Pertanyaan:
saya mau tanya nich… gimana kalo cew datang haid,,apakah bisa menyambut komuni?
apakah agama katolik dengan agama budha misa nikah? kalo bisa,apa syarat-syaratnya? setelah komuni sebaiknya didoakan doa apa? apakah misa sabtu malam sama dengan misa hari minggu? terima kasih… Katrin
Jawaban:
Shalom Katrin,
Berikut ini adalah jawaban pertanyaan anda,
1. Tidak ada larangan bagi perempuan yang sedang datang bulan untuk menyambut komuni. Hal ini disebabkan karena yang disyaratkan untuk menyambut komuni adalah persiapan batin, dan bukan kondisi fisik. Persiapan batin yang dimaksud adalah kondisi berdamai dengan Tuhan (in the state of grace) yaitu tidak sedang dalam keadaan berdosa berat. Jika dalam keadaan berdosa, maka seharusnya ia mengaku dosa terlebih dahulu. Persyaratan lainnya adalah kita harus berpuasa terlebih dahulu, yaitu minimal satu jam sebelum komuni, tidak boleh makan dan minum, kecuali air putih dan obat. Maksudnya adalah supaya kita dapat sungguh-sungguh menyambut Kristus dalam Kumini Kudus sebagai Roti Hidup dan santapan rohani, yang lebih utama daripada santapan jasmani.
Persyaratan ini dikatakan dalam Katekismus Gereka Katolik dan Kitab Hukum Kanonik:
KGK 1385 Untuk menjawab undangan ini, kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang begitu agung dan kudus. Santo Paulus mengajak supaya mengadakan pemeriksaan batin: “barang siapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barang siapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1 Kor 11:27-29) Siapa yang sadar akan sebuah dosa besar, harus menerima Sakramen Pengakuan sebelum ia menerima komuni. Kan. 916 Yang sadar berdosa berat, tanpa terlebih dahulu menerima sakramen pengakuan, jangan merayakan Misa atau menerima Tubuh Tuhan, kecuali ada alasan berat serta tiada kesempatan mengaku; dalam hal demikian hendaknya ia ingat bahwa ia wajib membuat tobat sempurna, yang mengandung niat untuk mengaku sesegera mungkin.
KGK 1387 Supaya mempersiapkan diri secara wajar untuk menerima Sakramen ini, umat beriman perlu memperhatikan pantang yang diwajibkan Gereja. Di dalam sikap (gerak-gerik, pakaian) akan terungkap penghormatan, kekhidmatan, dan kegembiraan yang sesuai dengan saat di mana Kristus menjadi tamu kita.
Kan. 919 – § 1. Yang akan menerima Ekaristi mahakudus hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama waktu sekurang-kurangnya satu jam sebelum komuni, terkecuali air semata-mata dan obat-obatan.
Memang dalam Perjanjian Lama, hal datang bulan disebutkan sebagai sesuatu yang najis (lihat Im 15:19), namun hal ini telah diperbaharui di dalam Perjanjian Baru oleh Kristus, yang membebaskan umat beriman dari hukum seremonial seperti ini. Untuk lebih lanjut tentang hukum yang diperbaharui oleh Kristus, silakan membaca jawaban ini (silakan klik).
2. Apakah orang Katolik dapat menikah dengan orang yang beragama Budha?
Jawabnya adalah dapat, asalkan dipenuhi syarat-syarat berikut: 1) pasangan menghadap ke pastor paroki (dari pasangan yang beragama Katolik), untuk mengajukan permohonan dispensasi ke pihak Ordinaris wilayah. Dengarkan saran dari pastor. 2) Pemberkatan dilakukan menurut ketentuan gereja Katolik 3) Pasangan harus sama-sama menyadari bahwa pihak yang Katolik harus berjanji dengan sekuat tenaga untuk mendidik anak-anak secara Katolik dan membaptis anak-anak secara Katolik. 4)Lalu keduanya harus mengetahui ciri-ciri hakiki Perkawinan, yaitu monogami, tak terceraikan dan terbuka bagi kelahiran anak-anak.
Berikut ini adalah dasarnya menurut Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik:
Kan. 1127 – § 1. Mengenai tata peneguhan yang harus digunakan dalam perkawinan campur hendaknya ditepati ketentuan-ketentuan kan. 1108;
§ 2. Jika terdapat kesulitan-kesulitan besar untuk menaati tata peneguhan kanonik, Ordinaris wilayah dari pihak katolik berhak untuk memberikan dispensasi dari tata peneguhan kanonik itu dalam tiap-tiap kasus, tetapi setelah minta pendapat Ordinaris wilayah tempat perkawinan dirayakan, dan demi sahnya harus ada suatu bentuk publik perayaan; Konferensi para Uskup berhak menetapkan norma-norma, agar dispensasi tersebut diberikan dengan alasan yang disepakati bersama.
§ 3. Dilarang, baik sebelum maupun sesudah perayaan kanonik menurut norma § 1, mengadakan perayaan keagamaan lain bagi perkawinan itu dengan maksud untuk menyatakan atau memperbarui kesepakatan nikah; demikian pula jangan mengadakan perayaan keagamaan, dimana peneguh katolik dan pelayan tidak katolik menanyakan kesepakatan mempelai secara bersama-sama, dengan melakukan ritusnya sendiri-sendiri.
Kan. 1108 – § 1. Perkawinan hanyalah sah bila dilangsungkan di hadapan Ordinaris wilayah atau pastor paroki atau imam atau diakon, yang diberi delegasi oleh salah satu dari mereka itu, yang meneguhkannya, serta di hadapan dua orang saksi.
Kan. 1125 – Izin semacam itu dapat diberikan oleh Ordinaris wilayah, jika terdapat alasan yang wajar dan masuk akal; izin itu jangan diberikan jika belum terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) pihak katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya meninggalkan iman serta memberikan janji yang jujur bahwa ia akan berbuat segala sesuatu dengan sekuat tenaga, agar semua anaknya dibaptis dan dididik dalam Gereja katolik;
2) mengenai janji-janji yang harus dibuat oleh pihak katolik itu pihak yang lain hendaknya diberitahu pada waktunya, sedemikian sehingga jelas bahwa ia sungguh sadar akan janji dan kewajiban pihak katolik;
3) kedua pihak hendaknya diajar mengenai tujuan-tujuan dan ciri-ciri hakiki perkawinan, yang tidak boleh dikecualikan oleh seorang pun dari keduanya.
3. Seperti apa sebaiknya doa sesudah komuni?
Sesaat setelah menerima Komuni adalah saat yang paling akrab antara kita dengan Tuhan, maka memang setahu saya tidak ada doa yang dapat dikatakan ‘baku’ dalam hal ini. Ada yang menikmati saat ini dalam keheningan, doa spontan, atau doa yang diajarkan Yesus, yaitu Bapa Kami, dengan penghayatan yang sungguh. Silakan membaca juga artikel Cara Mempersiapkan Diri Menyambut Ekaristi (silakan klik).
4. Apakah Misa Sabtu Malam sama dengan Misa hari Minggu?
Misa Sabtu Malam dikenal dengan nama Anticipated Mass dan memang maknanya sama dengan Misa Hari Minggu. Misa Sabtu malam juga berkaitan dengan tradisi Yahudi yang menghitung hari dari matahari terbenam sampai matahari terbenam keesokan harinya (sekitar jam 6 sore).
Dalam tradisi Gereja, kita mengenal bahwa Misa Sabtu malam ini terutama diperuntukkan bagi orang-orang yang berhalangan datang pada Misa hari Minggu, misalnya jika hari Minggu mereka harus pergi ke luar kota di mana mereka tidak tahu apakah mereka dapat menemukan gereja/ mengikuti misa Minggu. Jadi sesungguhnya sifatnya bukan untuk dijadikan kebiasaan, tetapi hanya jika sangat diperlukan, yaitu jika seseorang tidak bisa mengikuti misa pada hari Minggu tersebut.
Jadi seharusnya motivasi orang yang datang ke misa Sabtu malam itu bukan supaya bisa bangun lebih siang pada hari Minggu, atau supaya bisa bersenang-senang sepanjang hari Minggu, dst. Karena seharusnya setiap hari Minggu adalah saatnya kita mengenang hari Paskah Kebangkitan Kristus dan saatnya kita beristirahat dari kegiatan rutin/ pekerjaan selama seminggu. Dan dalam masa beristirahat itu tetap kita mengutamakan Tuhan dahulu, baru kemudian keluarga. Jadi sesungguhnya jika tidak ada halangan khusus, kita sedapat mungkin mengikuti Misa pada hari Minggu.
Demikianlah jawaban saya semoga bermanfaat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Ingrid Listiati- https://katolisitas.org
Syalom Katolisitas saya mau melanjutkan pertanyaan diatas
ilustrasinya seperti berikut, saya seorang prodiakon, saya mengikuti misa minggu dan menerima komuni, namun saya tidak bertugas menjadi prodiakon saat misa tersebut, tetapi setelah mengikuti misa minggu tersebut, saya baru bertugas mengantar Komuni Kudus ke orang-orang sakit, namun terdapat sisa-sisa serpihan Hosti Kudus, apakah saya boleh menyantap lagi serpihan-serpihan Hosti Tubuh Kristus itu, padahal saya baru saja ikut Misa hari minggu, ini saya lakukan supaya saya tidak usah balik lagi ke gegreja demi mengosongkan piksis?
pertanyaan selanjutnya adalah saya mau bertanya saya pernah setelah mengantar Komuni Kudus ke orang-orang sakit, setelah selesai ada sisa-sisa serpihan sedikit di piksis oleh karena itu saya membersihkannya, namun tidak begitu bersih, karena masih ada saja serpihan yg cukup sulit diangkat, sebaiknya apa yg saya harus lakukan apakah saya boleh menggunakan air mengisi piksis itu dan meminumnya? apakah saya boleh membawa pulang kerumah dan membiarkannya saja karena itu cukup sulit dibersihkan dan menurut saya sudah cukup dikosongkan?
Terimakasih Katolisitas, GBU :)
Salam Stefanus,
Seperti halnya kegiatan membersihkan sibori atau menampung serpihan hosti kudus untuk dibilas dengan air dan diminum oleh imam, setelah komuni dalam ekaristi, demikianlah pula tugas Anda setelah mengantar komuni kudus kepada orang sakit jika ada serpihan hosti kudus dalam piksis. Harus dijamin bahwa piksis harus bersih dari serpihan hosti kudus. Maka, jaminan itu makin kuat dengan bilasan air dan meminumnya. Anda adalah petugas resmi tak lazim pembagi komuni. Anda wajib melakukannya karena hal itu bagian dari tugas Anda.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
salam damai..
saya ingin bertanya pendapat Anda tentang perkara ni…ada sekelompok org2 yg aktif dalam gereja kami setiap kali seusai perayaan Misa Kudus mereka seringkali berkumpul bersama dan meneguk minuman keras dan kadangkala iya bisa mabuk mabukan..apakah perbuatan ini bisa diandalkan?..Acara minum minuman keras ini juga kebiasaannya diadakan di kawasan gereja…apakah pendapat Anda tentang hal ni?? Saya kadang jadi keliru..sebab ini sudah menjadi kerap berlaku di gereja kami dan sebelum berlangsungnya acara Misa..malah anggota anggota kumpulan ini sudah membahagi2kan tugas siapa yg harus membawa minuman memabukkan ini dan itu…sepertinya hilang sudah fokus utama tujuan untuk ibadah kepada Tuhan…
Salam Moshida Ann,
Saya setuju dengan Anda bahwa sebaiknya dan sepantasnya mabuk-mabukan tidak pernah ada. Kemabukan sendiri merupakan bentuk kedagingan di samping pesta pora hura-hura (bdk. Gal 5: 21). Tuhan sendiri melalui Rasul Santo Paulus mengecam kebiasaan orang Korintus yang makan minum sampai mabuk dan mengabaikan sesama yang kelaparan dan menodai Misa Kudus (1Kor 11:17-34). Sebaiknya Anda mengingatkan kepala kelompok atau orang-orang yang berpengaruh di situ agar menghentikan praktek itu. Atau, Anda bisa berbicara dengan pastor paroki agar beliau menasehati mereka. Kebajikan penguasaan diri menjauhkan segala bentuk keterlaluan: tiap penggunaan makanan, minuman, rokok, dan obat-obatan yang berlebihan. Siapa yang mabuk tentu berpotensi membahayakan orang lain lebih-lebih jika mengendara kendaraan (bdk. KGK # 2290). Kesehatan harus dirawat sebagai rasa tanggungjawab karena telah dipercayakan Tuhan kepada kita. (bdk. KGK # 2288). Kebiasaan buruk yang merusak kesehatan badan maupun sosial itu sebaiknya dihentikan, diganti kebiasaan yang baik.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Dear katolisitas,
Terkait dengan komuni kudus, saya ingin menanyakan, apakah jika seorang wanita dalam keadaan menstruasi boleh menerima komuni kudus?
Karena bagi umat muslim (yg saya tahu) jika dlm keadaan tsb wanitanya tdk melakukan puasa ataupun sholat krn sedang dlm keadaan kotor/tidak pantas.
Terima kasih utk penjelasannya.
[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca artikel di atas, silakan klik]
Shalom bu inggrid.
Saya lebih suka misa pada sabtu sore dgn alasan gereja lebih sepi dan tidak perlu berdesak desakan seperti pada hari minggu, sehingga lebih bisa konsentrasi. selain itu juga karena jika misa hr sabtu tiba2 ada halangan kan masih ada hr minggu. tp kalo misa minggu apa lagi sore jika tiba2 ada halangan ya sudah berarti tidak ke greja.
Jika begitu apakah salah lebih suka menghadiri misa sabtu sore?
Terima kasih. Jbu
Shalom Adi,
Sebenarnya yang pertama-tama harus menjadi prioritas kita adalah apa yang menjadi ketentuan yang ditetapkan Allah dan Gereja, baru kemudian apa yang bisa kita lakukan untuk memenuhinya. Kita mengetahui bahwa “Hari Tuhan” bagi kita adalah hari Minggu, dan sebenarnya itulah yang harus menjadi prioritas utama kita. Misa hari Sabtu memang dibuat demi membantu kita yang benar-benar tidak bisa mengikuti misa Minggu. Namanya biasa disebut sebagai “Anticipated Mass”, juga berdasar tradisi Yahudi yang menghitung hari dari sekitar pukul 6 sore sampai pukul 6 sore esok harinya. Inilah yang menjadikan Gereja Katolik membuat kebijaksanaan untuk mengadakan misa Minggu pada hari Sabtu sore. Mereka yang tidak bisa mengikuti Misa Minggu dapat mengikuti Misa Sabtu sore, dan mereka dapat dikatakan telah melakukan kewajiban mereka mengikuti Misa Minggu.
Jika kita telah mengadakan prioritas ke Misa pada hari Minggu, maka segala sesuatunya harus ‘mengalah’. Ini adalah suatu contoh yang sederhana bahwa anda sungguh mengasihi Tuhan di atas segala sesuatu, dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita (lih. Mrk 12:30). Maka mungkin harus ada pengorbanan yang anda lakukan misalnya, bangun lebih pagi, tidak menonton progran TV kesayangan anda, tidak pergi jalan-jalan jika ada teman/ saudara yang mengajak anda jika itu bertepatan dengan waktu Misa Kudus.
Namun lain halnya jika ada kondisi mendesak, misalnya anda harus menjaga orang tua anda di rumah sakit, dan giliran anda adalah hari Minggu; maka dalam hal ini anda bisa mengikuti Misa Sabtu. Atau jika anda menjadi putera Altar, pengantar atau koor di gereja yang tugas pada Misa Sabtu, maka dalam hal ini anda tidak perlu lagi Misa pada hari Minggu. Jadi prinsipnya, anda ke Misa Sabtu sore, bukan karena anda ingin ‘berleha-leha’ pada hari Minggu.
Mengenai supaya lebih berkonsentrasi, mungkin anda bisa mengusahakannya meskipun dalam keadaan penuh sesak di gereja. Anda bisa datang lebih awal, sehingga mendapat tempat duduk di muka, sehingga anda lebih dapat berkonsentrasi. Atau persiapkanlah diri anda dengan lebih baik sebalum mengikuti misa, sehingga anda dapat lebih meresapkannya. Silakan klik di sini untuk tips mempersiapkan diri sebelum mengikti Misa Kudus. Semoga anda dapat berguna bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
saya sangat berterima kasih karena dengan informasi2 tentang ajaran katolik itu agar isinya lebih ditegas pada orang2 yang manganut kristen katolik agar lebih percaya diri untuk mempertahankan ke-imanan nya.
karena pada zaman sekarang ini sangat moderen dalam arti dengan kepercayaan bisa digunakan untuk dunia bisnis. saya sangat prihatim apa sebabnya ataukah ada setan membuat orang tidak aman pada kepercahayaan dirinya juga tidak aman. tapi kalau menurut saya katolik itu memberi kita untuk kebebasan sekali seperti ajaran katolik tidak menuntut kita ini itu. hanya saja kalau doa di dalam hati pun tuhan sudah tahu, apalgi doa-doa seperti orang fanatisme, doa diteriak2kan membuat orang lain juga tidak tenang mengganggu katenangan orang lain saja atau tuhan itu tuli kali. kita sadar tuhan itu tidak tuli ya maka bagi saya sangat berterima kasih untuk ajaran yang di anut sekarang ini. aku minta maaf seandanya kata-kataku ada yang bisa maninggung perasaan orang lain. trims
Shalom Satmadava,
Ya, memang terdapat banyak cara untuk berdoa. Bagi orang tertentu mungkin doa harus diucapkan dengan keras, namun bagi orang lain doa lebih dihayati dengan keheningan, maupun berdoa di dalam hati. Alkitab sendiri menyebut banyak cara berdoa, termasuk memang bersorak sorai dan bersuka cita bahkan tepuk tangan (Mz 47:1,2; 66:1; 98:4: 100:1) namun juga dalam diam dan keheningan (Mz 37:7; 46:10; 1Raj 19:12). Memang dalam cara ibadah umat Katolik, terutama dalam Misa Kudus, cara berdoa yang dipakai tidak dengan berteriak atau bersorak atau bertepuk tangan. Namun demikian, menurut saya, lebih baik kita tidak menghakimi cara berdoa orang lain, yang mungkin dilakukan dengan berteriak/ bersorak sorai atau bertepuk tangan. Sebab hanya Tuhan yang paling memahami isi hati orang itu. Lagipula, saya percaya, tidak selamanya orang itu berdoa dengan cara demikian. Mestinya ada suatu saat orang tersebut-pun akan diam dan hening di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, mari kita lebih memusatkan perhatian pada bagaimana kita dapat lebih menghayati doa kita, daripada melihat kepada cara orang lain berdoa. Ya, benar, Tuhan tidak tuli. Ia mendengar setiap doa kita, bahkan yang hanya kita ucapkan di dalam hati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
salam malaikat…….
sy ingin bertanya, bolehkah wanita yg sdg berhalangan menerima komuni suci? adakah hukum grja yg mengatur ttg hal itu? mohon penjlsnnya krn hal itu sll mengganggu sy setiap kali sy sdg mendptkannya. tx seblmnya.
[dari katolisitas.org: silakan membaca artikel di atas – silakan klik]
terima kasih koreksi nya
sekadar menyandingkan saja
[quote] membuat prioritas untuk menguduskan hari Tuhan, yaitu mengikuti Misa Kudus, sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lain [ unquote]
kata “sebelum” disana tentu bukan soal urutan waktu ya ? sebab KGK2180 menulis
[quote] entah pada hari pesta sendiri atau pada sore hari sebelumnya” (CIC, can. 1248, ? 1). [unquote]
pemahaman saya – gereja memberi flesksibilitas yang cukup – ada misa sabtu dan minggu nyaris sepanjang hari ( misa pagi sekali, pagi-pagi, agak siang, tengah hari – seperti ditempat saya ini ada misa tengah hari, dan petang) – mosok terlewatkan juga
sekali lagi, terima kasih koreksi nya
Shalom Skywalker,
Pernyataan "Membuat prioritas untuk menguduskan hari Tuhan, yaitu mengikuti Misa Kudus, sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lain" adalah benar. Silakan untuk melihat beberapa kutipan Katekismus Gereja Katolik berikut ini:
KGK, 2177 menyatakan "Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja. "Hari Minggu di mana dirayakan misteri Paska dari tradisi apostolik, harus dipertahankan sebagai hari pesta wajib yang paling pertama di seluruh Gereja" (CIC, can. 1246, ? 1)."
KGK 2180 mengatakan "Salah satu perintah Gereja menjabarkan dengan lebih rinci hukum Tuhan; "Pada hari Minggu dan pada hari-hari pesta wajib lainnya orang beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam misa" (CIC, can. 1247). "Perintah untuk ambil bagian dalam misa dilunasi oleh orang menghadiri misa di mana pun misa itu dirayakan menurut ritus Katolik, entah pada hari pesta sendiri atau pada sore hari sebelumnya" (CIC, can. 1248, § 1)."
Dari kutipan di atas kita melihat bahwa "Hari Minggu" adalah hari Tuhan yang menjadi suatu pesta Ekaristi, yang merupakan pusat kehidupan Gereja. KGK 2180 yang anda kutip menyertakan kitab hukum kanonik, yang meninjau dari sisi pemenuhan akan perayaan kudus ini, sehingga memakai bahasa "dilunasi". Seperti yang dipaparkan di artikel di atas, misa sore sebelumnya disebut "anticipated mass", yang berarti sebenarnya diperuntukkan bagi orang yang tidak dapat pergi ke Gereja hari Minggu. Anticipated mass bukanlah menjadi alasan bagi orang untuk mempunyai waktu lebih banyak pada hari Minggu, dll. Sesuai dengan namanya, misa sore hari pada hari sebelumnya adalah untuk mengantisipasi kalau orang tidak dapat ke gereja pada hari Minggu atau hari-hari pesta wajib.
Bagi saya "pribadi", saya lebih suka ke gereja hari Minggu pagi, karena membuka rangkaian kegiatan hari itu dengan perayaan Misa Kudus.
Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
[quote} Dan dalam masa beristirahat itu tetap kita mengutamakan Tuhan dahulu, baru kemudian keluarga [unquote}
dalam praktek bagaimana ini dikerjakan ? saya pkir kalau saya membuat keluarga bergembira saya membuat Tuhan juga senang ? Apakah disarankan untuk sepenuh hari beribadah ? pakah hari minggu hendak dibuat macam sabath ?
mohon koreksi
Shalom Skywalker,
Pernyataan saya tentang himbauan untuk "mengutamakan Tuhan terlebih dahulu baru kemudian keluarga" pada hari Minggu itu maksudnya adalah untuk pertama-tama membuat prioritas untuk menguduskan hari Tuhan, yaitu mengikuti Misa Kudus, sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lain. Jadi misalnya:
– Jika anda berlibur ke Puncak -ini contoh saja, jangan pertama-tama yang direncanakan jalan-jalan ke Taman Safari, sampai lupa ke gereja, atau ke gerejanya terlambat, karena semalam sebelumnya tidur terlalu larut malam karena bersenang-senang dengan keluarga/ teman-teman. Jika anda berlibur ke luar kota atau bahkan ke luar negeri, pastikan anda mencari tahu dulu di mana ada gereja untuk Misa Kudus hari Minggu, dan jam berapa. Sedapat mungkin anda ketahui minimal sehari sebelumnya, sehingga anda dapat memgikuti Misa pada hari Minggu.
– Jika anak-anak anda masih kecil, pada hari Minggu sebaiknya anda mengadakan waktu khusus agar mereka menambah pengetahuan tentang iman mereka. Misalnya antarkanlah mereka bergabung dengan Bina Iman, atau jika anda bisa, bahkan lebih baik lagi jika anda sendiri mengajari mereka tentang kisah-kisah di Alkitab, sebelum anda memperbolehkan mereka menonton TV atau main game di komputer.
– Adakan waktu berdoa bersama sebagai satu keluarga. Sebagai kepala keluarga, suami hendaknya memimpin doa keluarga tersebut. Doa ini dapat diawali dengan pembacaan dan sharing Alkitab secara sederhana, diikuti doa spontan, atau-pun doa Rosario/ Kerahiman Ilahi. Jika memungkinkan memang hal ini dilakukan setiap hari, namun jika tidak, minimal satu kali seminggu, pada hari Minggu.
– Silakan membuat hari itu hari yang menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga, namun sedapat mungkin bukan dengan aktivitas kesenangan sendiri-sendiri, misalnya hanya menonton TV bersama, tetapi tidak berkomunikasi satu sama lain. Lebih baik waktu dipakai untuk acara yang membangun komunikasi, agar terjadi hubungan yang terbuka dan timbal balik antara anak dan orang tua, istri dan suami.
Jadi maksudnya bukan menjadikan hari Minggu seperti Sabbath dimana orang nyaris tidak boleh melakukan pekerjaan apapun, yang bahkan langkah berjalanpun dihitung. Bukan begitu maksudnya. Tetapi lebih pada beristirahat, mengarahkan hati kepada Tuhan dan mensyukuri rahmat-Nya dalam kebersamaan dengan keluarga.
Katekismus mengajarkan:
KGK 2180 Salah satu perintah Gereja menjabarkan dengan lebih rinci hukum Tuhan; "Pada hari Minggu dan pada hari-hari pesta wajib lainnya orang beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam misa" (CIC, can. 1247). "Perintah untuk ambil bagian dalam misa dilunasi oleh orang menghadiri misa di mana pun misa itu dirayakan menurut ritus Katolik, entah pada hari pesta sendiri atau pada sore hari sebelumnya" (CIC, can. 1248, ? 1).
KGK 2184 Sebagaimana Allah berhenti pada hari ketujuh, setelah Ia menyelesaikan seluruh pekerjaan-Nya" (Kej 2:2), demikianlah kehidupan manusia mendapat iramanya melalui pekerjaan dan istirahat. Adanya hari Tuhan memungkinkan bahwa semua orang memiliki waktu istirahat dan waktu senggang yang cukup untuk merawat kehidupan keluarganya, kehidupan kultural, sosial, dan keagamaan Bdk. GS 67,3.
KGK 2185 Pada hari Minggu dan hari-hari pesta wajib lainnya, hendaknya umat beriman tidak melakukan pekerjaan dan kegiatan-kegiatan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Tuhan atau merintangi kegembiraan hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi jiwa dan raga Bdk. CIC, can. 1247.. Kewajiban-kewajiban keluarga atau tugas-tugas sosial yang penting memaafkan secara sah perintah mengikuti istirahat pada hari Minggu. Tetapi umat beriman harus memperhatikan bahwa pemaafan yang sah tidak boleh dijadikan kebiasaan yang merugikan penghormatan kepada Allah, kehidupan keluarga, dan kesehatan.
"Kasih akan kebenaran mendorong untuk mencari waktu senggang yang kudus; kasih persaudaraan mendesak untuk menerima pekerjaan dengan sukarela" (Agustinus, civ. 19,19).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
saya mau tanya nich…
gimana kalo cew datang haid,,apakah bisa menyambut komuni?
apakah agama katolik dengan agama budha misa nikah?kalo bisa,apa syarat-syaratnya?
setelah komuni sebaiknya didoakan doa apa?
apakah misa sabtu malam sama dengan misa hari minggu?
terima kasih…
Shalom Katrin,
Silakan melihat jawaban di atas. (silakan klik).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
yang saya mau tanyakan lagi yaitu:sebaikya ke gereja minggu pagi atau minggu sore?
silakan pesan ini ditampilkan tp mohon juga di jawab melalui emial..
terima kasih
Shalom Katrin,
Sebenarnya, yang disyaratkan pada kita umat Katolik adalah untuk menguduskan hari Tuhan yaitu pada hari Minggu. Selanjutnya, tidak ada keharusan untuk datang ke Misa Pagi ataupun Misa Sore hari. Hanya memang, sebaiknya jika mungkin, memang lebih baik jika kita pergi ke Misa Minggu Pagi, sebab dengan demikian, kita dapat memulai hari dengan ucapan syukur dan mempersembahkan seluruh hari Minggu untuk kemuliaan Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Bu, saya ingin menanyakan
1. Anak saya kebetulan menjadi anggota misdinar, jika mendapatkan tugas pada Misa Sabtu sore apakah di hari minggu juga harus mengikuti misa minggu lagi ? biasanya saya atau keluarga ikut mengantar sekalian misa sabtu, apakah ini juga di hari minggu harus mengikuti Misa Minggu lagi ?
2. Berapa kali seseorang boleh menerima Komuni dalam sehari ? misal mengikuti Misa penerimaan Sakramen Perkawinan (di hari minggu), apakah masih boleh menerima Komuni lagi di misa Minggu ?
Mohon maaf apabila hal ini sudah pernah ditanyakan sebelumnya.
Tuhan Memberkati
Shalom Lisa,
1. Jika anda sekeluarga ikut mengantar anak anda tugas misdinar di Misa Sabtu sore, dan ikut dalam ibadah Misa Sore, maka itu sudah termasuk memenuhi kewajiban untuk mengikuti Misa hari Minggu. Misa Sabtu sore itu yang umumnya diadakan setelah jam 5 sore, sudah termasuk “Anticipated Mass” yang sengaja diadakan oleh pihak Gereja untuk melayani mereka yang berhalangan untuk datang ke Misa pada hari Minggu. Tentu, dalam pelaksanaannya, kadang Misa Sabtu ini melibatkan petugas yang berpastisipasi, misalnya misdinar, pengantar, pembaca, koor, dst. Maka untuk mereka yang bertugas, dan dalam kasus anda, keluarga yang mengantar yang bertugas, maka Misa Sabtu itu sudah terhitung memenuhi kewajiban Misa hari Minggu. Namu jika tidak sedang bertugas pada Misa Sabtu, harus dibiasakan untuk mengikuti Misa Kudus pada hari Minggu.
2. Seseorang boleh menerima Komuni dalam Misa dua kali dalam sehari. Jadi jika anda sudah mengikuti Misa perkawinan dan sudah menerima Komuni, lalu anda ke Misa hari Minggu, anda dapat menerima Komuni lagi. Ketentuannya ada dalam Kitab Hukum Kanonik, KHK 917, demikian:
KHK 917 Yang telah menyambut Ekaristi mahakudus, dapat menerimanya lagi hari itu hanya dalam perayaan Ekaristi yang ia ikuti, dengan tetap berlaku ketentuan kan. 921 § 2. [Kanon 921 § 2 adalah kanon yang menganjurkan seseorang yang dalam bahaya maut untuk menerima Komuni lebih dari sekali pada satu hari].
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Bu Ingrid
Kalau kasusnya adalah misal seperti ini, jika kebetulan pada hari minggu saya mendapat tugas koor pada misa pagi dan misa sore, apakah saya bisa ambil komuni di dua misa tersebut?
Terima kasih
Nico
Shalom Nico,
Ya, Anda boleh menerima dua kali Komuni dalam satu hari. Ketentuannya ada dalam Kitab Hukum Kanonik 1983, demikian:
KHK kan. 917 Yang telah menyambut Ekaristi mahakudus, dapat menerimanya lagi hari itu hanya dalam perayaan Ekaristi yang ia ikuti, dengan tetap berlaku ketentuan Kanon 921 § 2 (yaitu: Meskipun pada hari yang sama telah menerima komuni suci, sangat dianjurkan agar mereka yang berada dalam bahaya maut menerima komuni lagi).
Jadi jika dalam kedua perayaan Ekaristi itu Anda mengikutinya dengan penuh, maka Anda dapat menerima Komuni di dua perayaan tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.