The Tome of Leo
(dibacakan dalam Konsili Kalsedon 451)
Berikut ini adalah sebagian kutipan terjemahan dari surat Paus Leo I yang dikenal dengan sebutan “TheTome of Leo I“, yang dibacakan di depan konsili Kalsedon (451), untuk menanggapi ajaran sesat Monophysites [yang mengajarkan bahwa Yesus hanya mempunyai satu kodrat yaitu kodrat ke-Allahan] yang diajarkan oleh Euthyches:
“….Oleh karena itu, tanpa mengurangi sifat-sifat dari kodrat maupun hakekat yang kemudian secara bersama- sama ada di dalam satu Pribadi, keagungan mengenakan kerendahan hati, kekuatan mengenakan kelemahan, kekekalan mengenakan kesementaraan: dan untuk membayar hutang yang menjadi milik keadaan kita, kodrat yang tidak dapat menderita disatukan dengan kodrat yang dapat menderita, sehingga sesuai dengan kebutuhan keadaan kita, Sang Pengantara yang satu dan sama antara Allah dan manusia, Manusia Yesus Kristus, dapat mati menurut kodrat manusia-Nya namun tidak dapat mati menurut kodrat ke-Allahan-Nya. Maka di dalam kodrat yang penuh dan sempurna dari seorang yang sungguh manusia, Yang sungguh Allah telah lahir, sempurna di dalam apa yang adalah milikNya sendiri, dan sempurna di dalam apa yang menjadi milik kita [sebagai manusia]. Dan dengan ‘milik kita’, maksud kami adalah apa yang telah dibentuk oleh Sang Pencipta di dalam diri kita, yang kemudian dikenakan-Nya agar dipulihkan-Nya. Sebab apa yang telah diakibatkan oleh sang penipu [Iblis] dan yang dilakukan oleh manusia yang tertipu, tidak ada di dalam diri Sang Penyelamat. Demikian pula, tidak berarti bahwa karena Ia [Kristus] mengenakan kelemahan manusia, maka karena itu Ia juga melakukan kesalahan-kesalahan [seperti kita]. Ia mengambil rupa seorang hamba tanpa noda dosa, meningkat di dalam kemanusiaan-Nya, namun tidak menurun di dalam keilahian-Nya: sebab pengosongan diri-Nya di mana Yang tidak kelihatan membuat Diri-Nya menjadi kelihatan, Pencipta dan Tuhan segala sesuatu, berkehendak menjadi mortal (dapat mati), merendahkan diri karena belas kasihan, namun bukan karena kegagalan kuasa-Nya. Oleh karena itu, Ia [Kristus] yang walaupun tetap di dalam rupa Tuhan yang menjadi manusia, juga dibuat dalam rupa hamba. Sebab kedua kodrat mempertahankan sifat masing-masing tanpa ada yang hilang: dan rupa Tuhan tidak menghapuskan rupa hamba, dan juga rupa hamba tidak mengurangi rupa Tuhan…. Akibatnya, Putera Allah masuk ke dalam keadaan dunia yang rendah, setelah turun dari tahta surgawi-Nya, dan meskipun Dia tidak surut dari kemuliaan Allah Bapa, Ia [Yesus] dilahirkan di dalam ketentuan yang baru dan di dalam kelahiran yang baru. Di dalam ketentuan yang baru, sebab Ia yang tidak dapat dilihat, dibuat menjadi dapat dilihat seperti kita; Ia yang tidak dapat dibatasi, menghendaki agar menjadi terbatas; Ia yang telah ada sebelum adanya waktu, mulai memasuki waktu: Allah dari segala sesuatu mengambil rupa seorang hamba, menyembunyikan keagungan-Nya yang maha besar; Allah yang tidak dapat menderita tidak enggan untuk menjadi manusia yang dapat menderita, dan Ia yang tidak dapat mati menjadi tunduk pada hukum maut. Dan dilahirkan di dalam suatu kelahiran yang baru, sebab keperawanan yang tidak terganggu, yang tidak mengenal kecenderungan berbuat dosa, telah menyediakan tubuh bagi-Nya. Apa yang dikenakan dari kandungan ibu-Nya, adalah kodrat, bukan dosa; juga mukjizat kelahiran dari Tuhan kita Yesus Kristus yang lahir dari rahim Sang Perawan, tidak mengakibatkan kodrat manusia-Nya berbeda dengan kodrat kita. Sebab Ia yang sama, yang adalah sungguh Tuhan adalah juga sungguh manusia, dan tak ada ilusi di dalam kesatuan ini, ketika kerendahan manusia dan keagungan Tuhan bertemu. Sebab, seperti halnya Tuhan tidak diubah oleh belas kasih-Nya, demikian juga manusia tidak dirusak oleh kebesaran-Nya. Sebab setiap kodrat melakukan apa yang sesuai dengannya, dalam kerja sama dari kodrat lainnya; yaitu Sang Sabda melakukan apa yang menjadi sifat Sang Sabda; dan tubuh melakukan apa yang menjadi sifat tubuh. Kodrat yang satu bercahaya dengan melakukan mukjizat-mukjizat; kodrat yang lain tenggelam di dalam luka-luka. Dan seperti Sang Sabda tak dapat surut dari persamaan dengan kemuliaan Bapa-Nya, demikian juga tubuh-Nya tidak mengabaikan kodrat kemanusiaan kita. Sebab sebagaimana kita harus berkali-kali mengatakan, Ia yang satu dan sama itu adalah sungguh Anak Allah dan sungguh Anak Manusia.” (Denz. 143-144, Tome of Leo, seperti dikutip dalam William C. Placher I, Readings in the History of Christian Theology, vol.1 (Kentucky: Wesminster John Knox Press, 1988), p. 73)
Setelah Tome of Leo dibacakan di Konsili Kalsedon yang dihadiri 630 uskup, semua uskup (kecuali empat orang dari daerah kekaisaran bagian timur) menyerukan: “Ini adalah iman para Bapa Gereja; ini adalah iman para Rasul: oleh karena itu kami percaya; iman yang ortodoks (asli); karena itu terkutuklah (anathema) ia yang tidak percaya. Petrus telah berbicara melalui Leo; oleh karena itu para rasul telah mengajar [demikian].”
Selanjutnya Dioscorus, yang mendukung ajaran Monophysites dan ajaran Euthyches, dikecam oleh konsili: “Uskup Agung Roma, Leo, melalui kami dan konsili ini, dengan Rasul Petrus, yang adalah batu karang dan pondasi Gereja Katolik dan iman yang murni/ orthodoks, menurunkan dia [Dioscorus] dari jabatan uskup dan setiap pelayanan imamatnya.
Bu Ingrid,
Banyak terima kasih sudah membalas pertanyaan saya lewat email pribadi dan mengarahkan saya pada link ini. Teringat akan kotbah Romo tamu saat Paskah, web ini sungguh demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia (yg beriman pada Allah). Beliau katakan, “Tidak ada gunanya kemuliaan Allah jika tidak demi keselamatan manusia dan tidak ada gunanya keselamatan manusia jika tidak demi kemuliaan Allah.”
Sungguh luar biasa pendeskripsian Tuhan Yesus yang sungguh Allah sungguh Manusia, oleh Paus Leo I, kedengarannya sangat indah di telinga dan di hati Julia. Terima kasih kepada Bu Ingrid atas dokumen yang diterjemahkan ini. Tuhan memberkati karya dan pelayanan Bu Ingrid.
Sungguh bangga Julia menjadi umat Gereja Katolik. Gereja kita sungguh kaya dan sungguh besar.
Terima kasih atas website yang sungguh indah ini.
Tuhan Yesus memberkati Bu Ingrid dan Pak Stef.
In Christ we share,
Julia
Dokumen yang sangat membantu di dalam pencerahan iman katolik melalui gerejanya. Saya merasa bahwa tidak semua orang katolik mengetahui hal ini. Ada beberapa alasan yang mungkin sekali tidak ada kebenarannya, antara lain:
1. Tidak semua orang katolik memiliki teknologi komunikasi inet.
2. Tidak semua orang katolik mendapat pengajaran atau informasi tentang dokumen-dokumen gereja
karena kemampuan membeli buku pengajaran gereja dan terlebih lagi budaya membaca tidak
ditanamkan sejak dini.
3. Jadi benarlah apa kata KS tetang penabur itu.
salam dalam Tuhan Kita Allah Tri Tunggal dan gerejaNya yang Kudus Katolik dan Apostolik.
Wow…dasar pengajaran Katholik memang kuat berakar dalam sejarah…tidak hanya dari teologi semata namun ada pondasi sejarahnya… I’m proud of being Catholic