Semua orang Kristen memiliki tugas untuk meneruskan iman dengan keberanian, Umat Kristen yang hangat suam-suam kuku, iman yang hangat suam-suam kuku melukai Gereja, karena hal tersebut menciptakan perpecahan. Keberanian untuk menjadi orang Kristen di masyarakat saat ini adalah fokus dari homili Jumat pagi Paus Fransiskus di Casa Santa Marta. Emer McCarthy melaporkan:
Paus Fransiskus berkonselebrasi dengan Uskup Agung Claudio Maria Celli, Presiden dari Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial dan misa dihadiri oleh Garda Swiss Kepausan dengan komandan mereka Daniel Rudolf Anrig. Pada hari Minggu 6 Mei, para penjaga itu akan mengadakan perayaan tahunan mereka, memperingati pertahanan terakhir mereka di tahun 1527 dengan Misa dan pengambilan sumpah anggota baru.
Pada akhir perayaan, Paus Fransiskus memberi mereka salam khusus, menggambarkan pelayanan mereka sebagai “kesaksian yang indah akan kesetiaan terhadap Gereja” dan “kasih bagi Paus.”
Dalam homilinya yang berfokus pada bacaan hari ini, Paus Fransiskus mengatakan semua orang Kristen yang telah menerima karunia iman harus meneruskan karunia ini dengan mewartakannya dengan kehidupan kita, dengan perkataan kita. Namun kemudian, Paus bertanya, “apakah iman yang mendasar ini? Ini adalah iman akan Yesus yang Bangkit, akan Yesus yang telah mengampuni dosa-dosa kita melalui kematian-Nya dan mendamaikan kita dengan Bapa”:
“Menyalurkan iman ini mengharuskan kita untuk berani: keberanian untuk menyebarkan iman. Sebuah keberanian yang terkadang sederhana. Saya teringat – maaf – sebuah cerita pribadi: sewaktu kecil setiap Jumat Agung nenekku membawa kami ke Prosesi Lilin dan pada akhir prosesi sampai pada Kristus yang berbaring dan nenek saya meminta kami berlutut dan mengatakan kepada kami anak-anak, ‘Lihat Dia sudah mati, tapi besok Dia akan Bangkit! “Itu adalah bagaimana iman merasuk: iman akan Kristus yang Tersalib dan Bangkit. Dalam sejarah Gereja ada banyak, banyak orang yang telah ingin mengaburkan kepastian yang kuat ini dan berbicara tentang kebangkitan spiritual. Tidak, Kristus hidup.”
Paus Fransiskus terus mengatakan bahwa “Kristus hidup dan juga hidup di antara kita”, ia menegaskan bahwa umat Kristen harus memiliki keberanian untuk memberitakan kebangkitan-Nya, Kabar Baik tersebut. Tapi, ia menambahkan [bahwa] ada juga keberanian lain yang Yesus minta dari kita:
“Yesus – untuk memasukkannya ke dalam istilah yang lebih kuat – menantang kita untuk berdoa dan mengatakan ini: ‘Apapun yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak’ Jika kamu meminta sesuatu dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya … Tapi ini benar-benar ampuh! Kita harus memiliki keberanian untuk pergi kepada Yesus dan bertanya kepadaNya: ‘Tapi Engkau mengatakan ini, lakukan itu! Buat iman bertumbuh, buat evangelisasi bergerak maju, bantu aku untuk memecahkan masalah ini! … Apakah kita memiliki keberanian ini dalam doa? Atau kita berdoa sedikit, kapan kita bisa, menghabiskan ‘sedikit’ waktu dalam doa? Tapi keberanian itu, parresia (Yunani: Keberanian untuk berbicara di muka umum) bahkan dalam doa … .“
Paus mengingatkan kembali bagaimana kita membaca dalam Alkitab bahwa Abraham dan Musa memiliki keberanian untuk “bernegosiasi dengan Tuhan”. Sebuah keberanian “untuk kepentingan orang lain, untuk kepentingan Gereja” yang kita juga perlu hari ini:
“Ketika Gereja kehilangan keberanian, Gereja masuk ke dalam suasana yang ‘hangat suam-suam kuku’, Umat Kristen yang suam-suam kuku, tanpa keberanian … Mereka sangat melukai Gereja, karena suasana ini menarik kalian ke dalamnya dan masalah-masalah timbul di antara kita; kita tidak lagi memiliki cakrawala, atau keberanian untuk berdoa ke surga, atau keberanian untuk mewartakan Injil. Kita yang hangat suam-suam kuku … kita memiliki keberanian untuk terlibat dalam hal-hal kecil kita dalam kecemburuan kita, iri hati kita, karir kita, dalam keegoisan untuk melangkah maju … Dalam segala hal ini, tapi ini tidak baik bagi Gereja: Gereja harus berani! Kita semua harus berani dalam doa, dalam menantang Yesus “
(AR)
Paus Fransiskus,
Domus Sanctae Marthae, 3 Mei 2013
Diterjemahkan dari : www.vatican.va