Perikop Luk 8:19-21 atau juga Mat 12:46-50, Mrk 3:31-35, memang berjudul: Yesus dan sanak saudara-Nya. Bahkan dalam Mat 13:55 dan Mrk 6:3 disebutkan nama saudara- saudara-Nya itu yaitu: Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Oleh karena itu ada banyak orang menyangka bahwa Yesus mempunyai saudara- saudara kandung, atau artinya Bunda Maria mempunyai anak- anak lain selain Yesus. Namun tentu ini tidak benar!

1. Di dalam Alkitab, istilah “saudara” dipakai untuk menjelaskan banyak arti. Kata “saudara” memang dapat berarti saudara kandung, namun dapat juga berarti saudara seiman (Kis 21:7), saudara sebangsa (Kis 22:1), ataupun kerabat, seperti pada kitab asli bahasa Ibrani yang mengatakan Lot sebagai saudara Abraham (Kej 14:14), padahal Lot adalah keponakan Abraham.

Jadi untuk memeriksa apakah Yakobus dan Yusuf itu adalah saudara Yesus, kita melihat kepada ayat-ayat yang lain, yaitu ayat Matius 27:56 dan Markus 15:40, yang menuliskan nama-nama perempuan yang ‘melihat dari jauh’ ketika Yesus disalibkan. Mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus (Mat 27:56); atau Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda, Yoses dan Salome (Mar 15:40). Maka di sini, Kitab Suci menunjukkan bahwa Maria ibu Yakobus ini tidak sama dengan Bunda Maria. Maria ibu Yakobus dan Yoses (Yusuf) dicatat dalam Alkitab sebagai salah satu wanita yang menyaksikan penyaliban Kristus (Mt 27:56; Mk 15:40) dan kubur Yesus yang kosong/ kebangkitan Yesus (Mk 16:1; Lk 24:10)

Mungkin yang paling jelas adalah kutipan dari Injil Yohanes, yang menyebutkan bahwa yang hadir dekat salib Yesus adalah, Bunda Maria, saudara Bunda Maria yang juga bernama Maria yang adalah istri  Klopas, dan Maria Magdalena (Yoh 19:25). Jadi di sini jelaslah bahwa Maria (saudara Bunda Maria) ini adalah istri Klopas/ Kleopas, yang adalah juga ibu dari Yakobus dan Yoses.

Kesimpulannya, Yakobus dan Yoses ini bukanlah saudara kandung Yesus.

Selanjutnya tentang dasar pengajaran Gereja Katolik tentang Keperawanan Bunda Maria, silakan klik di sini.

2. Perikop Luk 8:19-21, Mat 12:46-50, Mrk 3:31-35, juga sering disalah artikan bahwa Yesus menolak ibu-Nya sendiri di hadapan umum. Pengertian ini juga tentu keliru. Kalau kita saja tahu bahwa perbuatan menyangkal orang tua adalah perbuatan dosa, maka terlebih lagi Tuhan Yesus. Dia tidak akan pernah menyangkal Ibu-Nya sendiri. Mari kita membaca lagi ayat yang dimaksud. Bunda Maria dan para saudara Yesus mencari-Nya pada saat Ia mengajar,

“Orang memberitahukan kepada-Nya, “Ibu-Mu dan saudara- saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka, “Ibu-Ku dan saudara- saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Luk 8:20-21, lih. Mat 12:49-50, Mrk 3: 32-35)

Di sini Yesus juga tidak bermaksud menghina ataupun menyangkal ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya. Sebaliknya Yesus mengajarkan bahwa barangsiapa yang melakukan kehendak Bapa-Nya adalah anggota keluarga-Nya dalam kerajaan Allah. Maka yang Yesus ajarkan adalah keutamaan agar seseorang melakukan kehendak Allah. Dengan demikian ungkapan ini bahkan dapat bermaksud sebagai pujian kepada Bunda Maria, sebab Yesus mengakui bahwa Bunda Maria pertama-tama adalah seseorang yang melakukan kehendak Allah Bapa. Perhatikanlah juga bahwa pada saat menjelaskan, Yesus menggunakan kata “ibu” dalam bentuk tunggal, sehingga artinya ialah Yesus justru memuji Ibu-Nya sendiri sebagal pelaku Firman, dan bukannya mengatakan bahwa semua pelaku Firman adalah ibu-Nya, sebab jika demikian Ia seharusnya menggunakan kata “ibu- ibu”‘Ku. Dan tentu ini menjadi tidak masuk akal, sebab memang Ibu Yesus hanya satu, yaitu Bunda Maria, dan ia menjadi Ibu Yesus, pertama- tama karena ia mendengarkan firman Allah dan taat melaksanakannya (lih. Luk 1: 38).

Ketaatan Maria kepada kehendak Bapa inilah yang menyatukannya dengan Kristus melebihi dari hubungan darah. Maka ayat di atas tidak untuk diartikan bahwa Yesus menyangkal ibu-Nya, melainkan untuk mengatakan bahwa Bunda Maria layak untuk dihormati bukan saja karena ia telah melahirkan Yesus tetapi karena ia pertama-tama menaati kehendak Allah.

8 COMMENTS

  1. kak, ini tanggapan teman saya mengenai tulisan di atas..(dia orang Protestan).
    bagaimana menanggapinya?

    Dari segi bahasa Yunani, yaitu “Adelphos”, yang mana makna dasarnya adalah a-delphus alias “terhubung oleh rahim”, jadi makna dasar kata itu sendiri adalah “saudara kandung”, sedangkan makna lain adalah makna turunan, yang membutuhkan sebuah kondisi sebagai suatu hubungan. Apakah ayat di atas menggambarkan sebuah kondisi lain untuk menggambarkan hubungan itu? Jelas ada penggambaran kondisi yaitu anak tukang kayu, dan anak Maria….yang mana penggambaran kondisi itu justru memperkuat persentase bahwa Yesus adalah saudara mereka. Seandainya ada penggambaran kondisi lain, maka itu lain soal. Jadi ada pengambaran kondisi yang mendukung tafsir saya, dan sama sekali tidak ada penggambaran kondisi ke arah tafsir sdr.

    Jika ditinjau dari sudut bahasa Inggris. Rasanya sulit dipercaya mereka akan membiarkan adanya makna menggantung jika ada banyak metode untuk membahasakannya. Penggunaan kata brothers tanpa keterangan tambahan selalu berarti saudara kandung laki-laki. Dan seperti yang saya tuliskan di atas, bahwa ayat itu bukannya tanpa keterangan, karena sangat jelas di situ dituliskan “anak si tukang kayu; dan ibunya bernama Maria”. Jika benar kondisi yang hendak digambarkan adalah sepupu, dan tanpa adanya keterangan tambahan, maka si penerjemah masih mempunyai pilihan kata cousins atau male cousins untuk mencegah kebingungan. Tapi sama sekali tidak terlihat upaya untuk mencegah kebingungan itu, dengan demikian saya sangat yakin bahwa kata brother yang dipilih penterjemah memang hendak menunjukkan makna “male sibling”.

    Mengenai kata “The son of Mary” itu artinya “Putera dari Maria”. Hanya karena dikatakan Putera dari Maria, bukan berarti Yesus adalah satu-satunya Putera Maria. Karena jika KJV hendak mengatakan “satu-satunya putera” alias “putera tunggal”, penterjemahnya selalu menuliskan “the only begotten Son of …..” atau “the only son”. Secara kalimat saja itu jelas tidak bisa mengklaim bahwa Yesus adalah satu-satunya putera Maria. Kita bisa lihat pada kalimat “It’s the book of John F. Kennedy” bukan berarti itu satu-satunya buku kepunyaan JFK. Dengan melihat tidak adanya upaya dari KJV untuk mencegah makna menggantung, baik pada Matius maupun Markus,….saya tetap sangat yakin bahwa yang dimaksud oleh KJV dalam pemilihan katanya adalah “Saudara kandung laki-laki”.

    Selanjutnya, jika ditinjau dari budaya bangsa Israel. Mereka adalah bangsa Paternalistik. Agak tidak lazim jika menyebut saudara bersaudara dengan mengabaikan bapak kandung mereka. Lebih aneh lagi jika penyebutan itu disatukan dengan bapaknya orang lain. Untuk apa memberikan keterangan jika malah tambah membingungkan? Kalaupun hendak menyatakan brothers atau brethren sebagai sepupu, maka menurut budaya mereka harus ditulis seperti berikut:

    1 Chronicle 23:22 And Eleazar died, and had no sons, but daughters: and their brethren the sons of Kish took them.

    Di situ dikatakan “their brethren”, tapi diberikan keterangan kondisi “the sons of Kish”. Sebagaimana diketahui Kish adalah saudara Eleazar, maka makna “their brethren” adalah saudara sepupu. Jadi dalam sebuah kalimat yang kompleks dan sarat hubungan keluarga. Nama bapak kandung selalu disebut untuk mencegah kebingungan atau kesalahpahaman. Tapi apakah di ayat Matius dan Markus ada keterangan siapa ayah mereka saudara bersaudara, selain “Si tukang kayu, dan ibunya bernama Maria”? Dengan demikian persentase keyakinan saya bahwa mereka berempat adalah saudara kandung Yesus Kristus dari Maria dan bukan dari Yusuf..

    • Shalom Alex,

      1. Tentang kata “adelphos”

      Jika kita melihat kamus bahasa Yunani, memang dikatakan delphus artinya rahim. Walaupun demikian, adelphos (atau adelphoi, jika jamak) tidak selalu harus berarti saudara kandung, dan itu jelas tertulis pula contoh- contohnya dalam Kitab Suci. Nampaknya di sini kita perlu menerima bahwa di banyak bahasa dapat dipakai suatu kata dasar tertentu yang setelah membentuk kata lain maka mempunyai arti yang lebih luas. Seperti bahwa kata dasar ibu, jika sudah ditambah dengan kata pertiwi, maka artinya adalah bangsa/ tanah air, dan menjadi lebih luas dari arti kata ibu, walaupun bangsa/ tanah air sering juga diartikan sebagai ibu, sehingga timbul kata- kata, putra putri ibu pertiwi.

      Demikian nampaknya dengan kata a-delphos ini. Kata “saudara” memang dapat berarti saudara kandung, namun dapat juga berarti saudara seiman (Kis 1:12-15; 11:1; 15:3,23,32; 21:7), saudara sebangsa (Yer 34:9; Neh 5:7; Kis 7:26; 13:15,38; 22:1; 28:17,21; Rom 9:3), ataupun kerabat (1Taw 15:5-18, 2 Raj 10:3-14). Contohnya, Lot dikatakan sebagai saudara Abraham (Kej 13:8; 14:14,16), padahal Lot adalah keponakan Abraham. Demikian pula Laban memanggil Yakub ’saudaranya’, padahal Yakub adalah keponakannya (lih. Kej 29:15). Atau, ’saudara’ juga dapat mengacu kepada teman, tanpa ada hubungan darah, seperti Daud memanggil ’saudara’ pada Yonatan (2 Sam 1:26). Juga, sewaktu Yesus berkata kepada Rasul Petrus, “jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara- saudaramu” (Luk 22:32), maksudnya di sini adalah para rasul lainnya, dan bukan saudara- saudara kandung Petrus.

      Dengan fakta ini, nampaknya kita secara obyektif melihat bahwa memang kata adelphos ini tidak harus berarti saudara kandung dan Kitab Suci memberikan kepada kita contoh- contohnya, sehingga rasanya tidak ada dasar untuk berkeras atau ngotot bahwa adelphos itu pasti artinya harus saudara kandung. Kita tidak dapat mengklaim lebih mengenal bahasa Yunani daripada para penulis Kitab Suci yang fasih berbahasa Yunani, maka jika mereka menggunakan kata “adelphos/ adelphoi” (atau ‘ach‘ dalam bahasa Ibrani) untuk menyatakan arti yang lebih luas dari saudara kandung, agaknya kita harus dengan rendah hati menerima kenyataan itu.

      2. Makna menggantung?

      Dalam ayat Mat 13:55, memang dikatakan, “Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya (adelphoi): Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?” Anak di sini kata asalnya huiós (Yunani). Jika kita melihat di kamus, memang kata huiós ini dapat diartikan sebagai: 1) anak kandung (Mat 1:21; Mat 7:9; Mar 6:3; Mar 9:17); 2) anak angkat (Yoh 19:26; Kis 7:21; Ibr 11:24; Kel 2:10); 3) keturunan (Mat 1:1,20; Luk 19:9); Anak Daud (Mat 22:42,45; Mar 12:35,37; Luk 20:41,44); 4) anak rohani (Ibr 12:5, Ams 3:11; 1 Pet 5:13).

      Melihat kenyataan ini, kita juga tidak bisa berkeras untuk mengatakan bahwa Yesus pasti adalah anak kandung Yusuf si tukang kayu. Yesus memang hidup bersama dengan Yusuf seperti sebagai anak kandungnya, walaupun sebenarnya hanya anak angkatnya. Dengan demikian masyarakat sekitar memandang Yesus sebagai anak Yusuf, sebagaimana dikatakan dalam ayat tersebut. Maka menurut hemat saya, ini bukan makna menggantung, tetapi memang demikianlah istilah yang digunakan untuk menggambarkan relasi antara Yusuf dan Yesus di mata masyarakat di sekeliling mereka. Dan bahwa disebut bahwa ibu-Nya adalah Maria, juga tidaklah aneh, sebab perempuan yang melahirkan Yesus adalah Bunda Maria, sehingga Bunda Maria memang layak disebut sebagai ibu Yesus.

      Dalam bahasa Ibrani kuno tidak dikenal kata saudara sepupu, walaupun ada istilah teknis yang dapat diartikan sebagai saudara sepupu, yaitu ‘ben dodo‘, yang arti literalnya adalah “anak dari orang yang dikasihinya” (son of his beloved, such as son of his uncle) seperti terdapat dalam Im 25:49, Bil 36:11, Yer 32:8,9,12. Sedangkan dalam bahasa Yunani, memang terdapat kata untuk menggambarkan sepupu, yaitu anepsios, dan ini terdapat di dalam beberapa terjemahan Yunani PL yaitu dalam terjemahan Bil 36:11 dan Tob 7:2; dan di Perjanjian Baru dalam Kol 4:10. Maka memang ada orang bertanya, mengapa tidak digunakan kata anepsios ini saja dalam ayat saudara- saudara Yesus, jika maksudnya adalah saudara sepupu/ kemenakan. Namun sesungguhnya, pertanyaan serupa juga dapat ditanyakan mengapa Kitab Suci tidak menyebut Lot sebagai “ben dodo“-nya Abraham, tetapi sebagai “ach“-nya Abraham, meskipun sebenarnya Lot bukan anak kandung Abraham. Sejujurnya, kita tidak dapat mengetahui dengan pasti mengapa demikian, namun kemungkinan adalah karena istilah yang lebih umum digunakan untuk menggambarkan arti ‘saudara’ (baik saudara kandung ataupun bukan saudara kandung) adalah ach/ adelphos, yang memang mempunyai arti yang lebih luas daripada saudara yang terhubung dalam rahim. Selanjutnya, jangan dilupakan bahwa jika kita menghubungkan ayat- ayat Mat 13:55 tentang ‘saudara-saudara Yesus’ tersebut dengan ayat- ayat dalam Injil lainnya, dapat diketahui bahwa nama-nama tersebut mengacu kepada anak- anak saudara Bunda Maria yang juga bernama Maria, istri Kleopas, sebagaimana telah dijabarkan di artikel di atas, silakan klik

      3. Kata “the son of Mary”

      Kata “the son of Mary” memang artinya adalah “Putera dari Maria”, namun tetap berbeda maknanya dengan “a son of Mary“, istilah yang lebih tepat jika Ia memang mempunyai saudara- saudari/ adik- adik kandung. Demikian kutipan yang saya peroleh dari buku karangan Fr. Frank Chacon dan Jim Burnham, Beginning Apologetics 6, How to Explain and Defend Mary, (Farmington: San Juan Catholic Seminars, 2001),p. 16: ….”The “brothers” of Jesus are never called “sons of Mary.” Jesus is often called the son of Mary, but never a son of Mary as if he had siblings.” Terjemahannya: “Saudara- saudara Yesus tidak pernah disebut sebagai “anak-anak Maria”. Yesus sering disebut sebagai “the son of Mary”, tetapi tidak pernah sebagai “a son of Mary” seperti jika ia memiliki saudara- saudara kandung.  Memang jika digunakan istilah “the only son of Mary” menjadi lebih jelas, tetapi sesungguhnya dengan disebut “the son of Mary” sudah cukup untuk menunjukkan kekhususan Yesus, yang dapat diartikan bahwa Kristus tidak mempunyai saudara- saudara kandung.

      Dengan prinsip yang sama, maka jika kita ingin mengacu kepada salah satu buku tertentu tentang John F. Kennedy, jika ada banyak buku serupa itu, maka dikatakan a book of John F. Kennedy. Sedangkan jika ada hanya satu- satunya buku, atau pembicaraan mengacu hanya kepada buku tersebut, maka disebut the book of John F. Kennedy. Hal yang sama berlaku jika kita ingin mengatakan buku-buku karangan Shakespeare, kita mengatakan Shakespeare’s books (karena ia mengarang banyak buku) dan a book of Shakespeare, jika kita mengacu kepada salah satu buku Shakespeare.

      4. 1 Chronicle 23:22 (1 Taw 23:22)

      Ayat 1 Chr 23:22 berbunyi:

      “And Eleazar died, and had no sons but daughters: and the sons of Cis their brethren (‘ach’ in Hebrew) took them.” (Douay Rheims)

      “And Eleazar died, and had no sons, but daughters: and their brethren (‘ach’ in Hebrew) the sons of Kish took them.”(KJV)

      Menarik di sini, bahwa LAI menerjemahkan kata ‘ach‘ (kata asli Ibraninya) dengan saudara sepupu: “Ketika Eleazar mati, ia tidak mempunyai anak laki-laki, hanya anak perempuan, lalu anak-anak Kish, saudara sepupu (ach) mereka, mengambil mereka menjadi isteri.” (1 Taw 23:22) Nampaknya LAI menerjemahkan demikian, sebab melihat kelogisan kalimat, mengingat di awal kalimat sudah dikatakan bahwa Eleazar tidak mempunyai anak laki- laki. Dengan demikian kata “saudara/ brethern/ ach” tersebut artinya pasti bukan saudara kandung, sebab anak- anak perempuan itu sudah jelas tidak mempunyai saudara kandung laki- laki. Ini malah merupakan contoh yang baik, bahwa kata ach atau adelphos/ adelphoi dapat diartikan sebagai saudara sepupu. Sebab kata yang dipakai di sana juga bukan ‘ben dodo‘ (yang merupakan istilah teknis yang dapat berarti saudara sepupu), tetapi ‘ach‘ (saudara dengan arti umum, bisa berarti bukan saudara kandung).

      Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria tetap perawan, silakan klik. Namun , sesungguhnya, cukup menarik jika kita membaca tulisan dari para pendiri gereja- gereja non-Katolik yang juga tidak meragukan keperawanan Bunda Maria setelah melahirkan Kristus, yang artinya bahwa Yesus tidak memiliki saudara/ saudari kandung:

       

      1. Martin Luther:

      “Adalah artikel iman bahwa Maria adalah Bunda Tuhan dan tetap Perawan.” (Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), vol 11, 319-320)

      “Setelah Maria “mengetahui bahwa ia adalah Bunda dari Allah Putera, ia tidak ingin untuk menjadi ibu dari anak manusia, tetapi ia tetap di dalam rahmat karunia itu.” (Martin Luther, Ibid., p. 320)

      “Tidak diragukan lagi, tidak ada seorangpun yang begitu berkuasa yang, menggantungkan pada pemikirannya sendiri, tanpa Kitab Suci, akan beranggapan bahwa ia [Maria] tidak tetap perawan.” (Martin Luther, Ibid., p. 320)

      2. John Calvin

      “Helvidius telah menunjukkan dirinya sendiri sebagai seorang yang bebal, dengan mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak- anak, sebab ada disebutkan dalam beberapa perikop tentang saudara- saudara Kristus.” (Bernard Leeming, “Protestants and Our Lady”, Marian Library Studies, January 1967, p.9) Dengan demikian Calvin sendiri mengartikan “saudara- saudara” ini artinya saudara sepupu atau saudara bukan saudara kandung (relatives).

      3. Zwingli:

      “Saya sangat menghargai Bunda Allah, Sang Perawan Maria yang tidak bernoda dan tetap perawan.” (E. Stakemeier, De Mariologia et Oecumenismo, K. Balic, ed. (Rome, 1962), 456).

      “Kristus… dilahirkan dari Perawan yang paling tidak bernoda.” (Ibid.)
      “Adalah layak bahwa Sang Anak yang kudus harus mempunyai seorang Bunda yang kudus.” (Ibid.)

       

      Maka adalah suatu permenungan tersendiri, mengapa banyak saudara- saudari kita yang non- Katolik sekarang ini tidak lagi mempunyai pandangan yang sama dengan pandangan para pendiri gereja mereka tentang keperawanan Maria. Sebab dengan demikian perkataan keras dari Luther dan Calvin ini bisa ditujukan kepada mereka sendiri. Sebaliknya, jika mereka mengatakan bahwa ajaran para pendiri mereka tentang hal ini keliru, bagaimana mereka dapat yakin bahwa ajaran lainnya tidak keliru.

      Namun pada akhirnya kita sebagai umat Katolik tidak dapat memaksa agar semua orang menerima ajaran iman Katolik. Kita dapat menyampaikan argumen- argumen terhadap keberatan mereka secara obyektif dan dengan tulus hati. Selanjutnya terserah bagaimana mereka menyikapinya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Mohon penjelasan mengenai dual hal tersebut dibawah ini

    Dasar Magisterium Gereja
    ■Maria adalah Perawan, sebelum pada saat dan sesudah kelahiran Yesus Kristus (De fide).
    Konsili Konstantinopel II (553) menyebutkan Bunda Maria sebagai, “kudus, mulia, dan tetap-Perawan Maria”.

    ■Sinode Lateran (649) di bawah Paus Martin I mengatakan:
    “Ia [Maria] mengandung tanpa benih laki-laki, [melainkan] dari Roh Kudus, melahirkan tanpa merusak keperawanannya, dan keperawanannya tetap tidak terganggu setelah melahirkan.” (D256)

    Keperawanan Maria termasuk 1) keperawanan hati, 2) kemerdekaan dari hasrat seksual yang tak teratur dan 3) integritas fisik. Namun doktrin Gereja secara prinsip mengacu kepada keperawanan tubuh/ fisik Maria. (lih. Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, Ibid., p.204)

    ■Maria mengandung dari Roh Kudus, tanpa campur tangan manusia (De fide)
    Ini sesuai dengan kabar gembira yang disampaikan oleh malaikat Gabriel (lih. Luk 1: 35). Maria mengandung dari Roh Kudus dinyatakan dalam Syahadat Aku Percaya, “Qui conceptus est de Spiritu Sancto.” (D 86, 256,993)

    ■Maria melahirkan Putera-Nya tanpa merusak keperawanannya (De fide)
    Keperawanan Maria pada saat melahirkan Yesus termasuk dalam gelar, “tetap perawan” yang diberikan kepada Maria oleh Konsili Konstantinopel (553) (D214, 218, 227). Doktrin ini diajarkan oleh Paus Leo I dalam Epistola Dogmatica ad Flavianum (Ep 28,2), disetujui oleh Konsili Kalsedon, dan diajarkan dalam Sinode Lateran (649). Prinsipnya adalah ajaran dari St. Agustinus (Enchiridion 34) yang mengajarkan dengan analogi- Yesus keluar dari kubur tanpa merusaknya, Ia masuk ke dalam ruangan terkunci tanpa membukanya, menembusnya sinar matahari dari gelas, lahirnya Sabda dari pangkuan Allah Bapa, keluarnya pikiran manusia dari jiwanya.

    ■Setelah melahirkan Yesus, Maria tetap perawan (De fide).
    Konsili Konstantinopel (553) dan Sinode Lateran menyebutkan gelar “tetap perawan”(D 214, 218, 227). St. Agustinus dan para Bapa Gereja mengartikan ayat yang disampaikan oleh Bunda Maria, “karena aku tidak bersuami (I know not man)” (Luk 1:34) (Douay Rheims Bible) adalah suatu ungkapan kaul Bunda Maria untuk hidup selibat sepanjang hidupnya.

    ■Maria adalah Bunda dan Perawan:
    Konsili Vatikan II mengajarkan: “Seperti telah diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam misteri Gereja, yang tepat juga disebut Bunda dan perawan, Santa Perawan Maria mempunyai tempat utama, serta secara ulung dan istimewa memberi teladan perawan maupun ibu.” (Lumen Gentium 63)

    Kis.1:14
    Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.

    1. Siapakah yang dimaksud saudara saudara Yesus dalam perikop tsb?
    2. Bagaimanakah menjelaskan hubungan mengenai apa yang dinyatakan dalam Kis.1:14 tentang saudara saudara Yesus dengan pengajaran gereja tentang Keperawanan abadi Maria.

    Terima kasih.

    • Shalom Nien,

      Saudara- saudara yang disebut di sana (Kis 1:14, Mat 13:55, Mrk 6:3) bukanlah saudara dan saudari kandung Yesus. Silakan anda membaca artikel di atas, silakan klik, atau membaca juga di artikel ini, silakan klik, untuk mengetahui dasar ajaran Gereja Katolik tentang hal ini.

      Selanjutnya jika Anda mempunyai pertanyaan tentang topik tertentu, Anda dapat menggunakan fasilitas pencarian di sudut kanan homepage, ketik kata kunci/ topik yang ingin anda ketahui, lalu tekan enter. Semoga anda sudah menemukan pembahasannya di sana, silakan klik di judulnya. Jika masih ada pertanyaan tentang topik tersebut, silakan bertanya di bawah artikel tersebut. Atau silakan anda masuk ke rubrik ARSIP, silakan klik, dan di sana sudah ada banyak judul topik yang sudah pernah dibahas di situs ini.

      Jika pembahasan dari topik yang ingin anda ketahui belum ada, silakan anda masuk ke rubrik Buku Tamu, dan ketiklah pertanyaan anda. Jika pertanyaan anda bersifat pribadi, dan tidak ingin ditayangkan, silakan masuk ke rubrik Kontak.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Dear Ibu Ingrid,

    Saya ingin bertanya, ada yang bilang kalau kata “saudara” di tiap manuskrip itu tertulis dalam bahasa Yunani “Adelphos” dan apabila itu saudara bukan sedarah maka emang harusnya disebut dengan “anepsios”. Itu bahasa Yunani. Dalam Injil asli tulisan bahasa Aram, kata “saudara”, tertulis sebagai “AHA” yang jelas untuk saudara sekandung, karena kalau bukan saudara sekandung, maka akan ada adjektif/ kata keterangan bahwa “saudara” itu anak dari siapa, kalau gampangnya kata orang muslim pake “bin”. Bagaimana tanggapannya, Ibu? terima kasih sebelumnya atas penjelasannya Bu..

    [dari katolisitas: silakan melihat diskusi ini – silakan klik. Di situ ditunjukkan bahwa adelphos dapat dipakai untuk saudara sekandung, saudara misan, saudara sebangsa, dll. ]

  4. Dalam Injil dikisahkan bahwa ketika Ibu dan saudara-saudara Yesus ingin bertemu denganNya, Yesus yang sedang mengajar para muridNya sendiri. Saat orang-orang menyampaikan bahwa mereka ingin bertemu denganNya, tetapi malahan ia menunjuk kepada para muridNya dan mengatakan bahwa kamu adalah ibu dan saudara-saudariku jika kamu mengikuti kehendak Allah. Apakah yang dimaksud, sebab yang ditunjuk adalah para murid tetapi Ia menggunakan kata saudari dan ibu. mohon penjelasannya. terima kasih.

    • Shalom Thino Lonis,

      Pertanyaan serupa sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Silakan membaca kembali perikop- perikop yang anda sebutkan (Luk 8:20-21, lih. Mat 12:49-50, Mrk 3: 32-35), di sana tidak ada kata, “Ia menunjuk kepada para murid-Nya dan mengatakan bahwa kamu adalah ibu dan saudara-saudaraku.” Yang ada adalah, ketika Yesus mendengar bahwa ibu dan saudara- saudari-Nya datang, maka ia menjelaskan kepada yang semua hadir di sana, bahwa ibuNya dan saudara- saudara-Nya adalah mereka yang melakukan kehendak Allah.

      Di sini Yesus juga tidak bermaksud menghina ataupun menyangkal ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya. Sebaliknya Yesus mengajarkan bahwa barangsiapa yang melakukan kehendak Bapa-Nya adalah anggota keluarga-Nya dalam kerajaan Allah. Maka yang Yesus ajarkan adalah keutamaan agar seseorang melakukan kehendak Allah. Dengan demikian ungkapan ini bahkan dapat bermaksud sebagai pujian kepada Bunda Maria, sebab Yesus mengakui bahwa Bunda Maria pertama-tama adalah seseorang yang melakukan kehendak Allah Bapa. Perhatikanlah juga bahwa pada saat menjelaskan, Yesus menggunakan kata “ibu” dalam bentuk tunggal, sehingga artinya ialah Yesus justru memuji Ibu-Nya sendiri sebagal pelaku Firman, dan bukannya mengatakan bahwa semua pelaku Firman adalah ibu-Nya, sebab jika demikian Ia seharusnya menggunakan kata “ibu- ibu”‘Ku. Dan tentu ini menjadi tidak masuk akal, sebab memang Ibu Yesus hanya satu, yaitu Bunda Maria, dan ia menjadi Ibu Yesus, pertama- tama karena ia mendengarkan firman Allah dan taat melaksanakannya (lih. Luk 1: 38).

      Silakan membaca link yang saya sebutkan di atas untuk mengetahui ajaran Gereja Katolik sehubungan dengan ayat- ayat tersebut.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  5. orang protestan ska menggunakan ayat dari Luk 8:19-21..
    mhon penjelasannya..

    makasih.. Thomas

    [Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.