Membersihkan lantai yang kotor
Pada waktu saya masih SD, saya sering bermain-main bersama-sama dengan teman-teman satu kampung. Karena saya tinggal di sebuah dusun yang kecil, maka permainan dengan teman-teman juga permainan dusun, yang notabene adalah permainan yang melibatkan permainan fisik, yang seringkali diakhiri dengan kaki, tangan, dan badan yang penuh lumpur. Suatu hari, dengan kaki yang penuh lumpur saya pulang ke rumah. Tanpa saya tahu, sebenarnya mama saya baru saja mengepel lantai rumah. Ketika saya berjalan untuk menuju kamar mandi, saya tidak menyadari bahwa saya meninggalkan jejak lumpur di lantai. Ketika ketika mama memarahi saya, maka dengan perasaan menyesal, saya meminta maaf akan kekotoran yang diakibatkan oleh kecerobohan saya. Mama memaafkan saya, namun lumpur tetap meninggalkan noda di lantai yang baru saja dipel oleh mama. Akhirnya, mama menyuruh saya untuk mempertanggungjawabkan kesalahan saya dengan mengepel lantai yang kotor. Dari contoh sederhana ini, kita melihat bahwa akibat dari kesalahan yang saya perbuat, maka ada dua hal yang saya terima, yaitu: hukuman (siksa dosa) dan dosa (guilt) ((Reverend Peter M.J. Stravinskas, Ph.D., S.T.L. Our Sunday Visitor’s Catholic Dictionary. Copyright © 1994, Our Sunday Visitor: Guilt (GIHLT): (From Anglo-Saxon gylt: sin or offense) The condition of an individual who has committed some moral wrong and is liable to receiving punishment as a consequence of wrongdoing.)) Dosa (kesalahan) saya telah dimaafkan oleh mama saya, namun saya tetap harus menanggung hukuman – dengan mengepel lantai yang kotor – akibat kesalahan yang saya lakukan.
Dosa mempunyai konsekuensi ganda
Gereja Katolik mengenal adanya dua tipe dosa, yaitu 1) dosa ringan dan 2) dosa berat. Karena kodrat dari dua tipe dosa tersebut berbeda, maka hukuman dari dua tipe dosa tersebut juga berbeda. Memang setiap dosa menyedihkan hati Tuhan, namun tidak semua dosa membawa konsekuensi hukuman maut (Lih 1 Yoh 5:16-17). ((Pembahasan lengkap tentang topik ini silakan membaca artikel “Masih perlukah sakramen pengakuan dosa bagian 1” – silakan klik)). Kita bisa melihat contoh dalam kehidupan sehari-hari, di mana dalam beberapa hal, kita dapat membedakan tingkatan dosa dengan cukup mudah. Berikut ini adalah beberapa perbedaaan antara dosa berat dan dosa ringan:
1) Secara nalar dosa berat dan dosa ringan berbeda, misalkan: mencubit lengan seseorang lebih ringan dosanya dibanding dengan memukul kepala seseorang dengan kayu. Tentu, kita mengetahui bahwa membunuh seseorang adalah dosa yang lebih berat daripada ketiduran saat berdoa yang disebabkan oleh tidak-disiplinan dalam meluangkan waktu untuk berdoa.
2) Dari efek yang mempengaruhi tujuan akhir: dosa berat membuat seseorang berbelok dari tujuan akhir, sedang dosa ringan hanya membuat seseorang tidak terfokus pada tujuan akhir namun tidak sampai berbelok dari tujuan akhir. Atau dengan kata lain, dosa berat menghancurkan tatanan dan menghancurkan kasih, sedang dosa ringan memperlemah kasih.
3) Keseriusan (gravity) dari dosa yang membawa konsekuensi yang berbeda, dimana orang berdosa berat tanpa bertobat dapat masuk neraka, sedang dosa ringan membawa hukuman sementara, baik di dunia atau di Api Penyucian.
4) Cara pertobatan yang berbeda. Karena dosa berat menghancurkan tatanan untuk sampai ke tujuan akhir, maka hanya kekuatan Tuhan saja yang dapat membawa kembali orang ini ke tatanan yang baik, contohnya: bagi yang belum dibaptis melalui Sakramen Baptis, dan bagi yang telah dibaptis dapat melalui Sakramen Tobat. Sedang dosa ringan, karena tidak berbelok dari tujuan akhir, maka dapat diperbaiki dengan lebih mudah.
5) Obyek (object) dan kategori (genus) antara dosa berat dan dosa ringan berbeda. Dosa berat dimanifestasikan sebagi perlawanan terhadap Tuhan, seperti: hujatan, sumpah palsu, penyembahan berhala, kemurtadan, dan juga melawan hukum kasih terhadap sesama, seperti: membunuh, berzinah, dll. Sedang dosa ringan tidak secara langsung melawan kasih terhadap Tuhan dan sesama, yang mungkin dapat diwujudkan dalam: perkataan yang sia-sia, dll.
Kita melihat bahwa dosa ringan dan dosa berat mempunyai obyek, kategori dan cara penanganan yang berbeda. Oleh karena itu, efek atau akibat yang ditimbulkan juga berbeda. Dosa berat berakibat pada siksa dosa abadi di neraka, sedangkan dosa ringan membawa siksa dosa sementara di purgatorium (api penyucian). ((Lihat KGK, 1031, 1472, 1861)) Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1472) mengatakan:
“Supaya mengerti ajaran [yaitu: purgatorium] dan praktik Gereja ini, kita harus mengetahui bahwa dosa mempunyai akibat ganda. Dosa berat merampas dari kita persekutuan dengan Allah dan karena itu membuat kita tidak layak untuk kehidupan abadi. Perampasan ini dinamakan “siksa dosa abadi“. Di lain pihak, setiap dosa, malahan dosa ringan, mengakibatkan satu hubungan berbahaya dengan makhluk, hal mana membutuhkan penyucian atau di dunia ini, atau sesudah kematian di dalam apa yang dinamakan purgatorium (api penyucian). Penyuciaan ini membebaskan dari apa yang orang namakan “siksa dosa sementara“. Kedua bentuk siksa ini tidak boleh dipandang sebagai semacam dendam yang Allah kenakan dari luar, tetapi sebagai sesuatu yang muncul dari kodrat dosa itu sendiri. Satu pertobatan yang lahir dari cinta yang bernyala-nyala, dapat mengakibatkan penyucian pendosa secara menyeluruh, sehingga tidak ada siksa dosa lagi yang harus dipikul“. Banyak ayat-ayat di Alkitab yang mendukung adanya siksa dosa abadi (eternal punishment). Dalam kitab Daniel dikatakan “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal“(Dan 12:2). Kita juga mengingat akan pengadilan terakhir, di mana yang tidak menerapkan hukum kasih akan dicampakkan ke dalam api yang kekal (Mt 25:41).
Gereja Katolik percaya akan dimensi sosial dari rencana keselamatan Allah.
Ada sejumlah orang percaya bahwa keselamatan adalah urusan setiap orang secara pribadi dengan Tuhan. Namun, sesungguhnya, karya keselamatan Kristus ditujukan bagi semua orang, sehingga ada dimensi sosial dari rencana keselamatan Allah bagi manusia. Rasul Paulus menegaskan tentang hal ini dalam beberapa suratnya. Rasul Paulus mengatakan, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.“(Rm 15:1). Paulus menegaskan bahwa kita semua adalah kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Ef 2:19). Bukankah di dalam keluarga kita jika ada anggota yang menderita, maka seluruh keluarga akan bekerjasama untuk meringankan penderitaan anggota keluarga. Sebaliknya, kalau salah satu anggota keluarga ada yang sukses, maka seluruh anggota bergembira dan mengecap kebahagiaan tersebut.
Persatuan kita di dalam keluarga Kristus yang diikat oleh kasih Kristus bersifat adi-kodrati (supernatural), dan persatuan ini tidak dapat dilenyapkan dengan apapun karena diikat oleh kasih Allah, yang dibayar dengan darah-Nya yang tertumpah di kayu salib. Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39). Persatuan keluarga yang diikat dalam kasih Kristus adalah Gereja. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Gereja adalah Tubuh mistik Kristus (Ef 5:23). Sama seperti perkawinan kudus, yang mempunyai satu mempelai pria dan satu mempelai wanita, maka Kristus adalah Kepala dari satu Tubuh mistik Kristus. Satu Tubuh mistik Kristus ini terdiri dari tiga keadaan, yaitu: 1) Gereja yang sedang mengembara di dunia ini, 2) Gereja yang sedang menderita di Api Penyucian (Purgatorium), dan 3) Gereja yang jaya, di Sorga. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 954) mengatakan “Tiga status Gereja.
“Hingga saatnya Tuhan datang dalam keagungan-Nya beserta semua malaikat, dan saatnya segala sesuatu takluk kepada-Nya sesudah maut dihancurkan, ada di antara para murid-Nya, yang masih mengembara di dunia, dan ada yang telah meninggal dan mengalami penyucian, ada pula yang menikmati kemuliaan sambil memandang ‘dengan jelas Allah Tritunggal sendiri sebagaimana ada-Nya'”. “Tetapi kita semua, kendati pada taraf dan dengan cara yang berbeda, saling berhubungan dalam cinta kasih yang sama terhadap Allah dan sesama, dan melambungkan madah pujian yang sama ke hadirat Allah kita. Sebab semua orang, yang menjadi milik Kristus dan didiami oleh Roh-Nya, berpadu menjadi satu Gereja dan saling erat berhubungan dalam Dia” (LG 49).
Oleh karena tiga status Gereja (mengembara, dimurnikan, dimuliakan) diikat oleh kasih Kristus, sedangkan pengertian kasih adalah menginginkan yang baik terjadi pada orang yang dikasihi, maka semua status Gereja tersebut saling bekerja sama atas dasar kasih untuk bersatu dalam kesatuan abadi di Sorga, dan menjadi persembahan yang murni dan tak bercela. (lih. Ef 5:27). Kalau kita mengatakan bahwa kita yang berada di dunia ini tidak dapat berhubungan dengan orang-orang yang telah memasuki Sorga atau sebaliknya, maka sama saja dengan kita mengatakan bahwa tempat dan status memisahkan kita dari kasih Kristus, yang berarti bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh oleh rasul Paulus. Sebaliknya rasul Paulus mengatakan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39)
Dari ayat ini, akan sangat sulit untuk membayangkan bahwa para kudus di Sorga berpangku tangan melihat begitu banyak penderitaan di dunia ini maupun di Api Penyucian, atau sebaliknya,Gereja yang sedang mengembara di dunia ini hanya berpangku tangan melihat penderitaan anggota keluarga Gereja yang dimurnikan di Api Penyucian. Oleh karena itu, masing-masing status Gereja tidak hanya berpangku tangan, karena bertentangan dengan kasih. Yesus mengatakan, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yoh 5:17) Dan di dalam Kitab Wahyu dikatakan “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.” (Why 5:8). Dari sini kita melihat bahwa Yesus tidak akan duduk diam di dalam Sorga. Para kudus juga tidak akan tinggal diam dan menikmati kebahagiaan Sorga tanpa secara aktif turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Oleh karena itu, masing-masing status Gereja saling membantu, di mana Gereja yang telah jaya di Sorga membantu Gereja yang menderita di Api Penyucian dan Gereja yang sedang mengembara di dunia. Sedangkan Gereja yang sedang mengembara di dunia dapat juga membantu Gereja yang sedang dimurnikan di Api Penyucian. Dan inilah yang disebut harta milik Gereja. Katekismus Gereja Katolik mengatakan:
KGK, 955 “Persatuan mereka yang sedang dalam perjalanan dengan para saudara yang sudah beristirahat dalam damai Kristus, sama sekali tidak terputus. Bahkan menurut iman Gereja yang abadi diteguhkan karena saling berbagi harta rohani” (LG 49).“
KGK, 974 “Karena semua kaum beriman membentuk satu Tubuh saja, maka harta milik dari yang satu disampaikan kepada yang lain… Dengan demikian orang harus percaya… bahwa di dalam Gereja ada pemilikan bersama… Yang paling utama dari semua anggota Gereja adalah Kristus, karena Ia adalah Kepala… Jadi milik Kristus dibagi-bagikan kepada semua anggota, dan pembagian ini terjadi oleh Sakramen-Sakramen Gereja” (Tomas Aqu., symb. 10). “Kesatuan Roh, yang olehnya [Gereja] dibimbing, mengakibatkan bahwa apa yang telah ia terima, menjadi milik bersama semua orang” (Catech. R. 1, 10,24).”
Gereja Katolik diberikan kekuasaan oleh Kristus untuk mengampuni dosa
Bagaimana masing-masing status Gereja (mengembara, dimurnikan, dimuliakan) dapat saling membantu? Gereja yang telah dimuliakan, yang terdiri dari orang-orang kudus, dapat membantu dengan doa-doa mereka, karena doa orang yang benar besar kuasanya (Yak 5:16). Sedangkan Gereja yang sedang mengembara di dunia ini dapat membantu sesama anggota Gereja yang masih mengembara di dunia dan anggota yang sedang dimurnikan, sehingga dapat bersatu dengan Gereja yang telah dimuliakan. Untuk tugas inilah, Kristus sendiri telah memberikan kuasa kepada Gereja. Pertama Kristus memberikan kuasa-Nya kepada Petrus dan para penerusnya, dengan mengatakan, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.“(Mt 16:19). Dan kepada para murid-Nya yang diteruskan oleh para imam, Kristus mengatakan, “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.“(Yoh 20:22-23) Semua kuasa-kuasa ini diberikan oleh Kristus kepada Gereja-Nya, sebagai Tubuh mistik Kristus, sehingga Gereja dapat mengantar seluruh anggotanya kepada persatuan abadi dengan Kristus. Oleh karena itu, Gereja juga diberikan kuasa untuk mengatur seluruh kuasa yang diberikan oleh Kristus. Kekuasaan yuridiksi ini diberikan oleh Kristus kepada Gereja untuk mengatur harta kekayaan rohani.
Indulgensi adalah manifestasi dari harta kekayaan rohani Gereja.
Pengaturan harta kekayaan rohani ini adalah bersumber pada Kristus dan para kudus. Seperti yang kita ketahui, bahwa kurban Kristus di kayu salib, bukan hanya cukup untuk menebus dosa manusia, namun merupakan penebusan yang berlimpah. ((lih. St. Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.46, a.2-3)) Rahmat berlimpah dari Kristus tidaklah kurang untuk memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia, namun Rasul Paulus menekankan seluruh umat beriman untuk turut berpartisipasi dalam sengsara Kristus, dengan mengatakan, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” (Kol 1:24). Para Santa-santo menjawab panggilan ini dengan sempurna mengikuti apa yang dilakukan oleh Kristus. Oleh karena itu, harta kekayaan rohani yang bersumber pada Kristus dan kekudusan dari para Santo-santa, mengalir secara melimpah kepada seluruh anggota Gereja. Dan distribusi kekayaan harta rohani ini dilakukan oleh Gereja, yaitu dengan indulgensi. Dengan indulgensi, Gereja memohon kepada Tuhan agar mengangkat siksa dosa sementara (seluruhnya atau sebagian) bagi orang-orang yang berada di dunia ini maupun yang berada di Api Penyucian, berdasarkan akan harta kekayaan Gereja dan kuasa yang diberikan oleh Kristus kepada Gereja-Nya.
Definisi indulgensi
Dari pemikiran di atas, mari sekarang kita masuk dalam definisi indulgensi. Secara jelas, Gereja mendefinisikan indulgensi sebagai berikut:
KGK, 1471: “Indulgensi adalah (1) penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk (2) dosa-dosa yang sudah diampuni. (3) Warga beriman Kristen (4) yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan (5) bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif”. “Ada indulgensi (6) sebagian atau seluruhnya, bergantung dari apakah ia membebaskan dari siksa dosa temporal itu untuk sebagian atau seluruhnya.” Indulgensi dapat diperuntukkan (7) bagi orang hidup dan orang mati (Paulus VI, Konst. Ap. “Indulgentiarum doctrina” normae 1-3).
KHK, 992: “Indulgensi adalah penghapusan di hadapan Allah hukuman-hukuman sementara untuk dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur, yang diperoleh oleh orang beriman kristiani yang berdisposisi baik serta memenuhi persyaratan tertentu yang digariskan dan dirumuskan, diperoleh dengan pertolongan Gereja yang sebagai pelayan keselamatan, secara otoritatif membebaskan dan menerapkan harta pemulihan Kristus dan para Kudus.”
Dari definisi di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut ini:
1) Penghapusan siksa dosa temporal: berarti bahwa indulgensi tidak dapat merubah keputusan Tuhan bagi orang-orang yang berada di siksa dosa abadi atau neraka. Oleh karena itu, indulgensi hanya dapat diterapkan bagi orang-orang yang masih hidup di dunia ini dan juga yang masih berada di Api penyucian. Dengan indulgensi, orang-orang yang masih hidup di dunia ini dapat menghindari siksa dosa sementara (di Api Penyucian)
2) Dosa-dosa yang sudah diampuni: berarti indulgensi mensyaratkan dosa-dosa yang sudah diampuni dan bukan dosa yang akan datang. Ini berarti pada waktu kita mendapatkan indulgensi dan kemudian berdosa lagi, maka kita juga perlu untuk mendapatkan indulgensi lagi untuk menghapuskan siksa dosa temporal.
3) Warga beriman Kristen: dalam hal ini adalah umat yang telah dibaptis. Kita tahu bahwa Sakramen Baptis adalah gerbang untuk semua sakramen dan berkat-berkat yang lain. Persyaratan yang lain adalah tidak terkena ekskomunikasi, dan dalam kondisi rahmat pada waktu melaksanakan indulgensi yang ditetapkan. ((Kanon 996: Kan. 996 – § 1. Agar seseorang mampu memperoleh indulgensi haruslah ia sudah dibaptis, tidak terkena ekskomunikasi, dalam keadaan rahmat sekurang-kurangnya pada akhir perbuatan-perbuatan yang diperintahkan. § 2. Namun agar orang yang mampu itu memperolehnya, haruslah ia sekurang-kurangnya mempunyai intensi untuk memperolehnya dan melaksanakan perbuatan-perbuatan yang diwajibkan, pada waktu yang ditentukan dan dengan cara yang semestinya, menurut petunjuk pemberian itu.))
4) Yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang jelas: Ini berarti Gereja tidak mengharuskan seseorang untuk menerima indulgensi. Namun Gereja memberikan kesempatan yang begitu banyak, sehingga umat beriman dapat menarik manfaatnya dari berkat ini. Dan Gereja juga memberikan persyaratan yang jelas tentang bagaimana untuk memperoleh indulgensi.
5) Dengan bantuan Gereja: Telah dibahas di atas bahwa Yesus sendiri yang memberikan kuasa kepada Gereja untuk memberikan indulgensi kepada umat Allah melalui Gereja. Indulgensi ini hanya dapat diberikan oleh Paus dan orang-orang yang mempunyai kuasa oleh hukum yang diberikan oleh Paus. ((Lihat Kan 995))
6) Sebagian atau seluruhnya: Lama dari siksa dosa sementara di Purgatorium tidak dapat ditentukan jangka waktunya. Gereja Katolik hanya memberikan indulgensi kepada umat sebagian atau seluruhnya, di mana sebagian berarti mengurangi waktu yang harus dijalankan di Purgatorium, sedangkan seluruhnya berarti dibebaskan dari Purgatorium.
(7) bagi orang hidup dan orang mati, artinya indulgensi dapat diberikan kepada orang yang mendoakan (yang masih hidup di dunia) dan orang mati (yang didoakan, yang sudah meninggal dunia, dan sedang mengalami proses pemurnian di Purgatorium/Api Penyucian).
Karena begitu pentingnya indulgensi dalam mencapai tujuan akhir, maka Gereja mengharuskan seluruh umat beriman untuk percaya akan dogma indulgensi. Konsili Trente mengatakan, “Terkutuklah kepada siapa yang mengatakan bahwa indulgensi adalah tidak berguna atau mengatakan bahwa Gereja tidak mempunyai kuasa untuk memberikannya.” ((Konsili Trente, sesi 25, Dekrit tentang Indulgensi/ Decree on Indulgences))
Perkembangan dari indulgensi
Perkembangan dari indulgensi dapat ditelusuri sejalan dengan perkembangan dari Sakramen Pengakuan Dosa. Pada awal perkembangannya, umat beriman harus mengaku dosa di depan umum dan kemudian uskup setempat memberikan suatu hukuman yang berat. Sebagai contoh orang yang melakukan dosa kemurtadan dapat dihukum selama tujuh tahun. Dan selama periode itu, orang tersebut harus melakukan penitensi, yang berat, seperti: berpantang dan berpuasa, berlutut dan berdoa di depan gereja, tidak diperkenankan untuk menerima Tubuh Kristus di dalam perayaan Ekaristi, dll. Namun, orang beriman yang lain dapat turut berpartisipasi untuk turut melakukan penitensi bagi orang tersebut, sehingga hukuman tersebut dapat diperingan. Hal ini juga diperkuat dengan para rahib yang dengan sukarela membantu orang-orang yang sedang sakit namun harus menjalankan penitensi. Semua ini membuktikan akan adanya ikatan dalam satu keluarga Tuhan.
Di abad 11, Paus Urban II pada tahun 1095, memberikan indulgensi bagi orang-orang yang memperjuangkan tanah suci. Dan di abad ke 15, Paus Callistus III (1457) dan Paus Sixtus IV (1476) memberikan indulgensi kepada orang yang telah meninggal, yang masih berada di Api Penyucian. ((Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma (Rockford, Illinois: Tan Books & Publishers, 1974), hal. 444)) Para teolog skolastik mendukung adanya kemungkinan untuk menerapkan indulgensi pada orang yang telah meninggal. ((St. Thomas Aquinas, Suppl, 71, 10)) Kita telah melihat di atas, bahwa persatuan umat Allah tidak dapat dipisahkan oleh maut sekalipun. Oleh karena itu, adalah hal yang logis, kalau indulgensi bukan hanya diperuntukkan untuk orang yang masih hidup, namun juga orang yang telah meninggal, yang tetap menjadi bagian dari Gereja yang menderita, di Api Penyucian.
Bagaimana untuk mendapatkan indulgensi?
Mari, sekarang kita melihat, bagaimana seseorang dapat menerima indulgensi. Indulgensi dapat diberikan kepada seorang Katolik yang berada dalam kondisi rahmat (in a state of grace). Karena indulgensi adalah pengampunan yang diberikan oleh Kristus melalui Gereja-Nya, maka orang yang menerimanya harus berada di dalam Gereja-Nya. Kondisi rahmat diperlukan karena tanpa rahmat Tuhan, maka semua perbuatan yang dilakukan tidak mungkin berkenan di hadapan Allah. Dan sama seperti orang yang ingin mendapatkan pengampunan harus menyatakan niatnya itu di hadapan Tuhan, maka orang yang ingin mendapatkan indulgensi harus mempunyai intensi untuk mendapatkannya dan melakukan apa yang harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang digariskan di dalam indulgensi.
Bagaimana untuk mendapatkan indulgensi penuh?
Seperti yang telah dijelaskan di atas, indulgensi dapat berupa indulgensi penuh dan indulgensi sebagian. Untuk mendapatkan indulgensi penuh, secara umum seseorang harus melakukan 1) pengakuan dosa dalam sakramen Pengakuan dosa, 2) berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi Kudus, 3) berdoa untuk intensi Paus, 4) melakukan apa yang ditentukan dalam ketentuan indulgensi dan melakukannya dengan hati yang menyesal, 5) bebas dari keterikatan akan dosa – bukan hanya dosa berat, namun juga dosa ringan. Kondisi terakhir inilah yang memang paling sulit untuk dilakukan. Jika hal ini tidak dipenuhi, maka seseorang akan mendapatkan indulgensi sebagian.
Bagaimana untuk mendapatkan indulgensi sebagian?
Beberapa hal di bawah ini adalah cara untuk mendapatkan indulgensi sebagian menurut the Handbook of Indulgences (New York: Catholic Book Publishing, 1991)
1) Doa (spiritual communion) yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.
2) Doa meditasi (mental prayer) yang dilakukan dengan teratur dan sungguh-sungguh.
3) Doa rosario yang dilakukan di gereja atau kapel atau dilakukan dalam keluarga, komunitas religius, atau komunitas yang lain.
4) Membaca Alkitab dengan penuh devosi dan hormat karena Alkitab adalah Sabda Tuhan dan sebagai bacaan rohani. Kalau membaca Alkitab dilakukan secara teratur minimal setengah jam, maka seseorang akan mendapatkan indulgensi penuh, jika kondisi yang lain juga dipenuhi.
5) Membuat tanda salib dengan sungguh-sungguh.
Menjawab beberapa keberatan indulgensi
Berikut ini mungkin adalah beberapa keberatan yang sering diajukan mengenai dogma indulgensi.
Keberatan (1): Upah dosa adalah maut, oleh karena itu tidak ada Api penyucian, yang ada hanyalah surga dan neraka.
Karena umat Kristen non-Katolik percaya bahwa hanya ada dua alternatif setelah kematian, maka indulgensi tidaklah diperlukan dan tidak berguna. Bagi orang yang telah masuk surga tidak memerlukan doa dan pengampunan, sedangkan bagi orang yang masuk neraka maka doa tidak akan mengubah keadaan mereka. Untuk menjawab keberatan ini, tidak ada cara lain kecuali mencoba menerangkan dari konsep dosa, yang memang terbagi menjadi dua seperti yang diajarkan dalam Kitab Suci. Pembahasan lengkap tentang hal ini, silakan membaca artikel tentang “Masih perlukah Sakramen Pengakuan Dosa – Bagian 1” (silakan klik). Dan dari pengertian akan dosa yang tidak membawa maut, maka Gereja Katolik mengenal adanya dogma “Api Penyucian“. Untuk menerangkan tentang dogma Api Penyucian, silakan untuk membaca artikel “Bersyukurlah, ada Api Penyucian!” (silakan klik).
Keberatan (2): Kristus telah membayar seluruh dosa kita, sehingga kita tidak perlu untuk membayarnya.
Dengan indulgensi seolah-olah penebusan Kristus tidaklah cukup untuk membayar seluruh dosa umat manusia. Lebih lanjut, karena umat Kristen percaya akan “hanya iman saja yang menyelamatkan/ sola fide” (lih. Rm 3:28; Rm 4:3-5; Rm 5:1-9, Ef 2:8), maka akan sulit menerima konsep indulgensi. Untuk menjawab keberatan ini, maka harus dimengerti bahwa indulgensi bukanlah membebaskan seseorang dari siksa dosa abadi atau neraka, namun dari siksa dosa sementara di Purgatorium. Dan semua jiwa yang ada di Purgatorium pasti masuk surga, hanya jiwa-jiwa tersebut perlu membersihkan diri mereka. Dan kalaupun kita masuk ke dalam Surga, maka semuanya itu adalah merupakan berkat dari Tuhan.
Keberatan (3): Indulgensi membuat pengorbanan Kristus seolah-olah tidak cukup.
Untuk memahami keberatan ini, maka ada suatu konsep mendasar yang berbeda antara Gereja Katolik dan non-Katolik, yaitu konsep mediasi (pengantaraan) dan partisipasi. Gereja Katolik, sama seperti gereja yang lain percaya bahwa pengorbanan Kristus di kayu salib bukan hanya cukup namun sungguh berlimpah, karena dilakukan oleh Kristus dengan didasari kasih yang sempurna. Prinsip mediasi dan partisipasi merupakan suatu prinsip bahwa seluruh bagian dari Tubuh Mistik Kristus berpartisipasi di dalam karya keselamatan Allah. Pada waktu kita dibaptis, kita sebenarnya juga menerima mandat dari Kristus untuk menjadi nabi, imam dan raja. Mandat ini merupakan partisipasi di dalam Kristus, tanpa mengurangi peran Kristus sendiri. Inilah sebabnya rasul Paulus mengatakan “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat [=ekklesia/Gereja]” (Kol 1:24).
Kita tahu bahwa tidak ada yang kurang dalam penderitaan Kristus, karena penebusan Kristus adalah sempurna. Namun Rasul Paulus mengatakan bahwa dia turut berpartisipasi dalam membangun tubuh Kristus, yaitu Gereja. Bukan karena penebusan Kristus kurang sempurna, namun Kristus sendiri yang menginginkan agar kita semua turut berpartisipasi dalam karya penyelamatan. Tubuh Mistik Kristus atau Gereja adalah Gereja yang satu – yang terdiri dari Gereja yang mengembara di dunia ini, Gereja yang menderita di Purgatorium, dan Gereja yang jaya di Surga – semuanya terikat dalam kasih untuk membangun Gereja. (lih. Lumen Gentium, 49) Oleh karena itu, indulgensi yang melepaskan seseorang dari siksa dosa sementara di Purgatorium merupakan perbuatan kasih yang begitu nyata. Gereja yang sedang mengembara di dunia ini dan Gereja yang jaya dapat turut mendoakan Gereja yang sedang menderita di Purgatorium, sehingga karena belas kasih Allah, maka mereka dapat diangkat ke Surga.
Bukankah kalau ada salah satu anggota dari keluarga kita ada yang kesulitan, maka seluruh anggota keluarga juga turut membantu?
Keberatan (4): Indulgensi seolah-olah hanya memperhatikan sesuatu yang sifatnya lahiriah.
Mungkin ada sejumlah orang yang berkeberatan dengan indulgensi karena dianggap bertentangan dengan ajaran Kitab Suci, yaitu agar kita tidak mempercayai hal-hal yang bersifat lahiriah (Flp 3:1-11). Untuk menjawab keberatan ini, mungkin kita perlu melihat definisi dari indulgensi sendiri yang menekankan akan persyaratan untuk menerima indulgensi, yaitu “untuk dosa-dosa yang sudah diampuni“. Dan untuk menerima indulgensi-pun mesnysratkan sikap batin yang sesuai, yaitu pertobatan. Artinya, tindakan yang terlihat sebagai suatu persyaratan dalam indulgensi adalah merupakan suatu ekspresi dari apa yang ada di dalam hati. Bukankah kalau seseorang menyanyi dengan sukacita bagi Tuhan, adalah suatu ekspresi apa yang ada di dalam hati, yaitu hati yang ingin memuji Tuhan?
Atau kalau seseorang mempunyai dosa mencuri dan kemudian orang itu tertangkap oleh polisi, maka walaupun orang tersebut telah meminta ampun kepada Tuhan, dia tetap harus menjalankan hukuman, misalnya didenda atau dipenjara. Proses ini sama seperti indulgensi, di mana umat Katolik meminta ampun kepada Tuhan dalam Sakramen Tobat, dan kemudian indulgensi adalah untuk membayar siksa dosa sementara.
Keberatan (5): Gereja tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni siksa dosa sementara.
Ada yang berpendapat bahwa Gereja tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa maupun menghapus/ melepaskan siksa dosa sementara. Namun pendapat ini tidaklah tepat, karena Gereja sebenarnya diberi mandat oleh Kristus sendiri untuk mengampuni dosa (Yoh 20:23), mengikat dan melepaskan dosa (Mt 16:19). Kalau kita memperhatikan, sebenarnya hampir semua gereja beranggapan bahwa dengan dibaptis, maka seseorang menerima pengampunan dosa. Dalam hal ini maka gereja-gereja tersebut sebenarnya meyakini konsep mediasi, di mana Gereja menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk mengampuni dosa orang yang dibaptis. Kalau kita setuju bahwa Tuhan memberikan kuasa yang lebih besar untuk mengampuni dosa lewat Gereja dan Gereja Katolik diberikan kuasa untuk mengikat dan melepaskan dosa, maka adalah sangat wajar jika ini juga termasuk kuasa yang lebih kecil, yaitu untuk mengampuni akibat dosa lewat indulgensi.
Indulgensi, harta Gereja yang membantu umat Allah untuk bersatu dengan Tuhan.
Dari semua pemaparan di atas, kita melihat bahwa kita sebenarnya harus bersyukur atas harta kekayaan rohani Gereja, yaitu rahmat yang mengalir dari misteri Paskah Kristus kepada anggota-anggota Tubuh-Nya. Dan kita juga mensyukuri rahmat para kudus, yang berpartisipasi dalam penderitaan Kristus, sehingga dapat menambah harta kekayaan rohani Gereja. Pada saat yang bersamaan, kita semua juga dipanggil untuk mengisi pundi-pundi kekayaan rohani Gereja dengan hidup kudus, seperti yang dikehendaki oleh Kristus sendiri. Dan rahmat yang berlimpah ini dipercayakan oleh Kristus kepada Gereja agar dibagikan kepada umat Allah, sehingga dapat membawa umat kepada persatuan abadi dengan Allah di Sorga. Selanjutnya, Gereja menggunakan wewenang yang dipercayakan oleh Kristus, dengan indulgensi. Mari, kita bersama-sama mensyukuri dan menggunakan indulgensi ini dengan sebaik-baiknya.
Shalom tim katolisitas, setelah membaca artikel tentang indulgensi di atas, saya memiliki sedikit pertanyaan:
1.apakah indulgensi penuh itu jarang atau bahkan tidak dapat dilakukan? mengingat kita selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. jadi siapakah yang bisa memperoleh indulgensi penuh?
2. dari artikel di atas ada tertulis bahwa pada abad II Paus Urban memberikan indulgensi atas mereka yang pergi melakukan perang salib. apakah itu berarti jika mereka meninggal selama perang, mereka akan langsung masuk ke api penyucian atau ke surga? mendengar alasan paus urban II mengeluarkan indulgensi itu kita bisa berpikir bahwa paus hanya ingin mengutamakan kepentingannya,bukan?indulgensi dipakai sebagai alat atau rangsangan agar banyak orang pergi berperang?
3.mohon penjelasannya mengenai doa mental pada poin kedua untuk memperoleh indulgensi sebagian?
Terima kasih sebelumnya…Salam damai dalam Tuhan Yesus…
Shalom Ayu Agustina,
1. Indulgensi penuh memang tidak mudah untuk didapatkan, namun bukan berarti bahwa itu adalah hal yang tidak mungkin. Tentang siapa yang bisa memperoleh indulgensi penuh, maka hanya Tuhan saja yang tahu. Menjadi bagian kita untuk sungguh-sungguh meminta dan berusaha untuk bebas dari keterikatan dosa dengan terus mengandalkan rahmat Allah. Kalau sampai kita tidak memperoleh indulgensi penuh, maka kita akan mendapatkan indulgensi sebagian.
2. Paus dapat memberikan persyaratan untuk mendapatkan indulgensi. Jadi, kalau dalam perang salib diberikan indulgensi penuh dan orang yang meninggal sungguh-sungguh menjalankan semua yang diminta dalam persyaratan ditambah dengan bebas dari keterikatan dosa, maka orang tersebut dapat masuk Sorga. Kalau kita melihat persyaratan untuk mendapatkan indulgensi, maka pada akhirnya adalah untuk memberikan kehidupan spiritual bagi umat beriman. Jadi, ini adalah hal yang baik.
3. Mental prayer adalah doa yang sungguh baik dan Gereja memandang baik bagi umat beriman untuk melakukannya, karena akan memberikan pertumbuhan spiritualitas yang luar biasa. Kita dapat melakukannya dengan meditasi atau kontemplasi secara teratur. Sebagai contoh, pada tahap awal, kita dapat merenungkan Sabda Tuhan dengan metode lectio divina, kemudian membiarkan Sabda Tuhan mengendap dan berbicara dalam hati kita. Atau dalam tahap selanjutnya adalah pertemuan hati kita dengan hati Allah dalam keheningan jiwa. Kalau hal ini dilakukan secara teratur, maka secara otomatis, kita akan semakin mencintai Allah. Dan untuk mendorong agar umat melakukan hal yang baik ini, Gereja juga memberikan indulgensi. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Pak Stefanus / Bu Inggrid,
Mohon saya lebih dijelaskan mengenai kalimat dari artikel diatas, yg berbunyi:
“dosa berat membuat seseorang berbelok dari tujuan akhir, sedang dosa ringan hanya membuat seseorang tidak terfokus pada tujuan akhir namun tidak sampai berbelok dari tujuan akhir”.
Mohon dijelaskan lebih ttg apa “tujuan akhir” itu? apakah “tujuan akhir” itu Tuhan?
Misalkan ada seseorang yg sulit mengendalikan utk tidak berbuat dosa, seorang psikopat, yg karena sakit jiwanya, membunuh orang lain, tapi di sisi lain, bila dia tidak membunuh, dia sering berdoa pada Tuhan, setiap saat dia menyesali dosanya, berinteraksi dg Tuhan sesering mungkin.
Apakah orang ini melakukan dosa ringan, karena pada akhirnya dia selalu kembali pada Tuhan?
Lalu bagaimana dengan seseorang tentara yang berperang dan membunuh musuhnya? dia membunuh karena itu adalah tugasnya, dia sangat dekat dengan Tuhan, bahkan dia berdoa sewaktu membunuh musuh2nya, apakah prajurit tsb juga berdosa berat?
mohon diingat, bahwa dalam peperangan, sangat tipis bedanya antara pihak yang benar dan salah, masing2 berperang dengan mengklaim bahwa dia membela kebenaran yg diyakininya.
Mohon penjelasan dari Katolisitas, terima kasih banyak sebelumnya.
Salam Damai dalam Kristus,
Dyonisius
Salam Dyonisius,
Secara prinsip, orang yang melakukan dosa berat dan tidak bertobat tidak akan mencapai tujuan akhir, yaitu Sorga. Hal ini dikarenakan dosa berat benar-benar membelokkan kita dari tujuan akhir dengan cara menghancurkan kasih.
Dinamakan dosa karena dilakukan oleh seseorang dengan kesadaran penuh. Dengan demikian, seorang psikopat yang menyadari bahwa dia telah melakukan sesuatu yang salah juga telah bertindak dosa. Apakah dosa berat atau dosa ringan yang dilakukan bukan tergantung dari apakah seseorang kemudian bertobat atau tidak. Dosa berat dilakukan ketika seseorang melakukan satu kesalahan yang berat, tahu bahwa itu adalah satu dosa dan walaupun tahu tetap dilakukan juga. Tentara dalam peperangan yang adil (just war) bukanlah satu dosa. Lihat teori akibat ganda ini – silakan klik. Pembahasan tentang dosa berat dan dosa ringan dapat dilihat di sini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Ibu Ingrid,
Apakah betul kita akan mendapatkan indulgensi jika menghadiri misa Jumat Pertama?
Apakah ada rahmat khusus yang dijanjikan Gereja untuk umat yang menghadiri misa Jumat Pertama?
Terima kasih Bu
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel tentang Bagaimana memperoleh Indulgensi, silakan klik di sini.
Doa dalam Misa Jumat Pertama, yang disertai dengan doa di hadapan Sakramen Mahakudus, mencakup doa silih dan doa Tantum Ergo, yang merupakan doa-doa yang jika didaraskan dengan sungguh dapat mendatangkan Indulgensi sebagian. Jika sebelumnya melakukan doa Jalan Salib ataupun doa Adorasi sakramen Mahakudus selama minimal setengah jam, dan dipenuhi keempat syarat khusus untuk Indulgensi penuh, dapat mendatangkan Indulgensi Penuh.]
dear katolisitas,
dengan demikian kalau seseorang misalnya sudah melakukan dosa berat (berzinah) lalu mengaku dosa (sudah diampuni) dan setelah itu orang itu meninggal tanpa terlebih dahulu melakukan dosa lagi, orang itu tetap masuk purgatorium (bukan masuk surga) karena siksa dosa orang itu masih ada?
mohon jawaban. terima kasih
Shalom Yusup,
Yang perlu diketahui adalah, Purgatorium yang bermakna pemurnian itu dapat terjadi sebelum atau sesudah kita wafat (lih. KGK 1472). Jika seseorang melakukan dosa berat dan kemudian bertobat dan tidak melakukan dosa itu lagi, artinya ia sudah sungguh bertobat. Maka pertanyaannya adalah apakah semasa hidupnya sesudah pertobatannya itu, ia telah sempurna dimurnikan oleh Allah? Pemurnian ini bisa melalui bermacam hal, lewat pengalaman sehari-hari termasuk lewat berbagai ujian hidup dan sakit penyakit, yang mengarahkan hati dan kehidupannya untuk bersatu sepenuhnya dengan Tuhan. Jika jiwa telah siap sepenuhnya untuk bersatu dengan Allah, maka ia dapat segera masuk Surga setelah kematiannya, namun jika ia belum sempurna, atau belum siap sepenuhnya, maka ia masih perlu melewati masa pemurnian dalam Api Penyucian, sebelum dapat bersatu dengan Tuhan di Surga.
Tentang hal ini, akhirnya hanya Tuhanlah yang mengetahui, apakah di saat wafat kita telah cukup melalui masa pemurnian dan dengan demikian siap memandang-Nya untuk bersatu dengan-Nya di surga; ataukah belum siap sehingga masih perlu dimurnikan dalam Api Penyucian. Bagian kita adalah mengusahakan pertobatan sejati, dan mengarahkan hidup kita untuk persatuan dengan Tuhan di surga, dengan menyatukan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Selebihnya, mari kita serahkan kepada kemurahan dan belas kasihan Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Ingrid,
Banyak terima kasih. Saya baru tahu bahwa pemurnian ato penyucian itu ada jg di saat kita masih hidup. Jika dmikianjika seseorang hbis berdosa berat lalu mengaku dosa, lalu mengalami penderitaan, bisa dikatakan bhwa penderitaan itu adlh penyucian?
[Dari Katolisitas: komen ini digabungkan karena masih satu topik:]
Dear katolisitas,
Sekalian mohon penjelasan lbh lanjut ato ilustrasi dr frase “pertoatan yg lahir adari cinta yang menyala nyala..”. Apakah kalau kita sungguh bertobat dan sungguh menyesal dan tdk melakukan dosa lagi krn ingin memperoleh hidup yg kekal ato tdak mau masuk neraka, itu jg termasuk dlm kategori “cinta yg menyala nyala”?
Terima kasih
Shalom Yusup,
1. Ya, sebagaimana disebutkan dalam Katekismus, proses pemurnian dapat terjadi semasa kita hidup di dunia. Namun istilah “Api Penyucian”/ Purgatorium memang secara khusus mengacu kepada keadaan pemurnian setelah kita meninggal dunia.
Jika setelah jatuh dalam dosa berat, seseorang mengalami masalah, itu adalah karena dosa pada dasarnya membawa konsekuensi/ akibat buruk bagi yang melakukannya (dan juga umumnya bagi orang lain). Jika Tuhan mengizinkan hal ini terjadi, kemungkinan Tuhan melihat bahwa melalui semua hal ini, orang tersebut dapat dimurnikan. Namun bukan Allah yang secara khusus merencanakan hal-hal yang buruk terjadi pada orang tersebut. Hal itu terjadi karena keputusannya sendiri.
2. Pertobatan yang lahir dari cinta yang menyala-nyala, artinya pertobatan yang motivasinya adalah kasih yang berkobar kepada Tuhan (istilah teologisnya adalah “filial fear”: takut menyakiti hati Tuhan). Sedangkan umumnya pada masa awal pertobatan, orang bertobat karena takut hukuman (istilah teologisnya adalah: “servile fear”: takut Tuhan karena takut masuk neraka). Nah pertobatan yang sejati dan sempurna adalah pertobatan yang didorong oleh motivasi kasih kepada Allah, dan bukan hanya semata takut dihukum. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Ingrid,
Banyak terima kasih.
Saya akui, memang pada awalnya saya mengaku dosa karena takut masuk neraka, namun setelah itu (apalagi setelah bersahabat dg Katolisitas) saya menjadi takut menyakiti hati Tuhan lagi).
[dari katolisitas: Pertobatan karena tidak mau menyedihkan hati Allah adalah pertobatan yang sungguh baik. Itulah sebabnya pertobatan seperti ini disebut pertobatan sempurna.]
shallom.. sy mau bertanya, seseorang yg jatuh dalam dosa berat dan sudah mendapatkan pengampunan dosa melalui pengakuan dosa apakah diperbolehkan untuk menerima komuni?? trimksh sblmnya admin..
[Dari Katolisitas: Ya, dapat. Memang jika seseorang yang berdosa berat, ia tidak boleh menerima Komuni, sebelum ia memperoleh pengampunan dalam sakramen Pengakuan Dosa, hal ini jelas disebutkan dalam Katekismus Gereja Katolik (lih. KGK 1385). Nah, jika absolusi sudah diberikan kepada peniten, dan penitensi sudah dilakukan, maka ia boleh menyambut Komuni.]
Shallom..
boleh saya bertanya? Kenapa di dalam gereja Katolik ada indulgensi sedangkan di dalam gereja Protestan indulgensi tidak ada?
Dan juga kenapa gereja Katolik harus berdoa lewat perantara para kudus?
Bukankah mereka yang telah mati sudah tidak mengurusi perkara dunia dan sudah ada bersama dengan Tuhan?
[dari katolisitas: Silakan melihat artikel indulgensi di atas – silakan klik. Tentang perantaraan para kudus – silakan klik dan klik ini. Semoga dapat membantu]
Shalom Pak Stef,
Saya mau bertanya mengenai cara mendapatkan indulgensi penuh utk org yg sudah meninggal. Kalau tidak salah dengar dan ingat, kata pastor dalam kotbahnya bahwa kita mendoakan satu arwah per satu doa dalam masa 1 minggu atau 1 bulan pada bulan November. Apakah betul demikian secara de fide atau hal itu merupakan wahyu pribadi dari seseorang yg diperoleh dari penampakan Tuhan Yesus? Jika merupakan de fide, maka alangkah baiknya hal ini diungkapkan secara lebih nyata kepada seluruh umat betapa pentingnya membantu saudara2 yg telah meninggal utk sesegera mungkin mendapatkan indulgensi penuh dan mencapai Surga.
Terima kasih atas jawabannya. Tuhan memberkati
Glenn
Shalom Glenn,
Ajaran yang mendetail tentang indulgensi tidak termasuk artikel iman ‘de fide’. Artikel ‘de fide’ yang berhubungan dengan ajaran tentang Indulgensi adalah:
1. Kristus mendirikan Gereja Katolik agar dapat melanjutkan karya penebusan-Nya sepanjang waktu. (de fide)
[Oleh karena itu Gereja diberi kuasa oleh Yesus untuk mebagi-bagikan rahmat yang diperlukan agar umat Tuhan dapat sampai kepada keselamatan, antara lain dengan sakramen-sakramen dan indulgensi].
2. Paus mempunyai kuasa yuridis penuh dan tertinggi atas seluruh Gereja Katolik, tak hanya dalam hal iman dan moral, tetapi juga di dalam hal disiplin Gereja dan pengaturan Gereja (de fide)
[Oleh karena itu Paus mempunyai kuasa untuk menentukan norma-norma/ disiplin yang harus dipenuhi agar rahmat Tuhan dapat diberikan kepada umat-Nya. Ketentuan yang cukup rinci tentang Indulgensi yang kita kenal sekarang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI melalui Sacred Apostolic Penitentiary, Joseph Cardinal Ferretto, sebagai kelanjutan dari Konstitusi Apostolik yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, yang teksnya bisa dibaca selengkapnya di link ini, silakan klik].
3. Umat beriman yang masih hidup dapat membantu jiwa-jiwa di dalam Api Penyucian melalui doa-doa syafaat/ permohonan mereka.
[Oleh karena itu umat yang masih hidup dapat memohon bagi keselamatan jiwa sesama yang sudah meninggal dunia, yang masih dimurnikan dalam Api Penyucian].
Sedangkan tentang detail ketentuan hal-hal yang berkaitan dengan syarat untuk memperoleh indulgensi, tidak termasuk butir de fide yang sifatnya mengikat dan harus ditaati oleh semua umat beriman. Karena indulgensi pada dasarnya adalah rahmat Tuhan yang dibagikan kepada umat-Nya, setelah pertobatan umat, maka sifatnya melibatkan kerjasama dari pihak umat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam mbak Ingrid,
mengenai indulgensia atau pengampunan, salah satunya melalui pengakuan dosa, sekarang disebut juga konsultasi, kepada imam, banyak sekali umat yg tdk mau masuk ruang pengakuan dosa kepd imam dan memilih berdoa dan mohon pengampunan melalui YESUS atau kepada ALLAH,…mengapa banyak umat yg sdh enggan masuk ruang pengakuan? Trims mbak Ingrid dan katolisitas.
Shalom Simon,
Indulgensi tidak sama dengan pengampunan. Indulgensi diberikan setelah dosa-dosa diaku-i dalam Sakramen Pengakuan dosa, jadi Indulgensi tidak menggantikan pengakuan dosa, dan tidak sama artinya dengan pengampunan. Mohon dibaca kembali artikel di atas. Juga, sakramen Pengakuan Dosa juga tidak sama dengan konsultasi dengan imam. Seseorang menerima rahmat pengampunan Tuhan lewat Sakramen Pengakuan dosa, sedangkan konsultasi tidak mendatangkan rahmat pengampunan dari Tuhan. Mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan dosa adalah cara yang dikehendaki oleh Kristus sendiri bagi kita, agar kita dapat memperoleh rahmat pengampunan Allah, dan hal ini jelas diajarkan Kristus dalam Yoh 20:21-23. Silakan membaca selanjutnya di artikel seri tentang Pengakuan Dosa di situs ini, terutama bagian 2 dan 3 (silakan klik di judul berikut):
Masih Perlukah Pengakuan Dosa (bagian 1)
Masih Perlukah Pengakuan Dosa (bagian 2)
Masih Perlukah Pengakuan Dosa (bagian 3)
Masih Perlukah Pengakuan Dosa (bagian 4- selesai)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Robertus,
Ajaran mengenai indulgensi [penghapusan siksa dosa] dan penggunaannya di dalam Gereja, terkait erat sekali dengan daya guna Sakramen Pengakuan (KGK # 1471). Indulgensi ialah penghapusan siksaan termporal akibat dosa yang sudah diampuni di hadapan Allah. Contoh: Saya memukul teman sampai giginya tanggal. Saya menyesal, mengaku dosa dalam Sakramen Tobat, menerima absolusi, menjalankan penitensi. Saya sudah diampuni. Saya pun meminta maaf ke teman itu dan sudah dimaafkan. Saya belikan dia gigi palsu. Namun, akibat dosa yang saya lakukan, tetap ada, yaitu temanku ompong. Saya merasa bahwa meskipun sudah diampuni, goresan luka dalam hati saya sendiri masih ada ketika melihat temanku yang bergigi palsu gara-gara pernah saya pukul. Rasanya tetap tersiksa. Siksa itu terhapus semua atau sebagian berkat indulgensi penuh atau sebagian.
Agar mengerti dengan lebih baik ajaran mengenai indulgensi, kita harus mengerti Siksa Dosa. Dosa memiliki akibat ganda. Dosa berat merampas kita dari persekutuan dengan Allah, membuat kita tidak layak untuk hidup abadi. Perampasan ini disebut “siksa dosa abadi”. Di sisi lain, setiap dosa (juga yang ringan), mengakibatkan hubungan retak, dan berbahaya bagi makhluk, yang mana membutuhkan penyucian baik di dunia maupun sesudah mati (kalau sesudah mati dilakukan dalam purgatorium). Penyucian ini disebut membebaskan dari “siksa dosa sementara”. Kedua bentuk siksa itu, baik siksa abadi maupun siksa sementara itu bukanlah semacam dendam Allah yang dikenakan kepada manusia dari luar, namun sebagai bentuk pertobatan dari dalam diri dan kodrat manusia itu sendiri. Suatu bentuk “siksaan” karena cinta yang menyala dan rindu keselamatan kekal. Suatu pertobatan yang lahir dari cinta yang menyala dapat mengakibatkan penyucian secara menyeluruh, sehingga tak ada siksa dosa lagi yang harus ditanggung. (bdk. KGK # 1472).
Pengampunan dosa dan pemulihan persekutuan dengan Allah mengakibatkan pembebasan dari siksa dosa abadi. Tetapi siksa dosa temporal tetap tinggal. Warga Kristen harus menerima siksa dosa sementara ini sebagai rahmat dengan menerima penderitaan itu dengan sabar dan kalau saatnya tiba, menerima kematian dengan tulus. Juga harus berusaha untuk meninggalkan “manusia lama” dan “mengenakan manusia baru” dengan perbuatan belas kasih, doa, dan aneka mati raga. (KGK # 1473).
Nah, dalam arti itulah indulgensi. Saya akan dipulihkan oleh karena indulgensi anugerah Gereja. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerima indulgensi, dengan persyaratan yang jelas (mis. menyesali dosa, mengaku dosa, menjalankan penitensi, menerima komuni, mendoakan intensi sri paus), memperolehnya berkat bantuan Gereja. Gereja sebagai pelayan pengudusan, secara otoritatif membagi-bagikan indulgensi dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus. Indulgensi diperuntukkan bagi orang yang masih di dunia maupun yang sudah meninggal dunia (Paus Paulus VI, konst. Ap. “Indulgentiarum doctrina” normae 1-3). Jadi, indulgensi ditetapkan oleh keputusan Gereja dalam waktu tertentu, baik indulgensi penuh maupun sebagian. Misalnya, saat World Youth Day, Hari Raya Peringatan Semua Orang Beriman tanggal 2 November, dsb. (lihat KGK # 1471). Indulgensi diberikan oleh Gereja, yang berkat wewenangnya untuk mengikat dan melepaskan yang diterimanya dari Yesus Kristus, membela warga Kristen yang bersangkutan dan memberikan kepadanya kekayaan jasa Kristus dan para kudus, supaya ia dapat menerima dari Bapa yang maha belas kasih, penghapusan atas siksa-siksa sementara yang harus ditanggung untuk dosa-dosanya. Gereja membantu warga Kristen dengan cara ini, dan mengajak mereka melakukan karya-karya amal, kesalehan dan pertobatan. (KHK # 1478).
Oleh karena umat beriman yang telah meninggal yang masih di jalan penyucian adalah juga anggota persekutuan para kudus ini, maka kita antara lain dapat membantu mereka memperoleh indulgensi. Dengan demikian dihapuskanlah siksa dosa sementara yang ditanggungnya dalam purgatorium. (KGK # 1479).
Jadi, indulgensi diperuntukkan bagi orang beriman yang ada di dunia dan di purgatorium. Oleh indulgensi, orang beriman dapat memperoleh penghapusan siksa akibat dosa yang sudah diampuni untuk diri sendiri, sesama maupun jiwa-jiwa di tempat penyucian (KGK # 1498).
Yang di neraka tidak bisa ditolong dengan cara apapun karena mereka sendiri tidak mau/ menolak ditolong Allah, karena tidak mengakui kasih dan kuasa-Nya secara definitif. Dengan kata lain, menghujat/menolak Roh Kudus (bdk. Luk 12:10). Di situlah para iblis yang menolak Allah secara definitif dan hanya mengalami kebencian kekal. Dalam arti itu, doa dan indulgensi untuk mereka sia-sia.
Namun demikian, kita tidak bisa men”cap” seseorang yang berdosa yang belum sempat bertobat sebagai “penghuni neraka” setelah kematian mereka. Dengan semangat kasih, kita, Gereja, tetap mendoakan semua orang beriman yang telah meninggal dan memohonkan indulgensi demi kerahiman Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus. Doa-doa kita selain berguna juga bagi jiwa orang lain, juga berguna bagi jiwa kita sendiri.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Shalom mbak Ingrid,
Saya mempunyai sedikit pertanyaan tentang Indulgensi ini.
Dahulu, saya mempunyai seorang teman (seorang Kristen juga) yang hidupnya kurang benar. Setelah melakukan pembunuhan, dia meninggal di dalam penjara karena keracunan minuman keras oplosan. Yang saya sayangkan, dia meninggal dalam keadaan dosa berat (mungkin, dalam keadaan belum bertobat). Sering saya bawa nama teman saya tersebut dalam doa. Tetapi setelah membaca artikel anda, timbul pertanyaan dalam hati saya;
a. Apakah Indulgensi tidak bisa diperuntukkan bagi mereka yang ada di neraka (bukan di api pencucian) ?
b. Sia-siakah doa yang saya kirimkan untuk teman saya ‘SEANDAINYA’ memang teman saya masuk neraka?
Terima kasih atas tanggapan yang mbak Ingrid berikan.
Tuhan Yesus memberkati …
[quote]Mama memaafkan saya, namun lumpur tetap meninggalkan noda di lantai yang baru saja dipel oleh mama. Akhirnya, mama menyuruh saya untuk mempertanggungjawabkan kesalahan saya dengan mengepel lantai yang kotor. Dari contoh sederhana ini, kita melihat bahwa akibat dari kesalahan yang saya perbuat, maka ada dua hal yang saya terima, yaitu: hukuman (siksa dosa) dan dosa (guilt)[1] Dosa (kesalahan) saya telah dimaafkan oleh mama saya, namun saya tetap harus menanggung hukuman – dengan mengepel lantai yang kotor – akibat kesalahan yang saya lakukan.[/quote]
Saya mau bertanya sedikit kalau diperbolehkan.
Apakah penyamun yang ada di sebelah Tuhan Yesus dalam Lukas 23:33-43 juga mengalami penyucian di purgatory sehubungan tentunya si penyamun juga punya tanggungan dosa ? Sedangkan di ayat ke-43 Yesus bilang dia akan bersama-sama Tuhan Yesus di Firdaus.
Terima kasih atas tanggapannya.
Shalom ad1,
Hal tentang penjahat yang bertobat, yang dihukum mati di sebelah kanan Yesus pernah dibahas di sini, silakan klik (terutama point 3 dan 4). Memang tidak disebutkan bahwa sang penjahat tersebut dimurnikan di Api Penyucian, namun dikatakan ia akan ada di Firdaus bersama dengan Tuhan Yesus, di mana Firdaus ini adalah tempat penantian di pangkuan Abraham, saat dia dikumpulkan bersama- sama dengan orang- orang benar yang telah meninggal sebelum Kristus. Pertanyaan selanjutnya mungkin adalah: Mengapa sang penjahat ini dibenarkan Allah? Jika melihat penjabaran dari St. Thomas Aquinas tentang Baptis Rindu (Baptism of desire, klik di sini) kita dapat melihat bahwa sang penjahat ini (Dimas namanya) bertobat dan mengimani Kristus sebelum wafatnya, dan bahkan pengakuan ini dibuatnya di hadapan orang- orang yang menolak untuk percaya kepada Kristus, secara khusus di hadapan sesama penjahat yang juga disalib di sebelah kiri Yesus. Dimas menyatakan imannya di saat ajalnya, di tengah kesakitan yang luar biasa yang dialaminya, dan penderitaan ini sendiri dapat merupakan masa pemurnian/ purgatorium baginya; sebab purgatorium ini tidak harus terjadi setelah seseorang wafat, namun bisa sudah dialami pada saat ia masih hidup.
Selanjutnya tentang Api Penyucian silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Redaksi Katolisitas
Dalam sebuah buku Begining Apologetic 8 ( by Frank Chacon & Jim Burnham ), yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ” Pembelaan Iman Katolik Jilid 1″. Disebutkan salah satu cara untuk mendapatkan Indulgensi sebagian adalah melakukan karya karitatif. yaitu Ada 7 Karya Karitatif Jasmani
1. Memberi makan pada orang ( Matius 25:35 )
2. Memberi minum pada yang haus ( Matius 25:35 )
3. Memberi pakaian pada yang telajang ( Matius 25:36 )
4. Memberi tumpangan kepada tunawisma ( Matius 25:35 )
5. Mengunjungi yang sakit ( Matius 25 :36 )
6. Mengunjungi tawanan ( Matius 25 :36 )
7. Menguburkan yang mati
7 karya karitatif rohani
1. Membimbing yang ragu-ragu
2. Mengajar yang tidak tahu
3. Menasihati pendosa
4. Menghibur yang sedih
5. Mengampuni kesalahan
6. Menanggung dengan sabar kepahitan hidup
7. Mendoakan yang hidup maupun yang mati
Saya sedang mencari referensinya, dari mana dasar Alkitab/ Ajaran Bapa Gereja tentang 7 karitatif jasmani maupun rohani ini. Bisa dibantu?
Terima kasih
Shalom Januar,
Dasar ajaran tentang karya karitatif adalah dari Kitab Suci, namun pengelompokkannya menjadi dua bagian -yaitu kartitatif jasmani dan rohani- diajarkan dengan jelas oleh St. Thomas Aquinas dalam bukunya Summa Theology, II-II, q. 32. a.2, silakan anda membaca selengkapnya di link ini, silakan klik. Ke-14 karya karitatif atau karya belas kasih yang dikenal juga sebagai “works of mercy” ini disebut juga dalam Katekismus Gereja Katolik no. 2447.
Sedikit tambahan, hal menguburkan orang mati, dasarnya adalah kitab Tobit (Tob 1:17; 12:12; 14:2).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Ingrid
Menyimak tulisan anda berikut ini :
hal menguburkan orang mati, dasarnya adalah kitab Tobit (Tob 1:17; 12:12; 14:2).
Bagaimana dengan Ibrahim yang menguburkan Sara istrinya dalam
Kej 23 : 4 “Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan MENGUBURKAN isteriku yang mati itu.”
Terima kasih
mac
Shalom Machmud,
Kej 23:4 memang dapat dikatakan sebagai salah satu ayat yang menyebutkan tentang teladan Bapa Abraham yang menguburkan istrinya, Sarah ketika ia wafat di tanah Kanaan. Namun di perikop itu tidak secara eksplisit dikatakan bahwa tindakan penguburan itu merupakan perbuatan kebajikan. Sedangkan dalam kitab Tobit, hal menguburkan jenazah tersebut jelas disebutkan sebagai salah satu perbuatan kebajikan yang berkenan di hadapan Allah, seperti juga mempersembahkan korban bagi Allah dan memberikan derma kepada orang miskin/ yatim piatu (lih. Tob 1, 12, 14).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
selamat siang,
Saya mau tanya, orangtua saya selalu tertarik mengikuti misa PASKAH or NATAl yg dipimpin oleh BAPA Suci Paus melalui TV.
Sy tertarik Bapa Paus menggunakan seluruh bahasa di dunia dengan mengucapkan selamat Natal atau selama Paskah satu persatu dalam bahasa masing2 negara termasuk Indonesia. Ini dilakukan setiap perayaan Natal dan Paskah dengan siaran langsung.
Pertanyaan saya apakah siapa saja yang mendengarkan mengikuti misa perayaan natal dan paskah yg dipimpin langsung oleh Bp Paus akan mendapatkan indulgensi penuh spt yg dikatakan romo pemandu. Dalam bulan Mei lingkungan orangtua kita tiap hari mengadakan doa rosario dan sharing.
Mohon jawabannya spy orangtua sy mantap. Berkah dalem
Shalom Mikhael,
Agaknya anda perlu memahami terlebih dahulu pengertian tentang Indulgensi, seperti yang pernah dibahas di atas ini, silakan klik
Mengenai Indulgensi penuh (penghapusan semua hukuman sementara untuk semua dosa yang sudah diampuni) ada persyaratannya. Sedangkan jika indulgensi sebagaian, maka artinya yang dihapuskan adalah sebagian hukuman saja. Menonton dan mengikuti acara Misa Paskah dan Natal yang dipimpin Bapa Paus melalui TV dapat menjadi salah satu syarat bagi Indulgensi penuh, namun tidak cukup hanya menonton/ mengikuti itu saja. Untuk mendapatkan indulgensi penuh, secara umum seseorang harus melakukan 1) pengakuan dosa, 2) berpartisipasi dalam Ekaristi Kudus, 3) berdoa untuk intensi Paus, 4) melakukan apa yang ditentukan dalam ketentuan indulgensi dan melakukannya dengan hati yang menyesal, 5) bebas dari keterikatan akan dosa – bukan hanya dosa berat, namun juga dosa ringan. Kondisi terakhir inilah yang memang paling sulit untuk dilakukan. Jika hal ini tidak dipenuhi, maka seseorang akan mendapatkan indulgensi sebagian.
Untuk memahami apa itu Indulgensi penuh dan indulgensi sebagian, silakan baca artikel di atas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam,
Terima kasih sekali atas artikel Idulgensinya dan juga posting mengenai waktu2 khusus untuk mendapat idulgensi, tapi kok dalam bahasa inggris ya… Apakah ada yang dalam bahasa Indonesia?
Terima kasih
[dari katolisitas: maaf, karena keterbatasan waktu, kami tidak sempat menterjemahkannya.]
Shalom Katolisitas.org,
Saya seorang Kristen Protestan dan saya ingin mengetahui lebih jauh tentang konsep purgatorium di dalam Iman Katholik, apakah ada ayat-ayat di Alkitab (baik Kitab kanonik Protestan mau pun Deutrokanonika) yang menjelaskan mengenai Purgatorium?
Mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan, saya hanya ingin mengetahui pandangan dari gereja Katholik sebagai bagian dari Tubuh Kristus yang sama-sama mengembara di dunia.
Tuhan Yesus Memberkati
[Dari Katolisitas: Tentang Purgatorium (Api Penyucian) sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]
Salam Stef dan Inggrid
Saya pernah membaca ada dua macam indulgensi: indulgensi sebagian dan indulgensi seluruhnya.
INDULGENSI SELURUHNYA: indulgensi seluruhnya menghapuskan seluruh hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita.
INDULGENSI SEBAGIAN: indulgensi sebagian menghapuskan sebagian hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita.
Pertanyaannya, atas dasar apa Gereja bisa menetukan Indulgensi seluruhnya/sebagian….? Apakah ini tidak dapat salah..?
Salam damai
A.Dirgantoro
Shalom A. Dirgantoro,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang indulgensi. Silakan membaca terlebih dahulu artikel indulgensi di sini – silakan klik, yang menerangkan tentang indulgensi penuh dan indulgensi sebagian. Dasar dari Gereja menentukan indugensi adalah kuasa yang diberikan Yesus kepada Gereja-Nya untuk mengikat dan melepaskan (lih. Mt 16:16-19; Yoh 20:22-23). Kalau Yesus telah memberikan kuasa-Nya kepada Gereja, maka kita tidak perlu ragu. Di samping itu, disposisi hati dari orang yang ingin mendapatkan indulgensi adalah sangat penting. Untuk mendapatkan indulgensi penuh, seseorang harus menyesali dosanya dan bertobat dengan mengaku dosa, melakukan persyaratan yang diminta, serta yang terberat adalah terbebas dari dosa, termasuk dosa ringan (venial sin) – seperti: terbebas dari keterikatan hal-hal duniawi, menolak hal-hal yang tidak baik termasuk dalam pikiran, tidak gagal melakukan perbuatan baik, dll. Kalau orang terbebas dari venial sin, maka dia adalah orang yang suci, dan berbahagialah orang yang suci hatinya, karena dia akan melihat Allah (lih. Mt 5:8). Kalau kita analisa lebih lanjut, bukankah dasar ini, sebenarnya lebih kuat dibandingkan dengan orang-orang yang mengklaim bahwa dirinya pasti selamat, walaupun masih terikat pada banyak dosa? Semoga jawaban ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom, katolisitas.org
Saya ingin bertanya mengenai beberapa hal, dan sebelumnya saya meminta maaf bila sebenarnya pertanyaan saya sudah pernah dijawab, mungkin saya tidak membaca secara detail atau belum menemukannya. Saya bertujuan memperteguh iman Katolik saya dalam hal ini. Yang saya ingin tanyakan adalah sebagai berikut:
1) Apakah yang dimaksud dalam Mt 16:19, yang diikat dan dilepas adalah ‘dosa’? Atau memiliki maksud lain? Dari manakah kita bisa mengerti bahwa yang dimaksud adalah ‘dosa’ atau hal-hal lain tersebut?
2) Bila derma merupakan salah satu syarat penerimaan Indulgensi, apakah berarti bahwa perbuatan kasih menghapus dosa, dan apakah bertentangan dengan Alkitab?
3) Mungkin sedikit menyimpang, namun saya ingin meminta pendapat katolisitas.org. Bagaimana cara untuk mempertahankan iman kita, sekalipun dipertanyakan oleh banyak orang yang jauh lebih pandai dari saya sendiri?
Terima Kasih, dan Tuhan Beserta-mu.
Dominus vobiscum.
Shalom Yohanes,
1. Tentang Mat 16:19
Yang dimaksud dengan “yang diikat dan dilepas” di sini memang maksudnya adalah pengajaran yang berkaitan dengan iman dan moral. Dengan sendirinya, pelanggaran akan apa yang telah ditetapkan sebagai sesuatu yang mengikat secara iman dan moral, disebut sebagai dosa. Karenanya, apa yang diikat dan dilepaskan itu juga mengacu kepada dosa.
Kita mengetahui bahwa “yang diikat dan dilepas” ini berhubungan dengan ajaran iman dan moral jika kita mengetahui konteks latar belakang bahasa (sintaksis) dari ungkapan ini. Hal ini kita ketahui misalnya dari tulisan ahli sejarah Flavius Josephus di abad ke-1. Umat Yahudi pada saat itu memahami istilah “mengikat dan melepaskan” sebagai otoritas untuk mengatur, yang mengikat atau melepaskan masyarakat dari suatu kewajiban, untuk menghukum atau untuk mengampuni, dan untuk menentukan sesuatu sebagai sesuatu yang sah atau tidak sah, boleh atau tidak boleh dilakukan. Kuasa ‘mengikat dan melepaskan‘ ini diberikan oleh Ratu Alexandra (76-67 BC) kepada kaum Farisi. Kuasa inilah yang sering menjadi pertentangan antara para Rabi golongan Shamma dan Hillel, pada jaman Yesus, karena yang diikat oleh golongan yang satu dilepaskan oleh yang lain, demikian sebaliknya. Di sini Josephus tidak meragukan bahwa maksud ungkapan ‘mengikat dan melepaskan‘ itu berkaitan dengan otoritas (lihat Stanley L. Jaki, The Keys of the Kingdom (Chicago: Franciscan Herald Press, 1986), p.43). Maka Yesus mengakhiri kesimpangsiuran ini dengan memberikan otoritas yang benar kepada Petrus, yang dipercayakan untuk memimpin Gereja-Nya.
2. Apakah derma = salah satu syarat penerimaan indulgensi, perbuatan kasih menghapus dosa, apakah bertentangan dengan Alkitab?
Mohon anda membaca kembali artikel indulgensi di atas. Lihat kembali definisi yang disebut dalam Katekismus:
KHK 992 “Indulgensi adalah penghapusan di hadapan Allah hukuman-hukuman sementara untuk dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur, yang diperoleh oleh orang beriman kristiani yang berdisposisi baik serta memenuhi persyaratan tertentu yang digariskan dan dirumuskan, diperoleh dengan pertolongan Gereja yang sebagai pelayan keselamatan, secara otoritatif membebaskan dan menerapkan harta pemulihan Kristus dan para Kudus.”
Mohon dilihat di sana, bahwa yang dihapus melalui indulgensi adalah bukan dosa- dosanya, tetapi hukuman- hukuman sementara untuk dosa- dosa yang sudah diampuni dalam Sakramen Pengakuan Dosa. Jadi anda keliru jika berpikir bahwa Gereja mensyaratkan derma untuk pengampunan dosa. Tidak demikian. Walaupun dikatakan di Alkitab bahwa kasih menutupi banyak sekali dosa (1 Pet 4:8) namun tidak dikatakan bahwa asalkan berbuat kasih, maka dosa apapun diampuni tanpa perlu diakui dan disesali.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa setiap dosa mendatangkan akibat, dan ada hukuman/ konsekuensi yang harus dilunasi oleh orang tersebut, yang dapat dilakukan semasa hidupnya atau sesudah kehidupan di dunia ini. Indulgensi dimaksudkan untuk menghapuskan hukuman ini, ketika dosa yang menyebabkannya sudah diakui oleh yang berdosa dan ia telah diampuni oleh Tuhan. Analoginya adalah seorang anak kecil yang memasuki rumah yang bersih dengan kakinya yang berlumpur. Ibu anak itu dapat memaafkan kesalahan anak itu, namun anak itu tetap harus membersihkan noda kotorannya. Maka, indulgensi dimaksudkan untuk mengurangi hukuman (indulgensi sebagian) atau menghapuskannya (indulgensi penuh). Silakan membaca kembali artikel di atas.
3. Bagaimana cara untuk mempertahankan iman kita?
Pertama- tama adalah, anda harus mengetahui/ mengenal dan memahami ajaran iman kita. Sebab jika kita tidak tahu akan ajaran iman kita, kita menjadi mudah dibingungkan oleh banyak pandangan di dunia. Untuk itu kita perlu membaca Kitab Suci dan mempelajari ajaran Gereja Katolik.
Kedua adalah dengan berusaha mendalami dan mengahayatinya. Kita harus semakin menggali iman kita dan berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran iman kita, sebagai bukti penghayatan iman kita.
Ketiga adalah doa. Sebab di atas semuanya, rahmat Tuhanlah yang memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap bertahan dalam iman, pengharapan dan kasih.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
“Indulgensi bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian, dengan cara melakukan kunjungan ke makam dan berdoa di sana bagi jiwa yang didoakan di Api Penyucian. Indulgensi penuh diberikan jika kunjungan dan doa di makam dilakukan pada 1-8 November, dan indulgensi sebagian jika dilakukan pada hari lain.”
Indulgensinya diberikan bagi jiwa2 yg didoakan atau bagi mereka yg mendoakan?
Mohon pencerahannya.
-novenna-
Shalom Novenna,
Silakan anda membaca kembali artikel di atas, dan di bagian definisi, disebutkan demikian (lihat secara khusus point.7):
KGK, 1471: “Indulgensi adalah (1) penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk (2) dosa-dosa yang sudah diampuni. (3) Warga beriman Kristen (4) yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan (5) bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif”. “Ada indulgensi (6) sebagian atau seluruhnya, bergantung dari apakah ia membebaskan dari siksa dosa temporal itu untuk sebagian atau seluruhnya.” Indulgensi dapat diperuntukkan (7) bagi orang hidup dan orang mati (Paulus VI, Konst. Ap. “Indulgentiarum doctrina” normae 1-3). (KGK, 1471)
Maka indulgensi dapat diberikan kepada orang yang mendoakan (yang masih hidup di dunia) maupun kepada orang yang didoakan (yang sudah meninggal, yang berada di Api Penyucian).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam dan berkah dalem
saya sangat senang dan bangga dengan adanya website ini, walaupun saya juga menyadari semakin misteri tersebut didekati semakin banyak yang kita tidak ketahui dengan pasti, namanya juga misteri. Tapi dengan berbagai pencerahan dari katolisitas, sungguh saya sangat terbantu dalam pemahaman dan penghayatan iman saya sebagai seorang katolik. Saya ingin menayakan satu hal berkaitan dengan indulgensi, apakah orang bisa mendapatkan indulgensi sebagian dari perbuatan-perbuatan baik yang dia lakukan, selain dari doa-doa seperti yang sudah diterangkan di depan. Trima kasih
salam
Paulus P
Shalom Paulus P,
Terima kasih atas dukungannya untuk karya kerasulan ini. Kita juga dapat mendapatkan indulgensi, dengan cara mempersembahan doa penyerahan pada pagi hari berikut ini, yang diikuti dengan perbuatan – doa maupun tindakan lain.
Untuk daftar indulgensi sebagian dapat dilihat di sini (silakan klik). Dan untuk indulgensi penuh dapat dilihat di sini (silakan klik). Dari daftar yang begitu panjang tersebut, maka anda dapat melakukannya dalam berbagai kesempatan setiap hari. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Selamat siang,
Saya mau tanya apakah ada artikel atau tanya jawab mengenai :
Tuhan tidak mengampuni dosa orang mati.
Saya juga ingin bertanya, jika TUhan tidak mengampuni dosa orang mati, apakah kegunaan atau fungsinya kita mendoakan orang2 yang sudah meninggal?
Terimakasih
Shalom Fransisca,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang apakah Tuhan mengampuni dosa orang mati. Kalau mau mengerti lebih jauh tentang hal ini, anda dapat membaca artikel tentang indulgensi di sini (silakan klik). Kita percaya bahwa pada saat seseorang meninggal, maka orang tersebut akan langsung mengalami pengadilan khusus, di mana seseorang dapat masuk ke: 1) Sorga, 2) Purgatorium, 3) neraka. Semua yang masuk dalam Purgatorium hanya ada satu jalan, yaitu ke Sorga. Prinsip yang lain, yang harus kita pegang adalah bahwa dosa mempunyai konsekuensi ganda. Orang yang meninggal dalam kondisi dosa berat, akan menerima konsekuensi siksa hukum abadi di neraka, sedangkan yang meninggal tidak dalam kondisi dosa berat akan menerima siksa hukum sementara di Purgatorium.
Dengan demikian, pertanyaan apakah Tuhan mengampuni dosa orang mati perlu dimengerti dengan benar. Tuhan akan mengadili kita berdasarkan apa yang kita perbuat, yang kita percayai sebelum kita meninggal atau selama kita berada di dunia ini. Setelah meninggal, kita hanya menunggu belas kasih Tuhan di dalam pengadilan terakhir. Dengan demikian, doa-doa kita sungguh berguna bagi orang-orang yang telah meninggal dan masih berada di Purgatorium, sehingga mereka dapat segera bersatu dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga. Namun, doa-doa kita tidak dapat membantu orang-orang yang telah berada di neraka. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Dh Pak Stef,
Terimakasih sekali atas info dan penjelasannya. Saya merasa sangat dibantu dalam banyak hal lewat website ini.
Mengenai doa2 kita yang dapat membantu orang2 yang berada di purgatorium, dan tidak membantu orang2 yang sudah berada di neraka.
Saya ingin melanjutkan pertanyaan saya. Suatu hari, ada seseorang (saudara kita yg beragama kristen) yang menyatakan bahwa Orang yg sudah mati ya mati, tidak usah didoakan lagi. Tentu saja ini karna mereka tidak mengenal “purgatorium”, hanya surga dan neraka.
Selanjutnya beliau bilang, kalau orang mati bisa diampuni dosanya, enak donk orang2 yg punya banyak saudara2 dan teman2 di persekutuan dsb atau orang kaya yg punya banyak duit yang bisa menyuruh orang untuk mendoakan keluarganya yg sudah meninggal supaya masuk surga. Kalau begitu berdosa saja di dunia, nanti tinggal didoakan oleh keluarga atau sodara2nya.
Menurut anda, jawaban apa yang harus saya lontarkan, mengingat mereka tidak mengakui istilah purgatorium ini?
Dan bagaimana kita (misalnya ketika mendoakan arwah seseorang dalam doa umat di gereja) bisa mengetahui orang2 yg sudah meninggal itu melakukan dosa berat yang mendatangkan maut atau tidak? Karena kalo dipikir2, kita sia2 donk mendoakan orang mati yg sudah berada di neraka?
Terimakasih banyak. Maaf kalau sudah pernah ada yg bertanya.
Fransiska
Shalom Franciska,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang mendoakan orang yang telah meninggal. Mendoakan orang meninggal bukan hanya karena kita percaya akan Api Penyucian, namun kita juga percaya akan persekutuan para kudus. Kita semua, yang terikat di dalam kasih Kristus tetaplah hidup, walaupun telah meninggal (lih. Rm 8:38-39). Dengan demikian, orang yang mengatakan “kalau orang mati bisa diampuni dosanya, enak donk orang2 yg punya banyak saudara2 dan teman2 di persekutuan dsb atau orang kaya yg punya banyak duit yang bisa menyuruh orang untuk mendoakan keluarganya yg sudah meninggal supaya masuk surga. Kalau begitu berdosa saja di dunia, nanti tinggal didoakan oleh keluarga atau sodara2nya.” sebenarnya tidak tahu secara persis pengajaran Gereja Katolik tentang persekutuan para kudus. Umat Protestan percaya bahwa setelah meninggal, hubungan mereka terputus sama sekali dengan umat yang masih hidup. Namun, Gereja Katolik percaya bahwa walaupun seseorang meninggal, namun mereka masih terikat dalam kasih Kristus, membentuk Gereja yang satu.
a) Kembali saya ingin menegaskan bahwa tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan kita setelah kita meninggal dunia. Doa orang-orang yang berada di dunia ini, tidak dapat menjadikan seseorang yang tadinya ke neraka menjadi ke Sorga. Kondisi dari orang yang telah masuk neraka tidak akan berubah, walaupun dengan doa-doa umat beriman di dunia ini maupun santa-santo di Sorga. Yang bisa didoakan adalah orang-orang yang masih berada di Api Penyucian, agar mereka dapat bersatu dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga. Dalam setiap misa, Gereja sebenarnya mendoakan semua jiwa-jiwa di dalam Api Penyucian. Oleh karena itu, baik miskin maupun kaya akan tetap didoakan oleh Gereja. Tanya jawab tentang mengapa orang Katolik mendoakan orang-orang yang telah meninggal dapat dibaca di sini (silakan klik). Dialog panjang tentang persekutuan para kudus dapat dibaca di sini (silakan klik).
d) Kita tidak dapat mengetahui secara persis dan pasti bahwa orang-orang yang telah meninggal telah berada di Sorga, kecuali Gereja menyatakan orang tersebut sebagai santa-santo. Namun, kita percaya bahwa tidak ada doa yang percuma. Oleh karena itu, kalau kita mendoakan seseorang, namun dia telah berada di Sorga atau neraka, maka Tuhan tetap dapat menggunakan doa-doa kita bagi jiwa-jiwa yang masih berada di dalam Api Penyucian. Oleh karena itu, dalam mendoakan jiwa-jiwa yang telah meninggal, selain menyebutkan nama secara spesifik, kita juga mengatakan bagi semua jiwa-jiwa di Api Penyucian.
Bayangkan, A bersahabat dengan B, dan hidup terpisah. Karena suatu hal, A jatuh sakit dan B mengetahui bahwa A sakit. Tentu saja B akan berdoa bagi kesembuhan A. Kalaupun kemudian A dan B tidak bisa berkomunikasi lagi karena suatu hal, maka tidaklah menjadi masalah kalau B terus berdoa bagi kesembuhan A. Kalau A masih sakit, maka doa tersebut berguna. Kalau A telah sembuh, maka Tuhan juga dapat mempergunakan doa si B untuk kesembuhan jasmani maupun kesembuhan yang lain, seperti kesembuhan rohani dari A. Contoh ini adalah sama seperti hubungan kita dengan umat beriman yang masih berada di Api Penyucian.
Silakan membaca kedua link yang saya berikan. Kalau setelah membaca, anda masih mempunyai pertanyaan, silakan bertanya kembali. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Dh Pak Stef,
Terimakasih banyak untuk jawabannya yang sangat cepat dan juga penjelasannya, sangat membantu saya yang ingin mendalami iman katolik melalui internet..
Terima kasih kepada Pak Stef dan Ibu Inggrid yang telah dengan tekun mengasuh website ini..
Semoga Tuhan selalu memberkati dan membimbing Anda berdua..
Fransiska
Salam Kasih dalam Kristus Yesus,
Ytk, bp Stefanus
Sehubungan besarnya manfaat Indulgensi bagi kita orang Katolik.
Apakah gereja ada mengeluarkan daftar waktu dan doa agar dapat memperoleh Indulgensi baik penuh maupun sebagian pada setiap tahun Liturgi ?
Tentunya diluar yang regular seperti bapak jelaskan diatas.
Sekiranya ada mohon kami diberi.
Semoga kita semakin mengenal dan mengasihi Iman Katolik.
Terimakasih, Semoga Kasih-Nya senantiasa beserta kita.
Shalom Budijanto Maslim,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang waktu-waktu khusus untuk mendapatkan indulgensi yang diberikan Gereja. Untuk daftar indulgensi sebagian dapat dilihat di sini (silakan klik). Dan untuk indulgensi penuh dapat dilihat di sini (silakan klik), di mana dituliskan sebagai berikut:
Obtainable on special occasions
Papal Blessing – even by radio
Closing Mass of a Eucharistic Congress
During a Diocesan Synod
During a Pastoral Visitation
Obtainable on special days
1st January
Each Friday of Lent and Passiontide after communion
Holy Thursday
Good Friday
Paschal Vigil
Feast of Pentecost [26 May in 1996]
Feast of Corpus Christi – 2nd Thursday after Pentecost
Feast of the Most Sacred Heart of Jesus – 3rd Friday after Pentecost
Feast of the Holy Apostles Peter and Paul – 29 June
“Portiuncula” – 2 August
November 1-8
All Souls Day – November 2
Last Day of the Year
Visit to a Church or Oratory of Religious on the Feast of the Holy Founder
Titular Feast of the Parochial Church
Visit to a Church or an Altar on the day of its consecration
Obtainable on special days at special places
Visit to the Patriarchal Basilicas in Rome
Visit to the Stational Churches of Rome
Obtainable on special occasions in one’s life
First Communion
Attending a mission
Spiritual Exercises
First Mass of newly-ordained Priests
Jubilees of Sacerdotal Ordination
The Moment of Death
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom
Puji Tuhan dan terima kasih karena team katolisitas selalu membalas pertanyaan – pertanyaan yang saya kirimkan. Mohon maaf jika pertanyaan saya yang sekarang mungkin sudah pernah ditanyakan.
Salah satu alasan Reformasi Protestan terjadi karena Marthin Luther tidak setuju gereja menjual surat pengampunan dosa untuk jiwa – jiwa di api penyucian. Dan dana yang didapat digunakan untuk membangun Gereja St. Petrus (itu yang saya tahu, mohon koreksi jika salah). Yang ingin saya tanyakan, apakah praktek penjualan surat pengampunan dosa waktu itu adalah suatu kebenaran karena Paus yang memutuskan? atau suatu bentuk kesalahan gereja katolik waktu itu? Karena jika memang adalah merupakan kesalahan gereja, saya pikir wajar – wajar saja jika Marthin Luther memprotes keputusan tersebut dan keluar dari gereja Katolik. Mohon penjelasannya. Terima kasih.
Shalom Nico,
Terima kasih atas pertanyaannya dan juga dukungannya kepada katolisitas.org. Untuk membahas tentang indulgensi, silakan membaca terlebih dahulu artikel tentang indulgensi di sini (silakan klik). Kemudian dalam hubungannya dengan Martin Luther, silakan untuk melihat tanya jawab di sini (silakan klik). Secara prinsip tidak ada yang salah dalam pengajaran Gereja Katolik. Namun, tentu saja ada oknum yang tidak dengan benar-benar menjalankan pengajaran Gereja. Dan hal ini terjadi di mana-mana. Sama seperti Yesus juga mempunyai Yudas, murid yang mengkhianati-Nya. Tidak berarti bahwa kalau kita tahu Yudas mengkhianati Yesus dan pengajaran Kristus, maka kita memutuskan untuk tidak menjadi murid Kristus lagi. Demikian juga, pada saat kita melihat beberapa kasus, dimana ada beberapa putera/puteri Gereja yang tidak menjalankan apa yang diajarkan oleh Gereja, maka seorang Katolik yang baik tidak akan keluar, namun terus berfokus bagaimana membangun Gereja. Dan inilah yang dilakukan oleh para santa-santo, seperti St. Fransiskus Asisi yang berjuang untuk melawan kemewahan yang ditunjukkan oleh sebagian anggota Gereja, dengan kaul kemiskinannya yang ekstrim. St. Teresa dari Avila, yang menunjukkan kepada umat Allah bagaimana untuk berfokus pada kehidupan spiritual, melalui kehidupan kontemplasi. Dalam sejarah Gereja kita melihat bahwa pada saat banyak pendosa, maka Tuhan akan memberikan beberapa Santa-Santo untuk memberikan harapan dan menjaga kemurnian ajaran Kristus. Namun, para Santa-Santo tersebut memperbaiki Gereja dari dalam. Oleh karena itu, mari dalam kapasitas kita masing-masing, kita membangun Gereja Katolik yang kita kasihi dari dalam. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom Bpk Stef,
Apa saya dapat menerima indulgensi melalui doa rosario? jadi jika misalkan saya semakin banyak berdoa rosario maka akankah saya menerima beberapa indulgensi juga??
Shalom Leonard,
Terima kasih untuk pertanyaannya. Kita dapat memperoleh indulgensi sebanyak mungkin setiap hari, seperti berdosa rosario, membaca Alkitab, dan membuat tanda salib secara sungguh-sungguh, dll. Yang perlu kita lakukan adalah berdoa dengan intensi untuk mendapatkan indulgensi, yang dapat diberikan untuk jiwa-jiwa di Purgatorium, atau jiwa sanak-saudara kita, atau diri sendiri. Doa persembahan pagi (silakan klik) dapat didoakan pada pagi hari. Hal penting yang harus dilakukan adalah kita harus senantiasa dalam kondisi rahmat. Oleh karena itu, dengan pengakuan dosa yang teratur 2 minggu sekali, maka kita akan dapat memperoleh indulgensi setiap hari. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom katolisitas.org,
Saya masih bingung dengan indulgensi ini apa indulgensi itu menghapus hukuman yang harus kita tanggung(sebagai konsekuensi dari dosa yang kita telah lakukan), di atas dijelaskan bahwa “dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur” apa itu maksudnya setelah kita menerima pengakuan dosa dan kita harus menanggung konsekuensi tsb dan dihapus melalui indulgensi?? mohon penjelasannya.
Terima Kasih,
Leon
Shalom Leonard,
Terima kasaih atas pertanyaannya tentang indulgensi dan pengakuan dosa. Pada saat kita mengaku dosa, terutama dosa berat, maka kita dibebaskan dari siksa dosa kekal, yaitu neraka. Namun penitensi yang diberikan oleh Pastor sebenarnya begitu ringan dibandingkan dengan dosa-dosa yang kita. Oleh karena itu, walaupun rahmat pengampunan dari Sakramen Tobat menghindarkan kita dari siksa dosa kekal di neraka, namun kita harus menanggung siksa dosa sementara di Api Penyucian, karena penitensi yang diberikan tidak sebanding dengan dosa kita, sehingga kita dipandang belum sempurna untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kita harus mengingat bahwa dosa-dosa ringan sekalipun dapat menghalangi kita untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga sebelum semuanya dimurnikan dalam Api Penyucian. Indulgensi sebagian memberikan rahmat sehingga kita tidak terlalu lama mengalami pemurniaan di Api Penyucian, sedangkan indulgensi penuh membebaskan kita secara total dari Api Penyucian. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Pak Stef dan Ibu Ingrid,
Saya masih belum mengerti tentang indulgensi, yaitu bila indulgensi dihubungkan dengan Sakramen Tobat.
Di awal artikel ini, Pak Stef menulis: “….Dosa (kesalahan) saya telah dimaafkan oleh mama saya, namun saya tetap harus menanggung hukuman – dengan mengepel lantai yang kotor – akibat kesalahan yang saya lakukan.”
Seandainya, saya telah melakukan dosa besar A. Kemudian saya menyesal dan mengakukan dosa besar A dalam Sakramen Tobat. Tentu dosa besar A saya diampuni.
Pertanyaan saya:
1. Berarti, walaupun dosa besar A saya telah diampuni dalam Sakramen Tobat, tetapi setelah itu, saya tetap harus melakukan beberapa usaha untuk mendapatkan indulgensi – umpamanya, doa rosario dan membaca Alkitab minimal setengah jam setiap hari?
2. Atau, dalam Sakramen Tobat juga memberikan indulgensi?
Mohon maaf apabila pertanyaan seperti ini sudah pernah dijawab sebelumnya.
Salam kasih Tuhan Yesus,
Lukas Cung
Shalom Lukas Cung,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang indulgensi dan Sakramen Tobat. Benar, kalau kita mengakukan dosa berat kita di dalam Sakramen Tobat, maka dosa tersebut diampuni dan menghindarkan kita dari siksa dosa kekal atau neraka. Walaupun telah diampuni, namun penitensi yang diberikan oleh pastor tidaklah sebanding dengan dosa-dosa kita, sehingga kita tetap harus membayarnya di dalam Api Penyucian. Indulgensi diberikan oleh Gereja atas dasar rahmat Kristus yang mengalir dari Paskah Misteri, sehingga dapat membebaskan kita dari Api Penyucian secara total, kalau kita menerima plenary indulgence ; mempercepat pemurnian di Api Penyucian, kalau kita menerima partial indulgence. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom Pak Stef,
Terima kasih banyak atas jawabannya. Sekarang saya mengerti sudah.
Wow, Gereja Katolik memang luar biasa, satu-satunya gereja yang didirikan Tuhan Yesus…. Saya bangga menjadi Katolik.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus,
Lukas Cung
Yth. Ibu Ingrid dan Bp. Stef
Berkah Dalem
Melalui situs ini, saya ingin bertanya:
1. Mengapa bulan November dijadikan bulan arwah oleh kita umat Katolik bahkan menjadi devosi bagi para arwah? Apakah ada sumber-sumbernya untuk menjelaskan dipilihnya bulan November sebagai bulan arwah?
2. Doa-doa apa saja yg dapat kita doakan untuk menolong jiwa-jiwa di api penyucian? Apakah rosario? Syahadat para Rasul? Ekaristi (ujud-ujud tertentu) atau seperti apa? Berapa kali harus kita doakan?
3. Dalam kalendarium liturgi hanya ditulis bahwa kita bisa memperolehkan indulgensi bagi para arwah dengan mendoakan mereka dan atau ke kubur. Maksudnya bagaimana itu? Jadi kita yang masih hidup ini tidak akan memperoleh indulgensikah? Lalu bagaimana caranya kita yg masih hidup ini dapat memperoleh indulgensi? Bisakah diberikan definisi indulgensi itu?
Terima kasih Bu Ingrid dan Pak Stef.
Saya senang sekali dg situs ini karena dapat belajar banyak tentang iman Katolik sehingga tidak hanya jadi Katolik tetapi sungguh memahami apa itu iman Katolik.
Proficiat untuk Anda berdua dan juga pengasuh lainnya.
Saya tunggu jawaban Anda.
Sekali lagi terima kasih.
Tuhan memberkati.
Shalom Barnabas,
Kemungkinan bulan November dijadikan bulan untuk menghormati arwah, karena menurut kalender Liturgi, pada tanggal 1 November itu kita memperingati hari para Orang Kudus dan pada tgl 2 November, hari para arwah. Menurut kalender Liturgi bulan November adalah adalah bulan terakhir, karena kalender liturgi dimulai pada saat masa Adven. Maka pada bulan terakhir liturgi, kita merenungkan akhir hidup kita sebagai orang beriman, dengan memperingati hari para kudus dan hari arwah tersebut. Permenungan ini merupakan awal yang baik bagi permenungan Adven berikutnya, karena menyadari bahwa akhir hidup kita sebagai orang beriman di surga dimungkinkan karena penjelmaan Yesus menjadi manusia/ Inkarnasi.
2. Doa yang terbaik untuk mendoakan arwah adalah Misa Kudus. Maka anda dapat mengajukan intensi Misa kudus bagi arwah yang ingin anda doakan. Namun demikian, doa- doa lainnya, seperti rosario dan doa pribadi lainnya juga sangat berguna bagi arwah yang anda doakan. Tidak terdapat aturan tentang berapa kali anda mendoakannya. Silakan mendoakannya terus, sebab pada saat kita wafat, maka tidak ada lagi dimensi waktu di Api Penyucian.
3. Mengenai Indulgensi, telah dituliskan di artikel di atas, silakan klik. Jika masih ada yang kurang jelas, silakan bertanya kembali.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
1.bagaimana kita tahu indulgensi penuh atau sebagian melepaskan orang dari purgatory ?
2. orang yang diluar Tuhan Yesus [bukan katolik/kristen] masuk ke neraka atau purgatory meskipun ia seorang yang saleh tetapi ia menolak Kristus ?
3. mengapa orang katolik percaya bahwa Paus adalah penerus Petrus padahal tidak ada ayat atau bukti nyata baik lisan maupun tulisan tapi sekedar tradisi yang kabur dan tidak jelas. Karena yang saya tahu Gereja Katolik baru ada pd abad 2 atau 3 dan pada saat itu terjadi kekacauan dalam penetapan Gereja mana yang paling benar karena dipakai oleh raja/penguasa untuk kekuasaan, dan akhirnya pecah karena tidak mengakui roma sbg pusat katolik. Puncaknya ketika martin luther mengecam krn gereja menjual surat indulgensi sehingga orang miskin menurut paus tidak bisa masuk surga karena tidak bisa beli.
Shalom Budi,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang indulgensi, keselamatan, dan Paus. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan.
1) Budi bertanya “bagaimana kita tahu indulgensi penuh atau sebagian melepaskan orang dari purgatory?” Dalam artikel di atas (silakan klik), saya telah memberikan dasar dan argumentasi tentang indulgensi. Namun kalau pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa tahu secara pasti bahwa kita telah mendapatkan indulgensi penuh atau sebagian, maka jawabannya adalah “hanya Tuhan saja yang tahu”. Hal ini disebabkan indulgensi mensyaratkan sesuatu yang harus dilakukan di luar, yang dapat diukur secara obyektif (bersifat exterior), namun yang lebih penting lagi adalah disposisi hati (bersifat interior). Hanya Tuhan yang dapat mengetahui secara persis disposisi hati seseorang dan apakah seseorang mempunyai “kondisi rahmat (kondisi berdamai dengan Tuhan / tidak dalam dosa berat)” sebagai persyaratan untuk mendapatkan indulgensi – baik sebagian maupun penuh.
2) Budi bertanya “Orang yang diluar Tuhan Yesus [bukan katolik/kristen] masuk ke neraka atau purgatory meskipun ia seorang yang saleh tetapi ia menolak Kristus ?” Tergantung, apakah ketidakpercayaannya akan Yesus adalah akibat kesalahannya sendiri atau bukan karena kesalahannya sendiri (disebut juga invincible ignorance). Topik ini telah dibahas cukup panjang di tanya jawab berikut ini:
Keselamatan dan hubungannya dengan Baptisan – Sep 21, 2009
Mengapa Yesus disunat, kita tidak? – Sep 15, 2009
Kasih dan keadilan Allah yang dimanifestasikan melalui pengorbanan Kristus – Aug 31, 2009
Apakah keselamatan yang sudah diperoleh melalui Pembaptisan dapat hilang? – Aug 25, 2009
Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia? – Aug 24, 2009
Keselamatan adalah anugerah Allah? – Aug 18, 2009
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka? – Aug 4, 2009
Apakah hukum dosa dan hukum maut? – Jun 26, 2009
Keselamatan: theosentris, kristosentris, eklesiosentris? – Jun 25, 2009
Bagaimanakah nasib bayi yang belum dibaptis? – Jun 1, 2009
Apa itu “Implicit desire for Baptism?” – Jun 1, 2009
Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat? – May 26, 2009
Baptisan rindu menurut St. Thomas – May 21, 2009
Dosa menghujat Roh Kudus – dosa yang tak terampuni – May 1, 2009
Iman tanpa perbuatan adalah mati – Feb 17, 2009
Paus Benediktus XVI dan Sola Fide – Feb 16, 2009
Dosa menghujat Roh Kudus dan dosa berat – Feb 12, 2009
Mengapa Gereja Katolik membaptis bayi? – Jan 19, 2009
Tidak ada keselamatan kecuali melalui Yesus – Jan 5, 2009
Tidak cukup menerima Yesus di hati saja – Dec 27, 2008
Sekali selamat tetap selamat – tidak Alkitabiah – Dec 22, 2008
Siapa saja yang dapat diselamatkan? – Dec 17, 2008
Apakah agama membuat orang masuk Sorga? – Dec 15, 2008
Apakah orang yang tidak dibaptis masuk neraka? – Nov 24, 2008
Apakah Yudas Iskariot berjasa dalam karya keselamatan manusia? – Nov 22, 2008
Adakah Keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik? – Aug 20, 2008
3) Budi menuliskan “mengapa orang katolik percaya bahwa Paus adalah penerus Petrus padahal tidak ada ayat atau bukti nyata baik lisan maupun tulisan tapi sekedar tradisi yang kabur dan tidak jelas. Karena yang saya tahu Gereja Katolik baru ada pd abad 2 atau 3 dan pada saat itu terjadi kekacauan dalam penetapan Gereja mana yang paling benar karena dipakai oleh raja/penguasa untuk kekuasaan, dan akhirnya pecah karena tidak mengakui roma sbg pusat katolik. Puncaknya ketika martin luther mengecam krn gereja menjual surat indulgensi sehingga orang miskin menurut paus tidak bisa masuk surga karena tidak bisa beli.” Berikut ini adalah jawaban untuk pernyataan ini:
a) Paus adalah penerus Petrus: lihat di sini (silakan klik), dimana saya tuliskan:
Yesus mendirikan GerejaNya di atas Rasul Petrus (Kepha, Petros) -yang artinya batu karang- (Mat 16:18) dan memberikan kuasa yang khusus kepadanya di atas para rasul yang lain, untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:5-7). Walaupun Kristus juga memberikan kuasa kepada rasul-rasul yang lain (Mat 18:18), hanya kepada Petruslah Ia memberikan kunci- kunci Kerajaan Surga (Mat 16:19) yang melambangkan kuasa untuk memimpin GerejaNya di dunia.
Yesus sang Gembala yang Baik mempercayakan domba-dombaNya kepada Petrus dan mempercayakan tugas untuk meneguhkan iman para rasul yang lain, agar iman Gereja jangan sampai sesat (Luk 22:3-32). Petruslah yang kemudian menjadi pemimpin para rasul setelah hari Pentakosta, mengabarkan Injil, membuat keputusan dan pengarahan (Kis 2:1-41, 15:7-12). Para penerus Rasul Petrus ini dikenal sebagai uskup Roma, yang dipanggil sebagai ‘Paus’ yang artinya Papa/ Bapa.
Dalam Mat 16:18 dikatakan
LAI: “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”
NASB: “I also say to you that you are Peter, and upon this rock I will build My church; and the gates of Hades will not overpower it.
RSV: And I tell you, you are Peter, and on this rock I will build my church, and the powers of death shall not prevail against it.
Dari kalangan Protestan banyak yang mengartikan bahwa dalam bahasa Yunani, dikatakan bahwa Petrus adalah “Petros” dan batu karang adalah “petra“. Dan ini berarti bahwa Petros dan Petro tidak sama, sehingga tidak mungkin Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus, melainkan di atas pengakuan Petrus.
Jadi kata Petra tidak dapat digunakan untuk menggantikan nama Petrus, karena kalau demikian sama saja dengan memakai nama Michelle untuk Michael atau Fransiska untuk Fransiskus.
Namun pada jaman Yesus, bahasa yang dipakai adalah bahasa Aram, sehingga menjadi “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Kefas dan di atas Kefas ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Yesus memberikan nama Kefas (Petrus) kepada Simon jauh sebelum pengakuan ini, yaitu pada waktu Yesus bertemu dengan Petrus, dimana Yesus berkata “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” (Yoh 1:42).
Dari segi kelogisan kalimat: Kalau kita menafsirkan bahwa Petros adalah Petrus dan kemudian Petra adalah pengakuan Petrus, maka akan terlihat tidak logis dan kira-kira seperti berikut ini:
Yesus berkata kepada Petrus: engkau adalah Petrus dan di atas pengakuanmu aku akan mendirikan Gereja-Ku…
Dua kalimat tersebut tidak berhubungan. Dan kalau kita melihat dari bahasa Greek, dikatakan “Engkau adalah Petrus, dan (memakai “kai“) di “taute” (this very) batu karang ini, Aku akan mendirikan Gereja-Ku”. Kai (dan) mengindikasikan bahwa kata benda yang dipakai harus merujuk kepada kata benda sebelumnya.
Dari Bapa Gereja, kita tahu bahwa Petrus menjadi pondasi dari Gereja, seperti yang dikatakan oleh St. Clement kepada Yakobus.
“Be it known to you, my lord, that Simon [Peter],
who, for the sake of the true faith, and the most sure foundation of his doctrine, was set apart to be the foundation of the Church, and for this end was by Jesus himself, with his truthful mouth, named Peter, the first fruits of our Lord, the first of the apostles; to whom first the Father revealed the Son; whom the Christ, with good reason, blessed; the called,
and elect” (Letter of Clement to James 2 [A.D. 221]).
St. Jerome mengatakan “‘But,’ you [Jovinian] will say, ‘it was on Peter that the Church was founded’ [Matt. 16:18]. Well . . . one among the twelve is chosen to be their head in order to remove any occasion for division“(Against Jovinian 1:26 [A.D. 393]).
Dan masih begitu banyak kutipan dari Bapa Gereja yang lain, yang mempertegas posisi ini.
Dari tata bahasa Yunani: Penggunaan Petros dan Petra adalah karena tata bahasa Yunani, yang mengenal masculin dan feminim, yang diterapkan bukan hanya terhadap manusia, namun juga terhadap benda-benda. Jadi, dalam hal ini diterjemahkan “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petros dan di atas Petra ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Oleh karena itu, Paus sebagai penerus rasul Petrus bukanlah suatu tradisi yang tidak jelas, namun sebaliknya pengajaran ini didukung oleh Alkitab dan Bapa Gereja.
b) Untuk nama Katolik, silakan melihat di link ini (silakan klik).
c) Untuk kasus penjualan surat indulgensi, silakan membacanya di link ini (silakan klik). Hal ini banyak sekali disalahmengerti oleh umat Protestan. Silakan membaca link yang saya berikan, dan kalau masih ada keberatan tentang hal tersebut, silakan untuk menuliskan komentar lagi.
Semoga jawaban dan link-link tersebut dapat membantu Budi tentang apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Syallom……
Berikut ini saya mengutip :
3) ” Warga beriman Kristen: dalam hal ini adalah umat yang telah dibaptis. Kita tahu bahwa Sakramen Baptis adalah gerbang untuk semua sakramen dan berkat-berkat yang lain. Persyaratan yang lain adalah tidak terkena ekskomunikasi, dan dalam kondisi rahmat pada waktu melaksakan indulgensi yang ditetapkan.”[5]
PERTANYAAN :
1. Apa yg dimaksud dng “dalam kondisi rahmat”?????
2. Bagaimana mengetahui bahwa seseorang berada dalam ondisi rahmat???
“Indulgensi ini hanya dapat diberikan oleh Paus dan orang-orang yang mempunyai kuasa oleh hukum yang diberikan oleh Paus”.[6]
PERTANYAAN:
Mengapa hak pemberian indulgensi hanya berlaku bagi Paus dan orang-orang yg mempunyai kuasa yg diberikan oleh paus (para Pastur)???? Padahal Yesus sendiri berkata kepada Gereja-Nya (semua orang percaya dan tidak dibatasi hanya pada pada Paus dan para pastur saja) bahwa apa yg kamu ikat di dunia maka akan terikat juga di sorga. dan apa yg kamu lepas di dunia ini akan terlepas juga disorga. Jadi semua umat beriman mempunyai hak yg sama bukan???
Bagaimana mendapatkan Indulgensi sebagaian? Salah satu cara dng “membuat tanda salib dengan sungguh-sungguh.”
PERTANYAAN : Membuat tanda salib yg sungguh-sunguh yg spt apa??? Bagaimana kita bisa membedakan secara lahiriah orang yg membuat tanda salib secara sungguh-2 dng yg tidak???? apakah ada tanda-tanda khas yg terlihat???
Apakah dng pemberian indulgensi dari Paus atau orang yg diberi kuasa oleh Paus maka orang terbebas dari hukuman atau konsekuesi akibat dosa itu sendiri???? dng catatan sebelumnya orang tsb sudah mendapat pengampunan dosa….
Mohon penjelasan…thanks a lot…..Pak Stef & Bu.Inggrid
Shalom Michael,
Terima kasih atas pertanyaannya sehubungan dengan indulgensi. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1) Tentang kondisi rahmat:
a) Michael menulis “Apa yg dimaksud dng dalam kondisi rahmat?” Kondisi rahmat (in the state of grace) adalah suatu kondisi dimana jiwa kita berkenan di hadapan Allah. Hal ini dimungkinkan dengan menerima Sakramen Baptis, karena Sakramen Baptis memberikan rahmat pengudusan (sanctifying grace). Namun bagi orang yang telah dibaptis juga dapat tidak dalam kondisi rahmat, yaitu dalam kondisi tidak berdamai dengan Allah, yang diakibatkan oleh dosa berat – karena dosa berat menghancurkan kasih. Untuk dapat kembali berdamai dengan Allah, seorang yang telah dibaptis dan melakukkan dosa berat, harus menerima Sakramen Tobat, sehingga dosa berat dihapuskan dan jiwanya kembali pada kondisi rahmat. Sehubungan dengan indulgensi, oleh karena itu disyaratkan untuk mengadakan pengakuan dosa, kira-kira delapan hari sebelum atau sesudah persyaratan indulgensi dilakukan.
b) Michael menulis “Bagaimana mengetahui bahwa seseorang berada dalam kondisi rahmat?” Orang luar tidak akan pernah tahu secara persis, karena kondisi rahmat berhubungan dengan jiwa orang itu sendiri. Oleh karena itu, hanya Tuhan sajalah yang tahu. Pertanyaan ini sama seperti: bagaimana kita tahu secara persis bahwa seseorang telah menyesali dosanya. Orang hanya dapat menilai dari tanda-tanda luar, seperti: tidak lagi melakukan dosa berat, berjuang dalam kekudusan, partisipasi dalam Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi sesering mungkin, mencerminkan buah-buah roh, dll.
2) Tentang hak memberikan indulgensi
a) Michael menulis “Mengapa hak pemberian indulgensi hanya berlaku bagi Paus dan orang-orang yg mempunyai kuasa yg diberikan oleh paus (para Pastur)???? Padahal Yesus sendiri berkata kepada Gereja-Nya (semua orang percaya dan tidak dibatasi hanya pada pada Paus dan para pastur saja) bahwa apa yg kamu ikat di dunia maka akan terikat juga di sorga. dan apa yg kamu lepas di dunia ini akan terlepas juga disorga. Jadi semua umat beriman mempunyai hak yg sama bukan???“
1) Sebagai klarifikasi, pemberian indulgensi dan persyaratannya hanya dapat diberikan oleh Paus dan orang-orang yang diberi kuasa oleh Paus, namun bukan para pastor (lih. Kitab Hukum Kanonik/KHK, 995).
2) Mari kita melihat argumentasi dari Michael. Michael mengambil ayat Mt 16:19. Namun mari kita melihat beberapa ayat di Mt 16 “(16) Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (17) Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. (18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. (19) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mt 16:16-19).
Dari ayat-ayat di atas, maka kita melihat bahwa kunci Kerajaan Sorga dan kuasa untuk mengikat dan melepaskan dosa diberikan kepada Petrus (tunggal, dan bukan jamak), yang diteruskan oleh penerusnya, yaitu para Paus. Ayat-ayat di atas tidak mengatakan bahwa semua orang percaya dapat mengikat dan melepaskan dosa. Paus dan penerusnya, yang tunduk kepada perintah Yesus sendiri, memanifestasikan hal ini salah satunya dengan memberikan indulgensi.
b) Michael menulis “Bagaimana mendapatkan Indulgensi sebagaian? Salah satu cara dng “membuat tanda salib dengan sungguh-sungguh.” PERTANYAAN : Membuat tanda salib yg sungguh-sunguh yg spt apa??? Bagaimana kita bisa membedakan secara lahiriah orang yg membuat tanda salib secara sungguh-2 dng yg tidak???? apakah ada tanda-tanda khas yg terlihat???“
Kembali kepada konsep indulgensi. Gereja Katolik – melalui Paus dan orang-orang yang diberi kuasa oleh Paus – hanya memberikan persyaratan, sehingga semua umat beriman tahu bagaimana untuk mendapatkan indulgensi. Namun, apakah dengan menjalankan apa yang telah digariskan dalam indulgensi – seperti membuat tanda salib dengan sungguh-sungguh – maka seseorang dapat benar-benar menerima indulgensi, hanya Tuhan saja yang tahu, karena kesungguhan membuat tanda salib adalah mengalir dari hati. Dan hanya Tuhan saja yang dapat menilik kedalaman hati seseorang.
c) Michael menulis “Apakah dng pemberian indulgensi dari Paus atau orang yg diberi kuasa oleh Paus maka orang terbebas dari hukuman atau konsekuesi akibat dosa itu sendiri???? dng catatan sebelumnya orang tsb sudah mendapat pengampunan dosa….“
Sama seperti point B), Paus ataupun orang yang diberi kuasa tidak dapat mengatakan kepada seseorang bahwa dia pasti mendapatkan indulgensi (sebagian maupun penuh). Kalau dilihat dari salah satu persyaratan indulgensi sebagian, maka seseorang harus dalam kondisi rahmat; untuk indulgensi penuh ditambah dengan bebas dari keterikatan akan dosa, bukan hanya dosa berat, namun juga dosa ringan. Seseorang mungkin saja telah menjalankan semua syarat-syarat lahiriah yang ditentukan, namun tidak semua memenuhi persyaratan batiniah: kondisi rahmat dan besar dari keterikatan dosa berat dan ringan. Dan hal ini sama kalau seseorang secara lahiriah telah menerima Sakramen Pengampunan Dosa, namun hanya Tuhan yang tahu penyesalan hati dari orang tersebut. Tanpa penyesalan, seseorang tidak akan dapat diampuni dosanya.
Demikian jawaban yang dapat saya berikan dan semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Syalom Pak.Stevanus,
Dengan demikian menjadi jelas kepada siapa ayat Mat 16:19 ini ditujukan, yaitu kepada Petrus, para penerus Petrus dan orang-orang yg diberi kuasa oleh Paus. TERIMA KASIH PAK STEV!!!
Mt 16 “(16) Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (17) Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. (18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. (19) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mt 16:16-19).
Stef dan Inggrid,
terima kasih atas pencerahan ini. Semoga Tuhan selalu memberkati. Sangat menjawab pertanyaan saya selama ini. Tak mengira indulgensi adalah harta yg sangat berharga bagi kehidupan di dunia ini.
maaf kalau menyimpang, sy coba search artikel mengenai luka batin, tapi tidak berhasil. mungkin bisa ditunjukkan apa mungkin sudah pernah di post?
Tuhan berkati
dewi
Shalom Dewi,
Kami memang belum mempunyai artikel mengenai luka batin. Mungkin di suatu saat nanti baru kami dapat membahasnya. Mohon maaf ya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid & Stef – http://www.katolisitas.org
Shalom,
Saya ingin bertanya, apakah dosa berat yang dimaksudkan pada artikel ini ada kaitannya dengan 7 dosa maut (7 deadly sins) yang saya sering dengar? mohon penerangan, terima kasih.
Semoga Tuhan memberkati :)
Shalom Albert,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa berat dan hubungannya dengan 7 dosa maut. Dari artikel di atas, kita melihat tentang kondisi dosa berat, yaitu: menyangkut kesalahan yang berat, dibuat secara sadar, dan dilakukan secara sengaja. KGK 1857 dan 1859 mengatakan:
KGK 1857 Supaya satu perbuatan merupakan dosa berat harus dipenuhi secara serentak tiga persyaratan: "Dosa berat ialah dosa yang mempunyai materi berat sebagai obyek dan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan dengan persetujuan yang telah dipertimbangkan" (RP 17).
KGK 1859 Dosa berat menuntut pengertian penuh dan persetujuan penuh. Ia mengandaikan pengetahuan mengenai kedosaan dari suatu perbuatan, mengenai kenyataan bahwa ia bertentangan dengan hukum Allah. Dosa berat juga mencakup persetujuan yang dipertimbangkan secukupnya, supaya menjadi keputusan kehendak secara pribadi. Ketidaktahuan yang disebabkan oleh kesalahan dan ketegaran hati (Bdk. Mrk 3:5-6; Luk 16:19-31. tidak mengurangi kesukarelaan dosa, tetapi meningkatkannya.
Tujuh dosa maut adalah tujuh dosa yang dapat sumber-sumber dosa yang dapat menyebabkan dosa-dosa yang lain. Pertama kali diperkenalkan oleh St. John Cassian (360 – 435). Tujuh dosa maut ini adalah suatu sikap yang mendasari semua dosa, baik dosa berat maupun dosa ringan. Dan kesombongan adalah merupakan ibu dari segala dosa. Tujuh dosa maut ini harus dikalahkan dengan tujuh kebijakan (sumber: Spirago- Clarke, The Cathecism Explained, (Illinois: TAN books and Publishers, inc, 1993, p. 479-508)
1. Kesombongan, dilawan dengan kerendahan hati
2. Ketidaktaatan, dilawan dengan ketaatan.
3. Kemarahan, dilawan dengan kesabaran, kelemahlembutan, kedamaian
4. Keserakahan, dilawan dengan kemurahan hati
5. Hawa nafsu tak sehat terhadap makanan dan minuman, dilawan dengan pengendalian diri.
6. Ketidakmurnian/ percabulan, dilawan dengan kemurnian.
7. Kemalasan, dilawan dengan semangat untuk melakukan yang baik.
Semoga keterangan tambahan ini dapat menjawab pertanyaan Albert.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Dear Stef yg canggih;
Terima kasih sekali utk artikel indulgensi nya.ada beberapa pertanyaan yg ingin saya ajukan
1.Dalam pengertian saya dahulu,indulgensi itu baru bisa kita peroleh kalau ada pengumuman dari hirarki bahwa silakan lakukan ini atau itu,maka akan ada indulgensi.misalnya dahulu pernah diumumkan barang siapa melewati pintu sisi kanan kalau kita menghadap St.Peter yg selalu ditutup(dgn tembok) dan baru dibuka 25 thn sekali,akan mendapatkan indulgensi,atau pengumuman dari uskup,siapa berdoa di goa Maria …… akan mendapatkan indulgensi.Tetapi setelah saya baca artikel Stef,nampaknya pengertian saya itu salah,karena sepertinya indulgensi itu bisa kita dapatkan kapan saja.,asal syarat2-nya kita penuhi
2.Untuk mendapatkan indulgensi sebagian,dgn mengambi dari the Handbook of Indulgences,dimana ada 5 poit,diantaranya membaca Alkitab dgn penuh devosi dan hormat dan ada waktunya pula yg dikatakan minimal setengah jam(secara teratur),apakah buku tersebut tidak mencantumkan sumbernya (Alkitab/Magisterium?), karena ini bagi saya merupakan pengetahuan yg baru.
3.Tentang jawaban terhadap beberapa keberatan,pada point 4,memang indulgensi ini utk “dosa2 yg sudah diampuni”namun kita toh melakukaan sesuatu lagi utk “memperoleh keringanan/penghapusan siksa dosa sementara”
Demikian beberapa pertanyaan saya dan terima kasih utk pencerahannya.
syaloom
kusnadi
Shalom Kusnadi,
Terima kasih atas dukungannya untuk site ini. Kita sama-sama belajar tentang iman Katolik. Berikut ini adalah jawaban untuk pertanyaan dari Kusnadi:
1) Memang benar ada kondisi-kondisi khusus, dimana Gereja memberikan suatu pengumuman bagaimana untuk mendapatkan indulgensi. Sebagai contoh adalah kita dapat memperoleh indulgensi pada tahun imam (19 Juni 2009-2010), dengan kondisi-kondisi khusus. Bagi para imam yang berdoa brevier pagi dan sore di depan Sakramen Maha Kudus, menyediakan diri dengan hati yang sungguh-sungguh untuk merayakan sakramen, terutama memberikan Sakramen Tobat, dll. dapat memperoleh indulgensi. Umat juga mendapatkan indulgensi jika mengikuti misa, menerima Sakramen Pengampunan, berdoa untuk imam, berdoa untuk ujud doa dari Paus, yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu. Ini adalah salah satu contoh kondisi khusus yang dapat diberikan oleh Gereja Katolik. Dalam artikel di atas, kondisi-kondisi yang saya sebutkan di atas adalah kondisi yang umum, dimana kita semua dapat memanfaatkannya sepanjang tahun.
2) Keterangan tentang beberapa kondisi umum untuk mendapatkan indulgensi, seperti membaca Kitab Suci, dll, dapat melihat di: The Enchiridion of Indulgences. Issued by the Sacred Apostolic Penitentiary, 1968
+ Joseph Cardinal Ferretto, Titular Bishop of the Suburban Church of Sabina and Poggio Mirteto, Originally published by Liberia Editrice Vatican, Vatican City, 1968, dimana di point ke-50 dikatakan “READING OF SACRED SCRIPTURE. While a partial indulgence is granted to those who read from Sacred Scripture with the veneration which the divine word is due, a PLENARY INDULGENCE is granted to those who read for at least one half an hour.“
3) Indulgensi senantiasa berjalan berdampingan dengan Sakramen Pengampunan Dosa. Sama seperti kalau kita ingin mendapatkan pengakuan dosa, maka kita menerimanya dengan Sakramen Tobat, maka kalau kita ingin mendapatkan pengampunan dari siksa dosa sementara (sebagian atau seluruhnya), maka kita memperolehnya dengan indulgensi. Mungkin ada yang mengatakan bahwa untuk apa kita menerima Sakramen Tobat, maka kita juga akan berdosa lagi? Namun, Sakramen Tobat ini diinstitusikan oleh Yesus, karena Yesus tahu kelemahan manusia yang terus jatuh dalam dosa dan oleh karena itu memerlukan pertobatan yang terus-menerus. Kita tidak dapat mengatakan bahwa karena kita sering jatuh lagi dalam dosa, maka kita tidak memerlukan Sakramen Tobat dan indulgensi. Justru sebaliknya, karena kita sering jatuh, kita memerlukan kedua hal tersebut, sama seperti karena kita sering lapar, maka kita sering makan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa karena sering lapar, maka tidak perlu makan.
Semoga keterangan di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Comments are closed.