[Hari Raya Tritunggal Mahakudus: Ul 4:32-40; Mzm 33:4-22; Rm 14:17; Mat 28:16-20].
Sejak masa Adven sampai hari Minggu ini, Gereja mengajak kita untuk merenungkan belas kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Melalui Inkarnasi, Allah telah mengutus Kristus Putra-Nya yang tunggal. Melalui Penebusan oleh pengorbanan Kristus, Allah menebus dosa-dosa kita. Melalui Pentakosta, Allah mengaruniakan Roh Kudus-Nya untuk menyertai kita. Dan di hari Minggu ini, Gereja mengarahkan kita untuk merenungkan sumber dari semua karya dan rahmat Allah ini, yaitu diri-Nya sendiri: Allah Tritunggal Mahakudus.
Dalam bacaan doa brevir—Ibadah Harian Gereja—hari ini, salah satu antifonnya berbunyi, “Allah Bapa adalah kasih, Putera adalah rahmat, dan Roh Kudus adalah yang menyatukan, O Tritunggal Mahakudus!” Kepada kita, kasih Bapa dan rahmat Kristus, disatukan dan disampaikan oleh Roh Kudus. Karena itu, hidup kita di dunia ini merupakan sebuah perjalanan untuk semakin disempurnakan dalam kasih dan rahmat Allah, dalam kesatuan dengan Roh-Nya. Betapa setiap kali kita pantas bersyukur, seperti yang diajarkan oleh nabi Musa dalam Bacaan Pertama hari ini, karena Allah kita adalah Allah yang selalu menyertai kita. Betapa kita perlu menajamkan mata hati kita, agar mampu melihat penyertaan Allah! Allah kita yang esa dan melampaui segalanya, demikian mengasihi kita, sehingga menghendaki kita mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya. Oleh karena itu, Allah mengutus Kristus Putera-Nya untuk menjadi manusia seperti kita, turut mengalami segala hal yang kita alami sebagai manusia. Setelah sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga, Allah mengaruniakan Roh-Nya, yang menjadikan kita anak-anak-Nya, sehingga kita dapat memanggil-Nya: “Bapa” (lih. Rm 8:15). Bukankah ini adalah suatu rahmat yang sangat besar? Senada dengan perkataan nabi Musa, bukankah kita pun layak bertanya, “Pernahkah ada suatu bangsa yang dapat memanggil Allah sebagai Bapanya?” Ya, kita semua, sebagai Gereja, bangsa pilihan Allah yang baru, patut bersyukur atas karya keselamatan Allah. Sungguh besarlah kasih Allah Bapa yang dinyatakan di dalam Kristus Putera-Nya, oleh kuasa Roh Kudus, yang kita rayakan hari ini! Jika kita telah mengalami kasih-Nya ini, maka amanat Kristus sebelum kenaikan-Nya ke Surga, juga menjadi kerinduan kita. Sebab sudah sepantasnya, semakin banyak orang dapat mengenal dan mengalami kasih Allah, yang menyatukannya dengan Allah sendiri dan dengan sesamanya.
Marilah kita berdoa memuliakan Allah Tritunggal Mahakudus bersama St. Katarina dari Siena:
“O, Allah Tritunggal Mahakudus, Engkau bagaikan sebuah lautan yang dalam; di mana semakin kucari, semakin kutemukan, semakin kutemukan, semakin kucari agar aku lebih mengenal-Mu. Engkau mengisi jiwa kami yang senantiasa tak terpuaskan, sebab di hadapan-Mu yang tak bertepi, jiwa kami selalu lapar akan Engkau, ya Allah Tritunggal Mahakudus! Jiwa kami rindu untuk memandang kebenaran dalam terang-Mu….
O, kedalaman yang tak terselami! O Allah yang kekal! …. Apa yang lebih lagi, yang dapat Kauberikan kepadaku selain daripada diri-Mu? Engkau adalah Sang Api yang selalu berkobar …. Dengan api-Mu Engkau menghanguskan cinta diri dalam jiwa. Engkaulah Api yang menghalau kebekuan, dan menerangi pikiran dengan terangnya. Dan dengan terang ini Engkau telah membuatku mengenal kebenaran-Mu. Sungguh terang ini adalah sebuah lautan yang memberi makan pada jiwa sampai seluruhnya tenggelam di dalam Engkau. O lautan damai sejahtera, Allah Tritunggal yang kekal!…..
Engkau adalah Kebaikan yang tertinggi dan tiada terbatas, kebaikan di atas semua kebaikan, kebaikan yang menggembirakan, tak terpahami, tak terukur. Engkaulah keindahan yang mengatasi segala keindahan yang lain, kebijaksanaan yang melampaui semua kebijaksanaan, sebab Engkau adalah Sang Kebijaksanaan itu sendiri …. Lingkupilah aku, ya Allah Tritunggal Mahakudus, lingkupilah aku dengan diri-Mu sendiri, supaya aku dapat melewati hidupku di dunia ini, dalam ketaatan yang sejati, dan dalam terang iman yang kudus, yang dengannya, Engkau telah menghidupkan dan menggembirakan jiwaku.”