Retret para imam SS.CC tanggal 05-08 Juli 2014 di Batam, memutar kembali kenanganku sebagai pastor muda yang berkarya selama tujuh tahun di sana. Kenangan itu tak akan habis tertuang dalam novel kehidupan. Pengalaman blusukan ke ruli-ruli (rumah-rumah liar) untuk mencari umat terus membayangi hati nurani bagaimana seharusnya hidup sebagai seorang gembala. Pengalaman manis dan pahit, suka dan duka, tertawa dan airmata, telah menjadi bahan retret utama untuk mengalami kembali berkat Tuhan yang menyertai setiap langkah kehidupan. Berkat Tuhan memberi makna pada jiwa. Jiwa senantiasa hidup karena menimba berkat-Nya seperti mentari memberikan sinarnya pada rimbunan dedaunan.

Pengalaman seorang ibu, yang menemuiku bersama suami dan anaknya, tentang kesetiaan Tuhan, meneguhkan imanku. Ibu dan suaminya itu bersama-sama denganku melayani Tuhan dan umat-Nya di Paroki Santo Damian – Batam dengan setia. Ia sampai sekarang tetap aktif dalam pelayanan yang ikhlas di lingkungan, Legio Maria, dan Marriage Encounter (ME). Vonis kanker stadium tiga kepadanya dan telah menjalar ke getah bening pada bulan September 2012, tidak membuatnya marah dan menyalahkan Tuhan. Doanya sangat indah: “Tuhan, semoga aku tetap setia kepadamu di tengah penyakitku”. Ia menghadapi operasi bulan Februari 2013 dengan tenang dan damai. Tuhan diyakininya tidak akan meninggalkannya: “Penyakitku ini menjadi kekuatan imanku karena aku tetap mengimani bahwa Allah selalu bersamaku”. Ia bahkan bisa menangkap makna mengapa Tuhan mengijinkan penyakit ini datang kepadanya. Tuhan memperkenankannya untuk memperoleh pertumbuhan rohani dan anugerah Roh Kudus: “Kasih Tuhan kepadanya dan kasihnya kepada Tuhan dinyatakan melalui penyakit ini”. Ia bersama dengan suaminya, pada bulan April 2013, mengikuti retret di Cikanyere. Ia dan suaminya itu berdoa di depan Gua Maria di tempat retret tersebut. Mereka merasakan bahu bunga mawar walaupun bunga itu tidak ada di sana. Bunga Mawar melambangkan Bunda Maria. Suaminya tiba-tiba berbahasa Roh seperti mengucapkan kata-kata dalam bahasa Mandarin, yang tidak bisa diterjemahkan oleh ahli bahasa. Namun, ibu itu mengertinya. Intinya adalah ia harus berdoa kepada Tuhan untuk mohon kesembuhan melalui perantaraan Santo Josef Freinademetz (misionaris pertama SVD). Ketika ia mengadakan check up di Pinang, dokter menyatakan bahwa tidak ada penyebaran kanker dan ia disembuhkan secara total dari penyakit itu. Ia merasa sehat setelah satu tahun paska operasi tanpa kemoterapi. Pengalaman iman dalam menghadapi kanker membuat pelayanannya, khususnya melayani orang-orang sakit, semakin berbuah.

Setelah sharing pengalaman ini selesai, aku tanpa menyadari menyanyikan lagu “Tuhan Pasti Sanggup” dari Maria Shandy dan Mike Mohede dalam hati sebagai ungkapan kepercayaan bahwa Tuhan pasti sanggup mengangkat segala persoalan:

KUATKANLAH HATIMU
LEWATI SETIAP PERSOALAN
TUHAN YESUS S’LALU MENOPANGMU
JANGAN BERHENTI HARAP PADA-NYA

TUHAN PASTI SANGGUP
TANGAN-NYA TAK ’KAN TERLAMBAT ’TUK MENGANGKATMU
TUHAN MASIH SANGGUP
PERCAYALAH DIA TAK TINGGALKANMU

TUHAN PASTI SANGGUP
TANGAN-NYA TAK ’KAN TERLAMBAT ’TUK MENGANGKATMU
TUHAN MASIH SANGGUP
PERCAYALAH DIA MASIH SANGGUP
PERCAYALAH DIA TAK TINGGALKANMU

PERCAYALAH, PERCAYALAH (KITA HARU (KITA HARUS PERCAYA)
PERCAYALAH DIA ’KAN MENGANGKATMU

Pesan kehidupan yang dapat kita timba: Sukacita di dalam jiwa akan menghancurkan penyakit kita. Sukacita dapat kita temukan dalam kesetiaan kita dalam mengasihi Allah walaupun kita berada dalam kondisi yang sangat berat. Sukacita itu lahir dari sebuah pengharapan bahwa Tuhan memberikan mukjizat dalam berbagai bentuk bagi yang tidak menyerah kepada keadaan dan yang percaya kepadaNya. Tuhan tidak akan meninggalkan kita yang mau berjalan bersamaNya: “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi” (Yosua 1:9).

Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC