Pertanyaan:
Mat 1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi. Maksudnya yang difirmankan Tuhan oleh nabi itu apa? Tuhan berbicara kepada nabi-nabi? Nabi-nabi bisa mendengarkan suara Tuhan (audible atau tidak)? Kemudian nabi-nabi mengatakan, apa yang dikatakan oleh Tuhan? Kenapa nabi-nabi bisa mendengarkan suara Tuhan? Apa yang membuat nabi-nabi bisa mendengarkan suara Tuhan? Bagaimana caranya agar bisa mendengarkan suara Tuhan?
Salam,
Alexander Pontoh
Jawaban:
Shalom Alexander Pontoh,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Mt 1:22. Mari kita melihat pertanyaan anda satu persatu:
1. Tuhan berfirman dengan perantaraan para nabi.
Dikatakan dalam Mt 1:22 “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi.” Yang difirmankan para nabi dalam konteks ayat di atas dijelaskan di ayat berikutnya “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita.” (Mt 1:23) Dan ini merupakan pemenuhan dari nubuat nabi Yesaya (lih. Yes 7:14; Yes 8:8). Di dalam Perjanjian Lama, Tuhan memang berbicara dengan perantaraan para nabi. Dikatakan di dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, 64 dan 65):
64. Dengan perantaraan para nabi, Allah membina bangsa-Nya dalam harapan akan keselamatan, dalam menantikan satu perjanjian yang baru dan kekal, yang diperuntukkan bagi semua orang (Bdk. Yes 2:2-4.) dan ditulis dalam hati mereka (Bdk. Yer 31:31-34; Ibr 10:16.). Para nabi mewartakan pembebasan bangsa Allah secara radikal, penyucian dari segala kejahatannya (Bdk. Yeh 36.), keselamatan yang mencakup semua bangsa (Bdk. Yes 49:5- 6; 53:11.). Terutama orang yang miskin dan rendah hati di hadapan Allah (Bdk. Zef 2:3.) menjadi pembawa harapan ini. Wanita-wanita saleh seperti Sara, Ribka, Rahel, Miriam, Debora, Hana, Yudit, dan Ester tetap menghidupkan harapan akan keselamatan Israel itu; tokoh yang termurni di antara mereka adalah Maria (Bdk. Luk 1:38.).
65. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya” (Ibr 1:1-2). Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, adalah Sabda Bapa yang tunggal, yang sempurna, yang tidak ada taranya. Dalam Dia Allah mengatakan segala-galanya, dan tidak akan ada perkataan lain lagi. Hal ini ditegaskan dengan jelas oleh santo Yohanes dari Salib dalam uraiannya mengenai (Ibrani 1:1-2):
“Sejak Ia menganugerahkan kepada kita Anak-Nya, yang adalah Sabda-Nya, Allah tidak memberikan kepada kita sabda yang lain lagi. Ia sudah mengatakan segala sesuatu dalam Sabda yang satu itu… Karena yang Ia sampaikan dahulu kepada para nabi secara sepotong-sepotong, sekarang ini Ia sampaikan dengan utuh, waktu Ia memberikan kita seluruhnya yaitu Anak-Nya. Maka barang siapa sekarang ini masih ingin menanyakan kepada-Nya atau menghendaki dari-Nya penglihatan atau wahyu, ia tidak hanya bertindak tidak bijaksana, tetapi ia malahan mempermalukan Allah; karena ia tidak mengarahkan matanya hanya kepada Kristus sendiri, tetapi merindukan hal-hal lain atau hal-hal baru” (Carm. 2,22).
Dari Katekismus di atas, maka kita melihat bahwa pada zaman Perjanjian Lama, maka Tuhan berbicara kepada umat Allah dengan perantaraan para nabi. Ini adalah merupakan “divine pedagogy“, pendidikan dari Tuhan kepada umat-Nya secara bertahap. Dan pendidikan ini kemudian mencapai kesempurnaannya di dalam Kristus, ketika Putera Allah sendiri berbicara langsung kepada umat-Nya. Dan tugas ini, kemudian diteruskan oleh Gereja Katolik.
2. Mengapa mereka dipilih oleh Allah?
Seperti yang dijelaskan di atas, dalam Perjanjian Lama, kita mengetahui bahwa Tuhan menyampaikan pesan, perintah, peringatan, dll. melalui perantaraan para nabi. Nabi mempunyai tugas untuk menyampaikan perkataan dari Tuhan kepada umat Allah. Dia tidak boleh menambahkan atau mengurangi pesan tersebut. Menjadi suatu pelajaran, bahwa nabi Musa, seorang nabi besar, yang diperkenankan untuk melihat Allah dan berbicara dengan Allah, pernah melakukan kesalahan dengan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah.
Bil 20:7 TUHAN berfirman kepada Musa:
Bil 20:8 “Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.”
Bil 20:11 Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.
Bil 20:12 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.“
Dari pelajaran ini, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa nabi adalah seseorang yang memang ditunjuk oleh Allah untuk mengatakan apa yang diperintahkan oleh Allah, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang. Bagaimana seseorang dapat menjadi nabi? Di dalam kebijaksanaan-Nya, Allah sendiri yang memilih para nabi, bukan karena kecakapan dan kepandaian dari orang tersebut, namun Allah sendiri yang memilih mereka berdasarkan kerelaan hati-Nya. Bahkan Allah sering memilih mereka-mereka yang tidak cakap, seperti Musa yang tidak pandai berbicara (lih. Kel 4:10), Yeremiah yang merasa tidak pandai bicara dan merasa terlalu muda (lih. Yer 1:6), Yesaya seorang yang najis bibir (Yes 6:5), dll.
3. Bagaimana Allah berbicara dengan mereka?
Pertanyaannya, bagaimana Allah berbicara dengan para nabi? Karena Allah senantiasa menghargai manusia sebagai mahluk yang mempunyai kehendak bebas, maka dalam menyampaikan pesan, Allah tidak pernah menghilangkan dimensi kebebasan manusia. Dengan kata lain, pada waktu Allah menyampaikan wahyu kepada para nabi, mereka masih mempunyai kesadaran. Dengan demikian, inspirasi Allah menyempurnakan kodrat mereka atau grace perfects nature. Di satu sisi, nabi yang ditunjuk Allah tidak boleh hanya menyampaikan apa yang mereka pikirkan tanpa adanya inspirasi Allah (divine inspiration). Bahkan dikatakan di dalam kitab ulangan “Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.” (Ul 18:20).
Allah dapat berbicara dengan mereka dengan cara yang begitu akrab, seperti yang ditunjukkan-Nya dengan Musa. Dikatakan “TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya.” (lih. Ul 34:10; Kel 33:11). Tuhan berbicara dengan suara yang terdengar kepada Musa dan Daniel (lih. Bil 12:8; 1Sam 3:4-14). Dan dalam mimpi, Tuhan juga dapat menyatakan dirinya (lih. Bil 12:6; Joe 2:28). Malaikat juga dapat memberikan inspirasi kepada nabi (lih. Zak 1; Dan 8). Dengan demikian, Allah secara bebas, dengan berbagai cara memberikan inspirasi kepada para nabi, yang telah ditunjuk berdasarkan kebijaksanaan dan kerelaan hati-Nya.
4. Bagaimana para nabi dapat mendengar suara Tuhan?
Seperti yang telah dijelaskan di depan, para nabi dapat mendengarkan suara Tuhan, karena memang Tuhan telah memilih mereka menjadi perpanjangan mulut mereka. Dikatakan: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yer 1:5). Setelah mereka dipilih oleh Allah, maka kita melihat bagaimana mereka menjalin hubungan yang begitu dekat dengan Allah, sehingga mereka memperoleh kekuatan untuk menjalankan misi yang diberikan oleh Allah. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 2584) mengatakan:
2584 Dalam kesendirian dengan Allah, para nabi menerima terang dan kekuatan untuk perutusan mereka. Doa mereka bukanlah suatu pelarian dari dunia yang tidak berkepercayaan, melainkan suatu usaha mendengarkan Sabda Allah. Doa ini sering kali membuka hati atau mengeluh, tetapi selalu merupakan satu doa syafaat, yang mengharapkan dan mempersiapkan (Bdk. Am 7:2.5; Yes 6:5.8.11; Yer 1:6; 15:15-18; 20:7-18.) campur tangan Allah yang membebaskan, Tuhan sejarah.
Tentang mendengarkan suara Tuhan, silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik. Semoga uraian di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
katolisitas yg terhormat, membaca tulisan ttg nabi Musa yg justru tdk berbicara kepada batu supaya keluar air, tapi nabi Musa memukulkan tongkatnya pd batu sehingga keluar air. Allah menghukum nabi Musa dgn tidak akan masuk ke tanah terjanji karena tdk mentaati firman ALLAH di hadapan bangsa Israel. Pertanyaan saya ialah ini masalah firman dan tongkat, jadi tindakan Musa bukannya berbicara tapi memukulkan tongkat, tampak sederhana, yg penting kan ada air, bagaimana dgn manusia2 seperti kita2 ini yg bukan seperti nabi Musa, yg tiap hari dpt melanggar firmanNya? Apakah hukumannya akan lebih parah dp hukuman bagi Musa? Trims katolisitas.
Shalom Simon,
Secara prinsip, Tuhan sangat menekankan ketaatan. Apa yang dilakukan oleh nabi Musa bukanlah hanya masalah “bicara” diubah menjadi “memukul”. Dikatakan “Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya” (Bil 20:8). Namun yang dilakukan oleh Musa dan Harun adalah “Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.” (Bil 20:10-11). Dari sini kita melihat bahwa Tuhan memerintahkan Musa untuk berbicara kepada bukit batu agar dapat mengeluarkan air. Namun yang dilakukan oleh Musa adalah: (1) berbicara kepada umat Israel; (2) mengklaim bahwa itu adalah karena kekuatan mereka sendiri sehingga air keluar dari bukit batu; (3) memukul bukit batu sebanyak dua kali – walaupun Tuhan memerintahkan hanya berbicara. Dari sini kita dapat melihat bahwa Musa dan Harun melakukan dosa yang disebutkan di ayat 12: (1) tidak percaya kepada Tuhan, di mana hanya berbicara kepada batu seolah-olah tidaklah cukup dan harus dengan memukul batu dengan tongkat – lupa bahwa Tuhan dapat memberikan mukjizat dengan cara apa saja; (2) Tidak menghormati kekudusan Tuhan, yaitu mengklaim bahwa mukjizat yang dilakukan adalah karena kekuatan mereka sendiri dan bukan dari Tuhan, sehingga mereka mengatakan “apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?”
Sebenarnya hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita, bahwa dalam kondisi apapun dan seberapa-pun dekat dengan Tuhan, kita harus senantiasa menggantungkan kehidupan kita kepada Tuhan, karena kita tidak pernah lepas dari pencobaan. Sama seperti Nabi Musa yang mendapatkan pengampunan Tuhan, maka kalau kita juga bertobat dan kembali ke jalan Tuhan, maka kita juga akan mendapatkan pengampunan. Kita tahu bahwa pada peristiwa Transfigurasi, Nabi Musa dan Nabi Elia ada bersama-sama dengan Yesus. Jadi, yang terpenting adalah terus berjalan bersama Tuhan dan kalau kita berbuat dosa, kita bertobat dan kembali hidup di jalan Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Sebenarnya Yesus itu memang Allah yang hidup 12 tahun yang lalu karena kasihnya saya telah bertemu Tuhan Yesus. Pesannya, Bertobatlah karena Kerajaan Allah sudah dekat,”
Apa maknanya saya tidak tahu?
Tapi saya akan menjadi saksi Kristus walaupun cara on line saja. Gbu
[Dari Katolisitas: Kemungkinan maksud anda adalah Yesus adalah Allah yang hidup di dunia sekitar 2000 tahun yang lalu? Pesan dalam Injil, ‘Bertobatlah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat,’ adalah pesan yang diucapkan oleh Yohanes Pembaptis yang merupakan sang pembuka jalan bagi Kristus yang merupakan personifikasi Kerajaan Allah. Kini pesan pertobatan tersebut masih terus relevan, karena kita semua menantikan kedatangan Kristus kembali, entah di akhir hidup kita ataupun di akhir jaman. Kita dipanggil untuk bertobat, sebelum menyambut kedatangan-Nya, sebagaimana orang Israel dipanggil untuk bertobat, sebelum menerima kedatangan Kristus dan Kerajaan Allah yang diwartakan-Nya. ]
Salam Damai Kristus Bp. Stef,
Sebenarnya pertanyaan ini tidak berkaitan dengan hal diatas karena pertanyaan ini mengenai kitab Mazmur. Kita tahu bahwa pada saat penjelmaanNya sebagai manusia Kristus Yesus beberapa kali menggunakan kitab mazmur untuk menjelaskan pengajaranNya. Nah…. yang saya tanyakan disini adalah Kitab Mazmur 82 : 1 – 8 dengan Firman sebagai berikut :
82:1 Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi:
82:2 “Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela
82:3 Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!
82:4 Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!”
82:5 Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi.
82:6 Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. —
82:7 Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.”
82:8 Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa.
Berdasarkan pemikiran awam saya maka ada beberapa yang ingin saya tanyakan tentang ayat di atas yaitu mengenai hal ini :
1. “Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi.” Yang saya tangkap dari ayat ini adalah bahwa ada lebih dari satu allah (dengan a kecil) namun ada SATU yang berkuasa menghakimi para allah tersebut yaitu Allah (dengan A besar). Bagaimanakah penjelasan mengenai hal ini?
2. 82:2 “Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela
82:3 Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!
82:4 Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!”
82:5 Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. Dari ayat tersebut saya menangkap bahwa para allah (dengan a kecil) mempunyai kekuasaan untuk menghakimi manusia dan mempunyai kekuatan untuk menolong manusia. Allah menegur para allah ini karena telah menggunakan kekuatan dan kekuasaan mereka untuk memihak orang fasik. Bagaimana penjelasan mengenai hal ini?
3. 82:6 Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. —
82:7 Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.”
Dari ayat tersebut saya menangkap bahwa Allah menjadikan para allah tersebut dengan FirmanNYA namun menentukan jalan hidup para allah tersebut yaitu mereka akan mati seperti para manusia namun mereka mati seperti salah seorang pembesar dalam artian mungkin Orang yang dikuduskan ataupun seorang pahlawan besar. Bagaimana penjelasan mengenai hal ini?
4. 82:8 Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa. Pertanyaan saya adalah Allah yang disini apakah Allah yang merayakan Sabat pada kitab Kejadian yaitu pibadi BAPA? Karena disitu disebutkan bangunlah ya Allah berarti sebelumnya Allah beristirahat dan satu-satunya sumber kitab Suci yang merujuk pada hal tersebut adalah pada Kitab Kejadian yaitu Allah yang beristirahat merayakan Sabat. Di dalam Kitab Perjanjian Baru Yesus Kristus menyebut sebagai BAPA yang tersembunyi.
Mohon penjelasannya tentang ayat tersebut berdasarkan atas ajaran Gereja karena saya sadar betul bahwa pemikiran yang saya ungkapkan tersebut sangat mirip dengan pemikiran gnostik. Pemikiran tersebut salah dan mohon bantuannya untuk meluruskan.
Terimakasih dan TUHAN memberkati
Shalom,
Bernardus Aan
Shalom Bernardus Aan,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Mzm 82:1-8. Ayat ini dapat kita pahami dengan lebih baik kalau kita dapat mengerti siapa Allah, para allah. Allah adalah Allah benar, Sang Pencipta, Sang Hakim Agung, Sang pemberi hukum, Dialah Tuhan. Namun, para allah (‘êl = H410) di sini berarti adalah orang-orang yang mempunyai kekuasaan tinggi dan juga para hakim, yang juga ditetapkan oleh Allah untuk mengatur umat Allah agar dapat menerapkan hukum dengan baik.
Kel 18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
2Taw 19:6-7 6 Berpesanlah ia kepada hakim-hakim itu: “Pertimbangkanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk TUHAN, yang ada beserta kamu, bila kamu memutuskan hukum. 7 Sebab itu, kiranya kamu diliputi oleh rasa takut kepada TUHAN. Bertindaklah dengan seksama, karena berlaku curang, memihak ataupun menerima suap tidak ada pada TUHAN, Allah kita.”
Pkh 5:8 Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka.
Adalah suatu situasi yang ideal kalau para hakim dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Yang menjadi masalah adalah kalau mereka tidak menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga mereka menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik (lih. Mzm 82:2). Dalam konteks inilah, kita harus melihat Mzm 82. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa:
Walaupun para hakim dan penguasa-penguasa mempunyai kekuasaan untuk menghakimi, namun harus disadari bahwa mereka harus bertanggung jawab di hadapan Hakim Agung, yaitu Allah (ay. 1). Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak menjalankan kekuasaannya dengan baik, maka mereka harus bertobat (ay 2) dan mulai menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu memberikan keadilan terutama bagi orang-orang yang kecil dan tersingkirkan (ay. 3-5). Allah sendiri telah memberikan kekuasaan kepada para hakim untuk menghakimi (ay. 6), namun pada akhirnya mereka harus menghadap Allah dan mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang dibuatnya di hadalan Allah (ay. 7). Dan akhirnya Mzm 82 ditutup dengan harapan agar keadilan dapat ditegakkan, seperti kalau Allah menghakimi di bumi (ay. 8)
Semoga penjabaran di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Damai Kristus Bp. Stef,
Saya mengucapkan terimakasih Bp. Steff atas penjelasannya, saya menjadi paham.
Seperti yang saya tulis Bp. Steff bila tidak ada penjelasan dari Bp. Steff maka saya bisa saja tersesat dengan memahami Alkitab sesuai dengan pemahaman pemikiran saya. Untuk itu mohon informasinya adakah buku yang tentu saja yang berbahasa Indonesia yang menjelaskan ayat per ayat dari Alkitab yang sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja yang bisa saya baca?
Terimakasih dan TUHAN memberkati.
Shalom,
Bernardus Aan
Shalom Bernardus Aan,
Saya tidak tahu Kitab Suci dalam bahasa Indonesia, selain Kitab Suci Komunitas Kristiani (Christian Community Bible), yang memuat cukup banyak komentar-komentar tentang ayat-ayat. Namun, semua komentar tersebut hanyalah sebagai rujukan yang membantu kita untuk mengerti arti dari ayat-ayat tersebut. Untuk isu-isu yang cukup pelik dan menyangkut dogmatik, maka kita perlu melihat lagi dokumen-dokumen Gereja. Bagaimana prinsip untuk menginterpretasikan Alkitab dapat dibaca di artikel ini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Sodaraku Bernardus Aan. Sudah banyak buku-buku Tafsir Perjanjian Lama dan Tafsir Perjanjian Baru di toko-toko buku Katolik oleh penerbit Katolik yangf diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Makanya pasti sesuai dengan maksud penulis Alkitab karena dijamin oleh Magisterium. Beda dengan penafsiran dari protestan yang tiap ayat punya penafsiran macem-macem yang tidak sesuai dengan maksud penulis Alkitab. Cari saja di toko buku di samping di website ini dan web-web Katolik yang ada. Salam saya: Isa Inigo
Salam Damai Kristus Bp. Stef dan Sdr/i Isa Inigo (maaf karena saya tidak tahu apakah pria atau wanita),
Sebenarnya saya sudah mencari di Gramedia Kediri tetapi saya tidak menemukannya. Klo menurut informasi sdr/i Isa Inigo dipenerbitan Katolik ada berarti di Kanisius juga ada. Coba nanti kalau main ke Jogja saya jalan-jalan ke sana. Juga nanti saya search di web-web Katolik. Terimakasih atas informasinya.
TUHAN meberkati Bp. Stef & Sdr/i Isa Inigo.
Salam,
Bernardus Aan
Pro Bernardus Aan, saya membantu anda mendapatkan informasi toko buku Katolik yang barangkali dekat dengan rumah anda yaitu Toko Buku Dioma ada di Jalan Kawi Malang di sebelah kanan Malang Olympic Garden (MOG) di depan kampus Diklat Prov Jatim (bekas APDN). Maaf informasi ini terlambat, mudah-mudahan anda sudah memperoleh yang anda inginkan. Salam damai.
Mat 1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi.
Maksudnya yang difirmankan Tuhan oleh nabi itu apa?
Tuhan berbicara kepada nabi-nabi?
Nabi-nabi bisa mendengarkan suara Tuhan (audible atau tidak)?
Kemudian nabi-nabi mengatakan, apa yang dikatakan oleh Tuhan?
Kenapa nabi-nabi bisa mendengarkan suara Tuhan?
Apa yang membuat nabi-nabi bisa mendengarkan suara Tuhan?
Bagaimana caranya agar bisa mendengarkan suara Tuhan?
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Comments are closed.