“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu,  Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3 : 20)

Membuat orang lain menunggu rasanya sama tidak enaknya dengan kalau kita menunggu orang lain. Ketika saya tidak menyelesaikan suatu kegiatan atau janji pada waktunya dan mengakibatkan orang lain menunggu saya, saya tidak hanya membuat kesal orang lain tetapi juga mengambil waktunya yang berharga, yang terbuang untuk menunggu saya. Tentu saja hal ini tidak berlaku pada seorang supir yang memang digaji untuk menunggu majikannya selesai berbelanja, misalnya. Tetapi bila yang menunggu kita selesai berbelanja itu adalah suami atau teman dekat saya, sesungguhnya saya sedang meminta pengertian dan pengorbanan mereka. Mungkin mereka juga menggerutu karena saya terlalu lama membuat mereka menunggu. Sebaliknya bila saya yang berada pada posisi menunggu, tentu saya juga resah, tetapi setidaknya saya tidak sedang merugikan orang lain.

Masa Adven adalah masa penantian kita akan kedatangan Kristus untuk hadir di tengah-tengah kita sebagai Sang Immanuel yang membebaskan kita dari semua belenggu kedosaan dan ikatan keduniawian kita. “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:  “Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Immanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita. (Matius 1: 22-23). Tuhan yang solider dengan kelemahan dan keterbatasan kita sebagai manusia dan menjadi sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, menghantar kita kepada keselamatan yang sejati melalui hidup-Nya sebagai manusia dan penderitaan-Nya di kayu salib dalam wujud manusia Yesus. Namun keselamatan itu hanya dapat terjadi dengan sempurna bila kita senantiasa membuka diri untuk menerima anugerah pengampunan dan penebusan-Nya.

Maka kadang-kadang dalam masa Adven, saya lebih merasakan bahwa justru Yesuslah yang sedang menunggu saya untuk senantiasa datang kepada-Nya dan menyerahkan diri saya dibentuk sesuai dengan rencana agung-Nya. Namun Yesus menunggu dengan sangat sabar, Dia menunggu tanpa mengeluh, melainkan dengan penuh pengertian, dan cinta. Selama menunggu saya untuk berubah dari kebiasaan-kebiasaan saya yang tidak membuat saya sungguh-sungguh hidup, Tuhan Yesus bekerja melalui berbagai jalan cinta, supaya Dia dapat masuk ke dalam hati saya dan memberikan cinta-Nya yang kekal menjadi harta milik saya yang tak akan diambil oleh apapun juga. Kadang Dia memberikan saya teguran halus lewat perjumpaan,  percakapan, atau bahkan konflik dengan orang lain. Kadang Dia mengijinkan suatu peristiwa tertentu terjadi dalam hidup saya supaya saya mampu melihat Dia lebih jelas lagi dan mengalami pekerjaan-pekerjaan-Nya yang penuh dengan cinta dan rancangan keselamatan. Bersikap terbuka dan mau berubah adalah kunci utama supaya Tuhan dapat bekerja dengan sepenuhnya dan dengan bebas di dalam diri kita untuk menerima dan mengalami rahmat penebusan-Nya.

Ketika membaca mengenai Yohanes Pemandi di Matius 3: 1-12, yang berseru-seru di padang gurun menyerukan pertobatan dan berbalik dari dosa dan kebiasaan yang buruk, dengan pakaian dari bulu unta dan ikat pinggang dari kulit hewan yang pasti sangat sederhana, sesaat ingatan saya melayang kepada pemandangan di sekitar pusat kota (down town) Houston di Amerika di mana saya pernah bermukim. Di down town area itu banyak dijumpai para homeless (kaum gelandangan) yang tidak mempunyai tempat berteduh. Mereka berpakaian sangat kumal dan seadanya. Jumlah mereka sebenarnya tidak banyak, namun penampilan mereka yang kontras dengan situasi sekitarnya yang dikelilingi gedung-gedung bertingkat, taman-taman kota yang cantik, dan jalanan yang rapih, bersih, dan mapan, membuat kehadiran mereka terasa menyolok. Kebanyakan masyarakat umum memandang mereka dengan perasaan tidak aman, karena khawatir mereka akan berbuat kekerasan untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun pada kenyataannya, sejauh yang saya alami, mereka tidak pernah mengganggu saya. Paling-paling hanya mendekat untuk minta uang satu dollar, dan kalau saya menggelengkan kepala karena kebetulan sedang tidak punya pecahan satu dollar, maka mereka akan menjauh dengan sopan. Hati saya tersentuh oleh kesederhaan dan kemiskinan mereka. Betapa dekatnya orang-orang seperti itu kepada Allah. Hidupnya hanya untuk hari ini, sedangkan hari besok ia bergantung sepenuhnya kepada Yang Punya Hidup.

Penampilan semacam itulah yang mungkin juga dijumpai dan dirasakan orang-orang Israel jaman dulu pada diri Yohanes Pemandi. Siapakah orang-orang yang tidak tertipu oleh penampilan fisiknya yang sangat sederhana itu, dan mampu melihat pesan yang dibawanya sebagai pesan kebenaran dari Yang Maha Kuasa? Siapakah mereka yang kemudian berbondong-bondong datang untuk dibaptis olehnya di Sungai Jordan sehingga mereka dapat menerima rahmat Allah sepenuhnya? Saya berpikir, pasti orang-orang itu adalah orang-orang yang hatinya selalu terbuka dan rendah hati, yang sadar bahwa dirinya masih jauh dari sempurna, dan oleh karenanya selalu siap dan mau untuk berubah. Orang-orang yang miskin di hadapan Allah. Yang bagaikan seorang homeless di downtown kota Houston, bergantung sepenuhnya pada kemurahan Allah di setiap hari yang baru, karena kemiskinannya.

Yohanes Pemandi mungkin tidak mempunyai keelokan apapun secara fisik, namun hatinya yang selalu haus akan Allah dan tidak mengenal kompromi akan dosa, berani mempertahankan prinsip demi kebenaran dan kasih Allah, dengan mudah memikat hati siapa saja yang terbuka kepada panggilan Tuhan yang halus, yang datang dalam berbagai peristiwa hidup dan perjumpaan dengan sesama di dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus masih selalu menunggu saya dan Anda, di masa Adven ini, dan di seluruh masa kehidupan kita. Kerinduan-Nya hanya satu, supaya Dia selalu bisa memeluk dan mencintai kita sepenuhnya, tidak hanya sejak di dalam hidup ini, namun sampai seterusnya kelak di dalam kekekalan. Semoga hati kita selalu terbuka dan siap untuk diubahkan oleh-Nya. Semoga kita tidak terlena oleh kemilaunya kehidupan dunia yang hanya sementara ini, tetapi mengarahkan hati dan budi kita selalu untuk mendengarkan suara-Nya dan mengalami pekerjaan-pekerjaan-Nya.

Adalah pilihan saya untuk mengikuti cinta dan kesabaran-Nya yang sedemikian halus. Kita bebas memilih jalan kita sendiri. Namun kesetiaan-Nya akan selalu menemani dalam setiap tantangan dan kesukaran saya untuk berubah. Setiap tetes air mata dan duka saya adalah kedukaan-Nya, dan setiap tawa ria hati saya karena sukacita bersama-Nya adalah kerinduan-Nya. Komitmen untuk selalu bersama Dia adalah komitmen yang harus saya buat setiap hari, setiap jam, setiap detik. Jika saya menyatakan persetujuan dan bersedia untuk bersama-Nya, Dia akan terus memampukan saya untuk mengatasi diri sendiri dan berjalan sepenuhnya bersama-Nya.  Dengan kesabaran dan cinta yang tak terselami, Dia sedang menunggu saya…

Untuk memberikan perhatian yang tulus kepada sesama dan keluarga yang membutuhkan, sekalipun itu adalah waktu dan energi saya yang berharga untuk sekedar mendengarkan dan menemani mereka…

Untuk merelakan dengan cinta sebagian harta benda saya bagi saudara yang lebih membutuhkan…

Untuk mengampuni seorang teman yang sudah lama menyakiti hati saya dan sudah mencoba meminta maaf tetapi saya belum dapat sepenuhnya menerimanya kembali dalam hati saya…

Untuk memperbaiki pengaturan waktu doa saya di tengah kesibukan sehari-hari yang kian padat…

Untuk mengalah dengan penuh kesadaran dari kebiasaan-kebiasaan saya yang mengganggu kedamaian sesama di sekitarku….

Datang kepada-Nya di setiap awal hari yang baru adalah waktu-waktu terbaik untuk memohon terang-Nya menunjukkan bagian-bagian mana dari diri saya yang Tuhan rindu untuk saya serahkan kepada-Nya pada hari ini. Ini adalah pilihan dan kebebasan saya untuk dibentuk sesuai kerahiman-Nya dan kebijaksanaan-Nya, karena Ialah yang membentuk dan merancang saya, indah sejak awal hingga akhir. Tentu saja semua itu adalah pengorbanan dan penyangkalan diri bagi saya. Tetapi, memikul salib dengan penuh iman dan percaya sepenuhnya bersama Kristus adalah tanda cinta dan kesetiaan kita yang tak tertandingi nilainya di hadapan-Nya, yang akan selalu bersama kita sepanjang jalan salib kehidupan dan menunggu kita di rumah cinta-Nya yang kekal. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah (Ibrani 12:2). Tidak ada jalan yang lebih damai dan indah bagi sebuah rancangan selain daripada mengikuti keinginan Sang Perancangnya. Seorang Perancang yang tidak hanya merancang dengan cermat dan kerahiman, tetapi juga dengan cinta yang tidak tertandingi dalamnya dan pengorbanan yang melampaui hidup itu sendiri.

Jauh dalam lubuk hati, saya tidak ingin Tuhan menunggu saya terlalu lama. Walaupun saya tahu bahwa Ia sabar dan pengertian-Nya tidak ada batasnya, namun cinta-Nya kepada saya di atas kayu salib, membuat saya tidak rela kalau Tuhan harus menunggu saya berlama-lama. Tentu juga demikian dengan Anda. Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (Roma 8 : 12-14). Hanya dengan selalu bersikap terbuka, siap untuk diubahkan dan dimurnikan dengan semangat kemiskinan di hadapan-Nya, kita dapat mengundang Dia, untuk dapat segera masuk ke dalam hati dan hidup kita, dan terus bekerja di sana menggenapi rencana-Nya yang penuh kasih dan keagungan, tanpa menunggu terlalu lama lagi.

Dalam suka dan duka dinamika perjalanan kehidupan, di tikungan-tikungan pergumulan dan tantangan, bahkan dalam keputusasaan dan harapan yang datang silih berganti dalam kehidupan, adalah sangat menghibur dan menguatkan hati menyadari bahwa Tuhan ada di dalam setiap momen-momen itu. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab, semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya. (Roma 8: 28 – 30).

Oleh karena Dia adalah setia hingga akhir, maka adalah kekuatan dan sukacita kita untuk terus mengandalkan Dia, sehingga kita menjadi semakin serupa dengan Dia dan siap sepenuhnya untuk selalu bersama-sama Dia di dalam keabadian. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion (Mazmur 84 : 6-8). (uti)

4 COMMENTS

  1. Syalom
    Mbak Ingrid
    hubunganku dengan temanku menjadi renggang, dia menjaga jarak denganku
    Masalahnya, beberapa minggu yg lalu dia meminta bantuan saya tapi saya tidak dapat memenuhi permintaanya, dia sangat berharap padaku karena hanya saya yang dapat membantunya. Namun situasi saya saat itu tidak mampu membantunya, saya sudah berupaya mencari jalan lain untuk membantunya tapi memang tidak ada. dan kalo pun harus memaksakan diri membantunya, ada orang lain yang harus saya rugikan.
    dia sangat kecewa pada saya meskipun dia tidak mengatakannya
    saya sudah minta maaf dan dia memaafkan saya
    tapi saya merasa dia menjaga jarak denganku
    saya berupaya untuk mempertahankan persahabatan kami,
    saya berupaya memulai komunikasi dengannya tapi dia hanya menjawab seadanya bahkan saya merasa dia menolakku.
    hubungan kami menjadi dingin
    dan saya tidak tau apa yang harus saya perbuat

    • Shalom Bee,
      Yang terpenting adalah bukan anda yang menjauhkan diri daripadanya. Sekarang setelah kejadian itu berlalu, silakan anda tanyakan diri anda sendiri, apakah anda dapat tetap membantunya dalam hal lain misalnya, agar ia juga mengetahui bahwa anda tetap sahabatnya yang tulus? Jika nanti waktunya pas, silakan anda mencari waktu untuk menjelaskan duduk masalahnya kepadanya, termasuk bahwa anda mau menolong, tetapi memang tidak bisa menolong pada saat itu, karena anda tidak mau merugikan orang yang lain lagi.

      Silakan anda membawa pergumulan anda dengan teman anda tersebut dalam doa- doa pribadi anda, dan mohonlah pimpinan Tuhan untuk tetap dapat mengasihi dia, walaupun sepertinya ia menolak anda. Saya percaya, jika anda tulus dan terus melakukannya, akan ada saatnya persahabatan anda akan kembali seperti semula.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Trimakasih Bu Inggrid, berarti semuanya harus benar2 dikembalikan padaNya, bukan begitu?

    [Dari Katolisitas: Ya, tetapi juga ada bagian kita yang harus kita lakukan untuk mewujudkan rencana-Nya.]

  3. Trimakasih atas renungannya yang luar biasa.
    Lebih menyadarkan saya betapa pentingnya menyambut kasihNya yang begitu luar biasa. Kasih yang Ia ajarkan agar kita bagi dengan orang lain. Hukum Kasih sebagai dasar atas hidup dalamNya. Mengasihi termasuk juga melayani dan mengampuni.
    Saya teringat akan hal yang membuat saya merenungkannya pagi ini. Memaafkan hal yang mudah, tapi mengembalikan keadaan seperti sebelum terjadi permasalahan, itulah yang sangat sulit untuk saya saat ini. Pernah beberapa waktu yang lalu, seorang teman menyakiti hati saya. Entah dia merasa atau tidak. Dia pernah meminta maaf, dan saya memaafkannya. Namun sejak saat itu, keadaannya berubah. Saya sudah tidak terlalu dekat dengannya, karena mungkin secara tidak sadar, saya menciptakan jarak dengannya. Tapi kami tetap berteman biasa, namun tidak sedekat dulu.
    Benarkah hal yang saya lakuakn ini, atau ada yang perlu diperbaiki lagi?
    Mohon masukan dan sarannya agar saya bisa terus lebih bijaksana dan mengamalkan kasih dalam menghadapi berbagai masalah.
    Terimakasih sebelumnya,
    Salam Damai
    n.n

    • Shalom n.n,
      Memang memaafkan kadang tidak semudah harapan kita, karena hal itu mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan. Atau tepatnya, memaafkannya mungkin mudah, tetapi mengasihi kembali dengan kasih yang sama, itu yang sulit, dan bahkan tidak mungkin jika kita mengandalkan kemampuan kita sendiri sebagai manusia. Oleh karena itu, kita harus memohon kekuatan dari Tuhan Yesus, agar kita diberi rahmat kasih yang daripada-Nya, agar kasih-Nya itu memampukan kita untuk sungguh- sungguh memaafkan dan mengasihi kembali.
      Maka jika anda masih merasakan adanya jarak, silakan anda memohon kepada Tuhan Yesus di dalam doa- doa anda, dan terutama setiap anda mengikuti perayaan Ekaristi/ Misa Kudus. Mohonlah kepada Kristus yang adalah Sang Kasih, agar anda dapat mengampuni dan mengasihi teman itu, dengan rahmat kasih yang anda terima dari Kristus. Ailakan memeriksa batin anda, apakah sekiranya ada juga kesalahan di pihak anda terhadap teman and itu. Jika ada, silakan anda memohon maaf juga kepadanya. Semoga dengan demikian, teman anda juga dapat melihat ketulusan hati anda untuk mengasihi dia, dan hubungan pertemanan anda dengannya dapat kembali seperti sebelumnya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

Comments are closed.