Salah satu dokumen Magisterium Gereja yang dapat dipakai sebagai dasar komunitas awam adalah Ekshortasi apostolik, Christifideles Laici (CL), tentang Panggilan dan Misi Kaum Awam, yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II yang Terberkati. Teks lengkapnya dapat dibaca di link ini, silakan klik.

Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa dasar tugas panggilan dan misi kaum awam adalah persekutuan dengan Kristus (lih. CL 8). Misteri persekutuan dengan Kristus inilah yang menyatakan martabat panggilan dan misi kaum awam. Maka pelaksanaan tugas panggilan kaum awam pada dasarnya merupakan 1) partisipasi kaum awam dalam ketiga misi Kristus sebagai imam, nabi dan raja (lih. CL 14), yaitu misi yang kita peroleh setelah kita dibaptis- dan 2) sebagai langkah nyata yang dilaksanakan untuk dapat bertumbuh dalam kekudusan (lih. CL 16-17), yang menjadi panggilan semua umat Kristen.

Nah, Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa persekutuan dengan Kristus diperoleh di dalam Sabda Tuhan dan sakramen-sakramen, terutama sakramen Ekaristi (lih. CL 19). Juga karena Gereja adalah persekutuan para orang kudus dengan Kristus sebagai Kepalanya, maka persekutuan kita dengan Kristus juga harus mengakibatkan persekutuan kita dengan anggota-anggota Kristus lainnya (lih. CL 19), yang beragam dan saling melengkapi (lih. CL 20-21), di mana tiap-tiap anggota menjalankan perannya masing-masing untuk membangun Gereja, demi kebaikan umat manusia dan dunia (lih. CL 24). Terkait dengan persekutuan ini, maka semua komunitas umat beriman harus berkomitmen untuk mengatasi segala bentuk perpecahan dan pertentangan, sebab hal ini tidak sesuai dengan hakekat persekutuan dengan Kristus dan Tubuh-Nya (lih. CL 31)

Maka adalah hak awam untuk mendirikan komunitas awam (CL 29); namun terdapat kriteria-nya agar bentuk-bentuk ini dapat dikatakan otentik (lih. CL 30):

1. Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi panggilan setiap umat beriman kepada kekudusan.

2. Bertanggung jawab untuk mengakui iman Katolik yang sepenuhnya: kebenaran akan Kristus, Gereja dan umat manusia, sesuai dengan ajaran Magisterium.

3. Memberikan kesaksian akan persekutuan yang kuat dan otentik, dalam ketaatan kepada Bapa Paus dan pada iman Gereja.

4. Sesuai dan berpartisipasi di dalam tujuan karya kerasulan Gereja, yaitu evangelisasi dan pengudusan umat manusia dan pembentukan hati nurani umat Kristiani, agar dapat menanamkan semangat Injil di dalam sendi-sendi kehidupan manusia.

5. Berkomitmen untuk hadir dalam masyarakat untuk melayani martabat manusia- atas dasar bahwa semua manusia diciptakan menurut gambaran Tuhan- dan untuk melayani kehidupan.

Selanjutnya, perlu diketahui bahwa kaum awam mempunyai panggilan dan misi untuk mewartakan Injil (lih. CL 33). Melalui evangelisasi, Gereja dibangun menjadi komunitas iman, yaitu komunitas yang mengakui iman yang setia penuh pada Sabda Tuhan, sebagaimana dirayakan dalam sakramen, dan komunitas yang hidup di dalam kasih yang menjadi prinsip ajaran moral Kristiani (lih. CL 33). Prinsip utama dari pewartaan kaum awam ini adalah membawa terang Kristus ke dalam dunia sekular, sehingga nilai-nilai kehidupan di dunia ini dapat diarahkan kepada Kristus. Titik awal dari panggilan dan misi ini dimulai dari keluarga yang adalah inti sel masyarakat yang terkecil (CL 40), dan tujuan dari misi ini adalah untuk melayani kehidupan masyarakat, demi kebaikan bersama (lih. CL 42).

Untuk melakukan tugas panggilan dan misi kaum awam, diperlukan proses formasi/ pendewasaan iman di dalam kesatuan dengan Kristus, sebagaimana ranting harus selalu melekat pada pokoknya (Lih. Yoh 15; CL 57). Tujuan yang paling mendasar dari proses ini adalah agar setiap orang yang terlibat dapat mengetahui dengan lebih jelas akan panggilan hidupnya dan berkemauan lebih besar untuk melaksanakan misinya (lih. CL 58). Untuk dapat mengetahui kehendak Tuhan di dalam hidup kita ini hanya dapat diperoleh melalui: 1) mendengarkan Sabda Tuhan dan Gereja, 2) doa yang sungguh-sungguh dan terus menerus, 3) bimbingan dari pembimbing rohani yang bijaksana, 4) discernment yang terus menerus tentang berbagai karunia dan talenta yang sudah diberikan Tuhan dan juga keadaan di mana kita tinggal (lih. CL 58). Proses formasi ini pada dasarnya adalah proses pembentukan diri agar dapat semakin terbuka terhadap karya Allah (lih. CL 63).

Bersumber dari panggilan dan misi sebagai umat Kristiani inilah, lahirlah karya-karya kerasulan awam. Salah satu dokumen Gereja (dari Konsili Vatikan II) yang mengatur kegiatan ini adalah dekrit tentang Kerasulan Awam yang berjudul Apostolicam Actuositatem yang teksnya dapat dibaca di sini, silakan klik

Kitab Suci dengan jelas mengisahkan keteribatan kaum awam, sejak awal mula terbentuknya Gereja (lih. Kis 11:19-21; 18:26; Rom 16:1-16; Flp 4:3). Sedangkan cara hidup komunitas jemaat/ Gereja awal ditulis dalam Kis 2:41-47.

Tentang tugas kerasulan kaum awam, Katekismus mengajarkan demikian:

KGK 900    Kaum awam, seperti juga semua umat beriman, telah menerima dari Allah tugas kerasulan berkat Pembaptisan dan Penguatan; karena itu mereka mempunyai hak dan kewajiban, baik sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan dengan orang lain, untuk berusaha supaya semua manusia di seluruh dunia mengenal dan menerima berita keselamatan ilahi. Kewajiban ini lebih mendesak lagi, apabila orang tertentu hanya melalui mereka dapat menerima Injil dan mengenal Kristus. Dalam persekutuan gerejani kegiatan mereka sekian penting, sehingga kerasulan pastor sering tidak dapat berkembang sepenuhnya tanpa mereka.

KGK 910    “Kaum awam dapat juga merasa dirinya terpanggil atau dapat dipanggil,untuk bekeja sama dengan para gembala mereka dalam dalam melayani persekutuan gerejani, demi pertumbuhan dan kehidupan persekutuan itu. Dalam pada itu mereka dapat mengambil alih pelayanan yang sangat berbeda-beda, sesuai dengan rahmat dan karisma yang Tuhan anugerahkan kepada mereka (EN 73).

Selanjutnya tentang tugas penginjilan/ evangelisasi, dasarnya dapat dibaca di dokumen Ekshortasi Apostolik Evangelii Nuntiandi, oleh Paus Paulus VI, silakan klik.

8 COMMENTS

  1. saya sangat setuju, janganlah ikut berpolitik, lakukanlah, sesuai dengan kasih Tuhan Yesus, jangan mau dimanfaatkan oleh Partai Politik tertentu

  2. Salam Bapak Stefanus, Ibu Ingrid, dan Tim Katolisitas,

    Saya ingin bertanya mengenai panggilan/misi untuk mewartakan Kristus menurut pandangan Katolik.

    Saya melihat bahwa saudara-saudara dari gereja Kristen (mungkin beberapa, mohon koreksi bila salah) aktif melakukan pewartaan dengan kunjungan ke rumah sakit dan bakti sosial yang disertai dengan pewartaan Injil mengenai Kristus, dalam hal ini juga kepada saudara-saudara yang bukan Kristiani.

    Apakah demikian pula makna pewartaan menurut gereja Katolik?
    Saya seorang Katolik. Selama ini yang saya pahami mengenai pewartaan adalah lebih ke bagaimana sikap dan perbuatan kita sehari-hari dapat mencerminkan pribadi Kristus, sehingga orang lain dapat melihat kebaikan Kristus melalui pribadi umat Kristiani. Jadi sifatnya bukan pewartaan secara “langsung” dengan memperkenalkan ajaran Tuhan.
    Apakah pemahaman seperti ini benar?

    Terima kasih, salam kasih dalam Kristus Tuhan.

    • Shalom Adelia,

      Beberapa pokok pedoman tentang evangelisasi/ pewartaan Injil Kristus menurut Gereja Katolik dapat dibaca dalam surat ensiklik Paus Paulus VI yang berjudul Evangelii Nuntiandi, teks selengkapnya silakan klik di sini, dan ringkasannya, klik di sini.

      Evangelisasi menurut Gereja Katolik, pertama-tama ditunjukkan oleh kesaksian hidup orang yang mewarta (lih. EN 21, 26) yang dibuktikan oleh pertobatannya sendiri (EN 15), dan dengan demikian merupakan ajakan yang efektif kepada sesama untuk juga bertobat dan mengalami kasih Tuhan. Maka dua maksud dasar evangelisasi adalah pertobatan dan kehidupan yang baru di dalam Tuhan Yesus. Sebab dunia sekarang ini sesungguhnya memerlukan para saksi iman, lebih daripada pengajar iman (EN 41). Maka orang yang mau mewarta dengan berdaya guna selayaknya menjadi saksi dan melaksanakan ajaran imannya dalam kehidupannya terlebih dahulu. Bahwa imannya akan Kristus Putera Allah yang telah menjadi manusia, wafat dan bangkit untuk menghapus dosa-dosa manusia (termasuk dosa-dosanya) itu sungguh membawa perubahan yang positif dalam kehidupannya.

      Gereja Katolik melakukan pewartaan pertama-tama dengan melakukan ajaran iman yang terutama, yaitu kasih yang tulus dan tak membeda-bedakan; dan ini terlihat dari sekolah-sekolah dan rumah sakit Katolik, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Tentang hal kunjungan ke Rumah Sakit/ umat lainnya, panti asuhan, bakti sosial, puskesmas gratis, umumnya dilakukan sebagai bagian kegiatan Legio Mariae, Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK), Wanita Katolik, Kursus Evangelisasi Pribadi, maupun pelayanan kategorial lainnya dari Keuskupan. Dalam pelayanan itu tidak mutlak harus diadakan secara langsung pewartaan iman dalam rupa pengajaran. Dalam hal ini memang diperlukan kebijaksanaan dari pihak orang yang mewarta, sebab sebagaimana dikatakan oleh Paus Paulus VI (lih. EN 79):

      1) Hormatilah keadaan religius dan rohani orang-orang yang dikunjungi. Hormati waktu yang mungkin mereka perlukan untuk menangkap tawaran kasih Allah sebagaimana dinyatakan di dalam Kristus. Tidak diperkenankan untuk memaksa mereka. Hormati hati nurani mereka.
      2) Jangan lukai hati orang lain, terutama jika mereka lemah dalam iman, agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang yang dikunjungi.
      3) Usahakanlah untuk menyampaikan berita gembira, bukan keraguan, tetapi kepastian yang teguh, sebab berlandaskan atas Sabda Tuhan. Umat Kristiani membutuhkan peneguhan ini, yaitu akan kasih Allah yang kepadanya mereka dapat menyerahkan diri mereka seutuhnya.

      Nah, maka bagi umat Katolik pewartaan memang merupakan jalan yang panjang, yang seharusnya dilakukan bukan hanya sekali-sekali, tetapi secara rutin, agar walau dalam kesempatan belum terdapat kesempatan untuk mewartakan Kristus secara langsung, namun di kesempatan-kesempatan berikutnya hal ini dapat dilakukan. Namun demikian, tantangannya tetap ada, yaitu bagaimana memperkenalkan Kristus walau mungkin tanpa kata-kata, atau dengan kata-kata, pada kesempatan yang tepat, dan tanpa memaksa. Dalam hal ini, kita perlu mengandalkan karya Roh Kudus, sebab hanya Allah-lah yang dapat mengubah hati dan mendorong manusia untuk bertobat, menerima Kristus dan merindukan kehidupan yang baru di dalam Dia. Pewartaan/ evangelisasi juga perlu dilaksanakan di kalangan sesama umat beriman/ Kristiani, sebab banyak di antara umat sendiri juga memerlukan sapaan kasih Allah dan undangan untuk pertobatan, terutama bagi mereka yang telah sekian lama meninggalkan Gereja atau tergerus oleh kesibukan duniawi sehingga jauh dari Tuhan. Umumnya kunjungan dan sapaan di saat yang genting seperti di saat sakit, dalam penjara, dalam perkabungan anggota keluarga yang meninggal, pergumulan keluarga, dst, dapat menjadi kesempatan yang baik untuk kunjungan evangelisasi. Hal inilah yang harus menjadi perhatian bagi komunitas umat basis (lingkungan) atau komunitas gerejawi lainnya di paroki.

      Sebuah perjalanan panjang memang masih perlu ditempuh oleh Gereja Katolik untuk melakukan misi evangelisasi dan katekese, sebab sebagai pembawa Terang Kristus (lih. LG 1), Gereja secara kodrati memang harus mewarta, baik kepada mereka yang belum mengenal Kristus, maupun kepada sesama anggota Kristus sendiri.

      Demikian sekilas tentang evangelisasi dalam Gereja Katolik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Trima kasih, saya sangat terbantu karena informasi2 ini menjadi referensi dalam tugas pelayanan saya sebagai di sekolah dan sebagai pendamping umat di KUB saya… semoga pengelola situs ini menambah banyak informasi lebih banyak lagi… Salam dan doaku Tanus Korbaffo… Kupang!

  4. Bagaimana cara mengenal dan meneliti panggilan hidup selibat atau awam serta memilih ordo yang tepat seperti di Indonesia ada ordo apa saja untuk menjadi selibat?

    Karena kadang kita bingung juga..

    GBU

    [dari Katolisitas: selain menyimak jawaban Rm Santo di bawah ini, kami anjurkan Anda juga membaca artikel “Menikah atau selibat”, klik di sini.

    Untuk informasi berbagai ordo imam dan situs kongregasi, Anda dapat membacanya misalnya dari situs Iman Katolik di FB, klik di sini dan mengenai ordo Katolik misalnya dari sumber Wikipedia, klik di sini]


    • Salam Elizabeth,

      Seperti halnya orang memilih pacar/ jodoh, maka pertama-tama ialah niat dan kemantapan. Usahakan mendapatkan informasi dan mengalami tinggal di beberapa pilihan ordo/kongregasi. Jika Anda merasa mantap, dan bahagia dengan salah satu pilihan, maka hal itu merupakan tanda bahwa Anda cocok dengan pilihan Anda. Namun juga bahwa pilihan Anda itu pun bisa menentukan Anda diterima atau tidak. Karena itu, pertama-tama, ujilah diri, dan alami. Rasakan kecocokannya. Mungkin saja cocok dan bahagia karena sejarah spiritualitas pendiri, suasana komunitas, jenis pekerjaan, fokus karyanya, visi-misi, dan sebagainya.

      Salam
      Yohanes Dwi Harsanto Pr

  5. Shalom Redaksi Katolisitas,

    Mohon penjelasan mengenai hidup dalam komunitas Katolik.
    Apakah Bapa Gereja pernah mengatur mengenai tumbuhnya komunitas awan Katolik? Apakah ada aturan ketentuan untuk mengikutinya?
    Dlm SHBDR, disebutkan bahwa ikut komunitas untuk membantu pertumbuhan Iman, selain doa, pembacaan KS, pelayanan. Adakah referensi dari Bapa Gereja mengenai ini.

    Terima kasih

    • Shalom Januar,

      Silakan membaca artikel tentang Panggilan dan Misi kaum Awam, silakan klik

      1. Cara hidup komunitas jemaat/ Gereja awal ditulis dalam Kis 2:41-47; dan ini dapat dijadikan patokan untuk komunitas gerejawi sampai saat ini, yaitu bahwa komunitas bertekun dalam pengajaran para rasul (berkaitan dengan Sabda Tuhan sebagaimana diajarkan oleh Gereja), persekutuan, memecahkan roti (sakramen Ekaristi) dan berdoa.

      2. Mengenai tumbuhnya kegiatan komunitas awam dalam Gereja sudah disebutkan dalam Kitab Suci (lih. Kis 11:19-21; 18:26; Rom 16:1-16; Flp 4:3). Kegiatan mereka yang utama adalah: memberitakan Injil, mengajarkan tentang Tuhan, dan saling membantu di dalam pelayanan Tuhan. Maka seperti pada awalnya, Gereja sampai saat ini dipanggil untuk meluaskan Kerajaan Kristus di dunia, dan usaha ini disebut karya kerasulan; dan kerasulan ini dilaksanakan oleh semua anggota Gereja dengan cara yang berbeda-beda.

      Sekarang dengan berkembangnya Gereja, bertambahnya jumlah manusia, kemajuan iptek, dan hubungan antar manusia, maka dewasa ini terdapat banyak macam bentuk komunitas kerasulan awam. Tentu ketentuannya berbeda antara komunitas yang satu dan lainnya, sesuai dengan fokus kegiatan yang dilakukan oleh komunitas tersebut. Jika komunitas itu adalah untuk merasul kepada pasangan suami istri dan keluarga mereka, tentu keanggotaannya pertama- tama adalah pasangan suami istri (contoh seperti Couples for Christ, Marriage Encounter). Jika komunitasnya adalah Legio Mariae maka anggotanya adalah mereka yang berdevosi kepada Bunda Maria dan terpanggil untuk melayani umat dengan semangat pelayanan Bunda Maria. Jika komunitasnya Persekutuan Doa Karismatik, maka anggotanya adalah mereka yang ingin bertumbuh dalam kehidupan di dalam Roh Kudus, termasuk di dalam sapta karunia Roh Kudus dan karunia-karunia karismatik Roh Kudus.

      Tentang tugas kerasulan kaum awam, Katekismus mengajarkan demikian:

      KGK 900    Kaum awam, seperti juga semua umat beriman, telah menerima dari Allah tugas kerasulan berkat Pembaptisan dan Penguatan; karena itu mereka mempunyai hak dan kewajiban, baik sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan dengan orang lain, untuk berusaha supaya semua manusia di seluruh dunia mengenal dan menerima berita keselamatan ilahi. Kewajiban ini lebih mendesak lagi, apabila orang tertentu hanya melalui mereka dapat menerima Injil dan mengenal Kristus. Dalam persekutuan gerejani kegiatan mereka sekian penting, sehingga kerasulan pastor sering tidak dapat berkembang sepenuhnya tanpa mereka.

      KGK 910    “Kaum awam dapat juga merasa dirinya terpanggil atau dapat dipanggil,untuk bekeja sama dengan para gembala mereka dalam dalam melayani persekutuan gerejani, demi pertumbuhan dan kehidupan persekutuan itu. Dalam pada itu mereka dapat mengambil alih pelayanan yang sangat berbeda-beda, sesuai dengan rahmat dan karisma yang Tuhan anugerahkan kepada mereka (EN 73).

      3. Jadi jika di dalam SHBDR dikatakan bahwa ikut dalam komunitas membantu pertumbuhan iman selain dari doa, membaca Kitab Suci, dan pelayanan, itu benar. Apa yang disampaikan dalam SHBDR itu sesungguhnya bukan sesuatu yang baru, dan jika kita lihat, mempunyai kemiripan dengan apa yang diajarkan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Christifideles Laici, tentang panggilan dan misi kaum awam di dalam Gereja maupun dunia. Kalau mau dikatakan kekurangannya, jika belum cukup ditekankan, adalah perlunya menerima rahmat Allah melalui sakramen- sakramen sebagaimana diajarkan oleh Gereja, sebab untuk bertumbuh di dalam iman, sesungguhnya tak ada cara yang lebih tepat daripada menimba kekuatan dari Kristus sendiri yang hadir secara istimewa di dalam sakramen-sakramen Gereja, secara khusus, di dalam sakramen Ekaristi. Hal sakramen ini diajarkan oleh banyak Bapa Gereja. Silakan membaca di artikel-artikel (dan tanya jawab) tentang sakramen yang ada di situs ini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

Comments are closed.