Tentang derajat atau tingkatan kasih, kita mengacu kepada buku Christian Perfection and Comtemplation: According to St. Thomas Aquinas and St. John of the Cross karangan Reginald Garrigou Lagrance dan melihat apa yang dituliskan oleh St. Thomas Aquinas pada Summa Theology, II-II, q.34, a.9.
St. Thomas Aquinas memberikan analogi tingkatan kasih, seperti manusia yang dapat bertumbuh dari bayi sampai dewasa, yaitu dimulai dari bayi yang tidak dapat menggunakan akal budinya, kemudian berkembang kepada tahapan seseorang dapat menggunakan akal budi (age of reason), yang kemudian disusul dengan tahapan dewasa, yang dilengkapi dengan akal budi dan juga kesiapan untuk berkeluarga. Hal ini sama seperti tingkatan kasih, yang melalui tahap perkembangan. Secara prinsip, kasih dapat bertumbuh terus sampai mencapai puncaknya di dalam Kerajaan Sorga. Jadi, selama kita di dunia ini, maka kasih kita dapat terus bertumbuh semakin sempurna, yang dapat dibagi menjadi tiga:
a. Tahapan pemula (beginners atau purgative way). Pada tingkatan ini, seseorang berusaha agar dia tidak jatuh ke dalam dosa berat, dan juga berusaha untuk melawan kelemahan dan kecenderungan berbuat dosa (concupiscences). Dalam tahap ini, seseorang masih berfokus pada bagaimana caranya untuk menghindari dosa-dosa yang dulunya sering dia lakukan. Sebagai contoh kalau seseorang mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa melawan kemurnian, maka dia berjuang setengah mati agar dia tidak terjerumus ke dalam dosa yang sama. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: menghindari teman-teman yang dapat menjerumuskannya ke dalam dosa yang sama, menghindari tempat-tempat yang dapat membangkitkan keinginan untuk berbuat cabul, menghindari kesempatan-kesempatan untuk dapat melakukan dosa tersebut. Orang ini menyadari bahwa kalau dia jatuh ke dalam dosa berat yang sama, maka dosa berat tersebut akan menghancurkan kasih. Dengan kata lain, orang-orang dalam tingkatan ini senantiasa berusaha menghindari dosa berat.
b. Tahapan yang lebih diterangi (Illuminative way). Pada tahap ini, seseorang bukan lagi berfokus pada menghindari dosa, melainkan pada bagaimana bertumbuh dalam kebaikan. Mereka membuat kemajuan spiritualitas dalam terang iman dan kontemplasi. Seseorang pada tahap ini mulai berfikir apa yang dapat dilakukannya untuk dapat semakin memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Dia tidak lagi memikirkan untuk menghindari dosa pornografi, namun dia mulai berfikir, bagaimana dia dapat memberikan kebaikan kepada sesama, sehingga dia dapat membantu orang-orang yang mempunyai ketergantungan terhadap pornografi. Orang yang dalam tahap ini, bukan hanya berfikir untuk menghindari dosa berat, namun juga dia mencoba mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Dia mencoba untuk menghilangkan kecenderungan-kecenderungan di dalam dirinya yang menghalanginya untuk bersatu dengan Tuhan. Dia bertumbuh dalam kasih dengan cara berbuat kasih.
c. Tahapan sempurna (Univitive way / Heroic Love). Dalam tahap ini, seseorang secara sadar tidak mau dan dengan segala kekuatannya dia berusaha untuk menghindari dosa-dosa yang kecil (venial sins) sekalipun. Walaupun kadang dia masih mengalami dosa kecil, namun dosa-dosa kecil ini terjadi dengan tidak sengaja. Secara aktif dia mencoba menghilangkan apa yang tidak sempurna dalam dirinya, sehingga seluruh akal budi, perbuatan dan perkataannya bertujuan untuk menyenangkan hati Tuhan. Dia setia terhadap inspirasi dari Roh Kudus, dan menjalankan semua hal, termasuk hal-hal kecil dengan kasih yang besar. Dia sekaligus lemah lembut namun juga kokoh dalam imannya. Dia memandang rendah hal-hal dunia ini, dan secara aktif dan terus-menerus mempunyai kontemplasi terhadap hal-hal ilahi. Dia mempunyai hati yang besar (magnanimity), sehingga membuatnya dapat menyingkirkan hal-hal dunia agar dia dapat semakin bersatu dengan Tuhan. Bahkan, dia menginginkan persatuan abadi dengan Kristus melebihi apapun di dunia ini. Dalam tahap ini, seseorang juga mempunyai derajat kerendahan hati yang sempurna. Walaupun kehidupan spiritualitasnya berkembang dengan sempurna, namun dia justru melihat dirinya yang paling rendah dari manusia lain. Karena hidupnya senantiasa dipenuhi dengan sinar ilahi, maka secara jelas dia dapat melihat apa-apa yang tidak sempurna dalam dirinya secara jelas dan pada saat yang bersamaan dia melihat Allah yang adalah segalanya. Dalam kondisi seperti inilah, maka orang dalam derajat kasih yang tertinggi juga akan mempunyai derajat kerendahan hati yang tertinggi.
Yang mungkin tidak kalah pentingnya adalah tiga tingkat kesempurnaan kasih di atas juga berhubungan dengan kasih terhadap sesama. Dalam tingkat awal, dia akan mengasihi orang -orang yang dia kenal tanpa mengabaikan orang-orang lain. Di tingkat ke dua, dia dapat mengasihi orang-orang asing, yang tidak mereka kenal. Dan di tingkat kesempurnaan, dia dapat mengasihi musuh-musuh mereka. Yang perlu juga menjadi catatan adalah seseorang dapat bertumbuh dari tingkat awal ke tingkat yang lebih tinggi, namun orang juga dapat jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang paling awal. Hanya rahmat Allah dan kesediaan untuk terus bekerjasama dengan rahmat Allah, dan juga tujuh karunia Roh Kudus, yang memungkinkan seseorang untuk mencapai kesempurnaan kasih. Demikian, apa yang dapat saya jelaskan tentang tingkatan kasih, seperti yang diajarkan oleh para Bapa Gereja, seperti St. Agustinus, Dionisius, St. Thomas Aquinas, St.Yohanes Salib. Semoga, kita yang masih dalam tingkat pertama maupun kedua, dapat terus bertumbuh di dalam kasih sampai mencapai kesempurnaannya di dalam Kerajaan Sorga.
salam sejahtera tim katolisitas,
Saya ingin bertanya mengenai 3 hal.
1. Saya pernah diberikan sebuah doa yg bernama “doa wasiat” dari sebuah biara karmelit. Di doa itu terlihat beberapa kejanggalan seperti adanya keterangan kita tdk akan wafat tiba2, terhindar dari bbrp kecelakaan, dan raja Karel agung yg hidup pada tahun 1515. Apakah doa itu dapat kita doakan?
2. Saya bersekolah di sebuah sekolah non-katolik. Dan disana, saya diajarkan bahwa gereja Katolik mempunyai 3 amal baik utk masuk surga. Yaitu amal baik yg serasi, luar biasa, dan yg satunya lagi saya lupa.
Apakah Gereja Katolik mengajarkan teori amal baik ini?
3. Jika api penyucian ada. Mengapa lazarus dan org kaya langsung masuk surga dan neraka?
Mohon dijawab, terimakasih
Shalom Reynaldi,
1. Tentang ‘doa wasiat’ atau ‘doa keramat’ sudah pernah dibahas di jawaban ini, silakan klik.
Doa adalah ungkapan hati. Jika doa itu merupakan ungkapan iman dan hati Anda, silakan didoakan. Namun janji-janji yang disebutkan di sana tidak dapat dijadikan patokan, sebab data yang disebutkan di sana tidak dapat dikonfirmasikan kebenarannya.
2. Tiga tingkatan kasih, menurut St. Thomas Aquinas dan St. Yohanes Salib, sudah pernah dibahas di artikel di atas ini, silakan klik.
Memang dikenal dalam spiritualitas Katolik adanya tiga tahapan ini, namun tahapan ini bukan tahapan yang diperoleh dari kekuatan manusia sendiri untuk masuk Surga. Tahapan kasih ini tidak terpisah dari iman, dan tahapan ini diperoleh karena bantuan rahmat Tuhan. Sebab Gereja Katolik, berdasarkan Kitab Suci mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh karena kasih karunia Allah oleh iman (Ef 2:8) yang bekerja oleh kasih (Gal 5:6).
3. Tentang perikop Lazarus dan orang kaya, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Di perikop itu, tidak disebutkan bahwa Lazarus berada di Surga, namun di pangkuan Abraham (Luk 16:22). Sedangkan ‘pangkuan Abraham/ bosom of Abraham” itu adalah tempat penantian (bukan surga), atau dikatakan sebagai “the limbo of the just“, atau ada yang menyebutnya sebagai ‘hell‘ dalam Credo, yang menjadi tempat penantian jiwa-jiwa orang benar yang meninggal sebelum Kristus. ‘Pangkuan Abraham’ itu bukan surga, karena menurut Alkitab, Kristus adalah yang Sulung, yang pertama bangkit dari alam maut, maka Ia-lah yang menjadi paling utama dari segala sesuatu, yang pertama kali dapat memimpin manusia ciptaan-Nya [yaitu orang-orang benar] untuk masuk surga, oleh karena korban salib-Nya yang mendamaikan umat manusia dengan Allah (lihat Kol 1:15-20). Jadi pada saat perikop itu diceritakan, neraka dan surga sudah ada, neraka yang dikisahkan itu memang neraka, namun surga, di mana Tuhan Allah bertahta bersama dengan para malaikat-Nya tidak dikisahkan. Yang dijabarkan di sana adalah tempat penantian/ ‘Pangkuan Abraham’, sebab pada saat itu Yesus belum turun ke sana untuk membebaskan jiwa-jiwa orang yang meninggal sebelum kebangkitan-Nya, untuk membawa mereka ke surga. Namun demikian, sudah ada jurang yang tak terseberangi antara tempat penantian/ ‘Pangkuan Abraham’ tersebut dengan neraka, karena memang jiwa-jiwa yang ada di tempat penantian tersebut akan beralih ke Surga.
Selanjutnya, tentang Api Penyucian, klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
1) Kasih Sempurna/Tertinggi >> yaitu kasih yang terjadi pada Allah Tritunggal. Bapa mengasihi Yesus dan sebaliknya, Bapa mengasihi Roh Kudus dan sebaliknya, Yesus mengasihi Roh Kudus dan sebaliknya. Kasih tersebut terjadi pada ketiga pribadi (yg derajatnya sama yaitu Tuhan). Karena “kasih” itu bersifat menyatukan maka ketiga pribadi tersebut menjadi satu yg disebut Allah. Kemudian kasih sempurna tsb tidak terlihat lagi ketika Allah dalam wujud satu namun kasih bisa dapat terlihat ketika hanya dalam wujud 3 pribadi. Sungguh bersyukur kita orang katolik mempercayai TRINITAS sehingga manusia bisa MERASAKAN adanya kasih yg sempurna tersebut, walaupun manusia tidak bisa terlibat langsung. Hanya Allah Tritunggal yang terlibat langsung adanya kasih sempurna tersebut.
2) Kasih Manusia dengan Tuhan
Kasih ini dimiliki oleh semua orang baik itu dari orang awam (yg menikah) maupun rohaniwan. Yg membedakannya adalah kadar/besarnya kasih tersebut antara lain orang awam 50% sedangkan rohaniwan 100%. Rohaniwan memiliki panggilan hidup untuk selibat/tidak menikah sehingga rohaniwan tidak bisa merasakan kasih terhadap pasangannya/suami/istri namun rohaniwan hanya 100% memiliki kasih terhadap derajat yg lebih tinggi yaitu Tuhan. Orang awam dan rohaniwan saling melengkapi dan membutuhkan.
3) Kasih Suami dengan Istri >> yaitu kasih yang terjadi di antara suami dan istri. Kasih ini kedudukannya di bawah seperti point 1) dan 2). Kasih ini disebut juga kasih duniawi. Suami dan istri dalam derajatnya manusia saling memberi dan menerima kasih duniawi. Oleh karena kasih itu bersifat menyatukan maka dua pribadi manusia (suami dan istri) menjadi satu. Kasih suami istri ini kemudian memiliki buah kasih yaitu anak.
4) Kasih manusia dengan orang lain >> yaitu kasih diantara manusia dengan orang lain
Shalom katolisitas,
apakah ada link yang menjelaskan tentang tingkatan kasih seperti yang disebutkan pada daftar referensi di atas?
Terima Kasih.
Shalom, Monica
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Comments are closed.