Pertanyaan:
Apa dan bagaimana sebenarnya ajaran Gereja Katolik tentang KUTUK seperti yang misalnya tersebut baik di Perjanjian Lama (mis. Ul.11: 26, 28) atau di Perjanjian Baru (mis. Yak.3: 9,10 dll).
Terima kasih banyak atas tanggapannya.
Soenardi Djiwandono
Jawaban:
Shalom Pak Soenardi,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang kutuk. Kutuk dapat kita definisikan sebagai “to call down evil on someone or something“. Dan hal ini dapat berupa suatu perintah, dan dapat juga dalam bentuk keinginan yang diekspresikan dalam kata-kata yang begitu kuat. “Evil” dapat bersifat spiritual atau fisik dan dapat berupa sementara atau selamanya.
Di dalam Perjanjian Lama kita sering menjumpai kutuk, seperti yang kita baca di “14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. 17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:” (Kej 3:14,17)
Namun kalau kita lihat motif dari semuanya itu adalah berkat, seperti yang kita baca “22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” 28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej 1:22,28)
Kita melihat bahwa berkat dan kutuk adalah dua hal yang memang terbentang di hadapan manusia, dua hal yang ditawarkan oleh Tuhan. Kutuk adalah jalan kematian, karena mengikuti dosa, yang berarti mengikuti jalan yang bertentangan dengan Tuhan. Dan berkat adalah merupakan konsekuensi untuk mengikuti jalan Tuhan, sehingga manusia memperoleh hidup. Tuhan mengatakan “26 Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: 27 berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; 28 dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal.” (Deu 11:26-28). Oleh karena itu, kutuk merupakan satu paket dengan dosa, karena memang kodrat dari dosa yang membawa maut. (lih. Rm 6:23).
Kita melihat beberapa contoh di Perjanjian Lama bagaimana Tuhan mengutuk barang / orang-orang yang berdosa (lihat sumber ini – silakan klik), seperti Tuhan mengutuk: a) ular (Kej 3:14); b) bumi (Kej 3:17); Kain (Kej 4:11); c) orang yang tidak tidak menjalankan hukum Tuhan (Im 26:14-25; Ul 27:15). Lebih lanjut kita juga menjumpai a) Nabi Nuh mengutuk Kanaan (Kej 9:25); b) Yoshua mengutuk orang yang akan membangun kota Yerikho (Yos 6:26-27). Di dalam Perjanjian Baru, Yesus juga mengutuk pohon ara (Mk 11:13-14), mengutuk Khorazim, Betsaida (Mt 11:21), mengutuk orang kaya, farisi, juga mengutuk orang-orang yang akan dimasukkan ke dalam api neraka (Mt 25:41).
Namun demikian, Yesus memerintahkan para murid untuk memberkati orang yang mengutuk mereka (Lk 6:28), yang juga dipertegas oleh rasul Paulus untuk memberkati siapa yang menganiaya mereka (Rm 12:14). Namun demikian rasul Paulus juga mengutuk mereka yang berkotbah tentang Injil yang lain selain yang dikotbahkannya (Gal 1:8) dan juga orang yang tidak mengasihi Tuhan (1 Kor 16:22) dan juga (Kis 23:3). Namun sekali lagi rasul Paulus juga mengatakan bahwa Kristus telah menebus manusia dari kutuk hukum taurat (Gal 3:13).
Dari beberapa contoh di atas tentang berkat dan kutuk, maka kita dapat menyimpulkan bahwa:
1) Ada kutuk yang ditujukan kepada manusia maupun kepada alam. Namun, kita tidak dapat mengartikan kutuk secara literal. Sebagai contoh, kalau Tuhan mengatakan terkutuklah tanah (Kej 3:17), maka kita harus melihat bahwa alam yang harus diolah terlebih dahulu untuk dapat menghasilkan adalah suatu hukuman bagi manusia karena dosa manusia. Atau kalau kita melihat Ayub yang mengutuk hari kelahirannya (Ay 3:1), maka kita harus mengartikannya sebagai suatu ungkapan yang merujuk kepada penderitaan yang harus ditanggungnya.
2) Kutuk (dalam arti yang lebih luas) dalam bentuk suatu perintah dari orang yang mempunyai kuasa atas kita, yang merupakan manifestasi keadilan adalah bukan suatu dosa. Hal ini dapat dilihat misalkan seorang hakim menjatuhkan hukuman kepada penjahat. Dan dalam supernatural order (adi-kodrati), Tuhan juga memanifestasikan keadilan dengan memberikan hukuman abadi kepada orang-orang yang melawan kasih dan kebenaran (Mt 25:41). Pada saat Tuhan memberikan kutuk, seperti yang tercatat di Alkitab, maka Tuhan pada saat yang bersamaan memberikan jalan kepada manusia untuk bertobat. Dalam konteks ini, sama seperti Gereja Katolik yang memberikan ekskomunikasi seseorang dengan harapan bahwa orang tersebut sadar dari kesalahannya dan kemudian kembali ke pangkuan Gereja, dan orang tersebut dapat menghindari kutuk abadi di neraka. Silakan klik di sini untuk mengetahui tentang ekskomunikasi. Atau contoh yang lain adalah seorang dokter dengan terpaksa memotong kaki pasien yang terkena suatu penyakit untuk menyelamatkan nyawanya.
3) Kutuk yang menginginkan seseorang mengalami kecelakaan, dll. adalah bertentangan dengan kasih dan keadilan. Rasul Paulus mengatakan “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Rm 12:1).
Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kutuk. Kita harus meniru apa yang dicontohkan oleh martir pertama, Stefanus, dan juga yang dilakukan oleh martir-martir yang lain. Dan inilah yang ditunjukkan oleh Yesus, pada waktu Dia sendiri mengampuni segala kekejaman yang dilakukan oleh orang-orang yang menyalibkan-Nya (lih. Lk 23:34). Ini adalah suatu tantangan bagi kita semua yang telah menerima Kristus melalui pembabtisan. Dan hal ini adalah merupakan perjuangan seumur hidup.
Rasul Yakobus mengingatkan kita semua bahwa sulit sekali untuk mengendalikan lidah. Dia berkata “9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, 10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.” (Yak3:9-10). Hal ini dikarenakan “Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (Jm 3:6). Kalau kita menghitung mungkin ada begitu banyak “profanity” (kata-kata kotor dan tidak baik), yang tidak seharusnya diucapkan oleh anak-anak Tuhan. Kita sering mendengar, seperti di film-film yang mengeluarkan bahasa-bahasa yang tidak baik dan tidak santun, yang dianggap menjadi suatu bahasa yang normal. Walaupun orang tersebut tidak mempunyai maksud seperti apa yang diucapkan – misalkan “go to hell” -, maka orang tersebut tetap berdosa karena melakukan “vain speech” atau kata-kata yang sia-sia, yang tidak membangun.
4) Akhirnya, kita semua yang telah dibaptis tidak usah takut akan kutuk dari turunan sebelumnya, atau hal-hal lain, karena Sakramen Baptis telah memurnikan kita. Dengan menerima Sakramen Baptis, maka kita telah mengenakan Kristus, yang telah mengambil kutuk hukum Taurat (Gal 3:13). Oleh karena itu, retret pohon keluarga yang bertujuan untuk menghapus kutuk dari nenek moyang tidaklah sesuai dengan daya guna dari Sakramen Baptis. Untuk pembahasan tentang hal ini silakan untuk membaca link ini (silakan klik).
Semoga pembahasan singkat tentang kutuk dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Salam Kristus Yesus. Kutuk dalam perjanjian lama lbh byk tertulis dari perjanjian baru. Saya percaya kedatangan Kristus Yesus untuk melepaskan kutuk bagi umat manusia. Tapi, kutuk itu akan tetap ada bagi manusia sepanjang manusia msh berada diluar Kristus. Adakah kutuk dpt terbebas dari manusia. Saya sendiri mengalami kutuk karena mendapat sesuatu spiritual hingga bisa mendengar suara spiritual. [dari Katolisitas: edit] [Dari Katolisitas: Oleh Baptisan segala kutuk dipatahkan. Namun adakalanya orang yang sudah dibaptis dapat mendekatkan dirinya dengan kuasa kegelapan, entah dengan keterlibatan dengan okultisme ataupun dengan perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan kuasa kegelapan. Hal ini dapat menjadikan dirinya rentan terhadap pengaruh… Read more »
Shalom,
Kejadian 3:14
Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
Apakah maksud tersirat “..debu tanalah akan kau makan seumur hidupmu”. Kalau menurut kata-kata biasa, debu bukanlah makanan ular.
Maaf atas pertanyaan saya dan terimakasih.
Rita
[Dari Katolisitas: Debu memang bukan makanan, namun istilah makan debu, artinya adalah kekalahan yang total (lih. Yes 65:25; Mi 7:17). Maka hukuman Tuhan atas setan adalah agar ia mengetahui bahwa ia akan dikalahkan.]
Shalom katolisitas,
Dalam artikel di atas dikatakan bahwa Sakramen Baptis memurnikan kita dari segala kutuk. Saya ingin menanyakan bagaimana pandangan Katolik tentang hal seperti ini:
Ada seseorang yang telah lama dibaptis. Ia mempunyai seorang ibu, tapi sejak kecil ibunya tidak suka padanya dengan alasan bahwa tahun kelahirannya bertentangan dengan tahun kelahiran ibu itu. Oleh karena itu hingga saat ini ibu itu masih sering mengatakan hal-hal yang bersifat kutukan kepada orang tersebut. Bagaimana cara melepaskan diri dari kutukan ibu itu?
Terima kasih. Tuhan memberkati.
Salam Desy,
Iman dan Baptisannya telah membebaskannya dan selalu memurnikan cintanya pada Tuhan. Ibunya sebenarnya memiliki soal dengan dirinya sendiri, bukan dengan baptisan anaknya. Ibunyalah yang harus didoakan dan diberi bimbingan serta pengetahuan yang cukup agar terbebas dari ketidaksukaan yang bercokol itu.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih Romo atas jawabannya, namun saya masih kurang mengerti apakah jawaban Romo berarti jika seseorang sudah pernah dibaptis, maka kutukan ibunya yang masih dilakukan secara terus-menerus itu tidak akan masuk pada diri orang itu? Jika benar demikian, mengapa hidup orang ini banyak dan berat sekali cobaannya tidak seperti hidup anak-anak lain dari ibu itu yang tidak pernah dikutuki?
Mohon penjelasan Romo. Terima kasih.
Salam Desy,
Memang, secara teologis dengan baptis sudah bebas dan tetap diusahakan dengan doa dan sakramen agar rahmat keselamatan oleh baptisan itu berkembang. Namun secara psikologis, kata-kata buruk mempengaruhi secara negatif. Anak itu harus dididik dengan kata-kata yang menumbuhkan. Kata-kata Tuhan sendiri yang mengasihi mesti diperdengarkan padanya. Pujian dan dukungan, pemahaman, teguran yang penuh kasih sayang akan menyembuhkan dan menumbuhkannya.
Salam
RD. Y. Dwi Harsanto
Terima kasih Romo Yohanes atas penjelasannya. Tuhan memberkati.
Karena semakin kita dekat dengan Tuhan Yesus. Iblis tidak suka. Maka itu org yg percaya kepada Tuhan hidupnya bukan semakin gampang melainkan banyak tantangan yg harus kita hadapi. Oleh karena itu mari kita teguhkan iman kita supaya kita tidak terjun ke dalam maut.
Saya masih berumur 12 tahun tetapi kalau saya belajar lebih banyak lagi pasti saya akan tahu lebih banyak tentang firman Tuhan.
[Dari Katolisitas: Selamat datang di situs Katolisitas, Benaya. Semoga dengan sama-sama mempelajari firman Tuhan, kita akan bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, agar kitapun dapat bertumbuh untuk semakin mengasihi Dia.]
Salam dalam Kristus Yesus Saya senang mengunjungi situs katolisitas karna banyak hal kerohanian bisa saya timba dan memperkuat iman Katolik saya. Saat ini ada ingin tahu tentang kutuk dari kuasa kegelapan. Dahulu banyak leluhur kita yang tidak beragama atau meskipun beragama tetapi masih mempercayai kuasa lain seperti membunuh atau membuat sakit musuhnya-orang yang dibenci dengan mistik. Saya pernah dengar kalau kutuk ini turun sampai 7 turunan. Pertanyaan saya, apakah benar sampai turun temurun ada pengaruh kuasa kegelapam itu dan adakah pastor yang khusus bisa mengeluarkan/memutuskan kuasa kegelapan. Terima kasih untuk tanggapannya. Tuhan Yesus memberkati. [Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah… Read more »
Salam Era, Definisi kutuk menurut Kamus Besar bahasa Indonesia ialah: ku·tuk 1 n 1 doa atau kata-kata yg dapat mengakibatkan kesusahan atau bencana kpd seseorang; 2 kesusahan atau bencana yg menimpa seseorang disebabkan doa atau kata-kata yg diucapkan orang lain; laknat; sumpah: mereka tidak berani berbuat jahat krn takut kena –; me·ngu·tuk v 1 mengatakan (mengenakan) kutuk kpd; menyumpahi; melaknati; 2 menyatakan dan menetapkan salah (buruk): kita harus ~ segala perbuatan korupsi. Jika membaca pertanyaan Anda, maka yang Anda masalahkan ialah kutuk dalam arti kutuk sebagai kata benda di atas dengan arti nomer 1 dan 2. Inti kutuk ialah kebencian… Read more »
Syalom Romo Yohanes Saya tertarik dengan masalah kutuk. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya. Kutuk ada beberapa jenis. Ada kutuk perkataan (yang diulang-ulang saat seseorang marah), kutuk mantra, dan kutuk perjanjian darah (Iblis-manusia). Saya percaya Sakramen Pembaptisan dapat membebaskan seseorang dari kutuk asalkan orang tersebut tidak berbalik kepada iblis. Saya melihat masih banyak saudara2 Katolik yang dibaptis tetapi perjanjian darahnya belum putus. ALLAH tidak menghendaki hal jahat terjadi pada hidup manusia. Ada orang Katolik mati ditabrak, ditembak, pada umumnya begitu ditelusuri sejarahnya, leluhurnya pernah mengadakan perjanjian darah yang belum sepenuhnya diputuskan. Sarana doa pelepasan sangat berguna bagi mereka. Ada baiknya… Read more »
Salam Hermenigildus, Terimakasih atas tambahan keterangannya. Sakramen yang diterima secara valid dan licit pasti mematahkan kutuk. Valid artinya absah sesuai yang dikehendaki Gereja, sedangkan licit ialah pantas, yaitu bahwa yang menerima sungguh-sungguh sepenuhnya bertobat. Namun demikian, kadang kala kebencian dari musuh masih ada terhadap orang yang baru saja dibaptis, bahkan bisa jadi bertambah kuat. Karena itu tetap perlu berdoa dan rajin menerima sakramen-sakramen Ekaristi dan tobat serta berdoa pelepasan. Kebencian dan dendam, ialah inti dari semua kutuk. Bahwa masih ada orang Katolik yang taraf rohaninya masih rendah sehingga mengikuti setan dan mengutuki, kita memang prihatin. Kita wajib menegurnya dengan kasih… Read more »
Syalom Romo Yohanes Selamat hari minggu. saya punya pengalaman akibat dari sebuah kutuk. Ada seorang pejabat besar di daerah kami, beberapa minggu sebelum memberikan sumpah jabatan pada kami para PNS, pejabat tersebut pernah mengeluarkan kata-kata yang menghina, mengutuk dan menghojat ALLAH. Kebetulan saat itu salah seorang teman saya yang mendengar kata hojatan tersebut. Hati nurani kami juga tidak terima bila TUHAN kita dihojat. Tetapi yang dapat saya lakukan pada saat pengucapan janji dan sumpah pegawai, kebetulan yang memberikan sumpah itu adalah pejabat itu, saya berdoa Keadilan sebanyak 6 kali mohon rahmat TUHAN untuk mendatangkan KeadilanNYA. Biarlah siapa yang menabur dia… Read more »
Salam Hermenigildus, Terimakasih atas sharing Anda. Jika kita melihat dengan jernih, dalam peristiwa tersebut yang menyebabkan orang itu mengalami musibah ialah kombinasi berbagai faktor, dan faktor yang terkuat ialah sifat gegabahnya. Sikap gegabah itu saya simpulkan dari kenyataan bahwa dengan enteng ia menghujat Allah dengan kata-katanya. Tentu bisa dimengerti bahwa jika dalam menghadapi Allah Yang Mahaagung saja ia bersikap gegabah, maka dalam hal-hal lain pun akan sembrono atau tidak berhati-hati. Karena itu, tidak heran kegabahannya atau kelalaiannya membuat kecelakaan lalu lintas di jalan yang aman yaitu di halaman rumahnya sendiri. Kata-kata yang baik yang mengalir dari hati yang berkehendak baik… Read more »
syalom romo
Trima kasih banyak Tuhan Memberkati.
Salam Romo Yohanes dan Team Katolisitas
Terima kasih untuk penjelasan, jawabannya serta doa-doa untuk melepas kuasa kegelapan. Setelah membaca banyak tanya jawab tentang kutuk, saya merasa tenang bahwa kutuk sudah dilepaskan pada waktu kita dibaptis dan bila kita hidup dalam iman, pengharapan dan kasih akan Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan maka kuasa kegelapan diputuskan. Pertobatan, banyak berdoa dan menerima sakramen Ekaristi Maha Kudus sarana memperkuat relasi kita dengan Kristus. Tuhan Yesus memberkati.
Salam
Era
syalom pak….thank’s buat penjelasannya. Mau tanya “apakah untuk saat ini bagi kita orang percaya, kuasa kutuk itu ada dan apakah ia bersifat mengikat?” dan “Apakah orang Kristen saat ini boleh mengutuk?”
Shalom Yayo, Terima kasih atas pertanyaannya tentang kutuk. Sebagai umat beriman, kita harus yakin Sakramen Baptis yang telah kita terima telah menghapus kutuk yang terbesar, yaitu neraka Dengan kata lain, rahmat Baptisan membebaskan manusia dari segala kutukan, karena dengan baptisan, maka seseorang telah mati bersama dengan Kristus, sehingga dia dapat dibangkitkan bersama dengan Kristus (lih. Rom 6:4). Namun, tentu saja walaupun seseorang telah menjadi manusia baru, dengan kebebasannya (yang salah), dia dapat memilih hidup dalam kegelapan, sehingga dia dapat kembali kepada manusia yang lama. Dalam kondisi seperti ini, maka seseorang dapat jatuh dalam dosa dan kalau diteruskan sampai akhir hidupnya,… Read more »
thank’s buat penjelasannya, namun ada beberapa hal yang masih belom saya mengerti. Saya setuju bahwa orang Kristen tidak boleh mengutuk (hukum kasih), namun bagaimana dengan tokoh-tokoh Alkitab yang mengutuk? Khususnya dalam kitab Mazmur, banyak mencatat tentang hamba-hamba Tuhan yang mengutuk musuhnya. Contohnya Mazmur 83, yang merupakan keluhan asaf. Apakah firman Tuhan membenarkan hal itu? Dan apakah kita juga boleh meniru hal tersebut? Trimakasih pak.
Shalom Yayo, Kita harus mengingat bahwa pendidikan Tuhan dilakukan secara bertahap (divine pedagogy) dan bahwa kesempurnaan wahyu Allah dan kesempurnaan pengajaran Allah terpenuhi dalam Perjanjian Baru. Dengan demikian, kita harus membaca PL dalam terang PB. Mzm 83 tidak boleh diartikan bahwa kita boleh mengutuk musuh-musuh kita. Yang ingin dinyatakan dalam Mzm tersebut adalah agar dalam kesesakan, kita menyerahkan segala sesuatu dalam pengadilan Tuhan dan yang terpenting adalah seperti yang disebutkan pada ayat yang terakhir “supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.” Dalam terang Perjanjian Baru, kita juga mengingat perkataan Yesus “Tetapi kepada kamu,… Read more »
maksaih ya om stef,,,,udah banyak membantu. Tuhan Yesus memberkati pelanan om,
Shalom, Saya pernah menonton kesaksian dr mantan peramal/dukun sejenisnya dan membaca artikel terkait. Dinyatakan apabila org tua atau generasi sebelumnya suka bermain dg hal2 gaib/praktek perdukunan dan sejenisnya, maka generasi setelahnya (anak/cucu) bisa terkena imbas buruk dan kutuk dr dosa generasi sebelumnya. Tapi disebutkan bhw setelah dibaptis (tentu dalam keadaan dg hati yg menerima) maka kutuknya telah dipatahkan. Dari hal ini saya punya pemikiran bhw Kutuk dapat turun kepada keturunan apabila berurusan dg hal2 gaib/praktek perdukunan dan sejenisnya, tetapi apabila mereka bertobat dan menerima Yesus serta dibaptis maka segala kutuk akan dipatahkan. Jadi statement dr Nabi Yehezkiel yg bapak kemukakan… Read more »
Shalom Tere, Terima kasih atas pertanyaannya tentang kutuk. Kita dapat mengharmonisasikan ayat Kel 20:5 dan Yeh 18:20, sebagai berikut: Yeh 18:20 Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. Kel 20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, Yeh 18:20 berbicara bahwa anak tidak turut menanggung dosa… Read more »
dear katolisitas
Sy ingin beri gambaran kutuk keturunan yang tdak ada pada kami. sy punya kakek hobynya judi, ayah saya juga sering judi. Generasi kami tak ada satupun yang suka akan judi. Mungkin hal ini adalah kutuk yg bukan kutuk ketrunan. Trims.
Shalom Bu, Mengenai penjelasan “kutuk” dituliskan oleh katolisitas.org bahwa…. Baptisan melepas semua kutuk dosa? Baptisan memang melepaskan kutuk dosa yang paling utama, yaitu keterpisahan antara manusia dan Tuhan untuk selamanya. Namun tidak semua akibat dosa dilepaskan, seperti kematian, penderitaan, kecenderungan berbuat dosa, dll. Dalam kebijaksanaan Tuhan, semua hal tadi dipakai untuk memurnikan manusia. Mungkin kebingungan ini disebabkan karena ada beberapa pertanyaan tentang kutuk, dimana kutuk dapat dipakai dalam beberapa kondisi, seperti: retret pohon keluarga yang seolah-olah dapat melepaskan kutuk turunan (pemabuk, sial, dll). Dalam konotasi inilah, maka saya mengatakan bahwa Sakramen Baptis mematahkan semua hal tersebut, karena dengan baptisan, maka… Read more »
Shalom Felix, Terima kasih atas tanggapannya tentang topik kutuk. Memang kata kutuk dapat dipakai dalam beberapa pengertian, sehingga kita harus melihat konteksnya. Seseorang yang dulunya pernah main-main dengan dukun, dan kuasa-kuasa hitam, sesungguhnya pada waktu mereka dibaptis telah mendapatkan pelepasan, karena telah diadakan exorcism oleh pastor dan rahmat pembaptisan yang mengalir kepada para terbaptis. Namun, tidak semua orang yang dibaptis mempunyai disposisi hati yang baik dan benar-benar ingin hidup baru dan kudus. Jadi, walaupun telah menjadi manusia baru, dia secara perlahan-lahan kembali lagi ke kebiasaannya semula. Kita harus mengingat bahwa walaupun Sakramen Baptis memberikan begitu banyak rahmat, namun Sakramen Baptis… Read more »
Salam damai sejahtera Dear Stef Anda menulis : Gereja Katolik tidak mempercayai kutuk turun-temurun, apalagi setelah orang tersebut dibaptis. Pada SAAT SESEORANG DIBAPTIS, MAKA KUASA KUTUK DIPATAHKAN karena penebusan Kristus. Pada jawaban anda yang lain tertulis : Dikatakan di dalam kitab Kejadian, bahwa Tuhan mengutuk ular (Kej 3:14-15), Hawa (Kej 3:16) dan Adam (Kej 3:17-20). Dan MEMANG KUTUKAN ITU MASIH TERUS BERLANGSUNG SAMPAI SAAT INI, dimana semua wanita mengandung dengan kesakitan, orang tua harus persusah payah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pertanyaannya : Apakah kutuk tsb sudah ditiadakan pada waktu seseorang dibaptis ataukah kutuk tsb masih ada sampai sekarang,… Read more »
Shalom Machmud, Terima kasih atas pertanyaannya tentang kutuk. Saya memang mengatakan bahwa Gereja Katolik tidak mempercayai kutuk turun-temurun, dalam pengertian bahwa kalau bapanya pemabuk/pembawa sial, maka anaknya menjadi seperti bapaknya, dan juga cucunya seperti kakeknya. Dengan menerima Sakramen Baptis, maka seseorang menjadi manusia baru. Surat kepada umat di Roma mengatakan “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.… Read more »
Dari Sugiman (Mahasiswa STT Cipanas) Salam Sejahtera Dalam Kasih Tuhan kita Yesus Kristus Baptisan adalah tanda lahir baru bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Lahir baru berarti menjadi murid Kristus atau memiliki relasi dengan Allah. Karena baptisan tidak akan berarti jika seseorang dilahirkan kembali. Artinya adalah seharusnya baptisan menjadi salah satu media bagi orang percaya untuk tetap memelihara relasinya dengan Allah, dengan demikian ia menjauh dari kutuk. Apa itu kutuk? Dalam PL, kutuk berasal dari kata alah,ta’alah,arar, qalal, dan ala (bhs. Ibrani). Kata ini sering ditujukan kepada umat Israel yang tidak setia pada “perjanjian Allah di Sinai”. Jika kita… Read more »
Shalom Sugiman, Terima kasih atas tanggapannya tentang kutuk. Berikut ini adalah tanggapan saya akan komentar dari Sugiman. 1) Dalam hal ini, kita mempunyai pandangan yang berbeda tentang Sakramen Baptis. Baptisan bukanlah hanya suatu tanda, namun adalah gerbang keselamatan. Sakramen Baptis memberikan rahmat kekudusan (sanctying grace), sehingga membuat seseorang berkenan kepada Allah. Beserta dengan rahmat kekudusan, seseorang yang dibaptis juga menerima tujuh karunia Roh Kudus seperti yang disebutkan di dalam Yesaya 11, diangkat martabatnya menjadi anak Allah, menjadi bait Roh Kudus (indwelling place of the Holy Spirit). Pembahasan lengkap tentang Sakramen Baptis dapat dilihat di sini (silakan klik). Namun tentu saja… Read more »
Pengasuh Katolisitas Mengenai pertanyaan dari pak Soenardi : Bagaimana dengan sabda Tuhan pada Kej.3 yang ditujukan kepada ular (ayat 14-15), Hawa (ayat 15-16) , dan Adam (ayat 17-19), yang jelas-jelas didahului dengan kata “terkutuklah”, dan sepertinya berlaku hingga kini dalam bentuk ular yang “menjalar”, perempuan yang “susah payah waktu mengandung” dan laki-laki yang “.. dengan susah payah angkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu .. dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu…” dst. Bukankah kutuk tsb. terus berlangsung, juga untuk orang-orang yang dibaptis? Dan rasanya hal-hal lain itu yang pada dasarnya merupakan “kutuk’ yang masih berlangsung. Saya belum melihat jawaban… Read more »
Shalom Aaron, Terima kasih atas tanggapannya tentang kutuk. Saya minta maaf kalau menurut Aaron, saya tidak menjawab pertanyaan Pak Soenardi. Saya memang tidak membahas tentang apakah kondisi ular, Adam dan Hawa sebelum terkena kutuk, karena saya pikir bukan itu yang ditanyakan. Mari sekarang kita membahasnya, sehingga kalau memang benar ini yang ditanyakan, maka kita dapat menganalisanya. 1) Tentang ular yang menjalar. Menurut KGK, 116 “Arti harafiah adalah arti yang dicantumkan oleh kata-kata Kitab Suci dan ditemukan oleh eksegese, yang berpegang pada peraturan penafsiran teks secara tepat. “Tiap arti [Kitab Suci] berakar di dalam arti harafiah” (Thomas Aqu., s.th. 1,1,10 ad… Read more »
Terima kasih atas jawabannya. Namun yang masih mengusik saya adalah fakta bahwa ada orang-orang yang telah menerima Sakramen Baptis yang sedang bergulat dengan masalah-masalah yang nampaknya merupakan kutukan yang masih melekat dari generasi terdahulu. Apakah dengan menerima Sakramen Baptis, orang Katolik juga dengan sendirinya bebas dari kutuk? Atau apakah ada kemungkinan bahwa merekapun juga masih bisa terpengaruh oleh kutukan? Jika retret pohon keluarga tidak sesuai, lalu apa yang harus dilakukan oleh orang-orang Katolik seperti ini?
Terima kasih.
Shalom Patrisius, Terima kasih atas pertanyaannya. Pertanyaan ini hampir mirip dengan pertanyaan yang diajukan Apri. Silakan melihat jawaban yang telah saya berikan di sini (silakan klik). Kalau masih belum menjawab pertanyaan Apri, silakan untuk menanyakannya kembali. Secara prinsip, Sakramen Baptis telah menghapus semua kutuk, terutama kutuk yang terbesar, yaitu kutuk dosa. Namun untuk melihat buah-buahnya, maka seseorang harus terus bertumbuh di dalam iman, pengharapan, dan kasih, dengan cara bertekun di dalam doa, sakramen – terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengampunan Dosa), serta memperlengkapinya dengan Firman Tuhan. Bergabung dalam komunitas Gereja juga dapat membantu. Semoga dapat membantu. Salam kasih dalam Kristus… Read more »
Apa dan bagaimana sebenarnya ajaran Gereja Katolik tentang KUTUK seperti yang misalnya tersebut baik di Perjanjian Lama (mis. Ul.11: 26, 28) atau di Perjanjian Baru (mis. Yak.3: 9,10 dll).
Terima kasih banyak atas tanggapannya.
Soenardi Djiwandono
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Yth.Bapak Stef, Terima kasih banyak untuk jawabandan penjelasan tentang KUTUK. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan terkait (lanjutan):. Kutuk diucapkan oleh Tuhan (memang semestinya begitu) baik di PL maupun PB (Yesus) Namun ternyata kutuk juga dilakukan oleh manusia, meskipun terbatas (?) pada orang-orang besar, terutama para nabi seperti Nuh dan Yoshua. Pertanyaan: 1. Apakah “orang sembarangan” (seperti orang tua dari golongan kebanyakan) dapat mengucapkan kutuk, dan efektif berlaku terhadap yang dikutuk? Bila hal itu terjadi, atas dasar kuasa apa manusia memiliki “kekuatan” (kehebatan) untuk mengucapkan kutuk? 2. Bagaimana mungkin Tuhan mengizinkan kutuk dari “orang sembarangan” (bukan nabi dll), atau sesorang, terhadap orang lain,… Read more »
Shalom Pak Soenardi, Terima kasih atas tanggapanya tentang masalah kutuk. Mungkin perlu saya tambahkan bahwa: 1) Kalau Tuhan memberikan kutuk, ini ada beberapa arti, misalkan berarti: menarik berkat yang diberikan (Kej 3:17; 4:11), menyatakan penghakiman (Kej 3:14), peringatan akan hukuman karena pelanggaran hukum atau atauran (Ul 27:15-26; 28:15; Yes 24:6). Oleh karena itu, kutuk dapat dilihat sebagai istilah antrhopomorphis (anthropomorphic term) untuk mengekpresikan ketidaksenangan Allah dan keadilan Allah. 2) Seseorang mengutuk terhadap sesuatu atau seseorang yang Tuhan kutuk, sehingga dikatakan “Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN?” (Num 23:8). Dan untuk mengutuk seseorang… Read more »
Yth.Bapak Stef, Terima kasih untuk jawaban dan pencerahan tentang kutuk. Agar pemahaman saya lebih tuntas dan atas penjelasan bahwa “Tuhan tidak mengizinkan kutuk berlangsung terus-menerus” dan “Kristus telah membebaskan kita dari kutuk Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita ……” (Gal 3:13). 1. Bagaimana dengan sabda Tuhan pada Kej.1 yang ditujukan kepada ular (ayat 14-15), Hawa (ayat 15-16) , dan Adam (ayat 17-19), yang jelas-jelas didahului dengan kat “terkutuklah”, dan sepertinya berlaku hingga kini dalam bentuk ular yang “menjalar”, perempuan yang “susah payah waktu mengandung” dan laki-laki yang “.. dengan susah payah angkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu… Read more »
Shalom Pak Soenardi Djiwandono, Terima kasih atas tanggapanya tentang kutuk. Mari kita melihat beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Pak Soenardi. 1) Dikatakan di dalam kitab Kejadian, bahwa Tuhan mengutuk ular (Kej 3:14-15), Hawa (Kej 3:16) dan Adam (Kej 3:17-20). Dan memang kutukan itu masih terus berlangsung sampai saat ini, dimana semua wanita mengandung dengan kesakitan, orang tua harus persusah payah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun jangan kita lupa, bahwa setelah kutukan tersebut, maka Tuhan juga berfirman “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”… Read more »
Saya ingin bertanya mengenai jawban bapak Stef pada poni no. 4 ” tidak usah takut akan kutuk dari turunan sebelumnya, atau hal-hal lain, karena Sakramen Baptis telah memurnikan kita.” Masih belum jelas pada bagian ini pak Stef !! Contoh di tempat tinggal saya Orang tuanya tiap malam sering mabuk-mabukan…ketika anaknya laki-laki beranjak dewasa ikut jadi pemabuk padahal sudah terima sakramen Baptis Kemudian ada seorang ibu kerjanya suka bohong pembohong dan menipu padahal padahal kehidupan ekonominya berlebihan …..anaknya pun ada yang ikut seperti orang tuanya padahal sudah menerima sakramen baptis.. Pertanyaan saya : Apakah itu bukan disebut kutuk turunan ? Mohon… Read more »
Shalom Apri, Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa yang mungkin terlihat seperti efek dari kutuk. Dalam contoh yang diberikan oleh Apri – ayah pemabuk maka anaknya pemabuk, atau ibu pembohong maka anaknya pembohong – bukanlah karena kutuk. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: 1) Kutuk yang diturunkan oleh nenek moyang kita, sebenarnya telah dipatahkan pada waktu kita dibaptis. Dan kita percaya bahwa dengan Sakramen Baptis, kita menjadi manusia yang baru di dalam Kristus. Namun tantangannya adalah bagaimana kita semua setia terhadap janji yang kita ucapkan pada saat di Baptis, yang salah satunya adalah menolak setan. Pertanyaannya: mengapa orang yang dibaptis… Read more »
Shalom Pak Stef, Terimah kasih atas jawabannya ya pak Stef. Namun saya masih belum begitu mengerti dengan keadaan yang terjadi secara turun temurun. Oleh karena itu boleh ya pak kita sharing lagi . Sebelumya trima kasih banyak Tuhan Yesus Memberkati kita sekalian Amin. 1. Yang pertama Pak Stef mengatakan “Mungkin kita harus melihat dari sisi yang berbeda, karena tidak benar kalau sesuatu salah maka dapat dihubungkan dengan kutuk turunan. Kalo begitu Ayah yang pemabuk dan anak ikut jadi pemabuk hanya disebabkan oleh karena keadaan lingkungan ya pak Stef bukan karena kutuk ? Sedangkan Kakek dari anak yang pemabuk tersebut adalah… Read more »
Shalom Apri, Terima kasih atas pertanyaannya. Mari kita melanjutkan diskusi kita tentang kutuk.1) Dalam contoh yang diberikan oleh Apri, yaitu kakek seseorang adalah pemabuk, kemudian ayahnya juga menjadi pemabuk, dan anaknya juga menjadi pemabuk. Dan seolah-olah, hal ini menjadi suatu bukti tentang kutuk yang terlihat sesuatu yang buruk terjadi dari satu generasi ke generasi yang lain. Mari kita coba membayangkan dan menganalisa, apakah hal ini tetap terjadi, kalau ayah tersebut dipisahkan dari kakeknya, atau anak tersebut dipisahkan dari ayahnya, dan anak tersebut hidup terpisah dari ayahnya atau kakeknya yang pemabuk sejak dari bayi. Saya percaya bahwa kalau anak tersebut hidup… Read more »