Pertanyaan:
Terima kasih untuk menjadikan banyak masukan dan menambah pengetahuan saya sebagai umat Katolik. Saya ingin menanyakan beberapa hal:
1. Banyak tulisan tentang obelisk, bahwa obelisk adalah lambang penyembahan kepada dewa-dewa pada zaman Mesir kuno, tetapi kenapa obelisk itu justru terdapat di vatikan? Walaupun kita tidak menyembah kepada dewa-dewa, tetapi kenapa perlu menggunakan lambang yang sama?
2.Bagaimana usaha dari gereja Katolik sendiri atau dari kita sebagai umatnya, untuk tidak melakukan proses penyembahan yang salah. Misalnya saat meminum air dari sendangsono atau lourdes, dan sebagainya, atau ada Misa Jumat Kliwon?
Terima kasih banyak. Tuhan memberkati.
Melly
Jawaban:
Shalom Melly,
1. Mengenai mengapa ada tugu Obelisk di Vatikan.
Seorang ahli sejarah Mesir di Universitas New York, namanya Patricia Blackwell mempunyai hipotesa, bahwa obelisk yang didirikan oleh orang Mesir mengambil inspirasi dari fenomena alam yang terjadi pada waktu matahari terbit dan tenggelam, yang berupa “pilar matahari”. Mungkin oleh sebab itu, pada jaman dahulu orang Mesir mengkaitkan pilar tersebut dengan Dewa Matahari.
Selanjutnya kita ketahui secara objektif bahwa pembangunan ‘tugu’ obelisk ini bukan hanya monopoli orang Mesir, dan maksud pembangunannya-pun bukan untuk menghormati dewa matahari. Banyak sekali kota-kota di dunia yang juga mempunyai tugu semacam ini, termasuk juga di antaranya Tugu Monas di Jakarta.
Maka walaupun Roma terkenal dengan tugu-tugu -termasuk diantaranya yang di lapangan gereja St. Petrus- tentu tidak berarti bahwa Gereja Katolik menyembah dewa matahari, sama seperti juga bangsa Indonesia punya Monas, tidak berarti kita menyembah dewa matahari. Yang ingin disampaikan kemungkinan adalah prinsip bahwa tugu obelisk ini mengingatkan kita akan makna “simbol terang”, yang pada bangsa Mesir kuno dihubungkan dengan matahari. Bagi Gereja Katolik, Terang yang ingin disampaikan sudah jelas adalah Terang Kristus. Inilah yang menjadi pesan dalam kalimat pertama Lumen Gentium 1, (Konsili Vatikan ke II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja):
“TERANG PARA BANGSALAH Kristus itu. Maka Konsili suci ini, yang terhimpun dalam Roh Kudus, ingin sekali menerangi semua orang dalam cahaya Kristus, yang bersinar pada wajah Gereja, dengan mewartakan Injil kepada semua makhluk (Lih. Mrk 16:15)…..”
Maka keberadaan tugu “obelisk” di Roma, tidak berkaitan dengan makna obelisk menurut kebudayaan Mesir, karena sudah diberi makna baru, yaitu untuk mengingatkan bahwa Kristus adalah Terang Dunia, dan Gereja Katolik, melanjutkan karya Kristus di dunia, untuk membawa Terang Kristus itu kepada dunia.
2. Hal penggunaan air sebagai tanda- tanda yang bersifat rohani, seperti di Lourdes dan Sendang Sono
Mengenai adanya penggunaan air sebagai tanda- tanda suci, Katekismus mengajarkan:
KGK 1667 “Selain itu Bunda Gereja kudus telah mengadakan sakramentali, yakni tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan Sakramen-sakramen. Sakramentali itu menandakan karunia-karunia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Melalui sakramentali hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama Sakramen-sakramen, dan berbagai situasi hidup disucikan” (Sacrosanctum Concillium 60). (Bdk. CIC, can. 1166; CCEO, can. 867.)”
Hal ini tidak bertentangan dengan yang diajarkan dalam Kitab Suci yang mengajarkan berbagai macam makna air, seperti untuk mencuci/ membersihkan, untuk diminum, menguduskan, menyembuhkan dst. Selanjutnya, di dalam Alkitab, kita mengetahui bahwa adakalanya Kristus menggunakan media untuk menyembuhkan orang sakit, contohnya: dengan ludah Ia menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap (lih. Mrk 7:33-34). Prinsipnya Allah kita adalah Allah yang berkuasa di atas segala ciptaan-Nya, dan Ia dapat menggunakan segala ciptaannya untuk melaksanakan karya-Nya yang ajaib. Materia/ matter tidak otomatis merupakan hal yang buruk. Allah dapat menggunakan materia untuk menguduskan dan menyembuhkan, dan ini kita lihat dalam sakramen Pembaptisan dan perminyakan orang sakit. Air yang diberkati dapat menjadi sakramentali/ tanda- tanda suci; yang jika diterima dengan disposisi hati yang baik dapat berguna bagi yang menerimanya. Maka yang terpenting bukan materia/ tanda/ air-nya, tetapi tentu Allah yang bekerja atasnya, dan disposisi hati orang yang menerimanya.
Nah, hal inilah yang terjadi di Lourdes atau tempat ziarah lainnya. Penampakan Bunda Maria di Lourdes sendiri telah diakui otentik oleh Vatikan. Digunakannya air Lourdes sebagai sarana Allah menyembuhkan banyak orang sakit sudah dibuktikan oleh banyak orang. Maka jika seseorang meminum air Lourdes atau membasuh diri dengan air Lourdes, dengan disertai dengan doa- doa, tentu bukan hal yang salah. Ini seperti halnya Naaman yang sakit kusta yang membasuh dirinya di sungai Yordan, dan kemudian disembuhkan Allah (2 Raj 5:10, 14). Maka yang terpenting bukan airnya, tetapi Allah yang dapat bekerja melalui air itu, dan tentu, iman dari pihak yang menggunakannya. Sebab jika diminum tanpa disetai dengan disposisi hati yang sungguh mengimani pertolongan Allah, maka air itu hanya sekedar air saja, tanpa ada efeknya. Namun dengan iman, maka air itu yang memang hanya air biasa, dapat dipakai oleh Allah untuk menyampaikan rahmat penyembuhan-Nya. Allah dapat bekerja melalui hal- hal biasa untuk mendatangkan sesuatu yang luar biasa. Hal yang luar biasa itu, umumnya tidak saja kesembuhan jasmani, tetapi juga kesembuhan rohani, yaitu pertobatan dan niatan yang besar untuk membalas kasih Tuhan.
3. Misa Jumat Kliwon?
Sejujurnya, saya baru pernah mendengar ada istilah Misa Jumat Kliwon. Yang saya ketahui adalah Gereja Katolik mengadakan Misa Kudus setiap hari, dan bisa saja misa ini diadakan pada pagi dan sore hari. Maka tidaklah aneh jika Misa Kudus itu bertepatan dengan hari Jumat Kliwon atau Jumat Legi, atau Jumat lainnya lagi. Ini tidak ada kaitannya dengan kepercayaan magis tertentu, karena Misa Kudus sebagai bentuk ibadah ungkapan syukur diadakan pada hari- hari lainnya juga.
Demikian tanggapan saya, atas pertanyaan anda. Jangan kuatir, Melly. Jika kita memahami iman kita dan melakukan sesuai yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik, maka kita tidak akan tersesat, dan kita ada di jalan yang benar, dalam melakukan penyembahan kepada Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Di roma sudah jelas itu obelisk yg dibawa dr mesir, silahkan di cek kebenarannya kalau tidak percaya. Diambil oleh pasukan roma jaman dahulu ketika memasuki mesir. Obelisk sudah ada sejak 4.500 tahun sebelum masehi. Jd jgn dikaitkan dengan monas. Jawaban anda terlalu dangkal. Perlu kajian ilmiah untuk memahami fungsi obelisk tersebut. Bukan dengan pemikiran dari benda2 yg dibuat mirip setelah beribu ribu tahun. Maksud dan konteks yg berbeda waktunya.
Shalom Leo,
Tidak masalah jika Obelisk yang ada di Roma dibawa dari Mesir. Namun yang terpenting adalah tugu Obelisk tersebut tidak dimaknai sama dengan apa yang diyakini oleh bangsa Mesir itu. Itu sebenarnya yang kami sampaikan di artikel di atas. Kecenderungan membuat tugu, itu ada di hampir semua budaya bangsa, namun toh tidak dapat disamakan artinya bahwa semua tugu itu pasti maknanya adalah untuk menyembah dewa matahari, seperti keyakinan bangsa Mesir.
Maka tidak ada salahnya jika Vatikan atau kota-kota lain di dunia mempunyai tugu. Demikian pula, tidak ada salahnya jika kota Jakarta juga mempunyai tugu. Bahwa tugu-tugu di Roma berasal dari peninggalan bangsa Mesir, juga tidak masalah; sebab tugu itu sendiri telah dimaknai secara berbeda. Pelestarian peninggalan ini merupakan pelestarian budaya manusia di zaman purba, yang dalam keterbatasan mereka baru sampai pada pengenalan akan adanya “suatu kekuatan lain di luar manusia” yang mereka anggap sebagai dewa, antara lain dewa terang/ dewa matahari. Oleh iman Kristiani, “suatu kekuatan lain di luar manusia” tersebut digenapi di dalam Kristus, yang adalah Terang dunia (lih. Mat 5:14).
Gereja Katolik tidak menolak apapun yang baik dan benar yang ada pada budaya-budaya kuno ataupun agama-agama lain (dalam hal ini adalah pengakuan manusia akan adanya suatu kekuatan lain di luar diri manusia); sebab Gereja menganggapnya sebagai persiapan bagi mereka untuk menerima Injil.
“Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka [yaitu umat bukan Kristiani], Gereja pandang sebagai persiapan Injil, dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.” (Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 16)
Itulah sebabnya tugu-tugu itu tidak hanya ditempatkan begitu saja di beberapa lokasi di Roma, tetapi tugu-tugu tersebut ditempatkan di sana namun juga diberkati/ dikonsekrasikan, dan dengan demikian diberi makna baru sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Dengan cara ini Gereja menyatakan bahwa rahmat Allah di dalam Kristus memurnikan, menguduskan dan menyempurnakan peninggalan budaya manusia, yang bukan karena kesalahan mereka sendiri belum sampai kepada pengenalan akan Kristus dan Gereja-Nya.
Jika menurut Anda ini adalah penjelasan yang dangkal, ya itu terserah Anda. Tetapi dari pihak kami, inilah yang dapat kami sampaikan kepada Anda, menurut ajaran Gereja Katolik. Bagi kami, justru penjelasan ini adalah penjelasan yang masuk akal dan sangat bijaksana, sebab dengan cara inilah umat manusia dapat menghargai peninggalan bersejarah bangsa manusia, dengan memberikan makna yang sejati dan mendalam, sesuai dengan ajaran Kristiani.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Izinkan saya menanggapi saudara Leo mengenai obelisk dari mesir yang diletakan di Lapangan Basilika Santo Petrus, Vatican yang dianggap berbau penyembahan berhala.
Mungkin ada baiknya saudara Leo membaca Kisah para rasul 17:21-31 dimana rasul Paulus mengajarkan injil kepada orang Athena saat itu dengan bertitik tolak dari sebuah mezbah untuk penyembahan kepada dewa yang tidak mereka kenal. Sangat mungkin di atas mezbah tersebut terdapat makanan yang dipersembahkan kepada dewa tersebut, bahkan sangat mungkin terdapat patung atau ukiran lain yang terbuat dari emas, perak atau kayu yang menggambarkan dewa yang dimaksud walaupun mereka tidak kenal, karena sudah menjadi kebiasaan mereka untuk membuat gambaran tertentu akan dewa yang mereka sembah.
Dari hal ini sebenarnya kita bisa ambil kesimpulan bahwa Paulus pun menggunakan mezbah yang dipersembahkan kepada dewa asing yang tidak dikenal untuk mengajarkan injil,
[Dari Katolisitas: mungkin lebih tepat jika dikatakan bukan ‘menggunakan mezbah…..’, tetapi ‘mengambil contoh mezbah ….’ untuk mengajarkan Injil. Dengan demikian adanya mezbah tersebut -yang berkaitan dengan kepercayaan orang-orang Athena- dianggap oleh Rasul Paulus, sebagai persiapan agar mereka dapat menerima pengajaran Injil]
yang kemudian diberi makna baru bahwa sesungguhnya dewa yang tidak mereka kenal itu adalah Allah yang sejati yang telah menciptakan langit bumi beserta isinya. Artinya, Gereja sejak dahulu kala bahkan zaman Santo paulus pun telah melakukan pengajaran berdasarkan tradisi, budaya, bahkan kepercayaan orang-orang yang belum mengenal Allah yang esa dan sejati. Lalu mengapa kita sekarang orang modern jadi kebakaran jenggot kalau ada peninggalan masa lalu yang mungkin pernah berkonotasi penyembahan berhala seperti obelisk ini, namun yang kemudian diberi makna baru oleh Gereja (juga sebagai sarana pengajaran)?
Obelisk yang ada di vatican mungkin pernah menjadi obyek penyembahan berhala, namun kami orang Katolik tidak pernah diajarkan untuk menyembah berhala atau dewa-dewa asing. Sejak dari lahir kami sudah diajarkan oleh Gereja kami untuk menyembah hanya kepada Allah yang sejati yaitu Bapa pencipta langit dan bumi yang diwahyukan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam persekutuan Roh Kudus.
Inilah iman kepercayaan kami yang akan kami bawa sampai Tuhan memanggil kami pulang ke tanah air surgawi.
Justru obelisk yang ada di Vatican itu menjadi peringatan bagi kita bahwa Tuhan Yesus Kristus lah yang menjadi pemenang atas segala agama-agama kuno yang menyembah dewa dewi asing (Hal ini bisa dilihat di puncak obelisk tersebut ditancapkan salib besar sebagai simbol/panji kemenangan), bahwa Kristus lah Tuhan sejati yang tidak mereka kenal, bahwa Kristus lah yang sebenarnya mereka nanti-nantikan, yang adalah terang dunia, yang membawa keselamatan kekal.
Demikian dapat saya sampaikan, semoga saudara Leo dapat menerima penjelasan saya yang kurang sempurna ini. Apabila saudara Leo tidak dapat menerima penjelasan ini maka izinkan saya berdoa semoga saudara Leo tidak termasuk di dalam bilangan orang yang menolak pengajaran Paulus di Kisah para rasul 17:32-33.
Terima kasih Katolisitas yang telah menayangkan tulisan saya ini, apabila ada tulisan saya yang kurang berkenan, saya mohon maaf dan silakan diedit oleh tim Katolisitas.
Salam dalam kasih Kristus.
Stefan Purnama
Mungkin saya bisa menambahkan agar lebih jelas ini dikutip dari web lain :
Pada tahun 30 SM, Mesir menjadi salah satu provinsi Romawi. Karena beberapa kaisar Roma ingin memperindah ibu kota mereka dengan monumen-monumen yang sangat bergengsi, sebanyak 50 obelisk dipindahkan ke Roma. Maka, dibangunlah kapal-kapal yang khusus dirancang untuk tujuan itu. Di Roma, obelisk-obelisk itu masih berkaitan erat dengan penyembahan matahari.Sewaktu Imperium Romawi runtuh, kota Roma dijarah. Kebanyakan obelisk ditumbangkan dan dilupakan. Namun, beberapa paus tertarik untuk mendirikan kembali obelisk yang diambil dari reruntuhan kota kuno itu. Gereja Katolik Roma mengakui bahwa obelisk-obelisk itu dahulu ”dibaktikan kepada Matahari oleh raja Mesir” dan pernah ”mendatangkan kemuliaan yang sia-sia untuk kuil-kuil kafir yang dipandang suci”.Pada waktu obelisk pertama didirikan kembali semasa pemerintahan Paus Sixtus V (1585-90), diadakan upacara pengusiran roh-roh jahat dan permohonan berkat, sekaligus pemercikan air suci dan pembakaran dupa. ”Saya membebaskanmu dari roh-roh jahat,” lantun seorang uskup di hadapan obelisk Vatikan, ”untuk menyandang Salib suci dan tetap murni dari semua kecemaran kafir dan semua ancaman dosa rohani.”
jika kita lihat,di halaman Gereja Santo Petrus Vatikan terdapat tugu yang tinggi.
apakah benar itu berasal dari peninggalan budaya mesir?
saya minta keterangan selengkapnya,
terimakasih,
salam,
martinus sumbaji
[Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanggapi di sini, silakan klik]
Romo, Pak Stef, dan Ibu Ingrid
Pada saat saya ziarah di sendangsono, saya mengambil air dan ditempatkan dalam botol. Setelah itu bersama peziarah yang lain air sendangsono dalam botol itu dikumpulkan dan dibawa ke hadapan romo pembimbing dan diberkati.
1. Apakah air yang diberkati ini bisa dikatakan air suci ?
2. Apakah ada bedanya air yang diberkati didalam gereja pada saat malam paskah dengan air yang diberkati oleh pastor dalam kegiatan – kegiatan tertentu seperti ziarah tersebut?
3. Saya pernah melihat seorang pastor memberkati air suci dan menaruh sedikit garam. Apakah setiap air yang diberkati seharusnya diberi garam? Apa makna dari garam tersebut?
Terima kasih atas jawabannya dan maaf jika sudah pernah dibahas.
Nico
Salam Nico,
Air yang diberkati imam bisa dikatakan air suci. Air itu hanya boleh digunakan untuk perkara kesucian/kekudusan. Air berkat hanya boleh dipakai dalam doa dan sarana membangun relasi dengan Allah Yang Mahakudus baik dalam liturgi sakramen maupun liturgi berkat.
Misalnya untuk membaptis, untuk memberkati rumah ataupun benda dan manusia, untuk sarana ibadat eksorsisme (pengusiran setan), untuk menandai diri dengan tanda salib atau mengingatkan akan janji baptis dengan dipercikkan, untuk memberkati daun palma, memberkati jenazah, untuk memohon rahmat penyembuhan, dan lain- lain.
Beda air yang diberkati dalam ibadat malam paskah untuk pembaptisan dan air yang diberkati dalam ziarah secara pribadi ialah intensinya. Intensi doa berkat (yang diucapkan dengan tangan terulur di atas air) saat menjelang pembaptisan ialah doa berkat air baptis. Sedangkan dalam devosi pribadi, biasanya intensi doa berkat air ialah untuk ketenteraman, dan kesembuhan pribadi. Namun pada dasarnya sama, semua tetaplah air berkat atau air suci yang terberkati sejauh untuk tujuan/ intensi/maksudnya masing-masing.
Garam juga diberkati. Garam ialah simbol penyembuhan dan pengusiran penyakit/ roh jahat. Pemberkatan garam dilakukan setelah pemberkatan air. Garam yang terberkati lalu dicampurkan ke dalam air yang telah diberkati. Hal ini mengacu pada perintah pada nabi Elisa untuk menyehatkan air di Yerikho dengan garam (2 Raj 2: 19-22). Doa berkat untuk air dan garam ini ada dalam Tata Perayaan Ekaristi bagian pertobatan.
Jika tak ada garam, air saja yang diberkati. Jika ada garam, atau mudah didapatkan garam, sebaiknya garam diberkati lalu dicampurkan dalam air yang sudah diberkati sebelumnya.
Memberkati ialah tindakan ilahi. Artinya, memberikan hidup yg asalnya ialah Allah Bapa. Bahasa Latin untuk berkat ialah “benedictio” yang berarti “perkataan yang baik” atau bahasa Yunaninya “eulogia”. Istilah ini berarti ucapan syukur dan penyerahan manusia pada Allah Sang Pencipta segala sesuatu, Sang pemberi berkat. Berkat juga berari anugerah Allah, karena sejak awal sampai akhir zaman, seluruh karya Allah ialah berkat (KGK # 1078-1079). Maka, pemberkatan air dan garam menjadi tanda nyata anugerah Allah atas kehidupan yang damai sejahtera bebas gangguan, serta serentak merupakan rasa syukur dan pengakuan dan permohonan dari pihak manusia atas pemberian dan perlindungan Allah.
Salam
Y. Dwi Harsanto Pr.
Shalom pengasuh situs Katolisitas.org
Saya sebagai Protestan yg ingin memeluk Katolik masih ada pertanyaan2 sbagai berikut:
1. mengapa saya bnyk melihat umat Katolik lebih gemar memohon doanya kepada Bunda Maria?
2. Kalaupun itu hanyalah salah satu perwujudan iman Katolik, apakah Romo2 tidak khawatir umatnya lebih mencintai Bunda Maria pd akhirnya?
3. Kalaupun air2 tersebut bs menyembuhkan dll krn berkat dari Romo terlebih dahulu, apakah Romo2 juga tidak takut umat Katolik (dlm hal ini bnyk umat yg awam) memandang airnya saja, sehingga berbondong2 hanya utk airnya saja.
Terimakasih…mohon bantuannya.
Shalom Sonny,
1. Umat Katolik memohon doa kepada Bunda Maria, melainkan memohon dukungan doa dari Bunda Maria. Doa Bunda Maria sangatlah besar kuasanya karena ia adalah seorang yang sudah dibenarkan oleh Tuhan di surga (lih. Yak 5:16). Maka jika anda melihat banyak orang Katolik memohon dukungan doa Bunda Maria, kemungkinan disebabkan karena mereka mempunyai devosi khusus kepada Bunda Maria, dan devosi ini sesungguhnya juga dianjurkan oleh Magisterium Gereja Katolik, karena terbukti telah membawa banyak orang untuk lebih dekat kepada Yesus. Sebab devosi kepada Bunda Maria, jika dengan benar dilakukan, tidak akan berhenti kepada Bunda Maria, melainkan kepada Kristus, sebab Bunda Maria selalu membawa semua orang kepada Yesus.
2. Tidak perlu kuatir, sebab Bunda Maria bukan saingan Tuhan Yesus, melainkan adalah ibu yang akan menghantarkan umat beriman kepada Kristus. Silakan anda membaca kisah kesaksian di situs ini, yaitu kisah kesaksian Hany, yang mengalami mukjizat kesembuhan melalui dukungan doa Bunda Maria, klik di sini. Hal ini malah melipatgandakan penghormatan dan kasihnya kepada Kristus. Ini hanya salah satu contoh saja, yang banyak dialami oleh banyak umat Katolik lainnya.
3. Di sini adalah pentingnya peran katekisasi umat. Jika umat sudah diberi pemahaman yang benar tentang pertolongan Tuhan yang dapat menggunakan materia apa saja, maka tidak akan perlu takut akan adanya salah paham. Yesus juga pernah menyembuhkan orang buta dengan air ludah-Nya atau seorang wanita sembuh setelah menjamah jubah Yesus. Rasul Paulus juga, atas kuasa penyembuhan Kristus, menyembuhkan orang dengan menggunakan kain ataupun saputangan (lih Kis 19:12). Maka memang Tuhan dapat langsung menyembuhkan seseorang tanpa ‘alat’, tetapi adakalanya Tuhan menyembuhkan lewat alat/ materia tertentu. Tentu saja bukan materia-nya yang berkuasa namun Yesus-nya. Silakan membaca juga kesaksian Hany yang lain, tentang kesembuhan yang diperolehnya melalui air Lourdes, silakan klik di sini. Silakan anda membaca di sana bahwa kesembuhan itu tidak menjadikannya ‘mengagungkan air Lourdes’. Karena ia juga memahami bahwa yang menyembuhkannya adalah Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai Kristus
Sebagai informasi memang di Sendangsono itu ada Misa Jum’at Kliwon seperti halnya di Pohsarang Kediri ada Misa Jum’at legi. Namun setahu saya untuk di pohsarang Kediri misa Jum’at Legi tersebut tidak berkaitan dengan hal-hal magis kejawen. Hal tersebut berkaitan dengan asal mula adanya inisiatif untuk mendirikan Gua maria di pohsarang. Berawal dari sekelompok kecil orang yang selalu mengadakan pertemuan untuk mengadakan doa rosario,pendalaman kitab suci, dan berbincang-bincang yang dilaksanakan rutin tiap Jum’at Legi. Dari situ yang ikut makin banyak dan pada perkembangannya ada ide untuk mendirikan Gua Maria ditempat tersebut dan ide itu diterima dan direalisasikan. Hingga kini dari segelintir umat yang secara rutin mengadakan pertemuan pada Jum’at Legi menjadi sebuah gua Maria yang terberkati dimana banyak kesaksian-kesaksian keajaiban di tempat tersebut dan Syukur kepada ALLAH bahwa saya merupakan salah satu saksi. Dari tempat yang teduh dan tidak dikenal menjadi Gua Maria yang agung dan untuk meneruskan tradisi pertemuan Jum’at Legi tersebut maka pada setiap Jum’at Legi selalu diadakan Misa dimana NAMA TUHAN di Agungkan. Sementara di Sendangsono saya kurang tahu asal mula Misa diadakan Jum’at Kliwon apakah sama dengan di Pohsarang Kediri.
Sementara tentang tugu obelisk saya rasa tidak ada masalah bukankah itu cuma ikonisasi dari terang. Kalaupun dulunya seperti penjelasan ibu Ingrid bahwa itu dulunya simbol terang oleh bangsa Mesir yang dihubungkan dengan dewa matahari saya rasa hal tersebut tidak masalah karena ada tertulis Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.” Juga bukankah semuanya sudah ditaklukan didalam Nama Tuhan Yesus seperti ada tertulis di Filipi :
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Jadi bila memang benar bahwa obelisk adalah lambang Dewa matahari ataupun hari Natal juga merupakan kelahiran dewa matahari saya rasa tidak masalah karena dewa matahari sudah ditaklukan dibawah kaki Yesus Kristus Tuhan kita. Bukankah jika suatu bangsa berperang dengan bangsa lain dan mereka menang maka bangsa yang menang tersebut akan merampas kekayaan dari bangsa yang kalah tersebut. Yesus Kristus Tuhan kita telah menang dan jika memang ada yang mempermasalahkan ikonisasi maka ikon tersebut telah dirampas karena pemiliknya telah takluk. tetapi yang perlu diingat adalah bahwa itu hanya merupakan Ikonisasi. Kita tidak menyembah Patung Yesus, Kita tidak menyembah bentuk ikon patung salib bukankah salib juga menjadi lambang beberapa agama Pagan? kita tidak berdoa bersama dengan patung Bunda Maria dan Patung Orang Kudus, tetapi kita berdoa benar-benar pada Tuhan Yesus yang telah disalib untuk menebus dosa-dosa kita yang ada ditempat tinggi dan berdoa bersama dengan Bunda Maria dan semua orang Kudus yang berbahagia disurga. Tentu saja kita juga tidak menyembah obelisk!!!
Usaha Gereja Katolik……???? Bukankah yang dimaksud Gereja Katolik adalah kita sendiri dan Ibu Ingrid, serta keluarga kita, teman-teman kita yang percaya pada Kristus dibawah persatuan Bapa Paus. Gereja bukan berarti bangunan ataupun suatu organisasi tetapi arti kata gereja adalah Jemaat atau sekumpulan 2 orang atau lebih yang percaya kepada Kristus sehingga keluarga juga merupakan Gereja pada tingkatan paling kecil. Jadi agar umat Katolik sendiri tidak salah dalam penyembahan hendaknya merupakan tugas kita untuk saling mengingatkan satu-sama lain serta berbagi pengetahuan yang kita miliki entah yang kita dapat dari web Katolisitas ini, pada saat pendalaman Kitab Suci, Homili dari Romo pada saat Misa, tulisan dari Bapa-Bapa Gereja dll. Hal ini seperti yang dituliskan oleh rasul Paulus sbb : Roma 12:6-8 6 Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita. Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. 7Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; 8Jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
Demikian komentar saya, terimakasih dan Tuhan Yesus memberkati.
[Dari Katolisitas: Silakan saja menanyakannya kepada Romo di Sendangsono, perihal misa hari Jumat tersebut, dan mengapa bertepatan pada Jumat Kliwon]
Ternyata obelisk di Vatikan tidak sama dengan obelisk di Mesir dan di tempat lain. Obelisk tersebut adalah saksi bisu dari pengorbanan para martir di Roma dan Gereja menempatkan Salib Kristus diatasnya sebagai tanda kemenangan Kristen atas agama-agama paganisme di dunia.
Andre
Mungkin yg dimaksud sdri Melly misa Jumat Pertama?
Terima kasih untuk menjadikan banyak masukan dan menambah pengetahuan saya sebagai umat Katolik. Saya ingin menanyakan beberapa hal:
1. Banyak tulisan tentang obelisk, bahwa obelisk adalah lambang penyembahan kepada dewa-dewa pada zaman Mesir kuno, tetapi kenapa obelisk itu justru terdapat di vatikan? Walaupun kita tidak menyembah kepada dewa-dewa, tetapi kenapa perlu menggunakan lambang yang sama?
2.Bagaimana usaha dari gereja Katolik sendiri atau dari kita sebagai umatnya, untuk tidak melakukan proses penyembahan yang salah. Misalnya saat meminum air dari sendangsono atau lourdes, dan sebagainya, atau ada Misa Jumat Kliwon?
Terima kasih banyak. Tuhan memberkati.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini telah dijawab di atas, silakan klik]
Shalom Bu Inggrid,
Saya ini menanggapi soal misa jum’at kliwon . Itu memang ada gereja katolik yang mengadakan katanya untuk menarik umat disesuaikan dengan budaya setempat kerennya kearifan lokal . Ada juga sumur kramat di dalam komplex gereja bisa utk penyembuhan , saya lupa dimana tapi saya pernah baca .
Hati-hati , itu berarti kita telah mengundang penguasa di udara yaitu roh kegelapan yang ada di tempat itu kita undang dan masuk dalam kehidupan menggereja . Ngeri , tidak diundang aja malah masuk ini malah diundang malahan dia menjadi penguasa .
Saya tidak mengerti bagaimana sang Pastor tidak mengetahui atau tidak peka akan hal spt itu
GBU
Shalom Budi,
Harap dipahami prinsipnya: pada dasarnya, Misa dapat diadakan pada hari apa saja: termasuk Jumat Kliwon, Rabu Legi, atau hari- hari lainnya. Jadi sebenarnya tidak ada bedanya Misa Jumat Kliwon atau bukan. Rahmat Tuhannya sama. Selama masih ada penanggalan hari ‘Jumat Kliwon’ pada kalender, maka akan ada misa pada hari tersebut, karena misa pada umumnya diadakan setiap hari, tanpa kecuali, maka tidak terkecuali Jumat Kliwon.
Soal sumur juga tidak menjadi masalah, karena pada prinsipnya Gereja melalui para imamnya dapat memberkati air apapun untuk dijadikan air suci. Jadi masalahnya bukan sumurnya yang kramat, tetapi air apapun yang sudah diberkati oleh imam dapat menjadi air suci, karena melalui pemberkatan itu rahmat Allah dapat bekerja, walaupun menggunakan material air biasa.
Jadi ini tidak ada kaitannya dengan roh kegelapan, sebab perkataan yang dipakai dalam pemberkatan air suci itu adalah perkataan doa kepada Tuhan. Tidak ada roh kegelapan yang diundang, seperti perkiraan anda.
Jika sampai anda melihat praktek yang tidak sesuai ataupun yang tidak anda mengerti, silakan anda menghubungi dan bertanya kepada pihak keuskupan anda. Saya percaya anda akan dapat memperoleh penjelasan di sana.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Budi,
Pada dasarnya kebiasaan Jumat Kliwon adalah hari yang penuh ketakutan untuk keluar malam hari karena yakin bahwa pada saat itu si Jahat keluar dari tempat persembunyiannya dan mencari mangsa. Bagi orang beriman yang percaya pada Yesus Kristus, pada Allah Tritunggal Mahakudus, kesempatan itu dapat dilewati dengan iman akan kehadiran Tuhan yang menyanggupkan kita untuk berani menghadapi pengaruh si jahat, sehingga kita tidak perlu takut untuk jalan keluar. Itu sebabnya ada paroki yang membuat acara tirakatan (berjaga sambil berdoa, meditasi) atau merayakan misa pada saat itu untuk beri kesaksian iman itu. Sedangkan sumur yang dimaksud, sebenarnya bukan sumur yang dibuat dengan maksud untuk dikeramatkan dan menjadikan air itu sebagai bennda magis, tetapi dimaksudakan untuk menjadi tanda atau sarana kudus (karena sudah diberkati) untuk maksud yang kurang lebih sama seperti yang dialami orang dengan air Lourdes. Kalau ada orang yang menjadikan air itu benda magis, maka sikap orang itu yang harus dikoreksi karena tidak sesuai dengan maksud pemberkatan sumur itu.
Salam. Doa dan Gbu.
Rm Boli.
Shalom Budi Yoga P dan para pembaca katolositas
Mengenai tanggapan bapak dengan menuliskan :
Hati-hati , itu berarti kita telah mengundang penguasa di udara yaitu roh kegelapan yang ada di tempat itu kita undang dan masuk dalam kehidupan menggereja . Ngeri , tidak diundang aja malah masuk ini malah diundang malahan dia menjadi penguasa .
Saya tidak mengerti bagaimana sang Pastor tidak mengetahui atau tidak peka akan hal spt itu
Disini saya sedikit memberikan tanggapan.. tidak dipungkiri bahwa bahasa tersebut sering saya dengar dari ucapan kaum umat protestan dari denominasi karismatik tertentu.
Seperti kata2 ‘mengundang penguasa di udara’ ‘roh kegelapan yang kita undang dan masuk’ kemudian ‘bagaimana sang Pastor yang tidak mengetahui dan tidak peka’ (dan masih ada kata2 lainnya yang tidak anda sebutkan seperti membuka cela dsb). semuanya mencerminkan bahwa yang mengucapkan kurang mengimani ajaran Tuhan terutama kuasa yang telah Tuhan berikan kepada kita oleh pembaptisan yang kita terima. (maaf, ada kesan yang meragukan)
Yang ingin saya jelaskan bahwa setiap orang yang telah terpanggil sebagai pengikut Kristus dengan langsung atau tidak telah dikarunia sebuah kemampuan lebih untuk mengenal hal yang baik dan buruk atas bantuan Roh Kudus – asalkan kita selalu mau dekatkan diri kita kepada Tuhan.
Didalam situasi kita yang dekat dengan-Nya.. yang mana terbiasa dan terlatih selalu mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan. (baik pada saat berdoa maupun akan melakukan aktifitas kita), bagaiamana kita bisa dikatakan mengundang roh jahat itu..? begitu pula ketika kita berdoa memohon berkat dari-Nya dgn mengucapkan doa permohonan yang tertuju/terpusat kepada Tuhan, bagaimana kita bisa mengundang penguasa gelap itu..?
Penyebab/Keadaan yang bisa ‘mengundang roh jahat’ maupun ‘roh kegelapan’ itu adalah kita sendiri yang dimana saat kita berdoa memohon sesuatu.. pikiran kita masih mengingat-ingat ada kuasa lain yang kita ketahui, karena pikiran kitalah yang tidak seluruhnya tertuju/terpusat pada Tuhan saat berdoa. (keadaan demikian ini merupakan kelemahan kita didalam mengimani Yesus sebagai sang juru selamat bagi kita… dan kita perlu koreksi batin kita send).
Yang saya harapkan bagi semua pembaca adalah berhati2lah dalam menggunakan/mengucapkan kata2 yang sering kita dengar namun kurang tepat untuk diimani itu; sebaliknya jauhkan pemikiran maupun pemahaman2 kata2 yang kurang membangun iman kita (maksudnya, kalimat kata2 yang kedengarannya sangat bagus namun bisa jadi batu sandungan bagi diri kita). Seharusnya cukup belajar memusatkan hati dan pikiran kita seluruhnya tertuju kepada Yesus saja sebagai ‘Centre of Focus’ kita dengan rendah hati.
Sekali lagi bahwa motivasi dan disposisi hati saat kita saat berdoa adalah yang sangat.. sangat.. sangat penting, selama ini saya belum pernah mendengar ada pastor yang berkotbah (dengan arogan) tentang ‘mengundang penguasa di udara’ dan ‘roh kegelapan yang kita undang dan masuk’ ini tidak berarti sang Pastor tidak mengetahui atau tidak peka akan hal spt itu.. akan tetapi lebih memfokuskan dalam hal membawa/mengarahkan umat pengikut Kristus menuju ‘Keselamatan’ dan bukan berkotbah untuk enak didengar supaya menjadi tertarik/meyenangkan hati para pendengarnya…
Demikian sedikit pendapat dan pandangan dari saya.
Salam damai dalam Kristus Yesus.
Felix Sugiharto
Comments are closed.