Sumber gambar: http://www.rcchicago.com/archives/773

[Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam: 2Sam 5:1-3; Mzm 122:1-5;  Kol 1:12-20; Luk 23:35-43]

Hari ini Gereja merayakan Hari  Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Apa yang muncul di pikiran kalau kita mendengar kata “Raja”? Mungkin tampil di benak kita, seseorang yang berpakaian keemasan, bermahkota, memegang tongkat dan duduk di tahta. Beginikah gambaran Tuhan Yesus di Surga? Hhmm… Kita dapat mengetahuinya dengan lebih jelas kelak, jika kita telah memandangNya dalam Kerajaan-Nya. Kitab Wahyu memaparkan tentang kemuliaan Tuhan yang demikian tak terbayangkan (lih. Why 4), karena memang tak pernah kita lihat contohnya pada kerajaan manapun di dunia ini. Sebab kemuliaan raja di dunia yang tertinggi sekalipun tidak akan dapat dibandingkan dengan kemuliaan Tuhan di Surga. Sabda Tuhan menyatakan bahwa Kristus “satu-satu nya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri…” (1Tim 6:16). Kemuliaan Tuhan inilah yang secara sekilas diperlihatkan kepada para Rasul ketika Yesus dimuliakan di atas gunung Tabor (Mat 17:1-2). Peristiwa ini memberi pengharapan kuat kepada para murid untuk tetap setia beriman sampai akhir (1Ptr 1:16-18), sebab mereka menantikan penggenapan akan janji Tuhan ini. Seberapapun besar kesusahan, penderitaan, bahkan penganiayaan yang kita alami di dunia tidak akan sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima, jika kita tetap setia kepada Kristus. Sebab Kristus telah mengalahkan kuasa dosa dan maut, segala kejahatan dan bahkan si jahat itu sendiri, dan di akhir zaman kemuliaan-Nya akan dinyatakan dengan sempurna.

Allah menghendaki agar kita mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya itu. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk bersyukur kepada-Nya, sebab Ia membuat kita “layak mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam Kerajaan Terang” (Kol 1:12). Sebab oleh jasa Kristus yang telah menebus dosa-dosa kita di kayu salib, kita telah dipindahkan dari kuasa kegelapan menuju kerajaan-Nya. Namun karunia istimewa ini yang kita terima saat Baptisan, harus kita jaga terus. Kita perlu berjuang untuk hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai anak-anak Allah. Rasul Petrus mengingatkan, “Ia [Tuhan] telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang…. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2Ptr 1:4-11).

Maka syarat agar kita dapat mengambil bagian dalam kemuliaan Tuhan Yesus adalah kita hidup sesuai dengan ajaran iman kita, yang diwujudkan dengan kasih. Yesus telah menunjukkan kasih-Nya yang tak terbatas kepada kita, dengan kerelaan-Nya wafat di kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Kita pun dapat belajar dari penjahat yang bertobat, yang disalibkan di sisi Yesus. Walaupun hanya sedikit yang tertulis tentangnya, kita mendengar dari Bacaan Injil hari ini, bahwa penjahat itu bertobat sesaat sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir. Juga, ia secara tidak langsung menganjurkan kepada sesama rekan penjahat yang juga disalibkan itu agar bertobat. Mengingat bahwa orang yang disalib mengalami kesakitan yang sangat luar biasa saat bernafas, apalagi berbicara, tentunya kita perlu menghargai apa yang dilakukan orang ini. Mengajak orang lain untuk merenungkan kesalahannya dan bertobat adalah salah satu bentuk kasih yang tertinggi. Sebab pertobatan adalah awal suatu perjalanan iman yang mengarahkan seseorang kepada keselamatan kekal. Tak ada bentuk kasih yang lebih tinggi kepada sesama, selain daripada menginginkan mereka untuk dapat sampai pada keselamatan kekal.

Di akhir tahun liturgi dan di Hari Raya Kristus Raja ini, mari kita menilik ke dalam hati kita, sejauh mana kita setia dalam iman kita dan sejauh mana kita mewujudkannya dengan kasih. Sebab berbeda dari para raja di dunia, Kristus menunjukkan “kemuliaan-Nya” justru dalam pelayanan-Nya, kemiskinan-Nya dan pengorbanan-Nya, demi kasih-Nya kepada kita umat manusia, termasuk Anda dan saya. Sudahkah kita mengikuti teladan Yesus Sang Raja kita ini? Sudahkah kita mau hidup sederhana, mau melayani dan rela berkorban demi kasih kepada sesama? Sebab jika kita berbuat demikian, kita menempatkan Tuhan Yesus sebagai Raja di hati kita, dan kemuliaan-Nya pun telah dapat kita alami sejak di dunia ini. St. Ambrosius mengatakan, “Tuhan selalu memberi lebih banyak daripada yang kita minta. Penjahat itu hanya meminta supaya Yesus mengingatnya, tetapi Yesus berkata, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ Intisari kehidupan adalah hidup dengan Yesus Kristus. Dan di mana Kristus berada, di sana Kerajaan-Nya ditemukan” (St. Ambrose, Commentary on St. Luke’s Gospel, in loc.). Marilah kita pun mendoakan perkataan yang sama ini dengan tulus, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luk 23:42). Dan semoga Tuhan Yesus menjawabnya seturut kemurahan hati-Nya.