Agama Yahudi (Jews)dan Kristen memang berakar dari wahyu Allah, namun keduanya tidak sama. Karena agama Yahudi mengambil kitab-kitab dari Perjanjian Lama namun tidak mempercayai kitab-kitab Perjanjian Baru, karena mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai pemenuhan Perjanjian Lama. Hal ini kita lihat misalnya pada kutipan yang diambil oleh Paus Benedict XVI dalam bukunya “Jesus of Nazareth“, p.108-109, mengutip buku karangan Rabbi Neusner, yang membayangkan suatu dialogue antara dirinya dengan seorang Rabbi kuno Yahudi tentang ajaran Yesus. Ia membandingkan ajaran Yesus dengan teks Talmud Babylonia untuk mencari kebenaran Hukum Tuhan. Rabbi itu bertanya kepada Neusner:He: ”So, is this what the sage, Jesus, had to say?” (Jadi inikah yang dikatakan Yesus, sang saga?)

I: “Not exactly, but close.” (Tidak persis, tapi hampir mendekati)
He: “What did He leave out?” (Apa yang tidak disebutkan-Nya?)
I: “Nothing.” (Tidak ada)
He: “Then what did He add?” (Jadi, apa yang ditambahkan-Nya?)
I: “Himself”… (Diri-Nya sendiri)
He: “Well, why so troubled this evening?” (Lalu, kenapa engkau gundah sore ini?)
I: “Because I really believe there is a difference between “You shall be holy, for the Lord your God am holy” and “If you would be perfect, go, sell all you have and come, follow me.” (Sebab saya percaya ada perbedaan antara “Engkau harus menjadi kudus, sebab Aku Tuhanmu adalah kudus” dengan “Jika engkau mau sempurna, pergilah, juallah segala milikmu, dan datanglah, ikutlah aku.)
He: “I guess then, it really depends on who the ‘me’ is.” (Saya pikir, itu tergantung dari siapa sang ‘aku’ itu)

Dari percakapan ini kita ketahui bahwa orang Yahudi memiliki gambaran tersendiri untuk seorang Mesias, yaitu haruslah seorang yang mematuhi dan mengajarkan Kitab Torah (Lima kitab Taurat Musa), seperti para Nabi terdahulu. Mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus Kristus sendiri adalah “The Living Torah” , yaitu “Taurat Allah yang hidup”, pemenuhan dari Taurat itu sendiri, sehingga ajaran Yesus bukan menunjuk kepada buku/ kitab tertentu, melainkan menunjuk kepada Diri-Nya. Sebab Ia berkata, “Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup” (Yoh 14:6), bahwa tak ada seorangpun yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Dia. Kristuslah ‘meterai’ Perjanjian Baru dan kekal antara Allah dan manusia. Perjanjian Lama telah diperbaharui oleh Kristus dalam Perjanjian Baru, yang tidak dapat diperbaharui lagi. Namun, sayangnya kaum Yahudi tidak melihat demikian.

Di sinilah bedanya pemahaman tentang Alkitab, bagi umat Kristen, kaum Yahudi, dan Muslim. Karena, bagi mereka yang non-Kristen, mereka memegang pengajaran dari buku/ Alkitab: kaum Yahudi dengan Tanakh (Kitab Ibrani) yang berisi Torah, Talmud,dan teks lainnya, dan kaum Muslim dengan Kitab Al Qur’an. Sedangkan, pada umat Kristen, sumber pengajaran adalah dari Pribadi Yesus sendiri, dari apa yang diajarkan dan dilakukan-Nya. Maka, Alkitab Kristen terdiri dari 2 bagian, Perjanjian Lama, yang hampir sama dengan Kitab kaum Yahudi, sedangkan Perjanjian Baru, yang merupakan kitab ajaran Yesus, tidak dituliskan sendiri oleh Yesus, (karena Kristus Sang Sabda tidak membatasi ajaran-Nya dengan ‘apa yang tertulis di buku’) melainkan oleh para murid-Nya dengan inspirasi dari Roh Kudus yang menuliskan tentang kehidupan dan ajaran Kristus tersebut. Dalam hal ini, Gereja Katolik dengan tuntunan Roh Kudus, berperan untuk menentukan kitab-kitab mana yang sungguh terinspirasi oleh Roh Kudus, untuk dimasukkan di dalam Kitab Perjanjian Baru yang merupakan Wahyu Allah yang dinyatakan oleh Kristus.

Dalam sejarah perkembangan Gereja, kita mengetahui adanya perkembangan ajaran skisma yang menyimpang sejak dari abad awal. Misalnya Gnosticsm, yang menentang segala yang berupa materi dan tubuh, sehingga tidak percaya akan Tuhan yang menjelma mengambil rupa ‘tubuh’ manusia. Atau Arianism, yang juga tidak percaya akan ke-Allahan Yesus. Nah dalam perjalanan waktu memang di Arabia pada abad ke 6-7 berkembang banyak ajaran skisma, misalnya Monophysitism (yang merupakan pengembangan Apollinarism) dan Monothelism, yang pada dasarnya mengajarkan bahwa Yesus bukan sepenuhnya manusia, dan Ia hanya mempunyai satu kehendak saja dari Bapa sehingga tidak sungguh-sungguh manusia seperti kita. Padahal ajaran Gereja jelas menyatakan Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Hal ini ternyata tidak mudah diterima, sebab manusia mempunyai kecenderungan untuk menyederhanakan konsep Allah agar dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Oleh karena itu, maka berkembanglah ajaran-ajaran lain (bahkan oleh orang Kristen sendiri) yang membuat pengertian yang menyimpang tentang ke-Kristenan. Pada saat itulah, agama Islam muncul, dengan ajaran mereka yang sederhana, bahwa Allah itu satu, dan tidak ada inkarnasi atau Allah yang menjelma menjadi manusia. Kesederhanaan inilah yang mungkin banyak menarik orang untuk menjadi Islam.

Penyederhanaan konsep Allah ini tidak sejalan dengan ajaran Gereja, sebab justru wahyu Allah yang telah dinyatakan sepanjang sejarah manusia adalah Allah Tritunggal Mahakudus, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus (silakan baca/ kilk di sini Yesus, Tuhan yang dinubuatkan oleh para Nabi, dan Trinitas: Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi). Iman Kristiani tidak terlepas dari karya Penyelamatan Allah Bapa, dengan mengirimkan Putera-Nya untuk menjelma menjadi manusia Yesus Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Wahyu Allah yang dinyatakan oleh Kristus ini merupakan kepenuhan Wahyu Allah, sehingga tidak akan ada lagi Wahyu yang lain lagi. Hal ini disebutkan di dalam Katekismus Gereja Katolik #65 -67, & 73, yang kami kutip berikut ini: (penegasan/ cetak tebal adalah dari kami)KGK 65: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya (Ibr 1:1-2). Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, adalah Sabda Bapa yang tunggal,  yang sempurna, yang tidak ada taranya. Dalam Dia Allah mengatakan segala-galanya, dan tidak akan ada perkataan lain lagi. Hal ini ditegaskan dengan jelas oleh santo Yohanes dari salib dalam uraiannya mengenai Ibrani 1:1-2:”Sejak Ia menganugerahkan kepada kita Anak-Nya, yang adalah Sabda-Nya, Allah tidak memberikan kepada kita sabda yang lain lagi. Ia sudah mengatakan segala sesuatu dalam Sabda yang satu itu…. Karena yang Ia sampaikan dahulu kepada para nabi secara sepotong-sepotong, sekarang ini Ia sampaikan dengan utuh, waktu Ia memberikan kita seluruhnya yaitu Anak-Nya. Maka barang siapa sekarang masih ingin menanyakan kepada-Nya atau menghendaki dari-Nya penglihatan atau wahyu, ia tidak hanya bertindak tidak bijaksana, tetapi ia malahan mempermalukan Allah; karena ia tidak mengarahkan matanya hanya kepada Kristus sendiri, tetapi merindukan hal-hal lain atau hal-hal baru” (Carm 2,22)

KGK 66: “Tata penyelamatan Kristen sebagai suatu perjanjian yang baru dan definitif, tidak pernah akan lenyap, dan tidak perlu diharapkan suatu wahyu umum baru, sebelum kedatangan yang jaya Tuhan kita Yesus Kristus” (Dei Verbum 4). Walaupun wahyu itu sudah selesai, namun isinya sama sekali belum digali seluruhnya; masih merupakan tugas kepercayaan umat Kristien, supaya dalam peredaran zaman lama-kelamaan dapat mengerti seluruh artinya.

KGK 67:  Dalam peredaran waktu terdapatlah apa yang dinamakan “wahyu pribadi”, yang beberapa di antaranya diakui oleh pimpinan Gereja. Namun wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka untuk “menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”, melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi dalam rentang waktu tertentu. Di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, maka dalam kesadaran iman, umat beriman tahu membedakan dan melihat dalam wahyu-wahyu ini apa yang merupakan amanat otentik dari Kristus atau para kudus kepada Gereja.
Iman Kristen tidak dapat “menerima” wahyu-wahyu yang mau melebihi atau membetulkan wahyu yang sudah dituntaskan dalam Kristus. Hal ini diklaim oleh agama-agama bukan Kristen tertentu dan sering kali juga oleh sekte-sekte baru tertentu yang mendasarkan diri atas “wahyu-wahyu” yang demikian itu.

KGK 73: Allah mewahyukan Diri secara penuh dengan mengutus Putera-Nya sendiri; di dalam Dia Ia mengadakan perjanjian untuk selama-lamanya. Kristus adalah Sabda Bapa yang definitif, sehingga sesudah Dia tidak akan ada wahyu lain lagi.

Dengan pengajaran di atas, maka kita sebagai orang Katolik percaya bahwa kepenuhan dan kesempurnaan Wahyu Allah sudah diberikan di dalam dan oleh Kristus sendiri.  Oleh karena itu kita menganggap wahyu Allah sebelum Kristus sebagai wahyu yang menunjuk kepada Kristus, sedangkan wahyu-wahyu lain sesudah Kristus, apalagi yang bertentangan dengan ajaran Kristus, tidak dapat kita anggap sebagai Wahyu Allah.

33 COMMENTS

  1. Kenapa kita berdoa dengan memuja dan mengagungkan nama Yesus?pdhl dalam alkitab ada ayat “Dan Iblis membawanya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepadaNya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku. ” Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:8-10),disini Yesus sendiri memerintah kita,bahkan iblis untuk menyembah Tuhan, Allah kita, Allah umat seluruh alam,Tuhan tempat kita berlindung dr berbagai macam godaan dan cobaan. Tuhan yang berbeda kedudukannya dengan Yesus,nabi Allah yang kita agungkan.

    • Shalom Tie,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Untuk melihat hakekat Yesus, maka kita tidak dapat mengambil satu ayat saja dari Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci, tersebar ayat-ayat yang mendukung Kristus yang mempunyai kodrat manusia dan sekaligus mempunyai kodrat Allah. Itulah sebabnya Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Apakah dasarnya? Silakan melihat penjelasan di bawah ini.

      [qa id=14132 collapsible=false]

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Dari : Ignatius Jatmiko.
    Salam Damai dalam Tuhan Yesus Kristus,

    Saya sangat bersyukur terpilih Tuhan sebagai orang yang beriman kepadaNya dalam ajaran Gereja Katolik, saya sungguh mengakui dan percaya akan ajaran Trinitas menurut Gereja Katolik, yaitu akan adanya hanya Satu Allah : Bapa, Putera dan Roh Kudus.
    Membaca dan merenungi segala penjelasan tentang Trinitas di atas, saya semakin yakin bahwa apa yang saya percayai selama ini adalah yang sesungguhnya BENAR dan kebenaran itu yang akan menjamin dan membawa saya pada KESELAMATAN saya nantinya . Walaupun saya akui bahwa tidak sepenuhnya logika saya dapat ( dan saya percaya sebagai manusia saya tidak akan pernah dapat ) mencerna, memahami apalagi menjabarkan tentang apakah atau siapakah Tritunggal itu, tetapi hati nurani saya berdasarkan kepercayaan/iman saya dapat MENERIMA kebenaran Trinitas itu sehingga selanjutnya logika saya terus berjalan dan berkembang seturut iman dan hati nurani saya.
    Mungkin untuk mereka yang Non Katolik atau yang menolak dan mempermasalahkan kebenaran Trinitas, penerimaan saya akan dianggap kebodohan, tetapi saya yakin bahwa yang dianggap kebodohan inilah sesungguhnya KEKUATAN dari Iman Katolik !
    Salah satu yang menjadi keyakinan saya adalah bahwa ( seperti perkataan Yesus, saya lupa ayatnya ) “segala sesuatu terlihat dari buahnya” , maka bila mau mengakui dengan jujur, dapat melihat bahwa tidak ada yang lebih banyak menghasilkan BUAH2 KARYA CINTA KASIH PADA SESAMA melebihi apa yang sudah dilakukan Gereja Katolik di seluruh pelosok penjuru dunia, yang bekerja dengan giat tekun dan setia dalam diam dan keheningan .
    Demikian semoga dapat sedikit membantu memahami mengapa Gereja Katolik tetap teguh pada iman akan Trinitas/Tritunggal Maha Kudus .

    Tuhan memberkati.

  3. dear pengurus katolisitas,
    saya ingin tau alasan Yahudi tidak menerima Yesus sebagai juruselamat. padahal jelas2 semua nubuat mengarah pada Yesus. apakah benar hanya murni karena mereka menganggap Mesias adalah orang yg memberikan pengajaran yg sejalan dengan ajaran Yahudi yg mereka anut? kenapa mereka sampai bisa berpikir demikian? apakah sebenarnya ada nubuat dari nabi yahudi lainnya yg mengatakan demikian namun tidak dimasukkan ke dalam alkitab perjanjian lama?

    sebenarnya seberapa banyak kitab yahudi yang tidak dimasukkan ke dalam perjanjian lama? kitab apa sajakah itu?

    • Shalom Bogoro,

      Nampaknya harus diterima bahwa pada akhirnya, hal mengimani Yesus itu adalah karunia. Sebab dengan membaca Kitab Suci yang sama (dalam hal ini Perjanjian Lama) seseorang dapat melihat penggenapannya dalam Perjanjian Baru dan mengimani Kristus, sedang bagi yang menutup hatinya terhadap apa yang diwahyukan Allah di dalam Kristus dalam Perjanjian Baru, dapat tetap bertahan dalam pemahamannya sendiri tentang makna Perjanjian Lama dengan tidak menerima penggenapannya di dalam diri Kristus. Sebab kaum Yahudi menantikan Mesias sebagai tokoh pembebas bangsa Yahudi dari penjajahan bangsa musuhnya, semacam Nabi Musa, atau Raja Daud. Maka Kristus Mesias yang menderita, wafat di kayu salib demi membebaskan umat manusia dari penjajahan dosa, tidaklah memenuhi harapan mereka. Kristus yang tersalib dianggap sebagai batu sandungan. Hal ini disebutkan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (lih 1 Kor 1:20-31)

      Kitab-kitab yang termasuk dalam kitab suci Yahudi yang umumnya dikenal dengan Tanakh adalah kitab-kitab yang termasuk dalam Kitab Perjanjian Lama, tanpa kitab-kitab Deuterokanonika (jadi menyerupai Perjanjian Lama yang dipegang oleh saudara-saudari kita dari gereja Kristen non- Katolik). Kanon kitab Yahudi ini ditentukan oleh para rabi Yahudi di konsili Jamnia di tahun 100, sedangkan kitab Perjanjian Lama Septuaginta yang menjadi patokan bagi Gereja Katolik, sudah ditentukan lebih awal yaitu di abad 3-2 sebelum Masehi. Adalah sesuatu yang ironis bahwa saudara-saudari kita yang Kristen non- Katolik mengacu kepada hasil konsili rabi Yahudi daripada menggunakan kanon yang ditentukan oleh Gereja. Tentang hal Kitab-kitab Deuterokanonika ini sudah pernah dibahas di sini:

      Tentang Kitab-kitab Deuterokanonika
      Apakah Deuterokanonika tidak termasuk dalam Alkitab?
      Menjawab keberatan tentang Septuaginta dan Deuterokanonika

      Sedangkan tentang asal usul Kitab Suci, klik di artikel berikut:

      Perkenalan dengan Kitab Suci (bagian ke-2)

      Fokus kami di Katolisitas adalah menyampaikan apa yang menjadi ajaran Gereja Katolik, dan kami tidak mempunyai komitmen untuk menjabarkan ajaran/ kitab-kitab agama lain di situs ini. Jika Anda tertarik lebij jauh untuk mempelajari tentang agama Yahudi, silakan Anda mencari di situs-situs mereka, atau mencari di google dan wikipedia.

      Mohon pengertian Anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. kalau saya liat semua komentar yang sudah masuk sangat membangun sekali, milai dari pembedahan atas Allah Trinitas sampai perbandingan antar agama. menurut saya agama itu tidak dapat didescripsikan sebenarnya, itu menurut kepercayaan masing-masing individu yang meyakininya berdasarkan tuntunan Kitab-Kitab yang sudah disebarluaskan kepenjuru dunia ini. jd, menurut saya kita tidak perlu berdebat masalah tentang agama atau ajaran agama yang kita anut selama ajaran agama itu tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku dan tidak melakukan hal-hal diluar batas kemanusiaan ditempat kita berada. dan tentunya percuma kita berdebat satu sama lain, ujungnya akan terjadi kesalafahaman dan pasti akan timbul kericuhan yang berdampak pada peparangan satu sama lain.

    trima kasih. mohon maaf jika kata-kata saya tidak sesuai dengan ideologi anda.

    [dari katolisitas: Kami mencoba memaparkan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik sebagaimana yang kami mengerti. Kalau ada yang bertanya tentang iman Katolik, maka kami hanya mencoba untuk menjelaskannya]

  5. Salam sdri Siti Maryam yg t’kasih…

    18 thun anda katolik, pasti prnh m’dngar tduhan bhwa alkitab dpalsu’n. Pnyusunan alkitab hny m’gambil ayat2 yg ingin dpetik & dsesuai’n dgn pola pmikiran manusia & menolak yg x menguntung’n. D sni sya ingin b’tanya, skiranya ini benar, m’guna akal shat kta, knapa kita msh sukar mnerima konsep Trinitas? Walhal sptutnya klu alkitab sdh dkorup, pasti akn scara jelas t’kandung sgala isi yg mnyata’n scara jelas eksplisit akn Trinitas… @ stidak2nya scara jelas Allah adlah 1 & sderhana, krana ini sesuai dgn pola b’fkir manusia- keEsa’n Allah…

    Namun knyta’nya tdk bgtu. Shingga hari ini, konsep trinitas msh dperdebat’n. Malah m’jd suatu inti utama utk djebak olh saudra/i kta yg non-kristen. Krana konsep ini adlah tunjang iman Kristiani, yg skiranya dpatah’n, akn sugul & tewas la jiwa2 kristian m’ptahan’n imannya. (spt yg t’jd pd sdri Siti Maryam & hmpir jg pd sya suatu wktu dulu)

    P’soalannya, mengapa umat katolik msh ttap m’pertahan konsep yg sgt m’bingung’n & kurang msuk akal ini? Mngapa tdk m’gakui sj konsep k’sederhanaan Allah yg Esa & pnuh Kasih?

    Jwapannya cuma 1 – krana ajaran Katolik mnerima ini sbgai 1 MISTERI p’nyataan kasih dr Allah… & ssuai dgn misteri, ia perlu dfahami, dgali, dpelajari & dimani dgn hati yg jujur, ikhlas & mrendah diri.

    Tuhan bisa sj m’gajar anak SD dgn tata cra SMP, krana Dia tau, wlupn ank ini bingung pd mulanya, tp scara x lngsung dpt m’buka k’inginan utk blajar lbih lg. & Dia tau 1 hari nnt anak ini bisa b’tmbuh besar utk m’mahami ajaran t’sebut… Kn?

    Kesederhanaan Allah m’cakupi Dia yg MahaEsa DAN MahaKuasa… So, skiranya kita boleh mnerima ksederhana’nNya sbagai Esa yg adlah Satu2nya, knapa kta sukar menerima bhwa krana KEKUASA’NNya yg Maha, Dia dpat mampu m’punyai 3 pribadi? Buknkah xda yg mustahil bg Dia? MahaKuasaNya mmpu m’jdikan ap sj, t’masuk yg sukar kita terima. Tp bukn m’jd halangan utk kta pelajari, sterusnya imani…

    Kerana inilah misteri Allah…

    Salam…

    [Dari Katolisitas: Ya, Gereja menerima Wahyu Allah, sebagaimana yang diwahyukan oleh-Nya, tanpa menyesuaikannya dengan pemahaman manusia. Ajaran tentang Trinitas berhubungan erat dan tak terpisahkan dengan misteri Inkarnasi, yaitu Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Karena demikianlah yang diwahyukan Allah: bahwa Ia mengutus Putera Tunggal-Nya oleh kuasa Roh Kudus, ke dunia, untuk menyelamatkan manusia. Maka Gereja menerima pewahyuan itu apa adanya. Memang mungkin saja menurut logika manusia, hal itu sulit dipahami, bagaimana mungkin Allah dapat menjelma menjadi manusia. Namun, jika kita percaya bahwa tiada yang mustahil bagi Allah, maka kita dapat menerima, bahwa Allah yang Maha Besar dapat melakukannya. Sebab kebesaran Allah ini pertama-tama adalah kebesaran dalam hal kasih yang tak terbatas, sehingga Ia rela melakukan apa saja untuk menyelamatkan manusia -yang telah diciptakanNya menurut gambar dan rupa-Nya. Karena kasih-Nya kepada manusia, Ia mengutus Putera-Nya ke dunia untuk menanggung akibat dosa-dosa manusia, agar manusia dapat kembali satu dengan Dia, sebagaimana dikehendaki-Nya sejak awal mula. Misteri Inkarnasi yang menyatakan karya Allah Bapa yang mengutus Putera-Nya atas kuasa Roh Kudus, menyatakan misteri Trinitas. Untuk menerima hal ini, diperlukan iman; yang ada karena kasih karunia Allah yang ditanggapi oleh manusia dengan kesediaan untuk menyerahkan pemahaman akal budi dan kehendak bebasnya kepada Allah yang mewahyukan.]

  6. Tanpa kita sadari ternyata mitologi telah berkembang begitu kuat dan mempengaruhi pondasi berpikir kita. Phanteism, salah satu ajaran filsafat kuno yang dasarnya menempatkan Tuhan sebagai satu kesatuan dan wujudnya berada di mana-mana telah memberi pengaruh yg begitu dalam thd Paulus dalam membentuk keyakinan Kristiani dan juga
    berkembang di India menyusup ke dalam agama Hindu. Selain itu pantheism ternyata juga berperan besar membentuk kepercayaan ‘agama-agama’ Asia Timur spt Buddha, Konghucu dan Taoism di China.

    Keyakinan ttg pantheism ini telah berurat akar dalam pola pikir penganut agama-agama besar sehingga mereka tidak lagi memahami kitab suci yang sesungguhnya, namun lebih banyak ‘melestarikan adat dan tradisi’ yang beranak-pinak dari leluhur mereka. Sementara utk memahami Konsep Ketuhanan agama-agama, kita harus meneliti apa yang dikatakan kitab suci masing-masing bukan mencari sumbernya dari tradisi-tradisi kuno.

    Dan sekali lagi, tanpa kita sadari jika meneliti kitab suci maka kita akan menemukan bahwa agama-agama besar ternyata memiliki Konsep Ketuhanan yang sama, menyembah pada satu Tuhan, Allah SWT.

    Berikut Konsep Ketuhanan 8 Agama Terbesar di Dunia menurut Kitab Suci mereka. Diurutkan berdasarkan jumlah populasi pengikutnya masing-maisng.

    1. KRISTEN

    Agama dengan populasi penduduk terbesar saat ini, 2.1 miliar pemeluk di seluruh dunia, terkonsentrasi di Eropa, Amerika, Australia dan Afrika Tengah & Selatan.

    Konsep Ketuhanan menurut Alkitab :

    Markus 12:29 “Maka jawab Yesus kepadanya, hukum yang terutama adalah ‘dengarlah hai Israel, adapun Allah Tuhan kita adalah Tuhan yang Esa'”

    John 5:30, “Maka aku tdk boleh berbuat satu apa pun dari mauku sendiri, spt aku dengar begitu aku hukumkan dan hukum itu adil adanya, karena tiada aku coba hukum sendiri melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus aku.”

    Berapa Tuhan Kristen? Trinitas (3 in 1)? Bukan, satu Allah Tuhan Yang Esa.

    2. ISLAM

    Agama Islam dengan populasi penduduk kedua terbesar di dunia, sekitar 1.7 miliar dan terkonsentrasi di Timur Tengah, Asia Tengah, Afrika Utara dan Asia Tenggara.

    Konsep Ketuhanan menurut Al-Quran :

    Al Ikhlas 1-4 “Katakanlah, ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

    Berapa Tuhan Islam? Satu, Allah Tuhan Yang Esa.

    3. HINDU

    Agama Hindu memiliki populasi ketiga terbesar dengan jumlah sekitar 800 juta jiwa dan terbanyak berada di India, Asia Selatan dan Asia Tenggara.

    Konsep Ketuhanan menurut Wedha :

    Chandogya Upanishard, pasal 6 bag 2 ayat 1, “Akkam avidetuim” artinya Tuhan adalah satu.

    Sweta Sutara Upanishard psl 6 ayat 9, “Na kasia kasji janita nakadipa” artinya Dia yg tidak memiliki ibu bapak dan tidak memiliki tuan.

    Sweta Sutara Upanishard pasal 4 ayat 19, “Natastya pratima asti” artinya Tdk ada yg serupa dengannya.

    Ayat di kitab ini sangat familiar dan sangat mirip dengan Al-Ikhlas.

    Berapa Tuhan Hindu? 100 Dewa-Dewi? Bukan, satu Allah Yang Esa.

    4. BUDDHA

    Agama Buddha berkembang sangat pesat di China, Tibet, Thailand dan Asia Selatan. Populasinya sekitar 600 juta jiwa.

    Konsep Ketuhanan menurut Buddha :

    Sutta Pitaka, Udana VIII : 3 “Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu”

    Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya “Tuhan adalah Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”.

    Berapa Tuhan Buddha? Tidak ada konsep Ketuhanan dalam Buddha. Lihat lagi,Tuhan Buddha adalah satu, Allah Tuhan Yang Esa.

    5. KONGHUCU

    Konghucu lebih tepat dikatakan sebuah aliran drpd agama, namun aliran ini berkembang pesat juga di China dengan jumlah pemeluk sekitar 100-150 juta jiwa.

    Konsep Ketuhanan menurut Konghucu :

    1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
    2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
    3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
    4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
    5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)

    Hmm… rada mirip juga dengan Rukun Iman ternyata.

    Agama Khonghucu juga mengajarkan hubungan antar sesama manusia atau disebut “Ren Dao” dan bagaimana penganutnya melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah “Tian” atau “Shang Di”.

    Orang-orang mengatakan Konsep Ketuhanan Konghucu tidak jelas. Mereka keliru, Konghucu mengakui adanya satu Tuhan, Allah Tuhan Yang Esa.

    6. SIKHISM

    Agama non semitik yang tidak dibawa oleh Nabi namun berkembang pesat di Pakistan dan India di sekitar wilayah Punjab. Sang guru bernama Nanak Shahib. Agama Sikh memiliki sekitar 25 juta jiwa pengikut.

    Dalam kitab Sri Guru Granth Shahib vol 1 pasal 1 ayat 1 yang disebut Japoji mul Mantra dijelaskan, “Hanya ada satu Tuhan yg eksis, Tuhan yang tdk tampak wujudnya atau Ek Omkara.”

    Sikh adalah agama monotheisme menentang avtarvada (reinkarnasi).

    Berapa tuhan Sikhism? Satu, Allah Tuhan Yang Esa.

    7. YAHUDI

    Agama Yahudi tersebar di Israel, Amerika Utara dan Eropa. Jumlah pemeluknya saat ini sekitar 15 juta jiwa.

    Konsep Ketuhanan Perjanjian Lama/Taurat :

    Yesaya Ps. 45 ayat 5, “Akulah Tuhan tdk ada yg lain kecuali Allah.”
    Keluaran Ps. 20 ayat 3-5, “Jangan ada padamu Allah lain dihadapanku, jangan buat patung yang menyerupai apa pun yg ada di langit dan di bumi dan di dalam air, jangan menyembah pd patung2 itu krn aku adalah Tuhan yg cemburu.”
    Ulangan Ps. 5 ayat 7-9, “Jgn ada padamu Allah lain di hadapanku.”

    Berapa Tuhan Yahudi? Satu, Yahweh. Salah, satu Allah Tuhan Yang Esa.

    8. ZOROASTER

    Agama non semitik, dibawa oleh Nabi Zoroaster, agama ini berkembang 2500 tahun yang lalu di persia, sekarang di Iran dan India. Pemeluknya saat ini sekitar 4 juta jiwa.

    Konsep Ketuhanan menurut Zoroaster :

    Ada 2 Kitab Asatir dan Awesta

    Kitab Awesta Buku Kitab Yasna psl 31 ayat 7-11, “Tuhan adalah sang pecipta maha besar, tdk memiliki anak dan orang tua.” Lagi-lagi.. sangat mirip dengan Al-Ikhlas.

    Berapa Tuhan Zoroaster? Satu, Allah Tuhan Yang Esa.

    Jika setiap agama mengakui hanya ada satu Tuhan, Allah yang Maha Esa, lalu mengapa ada begitu banyak Tuhan dalam kepercayaan dan tradisi-tradisi kuno mereka? Jawabannya mungkin bisa ditelisik dalam kepercayaan pagan, salah satu keyakinan paling tua di dunia yang percaya bahwa Tuhan terdiri dari beberapa unsur seperti dewa-dewi Mesir Kuno, Yunani Kuno, India Kuno, and so on..

    Konsep pantheism inilah yang menyusup masuk dalam pola pikir tokoh-tokoh kepercayaan tertentu sehingga para pengikutnya mengikuti dengan sepenuh hati tanpa perlu lagi membuka kitab-kitab suci mereka. Padahal, seandainya semua pengikut agama-agama besar ini menyembah satu Tuhan yang Esa, maka 90% dari populasi dunia adalah pemeluk satu agama, Islam. Sumber keselamatan, rahmatan lil alamin

    • Shalom Muslim,

      Terima kasih atas komentar Anda. Saya tidak akan berkomentar tentang agama-agama yang lain. Namun, tentang kekristenan, menurut saya analisa yang Anda berikan sebenarnya terlalu cepat dan terburu-buru, dengan cara mengambil 2 ayat dari Kitab Suci, tanpa berusaha untuk melihat ayat-ayat yang lain. Kalau Anda mau melihat alasan tentang Trinitas- satu Allah dalam tiga pribadi, silakan melihat beberapa artikel Kristologi ini:

      Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.

      Dan tentang Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia dapat disarikan sebagai berikut:

      Tidak ada yang menyangkal bahwa Kitab Suci membuktikan bahwa Yesus adalah manusia, sehingga Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh manusia. Namun, Kitab Suci yang sama juga membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, sehingga Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa Kristus mempunyai kodrat Allah. Ke-Allahan-Nya dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi: Kelahiran-Nya (lih. Mik 5:2), kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (lih. Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30), penderitaan dan kematian-Nya (lih. Yes 42, 49, 50, 53). Yesus menyatakan ke-Allahan-Nya juga dengan mengajar dan memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri -bukan dengan mengatakan “Beginilah firman Tuhan…. ” (Kel 4:22; 5:1; Yos 24:2; Hak 6:8; 1Sam 10:18, dst) seperti dikatakan oleh para nabi, namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu…” (lih. Mat 5-6). Dengan perkataan-Nya, Yesus menyatakan diri-Nya bahwa Ia adalah Tuhan. “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan… ” (Yoh 13:13). Yesus juga menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan dengan menyatakan bahwa Ia berdiam di dalam hati setiap orang, terutama dalam mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan, dan bahwa semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatannya terhadap mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan itu, sebab dengan perbuatan tersebut mereka memperlakukan Dia (lih. Mat 25:31-46). Yesus juga melakukan begitu banyak mukjizat seperti menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41), menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16,  9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19). Yesus juga menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (lih. Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48); Kristus juga mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (lih. Yoh 10:28) dan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya adalah, “Aku adalah Aku/ I am who am”, yang adalah sinonim/ persamaan arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (lih. Yoh 10:33). Selanjutnya, Yesus sendiri tidak menolak ketika Rasul Tomas mengatakan, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) dan tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (lih. Mat 28:16-17). Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (lih. Why 5:13-14).

      Semoga beberapa link tersebut dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  7. Gak usah bingung2 nyari tuhan sesungguhnya,cuma dgn modal mikir lbh jauh tentang awal kehidupan alam seisinya,bgaimana proses penciptaanya?apkah tuhan butuh bantuan?Yg jelas bohong kl dikatakan alam ini terjadi dgn sndirinya.jdi..kita boleh berpedoman pd refrensi ketuhanan,tapi jgn asal telan saja,fikirkan ayat demi ayat,rasional apa tidak..yg jlas tuhan tidak punya kelemahan.lemahlah tuhan jika msh terikat dgn ciptaanya.toh dari nabi adam sampai sekarang tuhan selalu mandiri.biarpun gak ada muhammad,isa,musa,ibrahim,dll.,tuhan pun gk urusan,gak ngaruh…tuhan tetap berjaya tanpa manusia sekalipun.

    [dari katolisitas: Saya menyarankan agar Anda dapat membaca beberapa artikel kristologi ini – silakan klik, sehingga Anda dapat melihat alasan akan Kristus adalah Allah.]

    • dahulu saya pernah mempunyai pendapat demikian juga, namun seiring dgn perjalanan waktu dan ‘teguran–teguran’ dari Nya. saya sadar, generalisasi seperti demikian adalah karena dangkalnya iman dan pengetahuan akan agama Katolik yg sangat minim.
      buat sdr.Sidik,coba buka hati anda dan penuhi dengan pengetahuan dan iman akan gereja Katolik, saya yakin pandangan Anda akan berubah total.
      Lakukan segera,jgn sampai anda juga mendapat teguran dariNya.
      Saya doakan Anda, semoga di teguhkan untuk hal tsb.amin.

      • Shalom…

        Tepat skali! Spt jg sya, s’orang katolik yg pny bnyak p’soalan, mlah prnah fkir mau tkar agama. Nmun stelah m’lwat situs ini, & m’dalami lebih lg ttang iman katolik, hidup sya b’ubah total..! Iman sya b’tmbuh besar..! Skrang sya spt m’jd manusia yg baru, pnuh dgn kteguhan hati t’hadap Kristus.

        Hallelujah..!

  8. Saya memang pernah mendengar bahwa ketiga agama itu dikatakan agama langit. Berarti seharusnya antara pemeluknya ada unsur ‘saudara’ jika dibdk dng yang lain. Bukan berarti bahwa mendiskreditkan yang lain, tetapi mengapa yang terjadi di beberapa tempat, termasuk di Indonesia, ada beberapa pihak yang semestinya satu ‘saudara’ seakan-akan ingin mengeliminasi yang lain padahal masih satu ‘saudara’. Misalnya saja seperti dalam perizinan pembangunan tempat ibadat.
    terima kasih. Berkah Dalem

  9. perlu diketahuai penyederhanaan konsep Allah tidak hanya terjadi pada saat kedatangan islam bahkan jauh sebelum itu. yaitu sejak jaman nabi pertama lalu nabi ibrahim, dan seterusnya. BUKANNYA SEMUA NABI MENYEMBAH HANYA pada SATU TUHAN. lalu lahirlah yesus yang PENCPTAANNYA tidaklah lebih hebat dari penciptaan adam karna adam tanpa bapa lg tanpa ibu. sedangkan yesus hanya tanpa bapak.

    yahudi = tdk mengakui yesus malah menuduhnya sbagai anak haram
    kristen = yesus sebagai tuhan, putra Allah=tuhan
    islam = yesus dan ibundanya sebagai manusia yang mulia dan mengajarkan ketauhidan Allah.

    [dari katolisitas: Anda ingin berdiskusi tentang ke-Allahan Yesus Kristus. Kami telah menuliskan artikel tentang hal ini di sini – silakan klik. Silakan juga memberikan tanggapan atas beberapa artikel kristologi ini – silakan klik. Kalau Anda mau berdiskusi secara mendalam, silakan memberikan sanggahan terhadap beberapa artikel di link tersebut.]

    • Sebenarnya pemahaman agama sangat simple, kembali mengacu pada Taurat : Akulah Allah Tuhanmu ,Allah yang pencemburu,Tiada TUhan selain Aku…..kemudian beb abad, muncul Kristen atau pengikut Kristus,oleh Paulus, kemudian muncullah Islam yang artinya : berserah diri, dalam credonya : Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah pesuruh Allah.
      Jadi jelas kembali ke pemahaman ESA, saya pernah 18 th jadi Katolik, saat magang baptis bingung dengan pemahaman Tri Tunggal Mahakudus,….akhirnya pastur bilang ini dogma tidak diperdebatkan, sedangkan dalam Injil sama sekali tidak ditemui kalimat itu.
      kemudian mengenai rencana keselamatan Allah,” Aku lah jalan keselamatan dan hidup barang siapa percaya akan daku dia akan selamat “, apalagi di agama Kristen ayat ini jadi maskot,asal kamu percaya Yesus kamu selamat, walaupun berbuat jahat didunia, sedangkan di iman Islam, agama ini tidak menjanjikan keselamatan, kalo kamu berbuat baik akan diberikan pahala kamu bernuat jahat akan diberikan balasan setimpal dan nantinya akan ditimbang neraca kehidupanmu.
      Jadi islam lebih masuk akal dan mengena dipemikiran manusia,karena Tuhan tidak akan berbicara kepada anak SD…dengan mengajarkan pelajaran anak SMA, sehingga mudah dipahami, kecuali oknum oknum Islam yang radikal dengan berpayung ayat ayat,tetapi di agama manapun itu terjadi.
      Sperti halnya membangun gereja di lingkungan muslim atau gereja dilingkungan kristen, akan mengalami kesusahan yang sama ,kerna ada ego dan ketakutan hal penyebaran agama, tetapi kalo kita berkaca…..mau islam kristen budha hindu, tidak ada yang tahu bagaimana Tuhan akan menghakimi ummatnya, jadi di dunia yang terpenting adalah berbuat baik menurut ajaran agama…mengasihi sesama manusia.

      • Shalom Siti Maryam,

        Sebenarnya, memang agama Katolik tidak menyembah tiga Tuhan, namun satu Tuhan. Namun Tuhan yang satu kodrat/ hakekat/ substansi ini mempunyai tiga Pribadi, atau disebut Trinitas. Penjelasan tentang hal ini dapat Anda baca di sini – silakan klik dan klik ini. Saya tidak tahu apa yang Anda diskusikan dengan pastor tersebut. Namun, kalau Anda bersedia untuk membaca dua artikel tersebut dan kemudian menganalisa artikel tersebut, maka saya membuka diri untuk berdiskusi dengan Anda. Dengan membaca dua artikel tersebut, minimal Anda dapat mengerti bahwa mempercayai Trinitas adalah tidak bertentangan dengan akal budi dan bukanlah menyembah tiga Allah.

        Anda telah salah mengerti juga tentang konsep keselamatan dari Gereja Katolik. Bagi Gereja Katolik, percaya Yesus tanpa diwujudkan dalam tindakan kasih tidaklah cukup dan tidak dapat diselamatkan. Kitab Suci sendiri menyatakan “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibr 12:14). Jadi menurut saya, sebelum berdiskusi secara lebih mendalam, cobalah juga untuk mengetahui apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik, apalagi kalau Anda sebelumnya menjadi anggota Gereja Katolik selama 18 tahun. Mungkin diskusi tentang beberapa topik yang sering ditanyakan ini – silakan klik – dapat membantu. Semoga dapat diterima.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – katolisitas.org

        • wah menarik juga ya staf katolisitas…membaca tulian sdr siti maryam,,,saya agka merenung,,katholik 18 thn,,,,pertanyaannya ialah apakah 18 thn memberikan jaminan seseorg memahami katholik?utk memahami ktholik harus terus menerus menelusuri kedlm gereja katholik,,tdk sekadar wah saya katholik….alias pengikut YESUS,APAKAH PERLU YESUS dtg berbicara langsung kepada sesorg dan YESUS berkata AKULAH KALIMAT ALLAH, AKULAH FIRMAN ALLAH, AKULAH SABDA ALLAH.dlm sharing ini saya mau menyatakan suatu fakta:istri saya adalah islam totok,ngajinya cukup bagus,pernah juara ke 2 mtq sekab. sidoarjo. kami menikah dgn status menurut agama masing2,sebelum menikah istri saya pernah berkata, saya tdk akan menjadi katholik(pengikut YESUS),selama 9 thn jkami mengikuti ajarn agam maing2. menjelang thn kesepuluh istri saya ini menderita tumor di paru2( 0 dokjter spesialis yg menanganinya,dan kata dokter2 itu kjalaupun sembuh akan lumpuh lebih 2 thn,,,tp apa yg terjadi sesudah 3 thn opname dan dlm keadaan sakratmaut?..YESUS DTG DAN MENYEMBUHKAN DIA DLM HITUNGAN MENIT,,,sesudah total sembuh pd saat itu juga,, sesudah pulang istri saya berbisik kepada saya: saya mau masuk KATOLIK(mengikuti YESUS)..28 Tahn sdh istri saya mengikuti YESUS dlm gereja katolik…dan sungguh mengagumkan .apapun permohonannya melalui NOVENA 3X SALAM MARIA SELALU TERKABUL…..PADA hal istri saya tdk pernah tahu /kenal nama YESUS sebelum masuk katholik….jelaslah bahwa mengikuti YESUS dlm gerja katholik, tdk perlu n erteologi yg tinggi/ hebat, tp PERCAYA KEPADA YESUS tanpa bertanya…..IKUTI DIA,tanpa melihat kebelakang…… semoga menjadi renungan….saya sendiri yg katholik sejak dikandungan ibuku, novena kadang terkabul,kadang2 tdk,,,paling banyak tdk terkabul……

          [dari katolisitas: Kita dapat mengenal dan mengasihi Yesus dengan cara yang sederhana sampai teologis yang kompleks. Semuanya saling melengkapi]

  10. Salam kenal tim Katolisitas, saya ingin mengajukan pertanyaan yang saya hadapi di lingkungan pergaulan saya, yaitu tentang seperti apa sih tanggapan, pendapat atau sikap gereja terhadap Islam. Maaf kalo pertanyaan saya tidak tepat sebab saya hidup di lingkungan tersebut. Trimakasih.

    [dari katolisitas: silakan melihat tanya jawab di atas – silakan klik]

  11. Berkah Dalem Gusti,

    Saya pernah membaca artikel tentang Kota Suci, yaitu Yerusalem, dalam artikel tersebut dikatakan ” YERUSALEM ADALAH KOTA SUCI YANG MENJADI AJANG PEREBUTAN LIMA AGAMA SAMAWI ”

    Yang ingin saya tanyakan dan terus terang saya tidak paham adalah ” LIMA AGAMA SAMAWI ”
    Mohon pencerahan dan terima kasih.

    Salam,

    • Salam Wolfrannus Haryo Yudhanto,

      Yang disebut agama-agama “samawi” ialah agama-agama “langit” atau yang berdasarkan perwahyuan Allah, yaitu Yahudi, Kristen, Islam.

      Agama samawi disebut juga agama Abrahamik, bersumber dari iman Abraham akan perwahyuan Allah. Ada yang menyebut agama Baha’i juga termasuk agama samawi arena menekankan Allah yang Maha Esa. Silahkan klik http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Abrahamik . Jika disebut lima agama samawi, maka saya belum menemukan yang satu. Atau jika Kristen dipahami sebagai Katolik dan Protestan, mungkin dari situlah agama abrahamik atau samawi menjadi 5 agama.

      Salam
      Yohanes Dwi Harsanto Pr

      • Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr.

        Terima kasih atas penjelasan-nya , hal tersebut akan menambah wawasan saya untuk berdialog dengan warga dalam lingkungan saya.

        Tuhan selalu memberkati.
        Salam
        why.

  12. Yth. Ibu Ingrid . Mohon maaf, komentar saya tertanggal 15 – 8 – 2011, batal tak usah dijawab, waktu penulisan, komputer eror. Yang benar komentar tanggal 16, Terima kasih.

    Sebagai tambahan, saya ingin mengomentari pertanyaan dari Sdr. Semang dari Malaesya , prihal :
    Apakah Agama Kristen dan Islam diwahyukan Allah ? Setelah Kristen mengapa Islam masih di
    lahirkan ? Apakah Kristen tidak sempurna ?

    Jawaban saya : Menurut saya, Wahyu adalah hakekat atau perwujudan Firman atau Sabda Allah
    yang dinyatakan kepada setiap orang pilihannya. Sedangkan Agama adalah segala bentuk hubu
    ngan Manusia kepada siapa dianggapnya Suci / Maha gaib, yang dapat dimintanya pertolongan, ke
    kuatan, keselamatan dirinya dll.

    Mengapa Islam diturunkan Allah pada hal Kristen yang melanjutkan karya Jesus Kristus di Bumi ?
    Apakah Kristen itu tidak sempurna ?
    Jawabannya sbb : Allah Bapak dan Jesus Kristus maha kasih dan maha adil. Karena kasihnya ke pada umat manusia, Allah Bapak dan Jesus Kristus memberi kesempatan kepada Manusia yang tidak percaya kepada Jesus Putra Allah yang diutus untuk menebus dosa dunia dari dosa Adam.
    Karena dosa Adam, Surga tertutup bagi manusia, dan oleh Jesus Surga itu dibuka Allah kembali.
    Firman Jesus ada tertulis ( lupa di mana tertulis ) : Bahwa di luar domba pilihannya, masih ada
    domba lain akan dimasukkan dalam bilangan dombanya. Siapa yang dimaksud Jesus , memang
    masih mistery, dan walaupun tidak pasti, siapa tahu yang dimaksudkan itu adalah umat Islam dan
    orang2 saleh lainnya yang berusaha mensucikan dirinya dari hal dosa. Karena salah satu syarat masuk Surga dan Neraka, sudah disebutkan Jesus dalam Mat. 25 : 31-46. prihal pengadilan terakhir. Karena maha adilnya Allah dan Jesus Kristus, maka penghakiman itu layak mutlak, apabila
    Hukum Kasih itu sudah sampai ke semua orang. Jesus bijaksana, Dia mau memberikan alternatif bagi orang / bangsa lain, asalkan mereka melaksanakan Hukum Kasih.

    Salam,

    • Shalom P. Manurung,

      Hal tentang siapakah ‘domba- domba lain’ dalam Yoh 10:16 sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Kitab Suci menunjukkan bahwa kawanan domba Kristus adalah kawanan yang dipercayakan kepada Rasul Petrus (lih. Yoh 21:15-19, Mat 16:18) dan Kristus menghendaki agar kawanan ini selalu bersatu (Yoh 17:20-21)  dengan satu gembala, menjadi pemersatu semua bangsa (lih Yoh 11:52). Maka di sini kata kuncinya adalah: satu kawanan dan satu gembala. Kita dapat melihat dalam sejarah Gereja, bahwa kawanan tersebut adalah Gereja Katolik, yang bersatu di bawah satu pimpinan, yaitu Paus sebagai penerus Rasul Petrus. Maka ‘domba- domba lain’ yang dimaksud di sini adalah mereka yang berada di luar Gereja Katolik, termasuk yang non- Kristen, yang kemudian dituntun oleh Kristus agar mendengarkan suara-Nya, dan akhirnya dapat tergabung dalam Gereja-Nya. Contoh yang menarik di sini baru- baru ini adalah kembalinya sebagian gereja Anglikan ke pangkuan Gereja Katolik, di mana mereka kembali mengakui Bapa Paus sebagai pemimpin Gereja di dunia, sebab Paus adalah penerus Rasul Petrus yang kepadanya Kristus telah mempercayakan kawanan domba-Nya.

      Perikop tentang pengadilan terakhir Mat 25:31-46 mengajarkan pada kita tentang pentingnya mewujudkan iman kita dalam perbuatan kasih, dan bukan untuk mengatakan bahwa yang penting hanya perbuatan saja atau hanya perbuatan kasih saja yang menyelamatkan. Sebab yang diajarkan dalam Kitab Suci adalah bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia oleh iman (lih Ef 2:8) dan iman ini bekerja oleh kasih (lih. Gal 5:6). Maka mari kita menangkap keseluruhan yang diajarkan oleh Sabda Tuhan dalam Kitab Suci, dan tidak hanya mengambil sebagian dan mengabaikan ayat- ayat lainnya.

      Maka kita percaya bahwa Tuhan menyelamatkan kita dengan kita mengimani Kristus, namun karena iman ini juga timbul dari pengetahuan/ pendengaran oleh firman Kristus (Rom 10:17), maka jika seseorang yang bukan karena kesalahan sendiri tidak pernah mendengar/ mengetahui tentang firman Kristus dan Gereja-Nya, maka di saat penghakiman ia tidak akan dipersalahkan karenanya. Dalam hal ini Katekismus mengajarkan demikian:

      KGK 846    “…. seluruh keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya:

      “Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis, Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan” (Lumen Gentium 14).

      KGK 847    Penegasan ini tidak berlaku untuk mereka, yang tanpa kesalahan sendiri tidak mengenal Kristus dan Gereja-Nya:
      “Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal” (Lumen Gentium 16, Bdk. DS 3866 – 3872).

      Agaknya dalam hal iman, yang berlaku adalah ketentuan dalam Luk 12:48, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” Maka terhadap mereka yang bukan karena kesalahannya tidak sampai mengenal Tuhan Yesus dan Gereja-Nya (misalnya karena tak tersentuh dengan pemberitaan misi, dan tak pernah mendengar tentang Kristus sama sekali karena tak ada yang memberitahukannya), Tuhan juga tidak menuntut mereka untuk harus mengenal Kristus dan menjadi Katolik. Dalam hal ini, kita percaya bahwa Tuhan dapat menghantar mereka menurut jalan yang diketahui-Nya sendiri kepada keselamatan (lih. KGK 848) seturut kebijaksanaan-Nya. Namun kepada orang- orang yang telah diberi-Nya kesempatan untuk mengenal Dia dan Gereja-Nya tentu parameternya tidak sama. Apalagi kita yang telah diberi karunia iman, maka kita dituntut untuk dapat mewujudkannya dalam perbuatan kasih yang mencerminkan iman kita.

      Semoga Tuhan memampukan kita memahami ajaran ini secara keseluruhan dengan seimbang, dan tidak menekankan ke satu sisi saja dan mengabaikan sisi yang lain.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  13. Salam kasih U/ Ibu Ingrid.

    1. Terima kasih atas tanggapannya, tapi saya masih bertanya tanya maksud Ibu dalam hal memahami
    Wahyu , mungkin juga dimaksud Cq. Trinitas, harus diperlukan ada keterbukaan dan kerendahan
    hati. Sikap terhadap Wahyu, saya sangat setuju Ibu, tetapi syarat pikiran dan kemauan juga dibutuhkan. Jika pikiran memastikan “tidak”, atau ” tidak mesti ‘, dengan banyak pertimbangan logis, tentu pikiran akan bertanya, ” Wahyu atau bukan “. Saya kurang setuju jika dalam menanamkan ” Iman ” hanya disuruh percaya tanpa penjelasan logis. Kalaupun harus cara demikian dilakukan, harus mempertimbangkan keadaan masyarakatnya, sudah maju atau tidak.

    2. Masalah Trinitas : Sesungguhnya sebagai seorang Katolik saya bangga dan kagum usaha pemikiran Bapa2 Geraja terdahulu menemukan rumusan Trinitas, Yang pernah saya kritisi hanya masalah kandungannya ada yang berlebihan, sehingga sudah lebih 17 abad masih terus menjadi polemik baik di intern Kristen sendiri lebih lagi menghadapi agama lain yang dijadikannya alat bukti bahwa ajaran Kristen sudah menyimpang dan agamanyalah yang sempurna. Sebenarnya kekawatiran saya adalah memikirkan generasi mendatang jauh ke depan. Mereka semakin kritis dan realistis berfikir. Dapat dibayangkn apa jadinya jika mereka dihadapkan logika berfikir , disini disebut Allah maha Esa, disana disebut ada tiga Allah. Orang lain itu ternyata hapal sekali kesalahan para Bapa2 Gereja masa lalu termasuk ayat2 Alkitab katanya paradok. Pada hal tugas pokok Gereja menurut saya adalah: Menyampaikan kabar gembira dari Jesus Tuhan ke seluruh ujung bumi, mengajarkan hukum cinta kasih, membabtis mereka yang mnerimanya. Harapan saya selaku umat biasa, sudah waktunya ada pemikiran yang terbuka bagi Bapa2 Gereja masa kini merumuskan kembali Trinitas yang mudah dipahami orang banyak. Memperhatikan sebahagian dari isi Konsili Vatikan II (1962) dan Sinode luar biasa (1985 ) peluang kearah peninjawan kembali
    ajaran Trinitas menurut hemat saya masih terbuka, kutipannya sbb :
    # Tugas pokok Konsili Vatikan II yang diberikan Paus Yohanes XXIII , adalah menyusun ajaran Iman dan peraturan Gereja yang baik, agar lebih mudah dipahami Umat dan ” Jangan mengecam ke
    keliruan Zaman Terdahulu “. Diharapkan , agar para Gembala dan Umat dapat menemukan di dalamnya petunjuk untuk ” Pembaharuan Berfikir “, bertindak, susila, moral dan harapan.
    # Pengarahan Paus Paulus II pada Sinode luar biasa , adalah : Menyusun satu Katekismus me- ngenai ” Seluruh ajaran Iman dan Susila Katolik ” Penjelasannya harus bersifat Biblis dan Litur gis, harus menyajikan ajaran yang benar dan yang “Sesuai perkembangan Zaman”.

    3. Perihal Adam :
    # Menurut Ibu, bahwa Adam adalah manusia pertama diciptakan Allah, dan bukan Nabi, karena
    tidak terdapat kriteria kenabian dalam dirinya. Dan yang menganut paham sebaliknya adalah
    penganut Teory Evolusi yang masih diperdebatkan ( Hipotese ).
    = Saya percaya bahwa Adam bukan manusia pertama dicipta Allah, bukan pengaruh teory evolu
    si, tetapi percaya akan cara Allah berkarya dan kemampuan tecknology modern para ilmuwan
    Archaeology dalam penelitian fosil purbakala yang sudah diakui ilmuwan Dunia modern.
    Jika pendapat ibu yakin benar , lalu dengan siapa anak2 Adam mendapatkan jodoh untuk ke
    turunan / generasi mereka ? Apa dengan Ibunya ? Apa dengan saudara perempuannya ?
    Menurut para ahli Archaeolog, manusia purba sebelum Adam, bertabiat Hewani, tidak bermoral
    otak sulit berkembang, telanjang dan tak kenal rasa malu. Adam dan Hawa pun masih sempat
    mengalami telanjang dan tak kenal malu, mereka baru sadar setelah dibangunkan Allah pikiran
    nya ( PL / buah pengetahuan ). Adam dapat dikategorikan adalah Nabi, alasan kuat adalah bahwa
    sejak Adam lah tercatat dalam Alkitab, ada Interaksi berlanjut oleh Allah dengan Manusia hingga
    pada kita sekarang ini. Kesimpulan saya, Allah menciptakan Adam dan Hawa, sebagai Nabi se
    kaligus rencana Allah menyempurnakan Karyanya mengubah manusia lama/manusia purba.

    4, Perihal Jesus Kristus menurut Ibu, bukan diciptakan, tetapi sudah ada bersama Allah sejak awal.
    dengan sumber Yoh. 1 : 1 – 2.

    Jawaban saya : Saya berusaha belajar sendiri dari penjelasan2 yang ada dalam ” Injil cetakan V,
    Th.1968 , Ende, Flores, terjemahan dari bahasa Junani. Dalam penjelasan di se
    butkan bahwa Johanes seorang murid yang paling dikasihi oleh Jesus. Demikian pula Yohanes
    sangat besar perhatiannya mengikuti Jesus, baik tutur kata Jesus, baik segala kuasa menyem
    buhkan orang sakit dan menghidupkan orang yang mati termasuk seluruh isi pengajarannya .
    Yohanes seorang murid yang paling setia, perenungannya terhada Jesus sangat dalam.
    Maka didalam mengungkapkan perasaannya perihal Jesus, Dia melukiskannya dalam tulisannya
    Yoh. 1 : 1 – 18, dalam bentuk Madah Pujian sarat dengan makna.
    Dengan demkian ! Saya pribadi berusaha menangkap pikiran Yohanes yang masih tersembuni,
    mengingat pula banyak ahli Alkitab gelar Doktor Theologi, Filsafat dsb, berkeras bahwa yang di
    maksud ” SABDA ‘ dalam kitab Yohanes, semuanya tertuju untuk Jesus Kristus . Dan ayat2 itu pu
    la dijadikan pembuktian bahwa Jesus adalah Allah dan setara dengan Allah Bapa. Oleh karena
    sudah menjadi polemik yang berkepanjangan, maka saya mencoba mencari jawabannya , sbb :
    1 ), Yoh. 1 : 1, = Pada awal mula Sabda ada.
    # Sabda disini bisa diartikan sebagai kata Benda yang tidak berwujud yang sifatnya kekal.
    = Dan Sabda itu ada pada Allah.
    # Sabda disini menunjukkan milik Allah, melekat dalam diri Allah, dan sebagai alat berkarya
    bagi Allah.
    = Dan Sabda itu adalah Allah.
    # Disini Yohanes melukiskan tidak membedakan Sabda sebagai alat Allah dan Allah sebagai
    pengguna atau pemilik. Karena tanpa ” Sabda ” Allah tidak bisa berbuat apa apa.
    2 ). Yoh. 1 : 2 -3. = Pada awal mula Ia ada pada Allah, segala sesuatu dijadikan olehnya, dan tia
    da dengan dia tak suatupun jadi dari segala yang dijadikan.
    # Dua ayat tersebut diatas merupakan satu rangkaian kalimat. yang menyatakan , bahwa
    Allah dengan Sabdanya tidak bisa terpisahkan . Sekali lagi, tanpa ” Sabda ” Allah tidak
    bisa berbuat sesuatu pun .
    3 ) Yoh.1 : 4 – dst .. Kata ” SABDA ” baru mengarah kepada Jesus Kristus dan Yohanes pemb
    babtis. Untuk tambaha referensi apakah Jesus diciptakan atau tidak perlu juga kita baca
    Yes. 42 : 6 – 8. ……. Aku telah membentuk Engkau ….dst
    4 ) Untuk menjawab Yoh. 10 : 30. ada di Yoh. 17 : 21.

    Demikian semampu saya , Salam.

    • Shalom P. Manurung,

      1. Penjelasan tentang Trinitas

      Saya mengundang anda untuk membaca pengajaran tentang Trinitas, seperti yang pernah dituliskan di sini, silakan klik. Memang tidak mudah untuk memahami konsep Trinitas, tetapi bukan berarti bahwa Trinitas tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Di artikel tersebut dan di tanya jawab di bawahnya, kami sudah berusaha menyampaikan penjelasan tentang ajaran Trinitas, agar dapat diterima oleh akal budi kita. Sebab, sesungguhnya Trinitas dapat diajarkan dengan analogi sederhana, meskipun tidak sempurna, karena tidak ada sesuatupun di dunia yang dapat dipakai untuk menggambarkan Allah. Namun asalkan kita mau merenungkannya, kita akan dapat menangkap maksudnya. Seperti halnya H2O yang dapat dikenal dalam wujud air biasa, es batu atau uap, maka hakekat Tuhan yang satu dan sama, dikenal dalam tiga Pribadi, seperti yang dinyatakan-Nya sendiri dalam Wahyu Ilahi. Sebab di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama sebutan Allah dan Tuhan dapat dipakai bergantian dan mengacu kepada Tuhan Allah yang satu dan sama, demikian pula dalam Perjanjian Baru. Ada banyak sekali contoh ayat dalam hal ini, namun baiklah kita sebut di sini ayat Perjanjian Lama dari Yes 17:6, “…. demikianlah firman Tuhan, Allah Israel“. Dan dari Perjanjian Baru, “Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang….” (Rom 10:12), dan diperjelas oleh Rasul Paulus, “namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” (1 Kor 8:6)

      Dengan demikian, kelirulah pandangan yang menyangka bahwa ajaran tentang Trinitas baru timbul di abad ke 4, atau sekitar 3 abad dari jaman para rasul. Sebab prinsip dasar Allah Trinitas sudah diajarkan oleh para rasul dan para penerus mereka. Berikut ini kutipannya- kutipan ajaran para Bapa Gereja sejak abad pertama sampai abad ke- 4:

      1. St. Paus Clement dari Roma (menjadi Paus tahun 88-99):
      “Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?” ((St. Clement of Rome, Letter to the Corinthians, chap. 46, seperti dikutip oleh John Willis SJ, The Teachings of the Church Fathers, (San Francisco, Ignatius Press, 2002, reprint 1966), p. 145))

      2. St. Ignatius dari Antiokhia (50-117) membandingkan jemaat dengan batu yang disusun untuk membangun bait Allah Bapa; yang diangkat ke atas oleh ‘katrol’ Yesus Kristus yaitu Salib-Nya dan oleh ‘tali’ Roh Kudus. ((St. Ignatius of Antiokh, Letter to the Ephesians, Chap 9, Ibid., p. 146))

      “Ignatius, juga disebut Theoforus, kepada Gereja di Efesus di Asia… yang ditentukan sejak kekekalan untuk kemuliaan yang tak berakhir dan tak berubah, yang disatukan dan dipilih melalui penderitaan sejati oleh Allah Bapa di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.” ((St. Ignatius, Letter to the Ephesians, 110))

      “Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus, telah dikandung oleh Maria seturut rencana Tuhan: dari keturunan Daud, adalah benar, tetapi juga dari Roh Kudus.” ((ibid., 18:2)).

      “Kepada Gereja yang terkasih dan diterangi kasih Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak Dia yang telah menghendaki segalanya yang ada.” ((St. Ignatius, Letter to the Romans, 110))

      3. St. Polycarpus (69-155), dalam doanya sebelum ia dibunuh sebagai martir, “… Aku memuji Engkau (Allah Bapa), …aku memuliakan Engkau, melalui Imam Agung yang ilahi dan surgawi, Yesus Kristus, Putera-Mu yang terkasih, melalui Dia dan bersama Dia, dan Roh Kudus, kemuliaan bagi-Mu sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.” ((St. Polycarp, Ibid., 146))

      4. St. Athenagoras (133-190):
      “Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya, dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, –Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.” ((St. Athenagoras, A Plea for Christians, Chap. 24, ibid., 148))

      5. Aristides sang filsuf [90-150 AD] dalam The Apology
      “Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh Kudus. ((Aristides, Apology 16 [A.D. 140]))

      6. St. Irenaeus (115-202):
      “Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.” (( St. Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4, Chap.20, Ibid., 148))

      “Sebab Gereja, meskipun tersebar di seluruh dunia bahkan sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para rasul dan dari murid- murid mereka iman di dalam satu Tuhan, Allah Bapa yang Mahabesar, Pencipta langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya; dan di dalam satu Yesus Kristus, Sang Putera Allah, yang menjadi daging bagi keselamatan kita, dan di dalam Roh Kudus, yang [telah] mewartakan melalui para nabi, ketentuan ilahi dan kedatangan, dan kelahiran dari seorang perempuan, dan penderitaan dan kebangkitan dari mati dan kenaikan tubuh-Nya ke surga dari Kristus Yesus Tuhan kita, dan kedatangan-Nya dari surga di dalam kemuliaan Allah Bapa untuk mendirikan kembali segala sesuatu, dan membangkitkan kembali tubuh semua umat manusia, supaya kepada Yesus Kristus Tuhan dan Allah kita, Penyelamat dan Raja kita, sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang tidak kelihatan, setiap lutut bertelut dari semua yang di surga dan di bumi dan di bawah bumi ….” ((St. Irenaeus, Against Heresies, I:10:1 [A.D. 189])).

      “Namun demikian, apa yang tidak dapat dikatakan oleh seorangpun yang hidup, bahwa Ia [Kristus] sendiri adalah sungguh Tuhan dan Allah … dapat dilihat oleh mereka yang telah memperoleh bahkan sedikit bagian kebenaran” ((St. Irenaeus, ibid., 3:19:1)).

      7. St. Clement dari Alexandria [150-215 AD] dalam Exhortation to the Heathen (Chapter 1)
      “Sang Sabda, Kristus, adalah penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik yang ada pada kita” ((St. Clement, Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190])).

      “Dihina karena rupa-Nya namun sesungguhnya Ia dikagumi, [Yesus adalah], Sang Penebus, Penyelamat, Pemberi Damai, Sang Sabda, Ia yang jelas adalah Tuhan yang benar, Ia yang setingkat dengan Allah seluruh alam semesta sebab Ia adalah Putera-Nya.” ((ibid., 10:110:1)).

      8. St. Hippolytus [170-236 AD] dalam Refutation of All Heresies (Book IX)
      “Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah. ((St. Hippolytus, Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]))

      “Sebab Kristus adalah Allah di atas segala sesuatu, yang telah merencanakan penebusan dosa dari umat manusia …. ((ibid., 10:34)).

      9. Tertullian [160-240 AD] dalam Against Praxeas
      “Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang tidak akan keluar dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan, ataupun Roh Kudus bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan Tuhan, supaya ketika Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.” ((Tertullian, Against Praxeas 13:6 [A.D. 216])).

      10. Origen [185-254 AD] dalam De Principiis (Book IV)
      “Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma menjadi daging, dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.” ((Origen, The Fundamental Doctrines 1:0:4 [A.D. 225])).

      11. Novatian [220-270 AD] dalam Treatise Concerning the Trinity
      “Jika Kristus hanya manusia saja, mengapa Ia memberikan satu ketentuan kepada kita untuk mempercayai apa yang dikatakan-Nya, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3). Bukankah Ia menghendaki agar diterima sebagai Allah juga? Sebab jika Ia tidak menghendaki agar dipahami sebagai Allah, Ia sudah akan menambahkan, “Dan manusia Yesus Kristus yang telah diutus-Nya,” tetapi kenyataannya, Ia tidak menambahkan ini, juga Kristus tidak menyerahkan nyawa-Nya kepada kita sebagai manusia saja, tetapi satu diri-Nya dengan Allah, sebagaimana Ia kehendaki agar dipahami oleh persatuan ini sebagai Tuhan juga, seperti adanya Dia. Karena itu kita harus percaya, seusai dengan ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang benar, dan juga kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus, yang, …tidak akan menghubungkan Diri-Nya sendiri kepada Bapa, jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah juga. Sebab [jika tidak] Ia akan memisahkan diri-Nya dari Dia [Bapa], jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah.” ((Novatian, Treatise Concerning the Trinity 16 [A.D. 235])).

      12. St. Cyprian of Carthage [200-270 AD] dalam Treatise 3
      “Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait Roh Kudus-Nya …” ((St. Cyprian, Letters 73:12 [A.D. 253])).

      13. Lactantius [290-350 AD] dalam The Epitome of the Divine Institutes
      “Ia telah menjadi baik Putera Allah di dalam Roh dan Putera manusia di dalam daging, yaitu baik Allah maupun manusia. ((Lactantius, Divine Institutes 4:13:5 [A.D. 307]))

      “Seseorang mungkin bertanya, bagaimana mungkin, ketika kita berkata bahwa kita menyembah hanya satu Tuhan, namun kita menyatakan bahwa ada dua, Allah Bapa dan Allah Putera, di mana penyebutan ini telah menyebabkan banyak orang jatuh ke dalam kesalahan yang terbesar … [yang berpikir] bahwa kita mengakui adanya Tuhan yang lain, dan bahwa Tuhan yang lain itu adalah yang dapat mati …. [Tetapi] ketika kita bicara tentang Allah Bapa dan Allah Putera, kita tidak bicara tentang Mereka sebagai satu yang lain dari yang lainnya, ataupun kita memisahkan satu dari lainnya, sebab Bapa tidak dapat eksis tanpa Putera dan Putera tidak dapat dipisahkan dari Bapa.” ((Lactantius, (ibid., 4:28–29))

      14. St. Athanasius (296-373), “Sebab Putera ada di dalam Bapa… dan Bapa ada di dalam Putera…. Mereka itu satu, bukan seperti sesuatu yang dibagi menjadi dua bagian namun dianggap tetap satu, atau seperti satu kesatuan dengan dua nama yang berbeda… Mereka adalah dua,(dalam arti) Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian halnya dengan Putera… tetapi kodreat/ hakekat mereka adalah satu (sebab anak selalu mempunyai hakekat yang sama dengan bapanya), dan apa yang menjadi milik BapaNya adalah milik Anak-Nya.” ((St. Athanasius, Four Discourses Against the Arians, n. 3:3, in NPNF, 4:395.))

      15. St. Agustinus (354-430), “… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi yang erat, yang adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan yang tidak dapat diceraikan, sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan: meskipun Allah Bapa telah melahirkan (has begotten) Putera, dan Putera lahir dari Allah Bapa, Ia yang adalah Putera, bukanlah Bapa, dan Roh Kudus bukanlah Bapa ataupun Putera, namun Roh Bapa dan Roh Putera; dan Ia sama (co-equal) dengan Bapa dan Putera, membentuk kesatuan Tritunggal. ” ((St. Augustine, On The Trinity, seperti dikutip oleh John Willis SJ, Ibid., 152.))

      2. Ajaran Trinitas dapat ditinjau kembali?

      Nampaknya keliru pandangan yang menganggap bahwa ajaran tentang Trinitas bisa ditinjau kembali dalam artian diubah, bahwa Yesus Allah Putera itu tidak setara dengan Allah Bapa. Gereja Katolik tidak pernah dapat mengubah ajaran yang sudah berakar dari jaman para rasul, terutama tentang Allah Trinitas, yang menjadi inti dan dasar seluruh kebenaran Kristiani seperti yang kita ucapkan dalam Credo Aku percaya. Yang bisa ditinjau kembali adalah cara mengajarkannya/ penyampaiannya kepada umat. Katekismus Gereja Katolik (KGK) yang dipromulgasikan oleh Paus Yohanes Paulus II tahun 1997, telah berusaha menyampaikannya dengan lebih jelas, silakan membaca KGK no. 198 sampai 747. Tidak ada satupun dari butir Katekismus itu yang mengubah inti ajaran mula- mula yaitu bahwa kita percaya akan satu Allah, dan Allah yang satu dan sama itu adalah Allah Bapa yang mengutus Putera-Nya Yesus Kristus atas kuasa Roh Kudus, untuk menyelamatkan umat manusia.

      3. Tentang manusia pertama

      Teori Adam sebagai manusia pertama tidak bertentangan dengan ditemukannya fosil purbakala oleh para arkeolog. Sebab meskipun dianggap bahwa tubuh manusia ‘berasal’ dari perkembangan tubuh mahluk lain (walau hal ini tetap memerlukan pembuktian lebih lanjut), tetap tidak mengubah prinsipnya bahwa diperlukan intervensi Tuhan untuk mengubah tubuh mahluk lain tersebut untuk dapat menjadi tubuh manusia yang cocok untuk menerima jiwa manusia. Prinsip ini tidak menentang makna yang disampaikan oleh Kitab Kejadian, sebab Tuhan membentuk tubuh manusia juga dari ‘sesuatu materi’ yang sudah ada, yaitu debu tanah (lih. Kej 2:7).

      Masalahnya sekarang, banyak fosil ditemukan, yang diyakini sebagian orang berasal dari semacam ‘kera’/ apes yang berevolusi menjadi manusia. Namun fosil yang menunjukkan perubahan pelan- pelan antara kera menjadi manusia itu tidak pernah ditemukan. Maka para ahli mengatakan fosil peralihan antara ‘kera’ menjadi manusia yang tidak ditemukan tersebut sebagai ‘the missing link‘ (rantai yang hilang).  Namun demikian, jika kita mendasarkan pada prinsip logika berpikir, kita akan dapat menerima, bahwa ‘rantai yang hilang’ ini bukannya hilang, tetapi tidak ada. Sebab tidak mungkin mahluk yang lebih rendah bisa berubah jadi mahluk yang lebih tinggi, atas dasar prinsip: ‘sesuatu tidak dapat memberi, jika sebelumnya ia tidak punya’. Maka kalau pada kera tidak ada akal budi dan kehendak bebas seperti pada manusia, maka tidak mungkin mereka dapat disebut sebagai ‘orang tua’ manusia. Dengan kata lain, tanpa campur tangan Tuhan, suatu mahluk hidup yang di bawah derajat manusia tidak dapat berubah pelan- pelan/ berevolusi menjadi manusia. Sekalipun diyakini terjadi perubahan, perubahan itu hanya mungkin karena campur tangan Tuhan, sehingga terjadi perubahan drastis yang tidak lagi menyerupai kera, tetapi sungguh menjadi tubuh manusia yang layak menjadi kediaman jiwa manusia. Di saat itulah (jika saja teori ini benar) Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, manusia pertama yang menjadi orang tua pertama bagi umat manusia.

      Gereja Katolik, berdasarkan Kitab Suci mengajarkan bahwa Adam dan Hawa adalah sepasang orang tua pertama, dan dari mereka seluruh umat manusia berasal. Maka konsekuensinya, pada jaman awal mula, memang terjadi perkawinan sesama saudara (incest), dalam hal ini antara sesama anak- anak dari Adam dan Hawa, sebab Kitab Suci mencatat bahwa Adam dan Hawa tidak hanya memiliki 2 anak (Kain dan Habel), tetapi juga Set dan anak-anak laki-laki dan perempuan (Kej 5:4) yang jumlahnya dan namanya tidak dituliskan di dalam Kitab Suci. Maka pada saat itu memang terjadi pernikahan antar saudara, yaitu antara anak-anak Adam dan Hawa, walaupun kemudian setelah jumlah umat manusia berkembang, hal ini tidak lagi diperbolehkan oleh Tuhan (lih. Im 18:6-18). Larangan ini cocok dengan kenyataan bahwa kode genetik manusia dapat mengalami “defect”/ cacat yang dapat bertambah besar sehubungan dengan regenerasi manusia. Maka jika pada generasi pertama-tama, efek resesif sangat minimal namun semakin ke bawah generasinya, efek ini makin besar. Oleh sebab itu Allah akhirnya melarang perkawinan sesama saudara.

      Prinsip Adam sebagai manusia pertama, yang darinya turunlah semua umat manusia, dan oleh karena ketidaktaatannya ia berdosa, dan karena itu semua orang turut berdosa dan menerima maut sebagai akibatnya; adalah penting; sebab Kristus justru diutus oleh Allah untuk memulihkan keadaan ini dengan keadaan kebalikannya. Yaitu Kristus sebagai Adam yang baru, dengan ketaatan-Nya menghancurkan kuasa dosa dan maut. (lih. Rom 5:12-21)

      4. Tentang Yesus sebagai Sang Sabda

      Anda benar jika mengatakan bahwa tanpa Sabda, Allah tidak dapat berbuat sesuatupun. Padahal Allah adalah Tuhan yang Maha segalanya, maka Ia tidak mungkin tidak dapat berbuat sesuatu. Dengan demikian Sabda itu selalu bersama- sama dengan Allah, dan tidak ada saat, walau sekejap-pun, di mana Sabda itu tidak bersama- sama dengan Allah. Oleh karena itu dikatakan dalam Injil Yohanes, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh 1:1). Segala sesuatu dijadikan oleh Sang Firman (lih. Yoh 1:2-3), dan karena itu Sang Firman adalah Allah, sebab kalau bukan Allah sendiri, maka tak seorangpun dapat menjadikan segala sesuatu. Nah, maka Firman ini sudah ada sejak awal mula, bersama- sama dengan Allah, namun pada suatu saat  yaitu pada saat telah genap waktunya (lih. Gal 4:4)- Firman ini menjelma menjadi manusia (Yoh 1:14) dan kita mengenal-Nya dengan nama Yesus Kristus, yang adalah sungguh Allah (karena Ia adalah Sang Firman yang tetap selamanya), namun juga sungguh manusia. Tentang topik Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, klik di sini.

      5. Tentang Yes 42:6

      Sekarang mari kita lihat ayat Yes 42:6 yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan demikian, “Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa…. “

      Sesungguhnya bahasa asli dari kata yang diterjemahkan ‘membentuk’ adalah:  נַצר nāṣar (yang artinya adalah menjaga, melindungi, mengamati), yang dalam bahasa Inggris adalah demikian:

      I the Lord have called thee in justice, and taken thee by the hand, and preserved thee. And I have given thee for a covenant of the people, for a light of the Gentiles; ” (Douay Rheims version)

      I am the LORD, I have called you in righteousness, I have taken you by the hand and kept you; I have given you as a covenant to the people, a light to the nations;” (Revised Standard Version)

      I am the LORD, I have called You in righteousness, I will also hold You by the hand and watch over You, And I will appoint You as a covenant to the people, As a light to the nations, (New American Bible version)

      I the LORD have called thee in righteousness, and will hold thine hand, and will keep thee, and give thee for a covenant of the people, for a light of the Gentiles;” (King James Version)

      Jadi nampaknya ayat Yes 42:6 yang anda tunjukkan tidak menjadi dasar bahwa Kristus -yang menjadi penggenapan ayat tersebut- ‘dibentuk’ oleh Allah. Sebab terjemahan yang lebih tepat adalah Allah ‘menjaga/ melindungi’. Namun sekalipun diartikan ‘membentuk’ sebenarnya juga ada benarnya, sebab Allah memang membentuk tubuh Kristus sebagai manusia di dalam rahim Maria, namun bukan ke-Allahan-Nya.

      6. Tentang Yoh 10:30 dan Yoh 17:21

      Yesus memang menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yoh 10:30) sebab Ia ada di dalam Bapa dan Bapa di dalam Dia (lih. Yoh 10:38); dan kesatuan inilah yang Yesus inginkan ada pada semua orang yang percaya kepada-Nya (lih. Yoh 17:21); yaitu dalam arti kesatuan jiwa (yang tidak kelihatan) dan kesatuan tubuh (yang kelihatan) sebagaimana diperlihatkan dalam Ekaristi, supaya seluruh dunia tahu bahwa Kristuslah yang telah diutus oleh Allah Bapa, dan bahwa Allah sungguh hadir di dunia.

      Demikianlah yang dapat saya sampaikan sebagai tanggapan dari pertanyaan dan pernyataan anda. Saya di sini hanya berusaha menunjukkan dasar- dasar ajaran tentang Trinitas, seperti yang disampaikan oleh Gereja Katolik. Anda bisa saja tidak setuju, tetapi jika anda Katolik, ada baiknya anda merenungkan ajaran ini yang mengambil dasar dari ajaran Kristus dan para rasul, yang diteruskan dengan setia oleh para penerus mereka. Adalah lebih baik mempelajari dahulu dan berusaha memahami ajaran Trinitas, daripada berkeras pada pandangan ‘ajaran itu harus diubah karena sulit dipahami’. Sebab sesungguhnya untuk sampai kepada pengetahuan akan Allah, kitalah yang harus ‘naik’ untuk berusaha memahami apa yang sudah dinyatakan sendiri oleh Allah, dan bukannya mensyaratkan agar Allah menyatakan Diri-Nya sedemikian agar sesuai dengan pemikiran dan pemahaman kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  14. Salam Kasih !
    Ibu Ingrid, mungkin karena saya tidak ahli dalam theologi, falsafah, dan sastra (Ibr & Jun), maka dari menyaksikan perdebatan agama baik sesama Kristen maupun Kristen dengan Islam, saya merasa khawatir, bahwa kita Kristenpun karena emosional dan betapa besar cinta kita kepada Jesus, maka tidak tertutup kemungkinan Bapa2 Gereja awal bisa jadi telah membuat penafsiran keberadaan Jesus berlebihan atau ada kelemahan. Contoh gampang, hingga sekarangpun walau para ilmuwan membuktikan, bahwa Adam bukan manusia pertama diciptakan Tuhan(Allah), Kristen & Islam masih tidak mau menerimanya. Saya pribadi yakin Adam bukan manusia pertama tetapi nabi pertama. Kemudian, Jesus dipercaya adalah Allah Bapa yang menjelma jadi manusia dengan alasan berbagai ayat2 Firman dalam Alkitab. Di sisi lain kita diajari bahwa Allah itu Esa, Allah itu menciptakan segala sesuatu yang ada di alam raya ini termasuk Jesus dengan SabdaNya. Sekarang ini berkembang ajaran Kristen bahwa Jesus setara dengan Allah Bapa, Jesus ikut menciptakan segala sesuatu yang ada. Mengapa kita orang Kristen tidak cukup bersandar pada pengakuan Petrus atas pertanyaan Jesus menurut mereka siapa Jesus, yang jawabannya ” Engkaulah Kristus, anak Allah yang hidup?” Kita orang Kristen percaya bahwa Allah tidak mau menghakimi umat manusia karena ketidaktahuan umat manusia. Oleh sebab itulah Allah mengutus para nabiNya mengingatkan umat supaya percaya dan setia kepada Allah. Karena kasih Allah yang tidak terbatas, Allah mengutus putranya Jesus.

    Pertanyaan kita sekarang, dengan ajaran, doktrin yang sukar dipahami oleh umat lalu dia pergi meninggalkan Jesus dan mencari penyelamat lain alias murtad, siapakah yang salah ?

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini digabung karena masih satu topik/ merupakan kelanjutan dari pertanyaan di atas]

    Ibu Ingrid yang baik
    Maaf ya Ibu, saya tidak pandai menggunakan laptop, begitu juga Theologi, hanya terdorong oleh perkembangan pemahaman Trinitas yang terus polemik baik diantara umat (Kristen) lebih lagi menghadapi agama lain. Saya mempunyai beberapa buku dan vcd yang isinya tentang banyak sudah umat Kristen jadi murtad karena tidak percaya lagi, bahwa agama Kristen Cq Jesus, bukan lagi jalan kebenaran. Perasaanku sangat sedih. Mereka kebanyakan murtad karena kalah berdialog dengan orang beragama lain. Sebahagian memang karena hal hal duniawi. Dari bukunya James Yee, seorang mantan Perwira AD-US, judul buku For God and Country, katanya lebih 6000 tentara US di Timteng dan Afganistan masuk Islam hanya karena terpojok, tidak bisa menjawab soal : Trinitas, Jesus anak Allah, malah sudah disebut setara dengan Allah bahkan sudah Allah. Demikian juga yang terjadi di Indonesia kita ini, seperti Antonius Widuri sekeluarga dan Irene Handoko, dll, kasusnya hampir sama. Merenungkan kasus-kasus tersebut, saya berusaha memahami mereka, dan jawabannya, memang pihak lawan ada benarnya walau lebih banyak tidak benarnya. Kita Kristen pun terutama Bapa2 Gereja yang melahirkan Dogma Gereja, sepertinya tidak luput dari unsur otoriterisme yang didukung oleh semangat berlebihan, atau oleh doktrin keputusan Gereja adalah keputusan Jesus, tidak terbantahkan. Saya mensinyalir ada sikap otoriter, karena pada saat merumuskan Trinitas ada pro dan kontra. Yang kontra dianggap bidaah, musuh Gereja dan diasingkan.
    Pertanyaan saya Ibu, apa tidak cukup Jesus itu kita sebut : Anak Allah, Kristus, Mesias, Tuhan (dalam arti tidak sama dengan Allah, kecuali kata “Allah” tidak nama pribadi). Dengan demikian kita tidak mempersekutukan Allah Bapa, tidak menimpang dari Hukum Allah yang pertama dan ucapan Jesus atas dirinya.
    S a l a m.

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini digabungkan karena masih merupakan kelanjutan dari pertanyaan yang sudah ditulis di atas]

    Benar atau tidak ya pemikiran saya, bahwa Allah Bapa dalam karya2nya, tidaklah dilakukan sekaligus tuntas sempurna, tetapi sengaja dilakukan bertahap menuju kesempurnaan. Bukti nyata menurut pandangan saya bahwa: 1. Alam Raya diciptakan Allah dalam 6 periode, dan setiap periode memakan waktu miliaran tahun ( PL: 6 hari ). 2. Manusia dengan akal budinya, juga diciptakan Allah bertahap jutaan tahun, mulai dari primitif, lalu mengalami perkembangan akal budi, kemudian kini sudah menguasai technologi super tinggi. 3. Demikian juga Allah menciptakan utusan2nya di Bumi ini, juga secara bertahap kearah kesempurnaan sebagai berikut :
    a. Nabi pertama Adam diciptakan Allah dari ” debu”. Adam jatuh ke dalam dosa karena Dia tidak setia menuruti larangan Allah.
    b. Para nabi berikutnya yaitu Musa dll, diciptakan Allah dari darah dan daging manusia melalui hubungan biologis. Periode mereka, dapat dikatakan hubungan kesetian kepada Allah mengalami pasang surut (umat Israel).
    c. Mesias yang dijanjikan Allah yaitu Jesus Kristus, diciptakan Allah melalui kuasa “Sabda”nya. Bukan dari “Debu”, bukan dari “Biologis”, tetapi dari ” S a b d a “. Dalam Jesus sempurna sudah, Dia telah menggantikan kurban darah Ishak dan kurban bakaran Bani Israel di kayu salib, Dialah yang menyampaikan Firman Allah secara langsung tanpa perantara Malaekat Allah seperti sebelumnya. Kesetiaannya kepada Allah Bapa, demi penebusan dosa2 dunia, telah dibayarnya dengan lunas di atas kayu salib.
    Jika pemikiran saya diatas dapat dibenarkan, tentu kesimpulannya, Jesus itu adalah diciptakan Allah, bukanlah sudah ada bersama sama Allah sebelum dunia tercipta, seperti iman yang dikembangkan kita Kristen. (Mohon maaf u/semua, bukan niat melawan, hanya renungan hal Trinitas yang terus jadi polemik berkepanjangan). Karena polemik yang bekepanjangan tersebut, timbullah pikiran bertanya, “Mengapa Bapa2 Gereja mempertahankan ajaran iman yang sulit buat umat ? Bukankah Allah maha pengasih buat manusia yang terbatas nalarnya ? Sulitkah bagi Bapa2 Gereja meneliti kembali kandungan “Trinitas” hasil pemikiran pendahulunya ? Bolehkah disalahkan mereka yang murtad karena kebingungan ajaran ?

    Salam dan mohon maaf atas kesensitifanku.

    P. J Manurung

    • Shalom P. Manurung,

      Sejujurnya, jika kita ingin memahami Wahyu Allah, yang pertama-tama dibutuhkan adalah sikap keterbukaan dan kerendahan hati. Sebab tanpa kerendahan hati, kita akan cenderung ‘ngeyel‘ terhadap pemahaman kita sendiri, dan akhirnya, malah tidak dapat memahami apa sebenarnya yang Tuhan nyatakan kepada kita. Beruntunglah kita sebagai umat Katolik, bahwa kita memiliki Magisterium (Wewenang Mengajar) Gereja, yang dengan setia mengajarkan pengajaran dari para rasul dan para penerus mereka, dan bahwa kuasa mengajar ini dijamin oleh Kristus sendiri tidak akan sesat (lih. Mat 16:18-19, 18:18, 28:19-20), sehingga dengan demikian kita memiliki pegangan yang pasti dan benar. Memang dapat terjadi seseorang mempertanyakan pengajaran para rasul maupun Bapa Gereja, atau menganggapnya keliru, sementara menganggap pandangannya sendiri lebih benar dari ajaran mereka. Tetapi apakah dasarnya pemikiran ini? Bukankah lebih baik jika kita mempelajari terlebih dahulu dasar ajaran para Bapa Gereja itu, dan melihat pula apakah prinsip ajaran mereka dapat diterima akal sehat, dan apakah di atas semua itu sesuai dengan Kitab Suci?

      1. Adam manusia pertama atau bukan?

      Sebenarnya jika dikatakan “para ilmuwan membuktikan“, itu tidak tepat. Sebab yang disodorkan oleh para ilmuwan itu juga sesungguhnya masih hipotesa, yaitu bahwa segala mahluk hidup asalnya hanya dari satu sel yang lalu ber-evolusi, atau teori big bang, atau teori ‘banyak manusia pertama’ atau bahkan manusia asalnya dari kera. Sejujurnya, semua itu juga masih hipotesa, karena yang disebutkan oleh mereka sebagai “bukti- bukti” sesungguhnya masih dapat didiskusikan atau tepatnya dipertanyakan. Saya tidak tahu apakah anda sudah pernah membaca ulasan di situs ini tentang Evolusi, dan Hubungannya dengan Iman, jika belum, silakan klik di sini.

      Jika anda yakin bahwa Adam bukan manusia pertama, ijinkan saya bertanya, “Apakah dasar ataupun buktinya mengapa anda berpandangan demikian?” Tentang Adam sebagai manusia pertama (‘Adam’ sendiri sebenarnya artinya adalah ‘manusia’) memang sebenarnya adalah realita, jika kita percaya bahwa Allah-lah yang menciptakan manusia pertama sesuai dengan gambaran-Nya (lih. Kej 1:26).

      Selanjutnya, jika kita berpegang kepada definisi nabi sebagai seseorang ‘penerjemah dan jurubicara bagi Allah’ kepada umat-Nya, maka nampaknya Adam bukanlah nabi. Orang pertama dalam Perjanjian Lama yang disebut nabi adalah Bapa Abraham, yang disebut sebagai Bapa orang beriman.

      2. Yesus dipercaya sebagai Allah Bapa yang menjelma menjadi manusia?

      Ini pandangan yang keliru. Di abad ke 2-3 pandangan macam ini diajarkan oleh Sabellius, dan ajaran ini dikenal dengan nama Monarchianism, Modalism, Patripassianism atau mengikuti nama pelopornya, Sabellianism. Ajaran ini mengajarkan bahwa yang menjelma menjadi manusia adalah Allah Bapa sendiri, sehingga yang menderita sengsara (mengalami passio) sampai wafat adalah Allah Bapa (Pater), dan oleh karena itu paham ini disebut Patri-passianism. Paham ini berasal dari prinsip pemahaman bahwa Tuhan yang satu itu menjalankan tugasnya dalam tiga peran (maka disebut Modalism) yaitu peran penciptaan oleh Allah Bapa, lalu peran penyelamatan oleh Allah Bapa yang sama yang menjelma menjadi manusia, dan peran pengudusan yaitu Allah Bapa yang sama yang menjadi Roh Kudus. Seseorang hanya perlu membaca dan merenungkan kembali apa yang tertulis dalam Kitab Suci, untuk mengetahui bahwa pandangan ini tidak benar. Sebab Kitab Suci jelas menuliskan bahwa Sang Firman (yang adalah Kristus) sudah ada sejak awal mula penciptaan dunia: “Pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama- sama dengan Allah dan Firman itu [Kristus] adalah Allah” (Yoh 1:1); dan dengan demikian Sabda/ Firman itu bukan ‘sesuatu’ yang diciptakan Allah di kemudian hari.

      Maka bahwa Allah adalah Esa/satu (Ul 6:4, Mal 2:10, 1 Kor 12:6, Gal 3:20), itu benar, sebab memang demikianlah yang dinyatakan Allah tentang Diri-Nya dalam Kitab Suci. Namun hakekatnya yang satu itu tidak terbatas dengan satu Pribadi, sebab Rasul Paulus mengatakan, “bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” (1 Kor 8:6). Hanya dengan bimbingan Roh Kuduslah kita dapat menerima dan memahami bahwa Allah atau Tuhan yang satu itu adalah Bapa, namun Tuhan itu juga Kristus, Sang Firman. Agaknya untuk memahami hal ini, kita harus melepaskan ‘ide’/ pemahaman kita tentang ke-esaan Allah menurut pengertian kita sebagai manusia, yaitu bahwa satu hakekat umumnya bersangkutan dengan satu pribadi- dan dengan demikian mengakui bahwa bagi Tuhan bukannya tidak mungkin bahwa walaupun hakekatnya Satu, namun Ia dapat mempunyai Pribadi lebih dari satu dan misteri inilah yang membedakan-Nya dengan manusia yang serba terbatas dalam banyak hal.

      3. Mengapa orang Kristen tidak cukup bersandar pada Pengakuan Petrus?

      Anda bertanya, “Mengapa kita orang Kristen tidak cukup bersandar pada pengakuan Petrus atas pertanyaan Yesus menurut mereka siapa Yesus, yang jawabannya, ”Engkaulah Kristus, Anak Allah yang hidup?

      Nampaknya saya yang perlu bertanya kepada anda, apa maksud pertanyaan ini. Sebab kita umat Kristiani justru menerima dan bersandar pada pengakuan Rasul Petrus ini, yaitu bahwa Kristus memang adalah Anak Allah yang hidup (lih. Mat 16:18). Oleh karena pengakuan iman inilah Rasul Petrus (yang tadinya bernama Simon) diberi identitas baru oleh Kristus sebagai Batu Karang (Kefas/ Petros) yang atasnya Kristus mendirikan Gereja-Nya. Nah, kita ketahui bahwa ‘anak’ mempunyai hakekat yang sama dengan orang tuanya. Contoh: dari kucing akan lahir kucing juga, dan bukan anjing. Maka jika Allah mengatakan, “Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal” (lih. Yoh 3:16), maka maksudnya adalah Allah telah mengaruniakan Sang Anak-Nya yang Tunggal, yang juga adalah Allah, kepada manusia. Dengan prinsip yang sama, maka jika Petrus mengatakan bahwa Kristus adalah Anak Allah, maka secara implisit Petrus mengakui bahwa Kristus adalah Allah. Dan Kristus memuji pernyataan iman Petrus ini dan mengatakan bahwa pemahaman tersebut dinyatakan oleh Allah Bapa kepada Petrus. Maka memang pernyataan ini tidak datang dari manusia, tetapi dari Allah sendiri. Untuk memahami bahwa dalam ke-Esaan-Nya, Allah Bapa mengutus Putera-Nya yang adalah Allah yang satu dan sama, kita harus meninggalkan pola pikir kita yang terbatas oleh ‘apa yang umumnya terjadi pada kita manusia’, tetapi melihat bahwa Tuhan yang tidak terbatas dan mengatasi kita dalam segala hal, dapat melakukan apapun di luar dari apa yang umum terjadi pada manusia; karena tiada yang tidak mungkin bagi Allah. Nah seseorang dapat memiliki kesulitan untuk berpikir ‘outside the box‘/ di luar batas dari apa yang umum dipahami; sehingga dengan demikian menyamakan konsep hakekat dan Pribadi Tuhan seperti yang ada pada manusia. Dengan pemahaman ini, maka ada banyak orang yang menolak paham Trinitas, karena dipandang tidak mungkin karena sulit dipahami. Padahal hal Trinitas sudah dinyatakan sendiri oleh Allah, namun untuk memahaminya, kita harus tidak berkeras kepada pemahaman kita sendiri.

      4. Orang Kristen yang berpindah keyakinan

      Hal banyaknya orang Kristen yang kemudian berpindah keyakinan, ini adalah realita yang memprihatinkan, namun selayaknya tidak membuat kita berputus asa ataupun menghakimi mereka. Sebab roda kehidupan terus berputar, dan tentulah Allah mempunyai banyak cara untuk membawa orang- orang tersebut untuk kembali ke dalam kawanan-Nya, jika itu memang adalah kehendak-Nya. Kita tidak dapat tahu akan hal itu, tetapi Tuhan yang mengetahui kedalaman hati setiap orang mengetahui segalanya, dan biarlah hal ini kita serahkan ke dalam kebijaksanaan Tuhan. Adalah sesuatu yang memprihatinkan jika seseorang meninggalkan iman Kristiani-nya, sebelum ia sempat mempelajari dan memahami imannya dengan sungguh- sungguh. Sebab sesungguhnya iman tentang Trinitas tidak menyimpang dari Hukum Allah, dan bahkan sungguh sesuai dengan perkataan Yesus sendiri bahwa Ia dan Bapa adalah Satu (Yoh 10:30; 1 Yoh 5:7).

      5. Sikap otoriter Gereja yang berlebihan dalam merumuskan Trinitas

      Pandangan ini keliru. Tidak ada yang berlebihan di sini, sebab yang dilestarikan oleh Gereja adalah ajaran Kristus dan para rasul yang sudah mereka terima sejak awal mula. Trinitas adalah ajaran inti iman Kristiani seperti dijabarkan dalam Katekismus:

      KGK 234     Misteri Tritunggal Maha Kudus adalah rahasia sentral iman dan kehidupan Kristen. Itulah misteri kehidupan batin ilahi, dasar pokok segala misteri iman yang lain dan cahaya yang meneranginya. Itulah yang paling mendasar dan hakiki dalam “hierarki kebenaran iman”. (DCG 43). “Seluruh sejarah keselamatan tidak lain dari sejarah jalan dan upaya, yang dengan perantaraannya Allah yang satu dan benar – Bapa, Putera, dan Roh Kudus – mewahyukan Diri, memperdamaikan diri-Nya dengan manusia yang berbalik dari dosa, dan mempersatukan mereka dengan diri-Nya” (DCG 47).

      Maka sebenarnya seseorang yang tidak mengimani Allah Trinitas tidak dapat disebut sebagai umat Kristen. Karena misteri penebusan Kristus hanya dapat terjadi dan menghasilkan efeknya sampai sekarang, karena Kristus adalah Tuhan. Kepada Kristus yang adalah Tuhan inilah para martir rela mengurbankan nyawa mereka demi mempertahankan iman mereka. Silakan jika anda tertarik untuk membaca lebih lanjut tentang topik ini di artikel- artikel berikut ini (silakan klik di judul berikut):

      Mengapa Orang Kristen Percaya bahwa Kristus Adalah Tuhan
      Yesus Sungguh Allah Sungguh manusia
      Kristus yang Kita Imani = Yesus menurut Sejarah
      Kristus Tuhan yang Dinubuatkan oleh Para Nabi

      Trinitas, Tuhan yang Satu dalam Tiga Pribadi

      Jadi kelirulah anggapan yang mengira bahwa ajaran Trinitas itu baru diajarkan di abad ke 4 melalui Konsili Nicea (325), apalagi jika dikatakan adanya pro-dan kontra yang sedemikian, sehingga seolah- olah ajaran itu tidak jelas dari awalnya. Silakan membaca di sini, silakan klik tentang tulisan para Bapa Gereja jemaat perdana sebelum abad ke-4 yang melestarikan apa yang diajarkan dalam Kitab Suci, yaitu bahwa Kristus adalah Tuhan, dan karena itu menunjukkan bahwa Pribadi Allah bukan hanya Allah Bapa, namun juga Kristus Sang Putera Allah.

      Maka perumusan Trinitas di tahun 325 itu diadakan bukan karena sebelumnya ajaran itu tidak ada atau tidak diyakini oleh Gereja. Ajaran tersebut sudah ada, hanya ditegaskan kembali, karena pada masa itu ada seorang bernama imam Alexandria bernama Arius yang mengajarkan ajaran yang menyimpang dari ajaran para Rasul. Arius bermaksud menyederhanakan misteri Trinitas, dan mengajarkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan. Nah, ajaran ini telak ditentang oleh para Uskup yang adalah para penerus Rasul di Konsili Nicea. Dari 300 uskup yang hadir hanya 2 uskup yang menolak dan ditambah dengan Arius sendiri. Silakan membaca lebih lanjut di artikel ini, silakan klik. Setelah kalah di Konsili Nicea kemudian Arius melaksanakan taktiknya yang lain, yaitu mempengaruhi pihak kekuasaan Romawi untuk mendukung pandangannya. Di sinilah terjadi pro dan kontra yang sedemikian karena campur tangan penguasa, dan kita membaca dalam catatan sejarah Gereja, tentang besarnya peran St. Athanasius untuk menegakkan ajaran para rasul seperti yang telah ditetapkan dalam Konsili Nicea tersebut.

      6. Allah berkarya secara bertahap?

      Ya, anggapan ini benar. Dalam mewujudkan rencana-Nya, Allah juga melaksanakannya secara bertahap. Hal ini kita ketahui dari membaca keseluruhan kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan dikatakan juga dalam Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium, 2-4.

      7. Benarkah bahwa Mesias yang dijanjikan Allah yaitu Jesus Kristus, diciptakan Allah melalui kuasa “Sabda”nya?

      Pernyataan ini tidak seluruhnya benar. Sebab memang Kristus adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah Bapa, namun Kristus ini tidak ‘diciptakan’ oleh Allah Bapa melalui Sabda-Nya. Sebab Sang Sabda ini adalah Allah sendiri, dan ini dikatakan jelas di Yoh 1:1-2, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah….” Maka Sang Firman/ Sang Sabda yang adalah Yesus itu sudah ada sejak awal mula bersama dengan Allah Bapa; hanya pada suatu waktu tertentu dalam sejarah manusia, Sang Sabda itu mengambil rupa sebagai manusia oleh kuasa Roh Kudus (lih. Luk 1:35) melalui Perawan Maria. Oleh kuasa Roh Kudus, Sang Putera Allah yang Tunggal menjelma menjadi manusia dan diam di antara kita (lih. Yoh 1:14), tanpa berhenti menjadi Allah. Karena ke-Allahan-Nya itulah Kristus dapat melakukan banyak mukjizat atas kuasa-Nya sendiri: menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, meredakan angin ribut, mengampuni dosa, dst, mengatakan kepada orang banyak tentang keberadaannya yang melampaui waktu, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58) dan di atas semua itu, Kristus dapat bangkit dari kematian-Nya, sesuatu yang tidak mungkin terjadi jika Ia sendiri bukan Tuhan.

      8. Mengapa para Bapa Gereja mempertahankan ajaran iman yang sulit buat umat ?

      Anda kemudian bertanya, “Mengapa Bapa-bapa Gereja mempertahankan ajaran iman yang sulit buat umat? Bukankah Allah maha pengasih buat manusia yang terbatas nalarnya? Sulitkah bagi Bapa-bapa Gereja meneliti kembali kandungan “Trinitas” hasil pemikiran pendahulunya? Bolehkah disalahkan mereka yang murtad karena kebingungan ajaran?

      Jika anda telah membaca apa yang disampaikan oleh Gereja, maka anda akan dapat menjawab sendiri pertanyaan- pertanyaan ini. Para Bapa Gereja mempertahankan ajaran iman tentang Trinitas karena inilah Kebenaran Allah yang disampaikan oleh Kristus. Demi kasih mereka kepada Allah-lah para rasul, para martir dan para Bapa Gereja mau mempertahankan ajaran ini. Allah memang adalah Allah yang Maha Pengasih kepada manusia yang serba terbatas, namun tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha untuk memahami kebenaran yang disampaikan oleh-Nya. Jika kita kurang memahami apa yang diwahyukan-Nya, langkah yang perlu kita lakukan adalah memohon karunia Roh Kudus agar membantu akal budi kita yang terbatas ini, untuk dapat memahaminya, dan bukan sebaliknya, berkeras mempertahankan pemahaman sendiri.

      Para Bapa Gereja mengajar berdasarkan apa yang diterima oleh para pendahulu mereka. Mereka tidak mempunyai kuasa untuk mengubah ajaran menurut pemahaman mereka sendiri tentang apa yang sudah disampaikan kepada mereka oleh para pendahulu mereka yang mendapat pengajaran dari Kristus sendiri dan para rasul. Sebab para Bapa Gereja mengetahui bahwa kuasa Wewenang Mengajar diberikan oleh Kristus kepada Rasul Petrus dan para Rasul (lih. Mat 16:18-19; 18:18) dan oleh karena ketaatan mereka kepada Kristus dan para Rasul ini, mereka tidak ‘meneliti untuk mengubahnya’, namun ‘meneliti untuk menjelaskannya’ kepada jemaat. Sekali lagi, adalah sungguh keliru anggapan yang mengira bahwa ‘Trinitas’ adalah hasil pemikiran para pendahulu Bapa Gereja. Pengajaran tentang Trinitas itu sudah diajarkan oleh Kristus sendiri, walau pada saat mengajarkannya, Kristus tidak memakai istilah ‘Trinitas’ secara eksplisit. Namun prinsip bahwa Allah Bapa mengutus Putera-Nya yaitu Kristus yang adalah Tuhan, oleh kuasa Roh Kudus, itu sudah tertuang di dalam teks- teks Kitab Suci. Jika ada orang- orang yang tidak dapat menerima ajaran ini, kita tidak usah menghakimi mereka. Namun juga, kenyataan ini tidak boleh menyurutkan keyakinan kita akan Allah Trinitas, sebab kita menerima semua yang diajarkan oleh Sabda-Nya, walaupun mungkin belum dapat kita pahami dengan sempurna sampai setuntasnya dalam kehidupan kita di dunia. Namun kita percaya, pada saat kita menerimanya, Tuhan akan menambahkan pemahaman kita, sampai kepada pemahaman yang sempurna di surga kelak, saat “kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1 Yoh 3:2).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Jika diwartakan secara luas, teologi awam buatan Robert Paul Walean dalam buku “Kebenaran Yang Terungkap dari Al-Qur’an dan Alkitab” itu justru menjadi bumerang bagi umat Kristen sendiri. Karena tidak semua umat Kristen mengakui doktrin Trinitas. Salah satu sekte Kristen yang radikal dalam menentang Trinitas adalah Saksi Yehovah (Jehovah Witnesses). Dalam buku Should You Believe in the Trinity? terbitan Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania (edisi Indonesia: Menolak Mitos Trinitas), Saksi Yehovah membantah doktrin Trinitas dengan segudang alasan, antara lain:

      Pertama, hasil penelitian sejarah, seperti diungkap dalam buku The Paganism in Our Chistianity disebutkan, “The origin of the Trinity is entirely pagan” (Asal-usul Trinitas sepenuhnya berasal dari kepercayaan penyembah berhala).

      Kedua, Trinitas adalah ajaran yang rumit dan membingungkan, sehingga The Encyclopedia Americana menyatakan, “Beyond the grasp of human reason” (Trinitas itu di luar jangkauan akal manusia). Padahal Allah itu bukan Tuhan yang menghendaki kekacauan (I Korintus 14:33). Maka tidak mungkin Allah mencetuskan doktrin mengenai diri-Nya sendiri dengan begitu membingungkan, hingga para sarjana dan ilmuwan pun tidak mampu menjelaskannya.

      Ketiga, Trinitas tidak ada sumbernya dalam Bibel. The Illustrated Bible Dictionary, sebuah publikasi Protestan menyebutkan, “The Word Trinity is not found in the Bible… It did not find a place formally in the theology of the church till the 4th century” (Kata Trinitas tidak terdapat dalam Alkitab… Trinitas baru mendapat tempat secara resmi dalam teologi di gereja pada abad ke-4).

      The Catholic Encyclopedia menambahkan, “In Scripture there is as yet no single term by which the Three Divine Person are denoted together. The word ‘Tri’as’ –of which the Latin trinitas is translation– is first found in Theophilus of Antioch about A.D. 180” (Dalam Alkitab tidak terdapat satu istilah pun untuk menyatakan ketiga oknum Tuhan yang disebut secara bersama-sama. Istilah ‘Tri’as’ –yaitu asal mula kata trinitas dalam bahasa Latin– mula-mula ditemukan dalam tulisan Teofilus dari Antiokhia kira-kira tahun 180).

      Keempat, Trinitas tidak pernah diajarkan dalam Kristen yang mula-mula (primitive Christianity). The New International Dictionary of New Testament Theology menyebutkan, “Primitive Christianity did not have an explicit doctrine of the Trinity such as was subsequently elaborated in the creeds.” (Keyakinan Kristen yang mula-mula tidak mempunyai ajaran Trinitas yang gamblang seperti yang setelah itu dirinci dalam berbagai kredo).

      Kelima, Para nabi utusan Allah selama ribuan tahun tak satupun yang mengajarkan Trinitas kepada umatnya. Berarti, Trinitas adalah penyimpangan dan kemurtadan dari kebenaran.

      Keenam, Bibel baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menegaskan bahwa Allah itu satu (monoteisme), bukan tiga (trinitas). Contoh ayat, “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa” (Ulangan 6:4).

      Dalam Perjanjian Baru, Yesus menyebut Allah dengan istilah “satu-satunya Allah yang benar.” Berarti Yesus juga menekankan monoteisme, bukan trinitas. Yesus bersabda, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3).

      Di bagian akhir buku tersebut, Saksi Yehovah menutup dengan seruan penolakan terhadap doktrin Trinitas: “Kebenaran Allah tidak dapat dikompromikan. Maka, menyembah Allah menurut syarat-syarat dari Dia berarti menolak doktrin Trinitas. Doktrin tersebut bertentangan dengan apa yang Allah katakan mengenai diri-Nya dalam kitab Yesaya 46:9 “Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku”.

      [dari katolisitas: Silakan melihat sanggahannya di sini – silakan klik]

  15. Shalom,
    Saya ingin bertanya,apakah alasannya orang yahudi tidak percaya YESUS adalah TUHAN.Saya pernah membaca mereka mempersoalkan ayat yg tertulis dalam Kitab Matius(saya lupa ayatnya).
    Terimakasih.

    • Shalom Maruli Sinaga,

      Harus diakui hal mengimani Kristus sebagai Juru Selamat itu terjadi karena rahmat Allah, yang disambut dengan keterbukaan hati dari orang yang menerimanya. Kita ketahui bahwa sejak semula yaitu sejak jaman Yesus sendiri, walaupun ada banyak orang Yahudi yang melihat Yesus dan segala mukjizat-Nya, mendengarkan pengajaran-Nya, menjadi saksi akan wafat dan kebangkitan-Nya, namun tak serta merta  semua orang Yahudi percaya kepada Kristus. Ada hal- hal yang menghalangi bagi mereka untuk percaya, dan ini memang sudah disebutkan juga di dalam Injil dan surat- surat para rasul.

      Di antaranya, memang yang tercatat di Injil Matius. Untuk membuat agar orang- orang Yahudi tidak percaya kepada kebangkitan Kristus, maka serdadu- serdadu yang menjaga kubur Yesus dibayar oleh imam- imam kepala dan tua- tua Yahudi, agar mereka mengatakan bahwa jenazah Yesus diambil/ dicuri oleh para murid-Nya pada waktu malam sewaktu para serdadu itu tertidur. Dan kisah itulah yang beredar di kalangan Yahudi sampai sekarang (lih. Mat 28: 11-15).

      Alasan lainnya adalah karena orang Yahudi mengharapkan Mesias sebagai figur raja yang jaya secara duniawi seperti raja Daud di masa PL, yang membantu bangsa Israel melawan penjajah dan membawa bangsa Israel kembali kepada kejayaannya. Mereka tidak mau membuka hati untuk menerima Wahyu Allah, bahwa Mesias yang dimaksud Allah pada PB adalah Kristus Tuhan yang membebaskan mereka bukan dari penjajahan dunia, namun penjajahan dosa dan maut. Hal inilah yang diberitakan oleh para rasul, dan ini tidak dengan mudah diterima oleh orang- orang Yahudi. Rasul Paulus menulis demikian:

      “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah…. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” (1 Kor 1:22-29)

      Marilah kita mensyukuri karunia iman yang Tuhan berikan kepada kita, sehingga kita dapat mengimani Kristus, yang dengan pengorbanan-Nya di salib dan kebangkitan-Nya dari mati, membuka jalan bagi kita yang percaya kepada kehidupan kekal di Surga.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  16. hai,saya orang Malaysia dan Katolik.saya baru berkenalan dengan web ini,sangat menarik.terima kasih.saya sering tertanya-tanya 1. adakah Jews,Kristian dan Islam agama yang betul2 diwahyukan oleh Tuhan? 2.jika diwahyukan kenapa setelah jews dilahirkannya Kristian dan selepas Kristian dilahirkan Islam? 3. Adakah Jews dan Kristian itu tidak sempurna sehingga dilahirkannya agama Islam?
    terima kasih.

    [dari katolisitas: telah dijawab – silakan klik]

    • Ya memang seperti itu adanya, belum sempurna lalu disempurnakan lagi sampai akhirnya benar2 sempurna…

      [Dari Katolisitas: Gereja Katolik mengajarkan kesempurnaan Wahyu Allah di dalam Kristus Putera-Nya, melalui sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga. Tidak ada wahyu lain setelah kesempurnaan Wahyu di dalam Kristus (lih. Katekismus Gereja Katolik 66, 67) Ajaran yang menyatakan sebaliknya, bukan merupakan Gereja Katolik.]

Comments are closed.