[Minggu Biasa XXVII: Hab 1:2-3; 2:2-4; Mzm 95:1-9; 2 Tim 1:6,8,13-14; Luk 17:5-10]

“Tuhan, tambahkanlah iman kami!” (Luk 17:5). Inilah seruan permohonan para rasul kepada Yesus. Rupanya, walaupun para rasul setiap hari berkumpul dengan Yesus, mendengarkan pengajaran-Nya, menyaksikan mukjizat- mukjizat-Nya, mereka tetap menyadari bahwa iman mereka tidaklah besar. Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita berdoa memohon kepada Tuhan agar Ia menambahkan iman kita? Walaupun mungkin cukup banyak dari antara kita yang relatif rajin ke gereja, ataupun ikut terlibat dalam kegiatan gerejawi, namun ini tidak menjadi jaminan akan besarnya iman. Sebab, keterlibatan seseorang dalam kegiatan gereja tidak selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan imannya. Bagaimana caranya agar kita dapat bertumbuh dalam iman? Mari di bulan Maria ini, kita belajar dari Bunda Maria yang telah menyelesaikan perjalanan imannya dengan sempurna. Paus Yohanes Paulus II menggarisbawahi empat hal yang tercakup dalam iman, yaitu: pencarian, penerimaan, konsistensi, dan konstansi.

Iman memang adalah pemberian Tuhan, namun, di sisi lain, ternyata kita harus pula secara aktif mencari dan mempelajari iman kita. Bunda Maria mencari pemahaman imannya dengan bertanya kepada malaikat itu, “Bagaimana hal ini mungkin terjadi?” (Luk 1:34). Bagi kita, pencarian akan pemahaman iman yang benar diperoleh melalui mendengarkan khotbah pastor dengan sungguh-sungguh, membaca Kitab Suci dan buku-buku rohani Katolik, ataupun mengikuti seminar-seminar rohani Katolik, dst, dan kemudian merenungkannya. Setelah memahami ajaran iman kita, maka langkah selanjutnya adalah, menerima kebenaran tersebut, walaupun mungkin berat dan tidak sesuai dengan keinginan kita. Itulah yang dilakukan oleh Bunda kita, ketika ia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Selanjutnya, setelah kita menerima ajaran iman, kita dipanggil untuk melaksanakan ajaran iman tersebut secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam keadaan- keadaan yang sulit. Contohnya, kalau kita mengimani Kristus yang lemah lembut, apakah kita juga sudah bersikap lemah lembut dalam keluarga, lingkungan, paroki ataupun dalam lingkungan pekerjaan kita? Kalau kita mengimani Kristus yang hadir dalam sakramen-sakramen, apakah kita sudah dengan sungguh menerima sakramen-sakramen – terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat? Kalau kita mengimani Allah yang maha kasih, sudahkah itu menjadikan kita mengasihi Allah melebihi segala sesuatu dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri? Sebab seandainya setiap umat Katolik mempunyai konsistensi antara iman dan perbuatan, maka sesungguhnya banyak orang akan tertarik untuk menjadi Katolik. Akhirnya, konsistensi untuk mewujudkan iman juga perlu dibarengi dengan konstansi, yaitu penerapan iman bukan hanya kalau kita mau atau dalam waktu tertentu saja, namun seumur hidup kita. Itulah yang dilakukan oleh Bunda Maria. Ia selalu mengatakan, ‘ya’ kepada Tuhan, dalam segala keadaan: sejak menerima kabar gembira malaikat, dalam pelayanannya membesarkan dan menyertai Kristus, sampai akhirnya ia menyaksikan dengan matanya sendiri, bagaimana Puteranya disiksa sampai wafat, demi menebus dosa umat manusia. Bunda Maria tetap taat setia kepada kehendak Allah. Ia mendampingi Kristus sampai akhir, bahkan di kala hampir semua murid-murid-Nya meninggalkan Dia.

Mari, kita belajar dari Bunda Maria untuk tetap beriman sampai akhir. Semoga doa sederhana ini menjadi doa kita sepanjang hari: “Tuhan, tambahkanlah imanku.

4 COMMENTS

  1. shalom pak stef dan bu ingrid

    saya punya kecenderungan berpikir jika kita meminta supaya iman kita dikuatkan maka Tuhan akan menguatkan iman kita dengan cara yang mungkin tidak mudah..
    Katakanlah dengan membuat kita menghadapi masalah yang harus kita hadapi dengan ketekunan dan kerja keras supaya kita berhasil menyelesaikan masalah itu..
    Karena hal tersebutlah untuk saya pribadi agak kurang berani untuk memohon kepada Tuhan supaya menguatkan iman saya..
    Apakah hal tersebut salah?
    mohon pendapatnya..

    terima kasih.
    frans

    • Shalom Frans,

      Kita justru harus selalu meminta agar Tuhan memambahkan atau menguatkan iman kita, karena kita menyadari bahwa iman kita sesungguhnya sangat rapuh dan pada saat yang bersamaan kita menyadari bahwa iman adalah pemberian dari Tuhan. Tuhan yang paling tahu bagaimana menambahkan iman kita. Yang pasti Dia tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kekuatan kita. Jadi, mari dengan mempercayai penyelenggaraan ilahi, kita minta agar Allah senantiasa menambahkan iman kita dan menjadi bagian kita untuk terus bekerjasama dengan rahmat-Nya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. renungan ini sangat bagus, mengena, dengan contoh iman Bunda Maria, pasti bermanfaat untuk pengembangan iman. mohon ijin, akan saya jadikan bahan renungan dalam doa rosario di lingkungan kami, Lingkungan Sta. Maria Ratu Rosari.

    [Dari Katolisitas: Silakan digunakan renungan ini, jika dipandang berguna. Semoga Tuhan memberkati pertemuan lingkungan Anda.]

  3. Bu Ingrid dan pak Stef,
    Banyak terima kasih atas materi renungan yg sangat bagus ini.

Comments are closed.