kudus/ semakin sempurna di dalam kasih, baik kepada Tuhan dan kepada sesama? Sebab pada akhirnya, hal inilah yang berpengaruh terhadap keselamatan kekal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam damai Kristus..
Saya beberapa waktu lalu mengikuti suatu pertemuan para pengurus/pelayan sosial sebuah Orka. Di acara tersebut dihadirkan seorang motivator yang mana dia seorang yang ahli di bidang hypnotis dan hypnotherapy. Nah, ada 3 kalimat yang dikatakan sebelum dan pada saat dia akan dan melakukan hypnotherapy. 3 kalimat itu adalah :
1. Mari sementara kita kesampingkan dulu Tuhan kita, kita fokus pada pikiran kita.
2. Katakan dalam pikiran anda “saya adalah produk pikiran saya”.
3. Jika anda mengijinkan, maka saya akan menginstal pikiran anda untuk merubah ketakutan dan sifat pesimis anda menjadi lebih berani dan optimis dalam kehidupan anda.
Dan acara tersebut dilanjut dengan peserta dituntun untuk berjalan di atas kayu yang dibakar api.
Seorang pembicara ini masih muda dan juga Kristiani.
Dalam hal ini, yang sering saya baca dan ketahui, bahwa ilmu tersebut lebih mengandalkan kekuatan pikiran sendiri.
Bagaimana penjelasan dan tanggapan tentang ilmu tersebut?
Karena jujur, saya lebih mengandalkan kuasa Tuhan dan Roh Kudus dibanding ilmu hypnotis dan hypnotherapy tersebut. Dan alhasil saat acara tersebut Tuhan tidak mengijinkan saya untuk terpengaruhi pada hypnotis tersebut.
Terima kasih..
Berkah Dalem..
Shalom Piter,
Dari penuturan Anda, secara obyektif terlihat di acara tersebut, adanya hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan hipnoterapi yang masih dapat dibenarkan secara moral menurut ajaran Gereja Katolik.
Sebagaimana disebutkan di atas, untuk dapat dibenarkan secara moral, hipnoterapi hanya boleh dilakukan jika maksudnya adalah terapi, dengan alasan yang genting (karena dengan berbagai cara yang lain tidak berhasil), maka bukan untuk entertainment/ show-off . Berjalan di atas kayu bakar tidak termasuk katagori terapi, ataupun alasan yang genting.
Berdasar pengertian ini, hipnoterapi agar lisit dilakukan, tidak boleh diadakan sebagai tontonan publik. Terapi ini mensyaratkan kehadiran saksi yang dapat dipercaya, untuk menghindari hal-hal negatif yang mungkin terjadi, tetapi tidak perlu banyak saksi. Lagipula karena hipnotis ini melibatkan olah pikiran dan kesadaran pasien, maka memang disyaratkan bahwa hypnotherapist yang melakukannya adalah orang yang berintegritas dan sudah berpengalaman. Integritas di sini sebaiknya juga menyangkut hal keteguhan dalam iman, sehingga ia tidak menggeserkan posisi Tuhan dalam terapi ini, tetapi malah memohon kepada Tuhan agar mempergunakan keahliannya untuk membantu pasien tersebut.
Tak dipungkiri, bahwa dewasa ini hipnotis ini marak dilakukan oleh mereka yang menganut paham New Age, ataupun para penganut filosofi modern yang menempatkan pikiran manusia di atas segala-galanya. Kedua paham ini tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik. Dengan demikian, pernyataan-pernyataan berikut, “Mari kita kesampingkan dulu Tuhan kita….” ataupun “Katakan dalam pikiran Anda bahwa saya adalah produk pikiran saya…” itu adalah pernyataan-pernyataan yang tidak sejalan dengan ajaran iman Kristiani.
Dalam hal ini saya setuju dengan Anda bahwa memang lebih aman jika kita mengandalkan kuasa Tuhan dibandingkan dengan melakukan hipnotis ataupun hipnoterapi. Namun tentang orang yang melakukannya, mari jangan langsung menghakimi mereka. Jika terapist itu Katolik, dan Anda mengenalnya, silakan memberitahukan kepadanya posisi Gereja Katolik tentang hipnoterapi ini. Semoga ia mempunyai keterbukaan hati untuk mendengarkannya. Namun jika ia tidak mau mengindahkannya, itu adalah haknya, dan Anda sudah melakukan bagian Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom,
Mohon ijin utk ikut mewarnai diskusi2 hipnoterapi sebelumnya. Saya seorang katolik mantan dosen teknik, bersertifikasi hipnoterapis, dan pernah berpraktek juga.
Secara pribadi meskipun mempunyai keahlian NLP dan hipnoterapis saya lebih percaya menyelesaikan permasalahan dengan membawanya ke Sakramen2 : Ekaristi dan Pengakua , adorasi, doa Yesus dan lectio divina. Dengan proses-proses ini saya mengalami perjumpaan pribadi dipeluk Yesus (2012), cahaya memancar dari hosti selama satu jam (2007), dan penyembuhan dari sakit saya dalam ekaristi (1991).
Secara profesional saya ingin bagikan, hipnoterapi adalan pseudoscience yang bersertifikat resmi; pada diri terapis tidak pernah dilatih untuk mempunyai KEKUATAN PRIBADI ataupun KUASA GELAP untuk MENGUASAI KLIEN. Prosedur terapinya ada formulir isian yang ditandatangani bersama untuk melakukan terapi ini.
Bandingkan dengan pilot pesawat terbang yang menguasai isntrumen pesawat, hanya itu, terapis dilatih menguasai bahasa komunikasi bawah sadar.
Dari ratusan orang klien saya (ada yang berhasil ada yang tidak)diantaranya ada kasus vaginismus, di mana sepasang suami istri selama 4 (empat) tahun belum pernah berhubungan karena trauma psikologis, malu membicarakan ke Romo/Suster/Psikolog, dan tertolong, dan lain-lain yang susah di tangani secara medis maupun psikologis.
Namun demikian untuk saudara saya yang katolik sebelum saya menyetujui terapi, saya lebih suka mengajak membawa persoalannya TERUTAMA (1)EKARISTI DAN PENGAKUAN, lalu (2)ADORASI SAKRAMEN MAHAKUDUS (3)DOA YESUS (4)LECTIO DEVINA (5) pertapan karmel tumpang atau lembah karmel cikanyere; dijamin lebih benar dan gratis dari Allah Tritunggal.
Apapun usaha kita untuk sembuh dan berhasil hebat, hidup sukses, pintar dan lain lain; ingin saya sampaikan didalam NLP dan hipnoterapi tidak ada konsep DOSA dan PERTOBATAN, sehingga tidak ada jaminan KESELAMATAN JIWA. Kecenderungan manusia jaman ini adalah dididik serba cepat dan instan sehingga mengabaikan KEHENDAK ALLAH atau PENYELENGGARAAN ILAHI. Bukankah tidak sembuh dari sakit, dan penderitaan adalah bagian dari KASIH itu sendiri demi hidup kekal.
Berkah Dalem.
Yohanes TDS
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas sharing Anda. Kami di Katolisitas hanya menyampaikan apa yang telah ditegaskan oleh Tahta Suci Vatikan tentang Hipnoterapi. Syukurlah jika Anda sebagai praktisi mengakui juga bahwa hipnoterapi tidak dapat menjawab segala permasalahan. Sebab ada banyak permasalahan psikis maupun psikologis berkaitan juga dengan keadaan rohani, maka menimba kekuatan melalui doa- doa dan sakramen-sakramen sungguh merupakan cara yang terbaik yang telah disediakan oleh Tuhan bagi kita anggota Gereja-Nya untuk memulihkan kembali kondisi rohani kita, yang dapat berpengaruh positif terhadap keadaan psikis maupun psikologis. Apapun keadaannya, kita mengetahui bahwa Gereja menerima ilmu pengetahuan sebagai pelayan manusia- untuk membantu manusia mencapai kesejahteraannya, namun tidak pernah menempatkan ilmu pengetahuan lebih tinggi daripada iman.]
Shalom Bu ingrid
Saya baru melihat ada diskusi soal hipnoterapi di sini.
Saya ada informasi bahwa hipnoterapi bisa menyembuhkan luka batin dan trauma masa lalu, bisa menghilangkan kebiasaan merokok, bisa mengubah orang yang malas menjadi rajin. Bisa mengubah anak yang bodoh menjadi pintar. Bisa menyembuhkan kelemahan-kelemahan.
Semua dilakukan dengan ahli hipnoterapi yang terpercaya.
Saya juga ada informasi bahwa Katolik juga ada tenaga dalam THS dan THM, yang menjadi gurunya adalah Romo juga.
Bagaimana tanggapannya ya Bu ?
Shalom Darhan,
Yang kami sampaikan di situs ini adalah pandangan yang mengambil dasar dari pengajaran resmi dari Gereja Katolik sebagaimana tertulis di atas. Gereja Katolik tidak menganjurkan hipnoterapi, mengingat adanya resiko yang besar jika tidak dilakukan oleh orang yang berkompetensi dan mempunyai integritas yang tinggi. Maka yang diberikan adalah batasan- batasan syarat di mana hipnoterapi masih dapat diterima, namun tidak dikatakan Gereja mendukung praktek hipnoterapi tersebut. Kami di Katolisitas tidak dalam kapasitas untuk mengatakan sesuatu yang berbeda dari yang telah dikatakan oleh dokumen Gereja.
Sepanjang pengetahuan kami, THS THM tidak melibatkan hipnoterapi, namun lebih kepada seni bela diri. Tentang bela diri sekilas sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syallom,
Salam damai dalam Yesus Kristus, saya mau menanyakan perihal tentang penyembuhan mental dengan hypnotherapi apakah secara Katholik diperbolehkan ?
Karena saya pernah mengalami trauma di masa kecil yang sampai sekarang terbawa terus sampai saya dewasa. Mohon pencerahannya.
Terima kasih,
Ardie
[dari Katolisitas: pertanyaan serupa telah dibahas dalam artikel yang menjadi induk rangkaian tanya jawab ini, silahkan klik]
shalom……
saya hanya ingin bertanya sedikit, apakah ada seorang pelayan yg pernah memakai metode ini dlm pelayanan konseling? baik itu dlm ajaran Katolik / Kristen Protestan??? trimakasih. Salam Damai Kristus…!!!!!
Shalom Dian Natalia,
Sepanjang pengetahuan kami, hipnoterapi bukan merupakan metoda yang umum dilakukan dalam konseling di Gereja Katolik. Ini dapat dimengerti, karena secara umum Gereja Katolik tidak menganjurkan/ mendukung dilakukannya hipnoterapi, melainkan menyarankan agar umat berhati- hati menyikapinya. Maka seandainya ada sekalipun, harus dipenuhi syarat- syaratnya seperti yang telah diuraikan di artikel di atas.
Mengenai apakah hipnoterapi dilakukan dalam konseling di gereja- gereja non- Katolik, kami tidak dapat menjawabnya. Silakan anda menanyakannya kepada pihak yang lebih berkompeten mengenai hal ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Inggrid dan Katolisitas.
Saya pernah membaca buku karangan Dr. Michael Newton yang berjudul Journey of Souls dan The Destiny of Souls. Dr. Newton adalah seorang Hypnoterapist. Secara garis besar buku itu menceriterakan tentang praktek hipnoterapi dengan menggunakan konsep Past Life Regression dalam mentherapy pasien-pasien dari Dr. Newton.
Setelah saya membacanya, saya menarik beberapa kesimpulan tentang Hipnoterapy oleh Dr. Newton sbb :
1. Menggunakan konsep Past Life Regression ( Regressi Kehidupan Masa lalu pasien ).
2. Menggunakan Hipnotisme.
3. Dr. Newton percaya penuh dengan adanya Reinkarnasi dan atau The Transmigration of Souls.
4. Dr. Newton mewawancarai “sesuatu” yang merasuk ( Trance ) pada diri pasien yang tidak sadarkan
diri pasca dihipnotis
5. Dr. Newton menihilkan eksistensi setan dan kejahatan.
6. Pikiran bisa diprogram ( Konsep Mind Control ).
Saya penasaran dan terus mencari tahu :
1. Siapa yang diwawancarai oleh Dr. Newton
2. Katanya para pasien sembuh, tapi apa yang akan terjadi pada mereka suatu saat nanti ?
3. Apa Tujuan utama dari Mind Control dalam case ini.
Saat saya cari tahu tentang siapa Dr. Newton, saya sangat terkejut. Dia memang banyak menulis buku. Buku-buku yang dia tulis banyak bertopik tentang “dunia roh”. Dan kedua buku diatas masuk dalam daftar buku Top 100 New Age Reference, bareng dengan buku buku The Secret, dan buku-buku karangan Shirley Mclaine dan banyak New Ager Lainnya.
Selanjutnya, Hipnotis merupakan bagian dari praktek-praktek okultisme yang dilakukan oleh para penganut ajaran New Age Movement ( Lihat dalam The Brief Dictionary of New Age Terminology ).
Lalu saya mencoba mencari tahu dalam Alkitab, saya cari mulai dari Perjanjian Lama, Deuterokanonika sampai ke Perjanjian Baru. Hasilnya, Tidak Satupun saya menemukan ayat dimana Tuhan mengijinkan Praktek Hipnotis. Dan para nabi, rasul sampai kepada Tuhan Yesus sendiri tidak pernah menggunakan hipnotisme. Semuanya orang mengikuti nabi-nabi, rasul-rasul dan Tuhan Yesus sendiri karena Kuasa Tuhan, dengan Wibawa Roh Kudus untuk mengikuti perintah dan nasihat, untuk mengusir setan dan roh-roh jahat, untuk membalut luka hati dan kesedihan, untuk membangun optimisme dan semangat serta harapan dan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dan yang lebih hebat lagi, yaitu untuk menebus dosa dan membawa kita ke sorga. Semua nubuat dalam Alkitab telah terbukti, telah terjadi dan akan digenapi terus.
Lalu dengan kuasa apa hipnotis mempengaruhi kehendak dan sifat orang dan menyembuhkan penyakit ?
Saya selidiki terus dan ternyata, dalam sebuah sumber lainnya yang saya dapatkan, saat Dr. Newton sedang mewawancarai suatu “roh” yang berbicara dalam diri pasiennya, ada sebuah pengakuan dari si “roh” tersebut bahwa “roh” tersebut mengaku sebagai DEMON!. Saya sangat terkejut. berarti “roh”t tersebut telah berbohong yang katanya ia adalah roh pasien itu pada kehidupan lain di masa lalu.
Lalu, saya cek lagi, bahwa beberapa hipnotherapist sangat intens untuk menciptakan pasukan anak indigo. Beberapa lagi mempraktekkan Astral Project ( dalam ilmu-ilmu kejawen namanya ilmu Lepas roh atau merogo sukmo )
Saya mengambil kesimpulan bahwa Dr. Newton adalah seorang NECROMANCER. Saya ingat, Tuhan bicara dalam kitab Perjanjian Lama bahwa Tuhan akan menentang orang-orang yang mencoba kontak dengan orang mati.
Ada beberapa teman kuliah yang juga katholik mengaku pernah mengikuti praktek Hipnoterapi, katanya dia merasa mendapat pencerahan. Tapi apa jadinya sekarang bu, mereka sekarang telah berubah, menjadi pribadi yang lain. Ada yang minggat dari rumah karena bentrok dengan orang tua dan masalah-masalah mental lainnya. Ada yang sikapnya ketus dan menjadi tidak peduli dengan orang lain. Pokoknya menjadi berubah yang tidak enak, tidak baik lagi.
Bu, inggrid, pernah selepas misa saya membaca pengumuman di Mading Paroki, ada pelayanan Hipnotherapy di aula gereja. Saya teringat Dr. Michael Newton, saya jadi ngeri dan sedih.
Please Bu, Saya cinta pada gereja katholik dan umat katholik. Jangan sampai umat katholik terlibat hipnotisme, karena saya yakin ini bukan dari Tuhan, dan Tuhan pasti menentang praktek-praktek Hipnotisme.
Dahulu Franz Anton Mezmer pernah mengklaim bahwa dia menemukan suatu bidang ilmu yang bernama Hipnotisme dan bersifat ilmiah. Padahal sejak zaman mesir kuno, praktik-praktik ini telah dilakukan oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, Allahnya Bapa Abraham, Ishak dan Yakub.
Demikian komentar saya yang panjang banget ini, moga ada gunanya. Thanks. God Bless U.
Shalom Rini,
Jika anda membaca kembali artikel di atas, anda mengetahui bahwa Gereja Katolik-pun sangat berhati- hati dalam hal hipnoterapi ini, artinya, tidak menyetujui semua bentuk hipnoterapi. Ada empat syarat yang semuanya harus dipenuhi, agar tindakan tersebut dapat diijinkan, seperti yang telah dijabarkan di atas (yaitu: alasan yang benar- benar genting, adanya ijin dari pasien, adanya tindakan precaution untuk mengantisipasi hal- hal negatif dengan kehadiran saksi, dan harus dilakukan oleh seseorang yang benar- benar ahli dan berintegritas tinggi). Sedangkan hipnoterapi ala Dr. Michael Newton atau siapapun lainnya, yang menggunakan konsep Past Life Regression, reinkarnasi, perpindahan jiwa (transmigration of souls), menihilkan eksistensi setan, dan konsep lain yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani, jelas tidak dapat diterima oleh Gereja Katolik. Konsep ajaran- ajaran semacam ini berhubungan dengan ajaran New Age Movement, dan jelas ditentang oleh Gereja Katolik, seperti yang sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Apalagi jika dalam prosesnya sang hypnotherapist mengadakan pemanggilan arwah dan sebagainya, ini jelas bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
Jadi jangan kuatir, Gereja Katolik tidak akan merestui hipnoterapi ala Dr. Newton ini.
Namun demikian, hipnoterapi yang dilakukan atas dasar ilmu psikologi murni, masih dapat diterima, tentu dengan batasan- batasan seperti yang telah disebutkan di atas. Prinsipnya adalah, ilmu pengetahuan diciptakan demi kebaikan manusia, sehingga jika memang ilmu pengetahuan dapat meningkatkan kebaikan (kesehatan) bagi manusia, hal itu dapat diijinkan, tentu tanpa mengorbankan prinsip ajaran iman Katolik. Walaupun sudah berakar lama dalam sejarah peradaban manusia, psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia dan perilakunya, baru berkembang pesat pada sekitar abad 19. Oleh karena itu hipnoterapi sebagai teknik ilmu psikologi baru ditemukan pada abad ke-19, dan karena itu, hipnoterapi tidak dapat disejajarkan dengan kebiasaan bangsa yang tidak mengenal Allah. Jika di dalam proses hipnoterapi yang dilakukan adalah pemanggilan arwah/ roh/ dewa- dewi, maka memang mungkin ini dapat dihubungkan ke sana, tetapi jika yang dilakukan adalah murni teknik ilmu psikologi, maka tidak ada hubungannya dengan budaya bangsa yang tidak mengenal Allah. Karena ilmu psikologi, seperti juga ilmu kedokteran, juga datang dari Allah.
Di atas semua itu, harap dipahami bahwa Gereja Katolik sebenarnya tidak pernah mengajurkan hipnoterapi, malah sebaliknya, mengajurkan umat untuk waspada dan berhati- hati terhadap praktek hipnoterapi ini, karena mempunyai resiko yang tinggi. Karena jika tidak dilakukan oleh hipnoterapist yang benar- benar ahli dan mempunyai integritas iman dan moral yang tinggi, maka tindakan ini dapat mengakibatkan efek negatif pada jiwa pasiennya.
Saya pribadi cenderung untuk tidak terlibat dalam kegiatan hipnoterapi ataupun sejenisnya; apalagi jika sesungguhnya masih terdapat banyak jalan untuk mengobati suatu penyakit tertentu. Namun demikian, saya tunduk kepada keputusan Gereja Katolik, yang tidak melarang hipnoterapi walaupun juga tidak menganjurkannya. Adapun alasan Gereja Katolik tidak melarangnya, adalah karena Gereja Katolik mendukung kesejahteraan manusia, oleh karena itu segala bentuk ilmu pengetahuan ataupun kedokteran yang mendukung tercapainya kesejahteraan manusia, dapat diterima, sepanjang masih berada dalam koridor iman (tidak mengandalkan kuasa gelap/ sejenisnya dan tidak bertentangan dengan ajaran iman Katolik).
Maka mengenai seminar hipnoterapi dan sejenisnya yang mendukung agar orang menyebarluaskan hipnoterapi, bahkan menghipnotis diri sendiri, atau menjadi teknik ini sebagai eksperimen, apalagi menjadikannya sebagai tontonan dan dikomersialkan, memang memprihatinkan. Alangkah lebih baik, jika paroki mengadakan seminar yang lebih membangun iman Katolik, ketimbang seminar yang cenderung mengundang sensasi, atas topik ini yang sebenarnya perlu diwaspadai. Mari kita mohon rahmat kebijaksanaan dari Tuhan, agar dapat membedakan mana yang dari Allah dan mana yang bukan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom…
pertama kali saya membuka web ini karena ingin bertanyata tentang hypnoterapi.
saya ingin tanya
apakah Hypnoterapi benar-benar diperbolehkan oleh gereja katolik?
kalau diperbolehkan,
mengapa hal instant seperti hypnoterapi bisa di perbolehkan?
jujur.
saya sendiri tidak setuju dengan hypnoterapi.
karena hal instant itu mencurigakan.
mohon dijelaskan pertanyaan saya.
GBU…
Shalom Raynald,
Gereja Katolik tidak pernah menganjurkan hypnoterapi dan malah menganjurkan umat untuk mewaspadainya. Namun demikian, jika diperoleh alasan yang kuat. Gereja Katolik memperbolehkannya, jika dipenuhi 3 syarat ini: 1) adanya alasan yang genting; 2) adanya ijin dari orang yang bersangkutan; 3) diadakan tindakan precaution/ pencegahan untuk mengantisipasi hal-hal negatif yang mungkin bakal terjadi, yaitu dengan kehadiran saksi yang dapat dipercaya, dan jika hypnoterapi dilakukan oleh seorang yang benar- benar ahli dengan integritas yang tinggi, jujur dan tulus.
Jadi jika sampai diperbolehkan, itu karena memang hypnoterapi pada dasarnya adalah salah satu terapi psikologis. Maka jika ada alasan yang genting, misalnya untuk kasus insomnia yang akut, yang sudah mencoba segala cara namun tidak berhasil, maka hypnoterapi ini diperbolehkan, jika orang yang bersangkutan menginginkannya, dan jika terapi ini dilakukan oleh seorang ahli yang berintegritas tinggi. Prinsipnya, ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk melayani kepentingan manusia, tetapi dalam penggunaannya manusia harus waspada, agar jangan sampai menghancurkan dirinya sendiri.
Dewasa ini kita menyadari bahwa hypnotis ini memang dapat digunakan untuk kepentingan lain kecuali terapi, sebab bahkan di jalur entertainment, hypnotis ini dapat dijadikan semacam tontonan. Hal ini tidak sesuai dengan ketiga syarat tersebut, karena tidak ada faktor “kegentingan” yang disyaratkan, dan juga diragukan integritas orang yang melakukannya, karena belum tentu bermaksud menolong/ mengobati dan umumnya ada unsur komersialitas di sini.
Hypnoterapi memang merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai karena jika tidak dilakukan oleh orang yang benar- benar ahli, maka keseimbangan jiwa pasien menjadi taruhannya. Oleh sebab itu maka, tepatlah jika Gereja Katolik menghimbau agar umat waspada menyikapinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam bu Inggrid,
Bagaimana dengan self hypnosis? Saya sering menggunakan rekaman sugesti untuk menghilangkan kebiasaan buruk.
Terima kasih.
Shalom Santiago,
Melihat definisi yang disebutkan di atas, “self -hypnosis sebenarnya” tidak dibenarkan dan sesungguhnya tidak mungkin dilakukan. Lain halnya dengan meditasi yang sifatnya merupakan pemeriksaan batin untuk memotivasi diri sendiri untuk meninggalkan kebiasaan buruk dan untuk memperbaiki diri. Hal ini diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Agaknya kembali kepada definisi dan pengertian “hypnosis” itu sendiri. Jika pengertian hypnosisnya adalah terapi yang melibatkan tidur buatan, agar di bawah sadar orang dapat menerima saran-saran dari pihak yang menghipnotis, maka sesungguhnya itu tidak dapat dilakukan oleh diri sendiri. Namun penekanan-penekanan sikap yang dibuat di dalam pikiran sendiri, itu dapat dilakukan, dan ini tidak memerlukan proses tidur buatan dan tidak memerlukan pembawaan diri ke alam bawah sadar.
Semoga dapat dipahami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam Cemerlang…
Menarik sekali diskusi tentang hipnotherapi ini, pertanyaannya sejauh mana kita mengetahui definisi tentang hipnosis dan hipnotherapi? Sejauh mana perkembangannya sekarang ini? Bagaimana proses seorang hipnotherapi dalam melayani klien? Terima kasih
Shalom Danang,
Secara sederhana, definisi hipnoterapi adalah terapi psikologis yang menggunakan hipnosis. Sedangkan definisi hipnosis sudah disampaikan di artikel di atas. Perkembangannya dewasa ini memang saya dengar cukup marak, dan karena itu Gereja Katolik memperingatkan agar umat waspada dalam menyikapinya. Proses hipnoterapi berbeda- beda tergantung dari sang pelaku hipnosis. Kami di Katolisitas tidak dalam posisi untuk menjelaskan di sini karena hal tersebut sudah tidak dalam ranah iman Katolik. Kami hanya menuliskan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik untuk menyikapi hipnoterapi tersebut, seperti yang sudah kami nyatakan di artikel di atas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom Inggrid,
Terima kasih atas tanggapannya, Tentu kita harus waspada dengan praktik-praktik hipnosis yang ada di masyarakat, karena memang ada yang menerapkan hipnosis untuk hal-hal yang negatif. dan pastinya banyak juga yang menerapkannya untuk kebaikan sesama. salah satu bentuk kewaspadaan yang bisa kita lakukan adalah dengan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang hipnosis dan penerapannya. Itulah mengapa walaupun sepertinya tidak berada dalam ranah Iman Katolik, saya mengusulkan untuk menampilkan wacana tentang hipnosis dan penerapannya, supaya kita sebagai umat beriman bisa lebih bijak dan obyektif dalam menyikapi fenomena hipnoterapi. Jika kita melihat dari satu sisi bisa saja kita terjebak dalam pemahaman yang keliru. Hipnosis tidak sekedar membuat orang tertidur, lalu sang terapis dengan mudahnya bisa melakukan apa pun terhadap subyek/klien. bahkan tanpa harus tertidur pun seseorang bisa berada dalam kendali sang pelaku hipnosis. dan jika hipnosis adalah soal mempengaruhi, maka mungkin secara tidak sadar kita pernah melakukannya, menjadi seorang hipnotic talker.
jika diperkenankan mungkin di lain waktu waktu, saya akan mengulas lebih banyak lagi mengenai hal ini, dan tentunya berkaitan dengan pengembangan Iman Kristiani kita. Terima kasih… Tuhan Memberkati.
Shalom Danang,
Saya hanya berpegang pada pengajaran Gereja Katolik yang sudah dikeluarkan. Dan penjelasan itu adalah bahwa umat silakan berhati-hati dan waspada dalam hal hipnoterapi ini. Saya juga mengetahui bahwa pada kenyataannya, ada teknik-teknik hipnosis yang tidak melibatkan pasien tertidur, dan justru karena ini, menjadi semakin tidak kentara, dan semakin perlu diwaspadai, terutama jika dilakukan oleh terapis yang tidak bertanggung jawab. Namun maaf, fokus kami dalam situs ini adalah yang langsung berhubungan dengan iman Katolik, dan jika Gereja tidak mengajurkannya maka kami tidak dapat membuat rubrik khusus untuk mengulasnya.
Dalam hal iman, hal “mempengaruhi” orang lain untuk hal yang baik itu juga bukan semata- mata karena kemampuan psikologis sang pembicara. Kita percaya Roh Kudus dapat memberi kharisma kepada orang-orang tertentu untuk mengajar, dan kemampuan ini tidak dapat disamakan dengan teknik-teknik psikologis tertentu.
Sekali lagi, saya mohon maaf dan mohon pengertian anda, bahwa kami di Katolisitas tidak akan membahas hipnotis ini lagi secara lebih mendetail. Silakan, jika anda tertarik dengan topik ini, untuk menghubungi situs lainnya yang sepaham dengan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Ingin menanggapi bapak alexander pontoh.saya pernah melihat di tv-rommy rafael sebagai ahli hipnotis.Yang dilakukannya, tampaknya hal yang sederhana, orang yg terhipnotis diberikan serangkaian kata.Dari rangkaian kata yang diucapkan tidak ada satu angkapun yg disebut, tetapi jika dari kata ada satu atau lebih huruf di hilangkan maka akan tercipta angka.misalnya saja:….. tEMPAT yang diTUJU Harap…ketika dibangunkan, orang tersebut diminta menyebutkan angka yg terpikirkan untuk pertama kali.Dan orang tersebut menyebutkan 47.
Pada saat saya melihat itu, saya ngeri membayangkan bagaimana jika teknik itu diterapkan dan tanpa kita sadari kita dipengaruhi serangkaian kata2 yang membuat kita sesat jalan.
Bukannya tidak menyetujui teknik ini, tapi perlu dilihat kepentingannya dan siapa yg memberikan. jika masih mampu diselesaikan dengan akal sehat, sebaiknya anugrah itu dimanfaatkan dengan optimal.
setuju jika kita harus melihat siapa yang memberikan. karena itu saya sendiri sangat berhati-hati dalam memilih seorang terapis.
soal ngeri membayangkan teknik itu diterapkan… saya rasa kita semua secara tidak sadar sudah kena teknik itu. tapi panjang kalo saya ceritakan. maaf… saya blm ada waktu untuk menceritakan pendapat saya.
Halo Inggrid
thanks a lot atas artikel ini, saya jadi yakin selama ini menolak menyebarluaskan tawaran2 “hypnoparenting” yg kalau melihat patokan2 diatas tentunya jelas bukan termasuk kategori yg direstui.
Ini penyakit orang jaman sekarang ya, maunya serba instan, maunya ‘bisa seperti Yesus’ semua masalah bisa diatasi dengan instan tp tidak mau ‘menjadi seperti Yesus’ dulu -:)
FYI ini salas satu contoh iklan2 yg berkedok ‘mendidik anak’ menyembuhkan anak autis, adhd, dll.
Moga2 bisa share agar banyak ortu juga waspada dan bisa memanage ekspektasinya.
Syalom!
Cisca
HYPNOPARENTING ROADSHOW
Jakarta – Cirebon – Semarang-Solo- Surabaya-Malang-Madiun-Bali – Medan – Pekanbaru – Palembang- Balikpapan – Banjarmasin
Suatu Terobosan dalam dunia Pendidikan bagi Orangtua untuk meraih kesuksesan mendidik anak
Menjadi Orang Tua yang Efektif seringkali kita dengar. Namun di workshop kali ini, orang tua tidak hanya belajar bagaimana menjadi orang tua yang efektif, namun juga menjadi orang tua yang memiliki perspektif baru terhadap pola asuh terhadap pendidikan dan perkembangan anaknya. Para orangtua perlu belajar bahwa dalam mendidik anak dibutuhkan kerja sama yang baik antara ayah dan ibu. Begitu banyak orangtua merasa bertanggungjawab untuk memecahkan masalah anak tanpa menyadari bahwa ada seperangkat nilai yang akan hilang dalam diri anak. Selain Itu, orang tua akan belajar bahwa betapa penting membangunkeharmonisan dalam keluarga demi tercapainya sukses anak-anak.
Pernahkah Anda merasa frustasi, pusing, khawatir, bingung harus bagaimana dan bertanya-tanya apa yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi permasalahan anak seperti :
Malas belajar, Kecanduan game, Tidak mau sekolah, Minder / tidak percaya diri, Pemalu dan tertutup, tidak mau bergaul, Phobia dalam banyak hal, Sulit tidur, Sering takut dalam melakukan banyak hal, Suka melawan orangtua, Suka menganggu saudara atau anak lain, Sering ngomel atau marah-marah, Mau menang sendiri, Tidak disiplin dan perilaku negatif lainnya, Atau anda memiliki anak berkebutuhan khusus..
JIKA YA JAWABANNYA,ANDA WAJIB HADIR DALAM WORKSHOP INI & TEMUKAN SOLUSINYA !!!!!
Kami percaya setiap orangtua ingin anaknya tumbuh menjadi orang yang baik, punya kepandaian, punya moral yang baik, percaya diri, rajin, disiplin, punya motivasi dan semangat untuk maju, memiliki pengendalian diri yang baik, jujur, sabar, punya toleransi, suka menolong sesama dan inilah impian setiap orangtua.
Namun pada kenyataannya anak menjadi tidak seperti yang diharapkan dan tahukah Anda bahwa sumber sumber perilaku negatif ini adalah saat mereka dididik waktu masih kecil karena pikiran orang dewasa hampir 90% terbentuk saat masih anak-anak.
Dalam worskshop ini, Anda akan belajar bagaimana membuat diri Anda menjadi orang tua yang dapat bersikap positif walau perilaku Anak Anda tidak baik (menurut pandangan Anda). Anda juga akan belajar bagaimana membuat negosiasi dengan anak anda sehingga anak anda mengerti akan konsekuensi perilaku yang dijalaninya.
Hipnosis untuk anak-anak sebenarnya telah dikenal sejak masa lampau, banyaknya tradisi-tradisi dan budaya-budaya yang ada sebenarnya telah menerapkan metode hipnosis dalam menumbuh kembangkan anak, seperti tembang-tembang para orang tua yang dinyanyikan pada saat menidurkan anak, secara otomatis dapat menciptakan sebuah fenomena hipnosis (trance) khususnya pada anak-anak (Child Trance Condition).
Di era modern ini, metode hipnosis untuk anak-anak telah lama dilakukan oleh Dr Franz Mesmer dengan teknik magnetismenya, walaupun hasil penelitian yang dilakukan oleh Franklin tentang Mesmer pada tahun 1784 menyimpulkan bahwa “efek klinis†yang ada pada teknik magnetisme bukanlah karena magnetisme itu sendiri, namun efek klinis tersebut dihasilkan dari â€imaginasiâ€, yang dilakukan oleh pasien.
Namun apakah benar bahwa anak-anak dapat dihipnotis seperti layaknya orang dewasa?
Manfaat Workshop:
Psikologi Anak dan perkembangannya di era globalisasi
Strategi Menanamkan Sugesti & Anchor yang praktis.
Mekanisme terbentuknya Tindakan & Pikiran anak
Teknik membangun rapport dengan anak
Pembentukan sikap mental dan masa depan anak.
Teknik relaksasi dan pemrograman pikiran bawah sadar
Terapi Hypnosis dalam mengatasi problem anak
Cara marah positif pada anak
Conversational Hypnosis
Hypnosis language Pattern (Pola Bahasa Hypnosis)
Mampu memberikan terapi kepada anak
PLUS , Anda Akan Mempelajari:
• EFT (Emotional Freedom Technique) dan Bagaimana Meng Integrasikan dengan Hypnosis , EFT adalah teknik therapy sederhana dan tercepat yang telah dikenal diseluruh penjuru dunia,
• Menguasai Artful Suggestion – Bagaimana Seni Mensugesti dengan Sangat Efektif, sehingga apapun saran anda akan diterima baik oleh diri anda sendiri maupun orang lain
Lunch, Coffee Break, Seminar kit, Sertifikat, PIN Peduli Anak, membership Peduli Anak, BONUS Buku karangan Bunda Lucy dengan judul: “Mendidik sesuai Minat dan Bakat Anak†disertai bonus CD software untuk mengenali minat dan Bakat Anda maupun anak Anda.
xxx
Shalom Cisca,
Terima kasih atas masukannya tentang hypnoparenting. Ya, harus diakui bahwa sekarang ini terdapat kecenderungan penyalahgunaan hypnotism ini, sehingga tidak lagi sesuai dengan yang masih dapat diterima oleh Gereja Katolik.
Semoga kita dapat waspada atas semua gejala yang terjadi di sekeliling kita, dan semoga kita dapat terus berpegang kepada ajaran iman kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Syalom…
Dengan praktek hypnotheraphy, yg saya pribadi tidak setuju…
Mau tanya lbh jauh tentang hypnotheraphy dalam seminar motivasi dengan tujuan meningkatkan kualitas karakter sebagai pebisnis…apakah ini masih bisa dikatakan atau dimasukkan dalam taraf penyembuhan atau ini hanyalah topeng tipu belaka? Maksud saya, menipu diri sendiri?
Kemudian, ada yang diminta untuk mendengarkan cd motivasi yang katanya membawa kita ke alam bawah sadar kita? Apakah ini masih bisa diijinkan dalam gereja katolik?
Ini berasal hanya dari kebingungan saya dan rasa ingin tahu karena kekhawatiran saya adalah, di jaman seperti ini, banyak cara yang dilakukan dari tipu muslihat iblis…
Maaf jika pertanyaan saya terlalu frontal..
Lanjut menanggapi bahasan ini…
Bagaimana jika saya mengatakan bahwa hypnotheraphy itu adalah suatu praktek yang tidak menghargao proses di mana dalam proses tersebut adanya jalan sebagai manusia menyerahkan, berserah dan percaya….
Kalau langsung “sembuh” begitu saja, apakah sampai ke akarnya?
Toh, jika ada masalah apapun itu, yang perlu kita lakukan adalah konseling dengan maksud kita bersama mencari tahu apa akar permasalahannya dan rekonsiliasi dengan diri berkaitan dengan masalah itu sendiri…
Hanya ingin tukar pikiran…terimakasih.
Tuhan berkati..
Shalom Surya,
Saya ingin menyatakan kembali di sini bahwa sebenarnya secara umum Gereja Katolik tidak mendorong dilakukannya Hypnotheraphy. Sebaliknya, Gereja Katolik mengingatkan agar umat Katolik berhati-hati dalam menyikapinya. Jika sampai ingin dilakukan, 3 hal yang harus ada sehingga hipnotis/ hipnoterapi dapat secara lisit dilakukan, adalah: 1) adanya alasan yang genting; 2) adanya ijin dari orang yang bersangkutan; 3) diadakan tindakan precaution/ pencegahan untuk mengantisipasi hal-hal negatif yang mungkin bakal terjadi, yaitu dengan kehadiran saksi yang dapat dipercaya, dan hipnoterapi dilakukan oleh seorang yang benar- benar ahli dengan integritas yang tinggi, jujur dan tulus.
Maka dengan melihat definisi ini, menurut hemat saya, praktek hipnotis untuk menaikkan kinerja kerja, tidaklah termasuk di sini, itu bukan termasuk alasan yang genting. Sebab terdapat banyak cara lain untuk meningkatkan kinerja kerja/ kualitas pebisnis, dan bukan dengan hipnotis. Demikian pula bahwa bukan berarti kalau tidak dilakukan hipnoterapi maka perusahaan tidak berfungsi/ berjalan, sehingga keadaan ini tidak dapat dikatakan “alasan yang genting”. Belum lagi jika terjadi pemaksaan, bahwa semua yang bekerja harus mengikuti hipnoterapi ini. Jika demikian, ini pelanggaran butir yang ke 2. Apalagi jika hipnoterapi ini dilakukan demi keuntungan bisnis orang yang memberikan hipnoterapi.
Terus terang, saya setuju dengan pendapat anda bahwa hipnoterapi dengan menggunakan CD adalah tindakan “abuse” karena mengandung resiko yang tinggi. Sebab jika didengarkan di sembarang tempat, tanpa adanya saksi yang bisa menolong jika terjadi efek-efek tertentu, maka tindakan ini membahayakan keseimbangan jiwa pasien. Lain halnya dengan praktek meditasi, itu tidak membahayakan jiwa.
Benar, memang lebih baik kita mencari penyembuhan batin yang sampai ke akar-akarnya, yaitu hubungan yang mendalam dengan Kristus, yang dimulai dengan pertobatan kita. Seandainyapun dilakukan konseling ataupun hipnoterapi untuk alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, pertobatan dan membina hubungan yang pribadi dengan Kristus tetaplah harus dilakukan. Sebab tanpa iman dan hubungan yang pribadi dengan Kristus, maka tidak dapatlah kita mencapai kesembuhan yang sejati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Bu Inggrid… saya bingung dengan definisi hypnosis dari pengajaran dari The Holy Office, Vatikan, 4 Agustus 1956; 26 Juli, 1899
kenapa menggunakan definisi dari The Holy Office? melihat tanggal diterbitkannya yaitu 1956, mungkin definisinya kurang ‘update’
saya pernah sekali mencoba di hypnoterapi oleh seorang terapis yg cukup kompeten. tetapi saya tidak mengalami “mencabut sang subyek/ pasien dari penggunaan akal budi dan keinginan bebasnya secara penuh”
saya masih bisa menolak apa yg disugestikan oleh sang terapis. saya masih sadar, malah sangat sadar.
saya selama ini membaca-baca buku ttg hypnosis karangan Adi W. Gunawan. (beliau orang surabaya, dan mengajar di fakultas psikologi jenjang S2 di Universitas Surabaya) situs pribadi pak Adi bisa anda lihat di http://www.adiwgunawan.com/awg.php
dari buku
Hypnosis – The Art of Subconscious Communication
Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran
ditulis oleh Adi W. Gunawan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama
beberapa definisi hypnosis (halaman 3) adalah :
1. Suatu kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi.
2. Seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak.
3. Seni eksplorasi alam bawah sadar.
4. kondisi kesadaran yang meningkat.
5. suatu kondisi pikiran yang dihasilkan oleh sugesti.
dibuku-buku pak Adi yg selanjutnya (saya lupa dibukunya yg mana) definisi hypnosis kemudian menjadi lebih singkat. seperti yg ada disitus ini (http://www.hypnosis45.com/definisi_hypnosis.htm) yaitu “Hypnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti”.
pokoknya setahu saya, dimana saya pernah dihypnoterapi. Tidak ada pencabutan penggunaan akal budi dan keinginan bebasnya secara penuh.
Saya setuju dgn kesimpulan bu inggrid bahwa hypnosis diperbolehkan. Menurut saya, hypnoterapi seperti suatu alat. bisa digunakan untuk kebaikan, tapi bisa digunakan untuk kejahatan. Seperti pisau, bisa digunakan untuk membunuh, tapi bisa digunakan untuk mengolah makanan.
Shalom Alexander,
Holy Office adalah nama lain dari Congregation for the Doctrine of the Faith (CDF). CDF ini kalau mau memberikan definisi, selalu mengerahkan staf tenaga ahli di bidangnya, untuk meneliti terlebih dahulu. Sehingga definisi ataupun penjelasan yang keluar dari CDF ini dapat dipertanggungjawabkan. Lagipula hypnosis sebagai topik ilmiah, sudah ditemukan dan dibahas oleh Athanasius Kircher pada tahun 1602- 1680, jadi hypnoterapi ini bukan ilmu yang sama sekali baru.
Harus diakui bahwa terdapat banyak cara hipnotis atau hipnoterapi, dan bukannya tidak mungkin antara satu pakar yang satu dengan yang lain berbeda. Justru karena hal itu Gereja Katolik menganjurkan agar umat hati-hati dan wapada, sebab jika dilakukan oleh orang yang tidak ahli dan tidak bertanggungjawab, akibatnya bisa kurang baik atau bahkan tidak baik bagi pasiennya. Saya pernah menyaksikan kasus-kasus hipnotis yang dilakukan di panggung hiburan, yang konon juga bisa memberi relaksasi, namun itu sungguh mengambil penggunaan akal budi orang yang dihipnotis. Sehingga saya rasa, anjuran Gereja Katolik agar umat waspada menyikapi hypnoterapi, itu sungguh sangat masuk akal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam.
Sebelumnya terima kasih atas jawaban dari pertanyaan saya sebelumnya.
Saya mau tanya sekarang mengenai hipnoterapi/hipnotis. Saya masih tdk mengerti dgn praktek tersebut, karena yang saya tahu praktek tersebut mirip ilmu gendam. Apakah ada hubungan? Dan bagaimana mungkin seseorang bisa menguasai pikiran orang lain dan mengontrolnya. Apakah hipnoterapi ini berasal dari ilmu hitam?
Terima kasih sebelumnya.
Shalom Fendy,
Jika dilakukan oleh ahli yang bertanggungjawab, maka hipnotis sesungguhnya dapat digunakan sebagai terapi psikologis. Dengan demikian hipnotis sebenarnya tidak berhubungan dengan ilmu hitam. Namun tidak dapat dipungkiri, justru karena dapat dipergunakan oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab, maka hal ini dapat berkonotasi buruk. Maka hipnotis yang diizinkan oleh Gereja Katolik hanya terbatas pada hipnoterapi yang digunakan untuk ‘menyembuhkan’ kelainan psikologis/ penyakit tertentu; sedangkan hipnotis yang untuk entertainment atau maksud negatif lainnya, tidak dibenarkan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid
Menurut saya, hipnotis ini sama dengan ilmu gendam / tenaga dalam.
Karena saya sendiri dulu punya tenaga dalam, dan bersyukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria saya telah dibebaskan. Sewaktu saya punya ilmu tenaga dalam, saya adalah orang baik, saya menolong orang mengangkat beban berat dengan tenaga dalam saya. Saya juga bisa menyembuhkan diri saya sendiri jika saya sakit, saya pernah menyembuhkan jari saya yang bengkok dengan tenaga dalam, saya pernah menyembuhkan kaki saya yang keseleo dengan tenaga dalam. Dan saya juga bisa menyembuhkan badan saya jika demam dengan tenaga dalam. Saya bisa melakukan semuanya dengan tenaga dalam.
Saya tidak pernah mencelakan orang dengan tenaga dalam.
Tapi saya bersyukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, bahwa saya diberikan teman-teman yang memberitahu bahwa dengan tenaga dalam berarti SAYA MENGANDALKAN KEKUATAN SAYA SENDIRI, BUKAN MENGANDALKAN TUHAN YESUS. DAN TERKUTUKLAH SAYA KARENA TELAH MENGANDALKAN KEKUATAN SAYA SENDIRI, seperti dalam YEREMIA 17 : 5.
Dari hal ini, saya menarik kesimpulan, lalu apa bedanya dengan hipnotis.
Banyak yang bilang bahwa tenaga dalam yang mereka miliki bukan dari setan, tapi dari Tuhan namun apa yang dikatakan di dalam Yeremia 17 : 5. Alkitab tidak menulis bahwa manusia diberi karunia tenaga tambahan atau tenaga dalam, tapi manusia diberi kekuatan sebagai manusia biasa, dan tidak semua manusia adalah Samson.
Banyak yang bilang bahwa kemampuan hipnotis mereka bukan dari setan, lalu dari siapa. Alkitab tidak menulis bahwa manuisa diberi kemampuan hipnotis oleh Tuhan.
Ada yang bilang bahwa dengan hipnotis mereka bisa lebih konsentrasi dalam berdoa, lebih fokus. Lalu apa gunanya Tuhan, bukankah Tuhan yang bisa memberikan kemampuan untuk berdoa dan fokus kepada Dia. Ini sama saja menusia dengan kekuatannya sendiri berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan, bukan dengan karunia Tuhan.
Ada yang bilang bahwa dengan hipnotis bisa menyembuhkan luka batin, bisa memberikan semangat dalam bekerja. Lalu apa gunanya Tuhan.
Laki-laki bejat dengan kemampuan hipnotis bisa membuat seorang wanita menyerahkan keperawanannya tanpa dipaksa. Manusia dengan kemampuan hipnotis bisa membuat seseorang menyerahkan harta dan nyawanya sekaligus.
Manusia adalah mahluk yang lemah, yang punya kecenderungan berbuat jahat lebih besar daripada berbuat baik. Roh memang penurut, tapi daging lemah.
Mohon maaf, jika saya begitu bersemangat atau emosi.
Saya melihat bahwa manusia sedang berusaha mencari pembenaran dirinya sendiri, saya pun sering berusaha mencari pembenaran diri saya sendiri di hadapan Tuhan dan sesama.
Saya hanya berusaha agar Gereja bisa lebih kritis dalam hal ini.
Hipnotis bisa menyembuhkan, tapi hipnotis juga sangat mencelakakan. Kecenderungan manusia untuk berbuat jahat lebih besar daripada berbuat jahat.
Seorang Ayah dengan kemampuan hipnotis bisa membuat keluarganya bahagia dengan memberikan penghidupan yang baik, karena dia bisa bekerja dengan rajin dan baik dengan kemampuan hipnotisnya. Tapi Ayah yang sama dengan kemampuan hipnotisnya, juga bisa menghipnotis istrinya dan anaknya untuk mentaati segala perintahnya, dan menjadikan anak dan istrinya menjadi budaknya.
Seorang laki-laki dengan kemampuan hipnotis bisa menolong temannya yang sedang dihadang banyak penjahat dengan menghipnotis penjahat-penjahat tersebut untuk pergi meninggalkan temannya, tapi laki-laki yang sama bisa menghipnotis teman-teman wanitanya untuk menyerahkan keperawanannya dan melakukan apa saja yang dia inginkan.
SEORANG MANUSIA YANG BAIK, SEKALIPUN DIA SEORANG IMAM, SUSTER, BIARAWAN, BIARAWATI. TAPI JIKA DIA PUNYA KEKUATAN HIPNOTIS, SUATU SAAT DIA BISA BERUBAH MENJADI IBLIS.
Tuhan telah mengaruniakan kita kemampuan yang jauh lebih hebat dari tenaga dalam dan hipnotis, yaitu DOA.
Matius 26:41 : Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
Shalom Andreas,
Mohon dipahami ya, bahwa Gereja Katolik dalam pernyataannya tidak menganjurkan hipnoterapi, malahan Gereja mengingatkan kepada umat untuk waspada menyikapi hipnoterapi, justru karena mudah disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun apakah hipnoterapi ini sama dengan ilmu gedam, itu juga sesungguhnya tidak benar, karena jika berpegang pada definisinya, maka pada prinsipnya, hipnoterapi hanya merupakan proses relaksasi yang membuat pasien tidur/ tidak sadar yang kemudian cenderung untuk mengikuti apa yang disarankan kepadanya. Mengambil dasar ini, maka sesungguhnya ini memang tidak langsung “jahat”, sebab proses relaksasi yang membuat seseorang tidur itu adalah proses yang sesungguhnya netral. Yang bisa membuatnya menjadi negatif adalah proses sesudahnya, di mana peran orang yang meng-hipnotis ini bisa mempunyai semacam kontrol untuk mempengaruhi orang yang dihipnotis. Dan untuk inilah maka Gereja Katolik menganjurkan umat untuk berhati-hati dan waspada. Karena tidak semua hipnoterapi ini dilakukan oleh orang yang berpengalaman dan berintegrasi tinggi, sedang resiko yang dapat terjadi adalah hal kejiwaan orang yang sedang dihipnotis.
Maka, pernyataan anda yang mengatakan bahwa semua orang, sekalipun seorang religius, yang mempunyai kekuatan menghipnotis “suatu saat bisa berubah menjadi Iblis”, itu tidak benar. Jika kemudian ia menghipnotis untuk suatu hal yang buruk/ dosa, ataupun untuk tujuan sembarangan dan merusak keseimbangan jiwa seseorang, maka ia berbuat jahat/ dosa. Namun sebaliknya, tidak bisa dikatakan bahwa semua orang yang dapat melakukan hipnoterapi pasti jahat/ bekerjasama dengan Iblis atau suatu saat menjadi Iblis (Iblis dan manusia itu tidak sama). Sebab jika dilakukan dengan berhati-hati dan bertanggungjawab, pada kondisi yang tepat, maka hipnoterapi dapat dianggap sebagai salah satu terapi psikologis.
Saya bukan seorang hipnoterapist dan bukan seorang yang pro- hipnoterapi. Menurut saya pribadi, terapi yang terbaik tetaplah doa dan konseling Kristiani, tanpa melakukan hipnotis. Namun, di situs ini kami berusaha menyampaikan apa yang menjadi pandangan Gereja Katolik, dan bukan pandangan pribadi. Apa yang saya sampaikan adalah hanya berdasarkan pernyataan Gereja Katolik, yang saya percayai telah didahului oleh penelitian- penelitian terlebih dahulu. Gereja Katolik melihat hipnoterapi ini secara obyektif, dan sepanjang dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan, Gereja tidak dapat melarangnya dan mencapnya sebagai ilmu gaib atau tenaga dalam atau gedam. Perihal bahwa ada penyalahgunaan selanjutnya oleh oknum-oknum tertentu, maka Gerejapun sudah memperingatkan umat-Nya, dan inilah yang saya nilai sebagai sesuatu yang lebih penting di masa sekarang ini. Ya, benar kita harus waspada. Jangan sampai kita bermain-main dengan hipnotis ini sebab keseimbangan jiwa menjadi taruhannya. Dan begitu besarlah tanggungjawab orang yang melakukan hipnoterapi ini di hadapan Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Yesus sebelum menyembuhkan, sedang menyembuhkan dan sesudah menyembuhkan, mengasihi pasiennya. Yesus berkenan menyembuhkan karena kasih dan tergerak oleh belas kasihan-Nya, bukan karena upah, pujian, hadiah dan reward2 yang lain. Yesus menyembuhkan untuk memuliakan Bapa-Nya di surga.
Nah, kalau terapeutis yang kebetulan seorang ahli hipnotis ingin menyembuhkan subjek/pasien, adakah ia memiliki dan berintensi seperti Yesus? Kalau ya, silakan lakukan. Tuhan pasti tidak berkeberatan. Dalam 1Petr 4:10-11, Hendaknya kita saling melayani sesuai dengan karunia…kita ditugaskan membagikan rahmat… untuk memuliakan Allah. Dan jangan lupa mohon petunjuk imam / magisterium. Rahmat ketaatan harus kita pegang.
Tmks untuk jawaban atas pertanyaan saya. Saya sungguh diperkaya dengan jawaban dan informasi tersebut. Skali lag terima kasih. Salam Joss….
Yoseph Tien.
Dear Ibu Ingrid,
Mohon pendapat apakah gereja katolik punya pendapat atas buku the secret of secret yang teorinya menggunakan affirmasi affirmasi diri yang mengandalkan the power of human bukan the power of God.
Adakah statement dari gereja katolik atas aliran aliran bernuansa motivator? terima kasih atas penjelasannya.GBU
Shalom Mea,
Jika maksud anda tentang buku “The secret”- The law of attraction, sudah pernah saya jawab di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Comments are closed.