Demikianlah yang diajarkan oleh Katekismus Gereja Katolik tentang pekerjaan ataupun karya manusia:
KGK 378 …. Pekerjaan itu untuk pria dan wanita bukan kerja paksa (Bdk. Kej 3:17-19), melainkan kerja sama dengan Allah demi penyempurnaan ciptaan yang kelihatan.
KGK 901 Kaum awam sebagai “orang yang menyerahkan diri kepada Kristus dan diurapi dengan Roh Kudus, secara ajaib dipanggil dan disiapkan, supaya secara makin limpah menghasilkan buah-buah Roh dalam diri mereka. Sebab semua karya, doa-doa dan usaha kerasulan mereka, hidup mereka selaku suami isteri dan dalam keluarga, jerih payah mereka sehari-hari, istirahat bagi jiwa dan badan mereka, bila dijalankan dalam Roh, bahkan beban-beban hidup bila ditanggung dengan sabar, menjadi kurban rohani, yang dengan perantaraan Yesus Kristus berkenan kepada Allah. Kurban itu dalam perayaan Ekaristi, bersama dengan persembahan tubuh Tuhan, penuh khidmat dipersembahkan kepada Bapa. Demikianlah para awam pun sebagai penyembah Allah, yang di mana-mana hidup dengan suci, membaktikan dunia kepada Allah” (LG 34, Bdk. LG 10).
KGK 1609 Dalam kerahiman-Nya Allah tidak meninggalkan manusia berdosa. Siksa-siksa yang diakibatkan oleh dosa itu, sakit waktu melahirkan, (Bdk. Kej 3:16) pekerjaan “dengan berpeluh” (Kej 3:19), adalah juga obat yang membatasi akibat-akibat buruk dari dosa …
KGK 1914 Keterlibatan ini pertama-tama berarti bahwa manusia berkarya di dalam bidang-bidang untuk mana ia menerima tanggung jawab pribadi. Dengan memperhatikan pendidikan keluarganya dan bekerja dengan saksama, seseorang menyumbang demi kesejahteraan orang lain dan kesejahteraan masyarakat (Bdk. CA 43).
KGK 2427 Karya manusia adalah tindakan langsung dari manusia yang diciptakan menurut citra Allah. Mereka ini dipanggil, supaya bersama-sama melanjutkan karya penciptaan, kalau mereka menguasai bumi (Bdk. Kej 1:28; GS 34; CA 31). Dengan demikian pekerjaan adalah satu kewajiban: “Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tes 3:10, Bdk. 1 Tes 4:11). Pekerjaan menghargai anugerah-anugerah dan talenta-talenta yang diterima dari Pencipta. Tetapi ia juga dapat menyelamatkan. Apabila manusia dalam persatuan dengan Yesus, Tukang kayu dari Nasaret dan Yang Tersalib di Golgota, menerima jerih payah pekerjaan (Bdk. Kej 3:14-19), ia boleh dikatakan bekerja bersama dengan Putera Allah dalam karya penebusan-Nya. Ia membuktikan diri sebagai murid Kristus, kalau ia, dalam kegiatannya yang harus ia laksanakan hari demi hari, memikul salibnya (Bdk. LE 27). Pekerjaan dapat menjadi sarana pengudusan dan dapat meresapi kenyataan duniawi dengan semangat Kristus.
KGK 1368 Ekaristi adalah juga kurban Gereja. Gereja, Tubuh Kristus, mengambil bagian dalam kurban Kepalanya. Bersama Dia ia sendiri dipersembahkan seluruhnya. Ia mempersatukan diri dengan doa syafaat-Nya kepada Bapa untuk semua manusia. Di dalam Ekaristi, kurban Kristus juga menjadi kurban anggota-anggota tubuh-Nya. Kehidupan umat beriman, pujian, kesengsaraan, doa dan karyanya dipersatukan dengan yang dimiliki Kristus dan dengan penyerahan diri-Nya secara menyeluruh, sehingga mendapat satu nilai baru. Kurban Kristus yang hadir di atas altar memberi kemungkinan kepada semua generasi Kristen, untuk bersatu dengan kurban-Nya….
KGK 2428 Sewaktu bekerja, manusia melatih dan melaksanakan sebagian dari kemampuan kodratinya. Nilai utama dari pekerjaan itu datang dari manusia sendiri yang menciptakannya dan yang menerima keuntungannya. Pekerjaan memang untuk manusia, dan bukan manusia untuk pekerjaan (Bdk. LE 6). Tiap orang harus dapat menghasilkan melalui pekerjaan itu sarana-sarana untuk memelihara diri sendiri dan keluarganya dan supaya ia dapat menyumbang bagi persekutuan manusia.
Dengan demikian, pekerjaan manusia dimaksudkan Tuhan untuk menguduskan manusia. Pekerjaan atau karya manusia tidak dapat dipisahkan dari manusia yang diciptakan menurut gambaran Allah, sebab Allah melibatkan manusia untuk meneruskan karya penciptaan-Nya, demi kesejahteraannya dan sesamanya. Pekerjaan yang dilakukan dalam Roh Kudus, dan dilakukan dengan sabar, dapat menjadi kurban rohani, yang jika dipersatukan dengan kurban Kristus -dalam Ekaristi kudus- dapat menjadi sarana untuk menguduskan dirinya dan dan sesamanya.
Dear Bu Ingrid,
Terima kasih banyak atas tanggapannya.
Tuhan Yesus senantiasa memberkati dan menyertai pelayanan katolisitas dengan kuat kuasa-Nya.
Salam,
Stefan
Dear Pak Stef dan Ibu Inggrid,
Saya mau bertanya berkaitan dengan pekerjaan. Bagaimana kita sebagai manusia memaknai profesi atau pekerjaan kita? Bagaimana pula kita sebagai seorang katolik menemukan Allah dalam pekerjaan yang sifatnya “sekuler” sehari-hari? Dan apa yang Gereja Katolik secara resmi ajarkan dalam hal ini. Mohon maaf kalau pertanyaannya terlalu banyak atau mungkin sudah pernah ditayangkan di website ini. Terima kasih.
Salam dalam kasih Kristus.
Stefan
Shalom Stefan,
Silakan membaca di sini tentang ajaran Gereja Katolik tentang makna pekerjaan manusia, silakan klik.
Adalah tantangan bagi kita untuk menemukan Allah dalam pekerjaan kita sehari-hari, yang dapat saja berkesan sekuler dan tidak berhubungan dengan kerohanian. Namun betapapun sekulernya pekerjaan kita, kita tetap bekerja untuk kebaikan/ kemajuan umat manusia, sehingga umumnya kita tetap berinteraksi dengan orang lain ataupun menujukan hasil pekerjaan kita kepada orang lain juga. Di dalam hubungan dengan sesama inilah, kita dipanggil untuk mengasihi; sebab dengan mengasihi sesama, kita mengasihi Allah yang hadir di dalam diri mereka, terutama di dalam diri orang-orang yang kecil, miskin dan tersisihkan (lih. Mat 25:40).
Selanjutnya silakan membaca tentang panggilan setiap orang untuk hidup kudus, sebagaimana dituliskan di dalam dokumen Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium bab 5, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.