Pertanyaan:

Shaloom saya ingin kejelasan dari link ini

http://top10.sidomi.com/25486/10-mitos-menyimpang-mesir-kuno/

Pada point ke dua, Perbudakan Israel
Terdapat perbedaan antara sejarah Alkitab dan menurut info di sini,
Di sana dikatakan bahwa Israel tidak diperbudak Mesir..

Yang ingin saya tanyakan apakah benar info tersebut???
Karena secara tidak langsung Umat Nasrani melalui Alkitab telah “mencemarkan nama baik Mesir”
Mohon penjelasannya…
Stefanus

Jawaban:

Shalom Stefanus,

Untuk menjawab apakah kejadian eksodus bangsa Israel keluar dari Mesir sebagai kejadian nyata atau tidak, kita berpegang pada apa yang tertulis dalam Kitab Suci dan dari bukti sejarah. Kitab Suci menuliskan bahwa kejadian tersebut sungguh terjadi, yaitu saat Nabi Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir yang saat itu dipimpin oleh raja Mesir yang disebut Firaun (lih. Kel 5-). Para ahli Kitab Suci dan ahli sejarah kemudian mencocokkan di manakah/ kapankah kiranya Firaun ini tercantum dalam sejarah bangsa Mesir, dan apakah yang dicatat oleh sejarah seputar kepemimpinan Firaun ini. Para ahli mengidentifikasikan Firaun ini dengan Raja Ramses II (1290- 1213), yang digantikan oleh keturunannya, Raja Merneptah/ Merenptah (1213- 1203) (lih. John H. Walton, Chronological and Background Charts of the Old Testament, (Michigan: Zondervan, 1994), p. 62)

Beberapa tulisan/ bukti sejarah kemudian ditemukan, walaupun tidak secara langsung menyebut adanya eksodus bangsa Israel, tetapi menunjukkan adanya fakta yang mendukung kisah yang disebutkan dalam Kitab Keluaran tersebut. Hal ini dapat dibaca antara lain di link ini, silakan klik.

1. The Merneptah stele

Salah satu penemuan penting yang berhubungan dengan masa eksodus [keluarnya bangsa Israel dari Mesir] adalah plat batu Merneptah, tertanggal sekitar tahun 1210 (BC). Merneptah, Raja Mesir, menyombongkan diri bahwa ia telah menghancurkan para musuhnya di tanah Kanaan. Ia mengatakan: Dikalahkan Kanaan dengan segala kejahatannya; Ashkelon dikalahkan; Gezer dikuasai, Yanoam dibuat seperti tidak pernah eksis; Israel dihancurkan/ dibiarkan sia- sia, namun keturunannnya tidak (ANET 1969, 378). Kata “Israel” di sini ditulis di dalam bahasa Mesir yang artinya adalah bangsa dan bukan tanah (ANET 1969, 378). Ini menunjukkan bahwa bangsa Israel tidak mempunyai raja ataupun kerajaan pada saat itu. Pada saat itu yang berkuasa adalah para hakim- hakim. Teks ini juga menyimpulkan bahwa Israel adalah bangsa yang kuat seperti halnya kota- kota lain yang disebutkan di sana, dan bukan hanya suku bangsa yang kecil jumlahnya [sebagaimana diperkirakan oleh sebagian orang, bahwa eksodus tidak melibatkan banyak orang Israel] …. Terdapat sebuah tempat yang disebut dalam Yos 15:9,18:15, “mata air Me-Neftoah” yang kemungkinan merupakan nama Ibrani bagi Merneptah.”

2. Teks ‘The Admonitions of Ipuwer’ di jaman dinasti ke-19-20 bangsa Mesir.

Ahli sejarah, John Van Seter, mengatakan, berdasarkan teks Ipuwer tersebut bahwa jaman dinasti ke- 19-20 (abad 13-11 BC) adalah masa pengusiran bangsa Hyksos dari Mesir. Dikatakan demikian: “Para orang asing telah menjadi bangsa di mana- mana…. Sungai Nil banjir … orang- orang miskin telah menjadi pemilik harta karun …. banyak orang mati dikubur di sungai …. mari kita usir banyak orang di antara kita …. Sungai itu (Nil) menjadi darah (ANET 1969, 441; Lichtheim 1975, 1:151). Tulisan ini terdengar serupa dengan tulah pertama yang terjadi di Mesir (Kel 7:14-24)…… Pengusiran bangsa Hyksos adalah serangkaian kampanye yang terjadi sejak Kamose menjadi raja di Thebes, yang melawan bangsa Hyksos. Anaknya Ahmose akhirnya berhasil mengusir bangsa Hyksos. Di kubur seorang komadan bernama Ah-mose tercatat kemenangan atas bangsa Hyksos.

Keluarnya bangsa Israel dari Mesir, kemungkinan termasuk dalam rangkaian keluarnya bangsa Hyksos dari Mesir. Kisah eksodus kemungkinan besar berdasarkan atas pengusiran bangsa Hyksos dari Mesir, sebab tidak ada pencatatan lain tentang keluarnya banyak orang dari Mesir (Robertson 1990, 36; Halpern 1994, 89-96; Redford 1897, 150). Bukti ini nampaknya cocok dengan pencatatan sejarah dari sejarahwan Yahudi, Josephus. Meskipun bangsa Mesir melihat bahwa pengusiran bangsa Hyksos sebagai sebuah kemenangan militer yang besar, bangsa Israel melihat peristiwa ini sebagai kemenangan penyelamatan yang besar bagi mereka. Hal ini nampaknya mirip dengan banyak kejadian yang dicatat di dalam sejarah kuno bangsa- bangsa, ketika kedua pihak sama- sama mengklaim kemenangan bagi bangsanya. Raja Ramses II bertarung dengan bangsa Het (Hittites) dan hampir kehilangan nyawanya, namun ia menyebut ini sebagai kemenangan besar, demikian juga bangsa Het mengklaim kemenangan besar bagi bangsanya. Dalam kenyataannya posisi keduanya adalah saling mengunci [seri], sehingga keduanya menandatangani perjanjian (ANET 1969, 201; Soggin 1993, 213)…. Raja Sanherib (Raja Asyur) mengklam kemenangan besar atas Israel dengan menguasai 46 kota dan sekeliling Yerusalem; sedang Raja Hezekiah (Raja Israel) sejamannya, walau disebut sebagai “seperti burung dalam sangkar” (ANET 1969, 288), juga mengklaim kemanangan besar, sebab Yerusalem tidak dikalahkan. Di Mesha atau di prasasti Moab (ANET 1969, 320), Raja Moab, Mesha, mengklaim kemenangan atas Israel, namun Israel juga mengklaim kemenangan atas Moab (2 Raj 3:4-27). Demikianlah, nampaknya apa yang dianggap oleh bangsa Mesir sebagai kemenangan dengan pengusiran bangsa Hyksos dari keluar dari Mesir, dilihat oleh bangsa Israel sebagai eksodus yang besar, sebuah kemenangan penyelamatan dari perbudakan bangsa Mesir.

Selanjutnya, tidaklah mengherankan jika setiap bangsa dalam mencatatkan sejarahnya berusaha untuk menuliskan hal- hal yang baik dan cenderung untuk tidak menyampaikan hal yang buruk tentang bangsanya. [Hal ini misalnya jelas terlihat dari berbedanya catatan sejarah bangsa Cina dan Jepang, atau Cina dan Taiwan- perihal pertikaian- pertikaian. yang melibatkan bangsa- bangsa tersebut] Untuk itu, agar menjadi lebih obyektif, kita perlu membaca catatan sejarah yang dicatat oleh bangsa lawannya. Dengan prinsip ini, tidak mengherankan kalau catatan tentang bagaimana bangsa Israel dapat lolos dari perbudakan Mesir tidak dicatat secara khusus dalam sejarah bangsa Mesir. Tetapi hal tersebut dicatat dalam sejarah bangsa Israel, seperti juga tercatat dalam Kitab Suci Kristiani.

Gereja Katolik mengajarkan, berdasarkan Kitab Suci, bahwa peristiwa pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir sebagai fakta yang sungguh terjadi:

KGK 62    Dalam waktu sesudah zaman para bapa (patriarkh- para bapa keturunan Abraham), Tuhan menjadikan Israel bangsa-Nya. Ia membebaskannya dari perhambaan di Mesir, mengadakan perjanjian dengannya di Sinai, dan memberi kepadanya hukum-Nya melalui Musa, supaya mengakui diri-Nya sebagai satu-satunya Allah yang hidup dan benar, sebagai bapa penyelenggara dan sebagai hakim yang adil, dan untuk menantikan Juru Selamat terjanji (Bdk. Dei Verbum 3).

Selanjutnya tentang kebenaran Kitab Suci, Katekismus mengajarkan:

KGK 105    Allah adalah penyebab [auctor] Kitab Suci. “Yang diwahyukan oleh Allah dan yang termuat serta tersedia dalam Kitab Suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus”.”Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru secara keseluruhan, beserta semua bagian-bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (lih. Yoh 20:31; 2 Tim 3:16; 2 Ptr 1:19-21; 3:15-16), dan dengan Allah sebagai pengarangnya, serta dalam keadaannya demikian itu diserahkan kepada Gereja” (DV 11).

KGK 107     Kitab-kitab yang diinspirasi mengajarkan kebenaran. “Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang diilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita” (DV 11).

Demikianlah yang dapat saya sampaikan menanggapi pandangan yang meragukan otentisitas kisah eksodus bangsa Israel dari Mesir.  Sebagai umat Kristiani kita percaya bahwa apa yang tertulis di dalam Kitab Suci adalah kebenaran dan sungguh terjadi. Bukti arkeologis memang dapat semakin memperjelas kebenaran yang disampaikan, namun kebenaran Kitab Suci tidak tergantung dari bukti arkeologis. Kita yakin akan kebenaran Kitab Suci sebab yang mewahyukannya adalah Allah sendiri, sehingga tidak mungkin keliru.

Selanjutnya tentang topik Dari mana Asalnya Kitab Suci, silakan klik, dan tentang Kebenaran Kitab Suci, silakan klik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

13 COMMENTS

    • Shalom Erwan,

      Tentang Kebenaran Eksodus (keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir), sudah pernah dijabarkan di artikel ini, silakan klik. Silakan membaca terlebih dahulu di sana. Di sana disebutkan beberapa bukti arkeologis yang mendukung kebenaran kisah Eksodus tersebut. Memang bukti arkeologis dapat semakin memperjelas kebenaran Kitab Suci, namun kebenaran Kitab Suci tidak tergantung dari bukti arkeologis.

      Sebagai tambahan:

      1. Kalau kita percaya bahwa Kitab Suci diinspirasikan oleh Roh Kudus, maka kita harus percaya bahwa kejadian- kejadian penting yang tertulis dalam Kitab Suci adalah sungguh- sungguh terjadi. Maka sebenarnya tidak perlu dicari pembuktian dari sumber sekular dan arkeologis untuk setiap peristiwa yang tercatat dalam Kitab Suci. Jika ada sebuah kejadian di Kitab Suci yang tidak didukung dokumentasi arkeologis, itu tidak berarti bahwa kebenaran sejarahnya bisa diragukan. Sebab arkeologi sendiri merupakan ilmu pengetahuan manusia, dan karena itu malah bisa keliru dan tidak lengkap. Namun Sabda Tuhan dituliskan atas inspirasi Allah, maka tidak mungkin salah. Apa yang dituliskan oleh penulis Kitab Suci adalah dari Roh Kudus. Demikianlah, karena kisah eksodus bangsa Israel -termasuk pembelahan Laut Merah- tertulis dalam Kitab-kitab Nabi Musa dan juga dalam kitab lainnya sebagai kejadian yang sungguh terjadi secara historis, maka kitapun harus memahaminya demikian. Jika seseorang meragukan kebenaran ini, maka sebenarnya yang diragukannya bukan hanya kebenaran kisah tersebut, tetapi juga kebenaran inspirasi Roh Kudus dan kebenaran Kitab Suci, yang merupakan sebuah dogma iman Kristiani. Adalah benar jika dikatakan bahwa terdapat beberapa gaya penulisan/ sastra (literary genre) dalam Kitab Suci, tidak hanya penuturan sejarah/ historis. Namun adalah jelas bahwa kisah Eksodus termasuk dalam jenis penuturan historis.”

      Gereja Katolik mengajarkan sebagai Dogma, bahwa Kitab Suci tidak mungkin salah. Maka kisah Eksodus tidak mungkin merupakan kisah fiktif. Jika kisah penciptaan Adam dan Hawa saja (penciptaan seluruh manusia dimulai dari sepasang pria dan wanita- bukan dari banyak pasang pria dan wanita) itu dikatakan sebagai “defined truth“/ kebenaran yang pasti, yang diajarkan oleh Pontifical Biblical Commission (June 30, 1909) dan Paus Pius XII, dalam Humani generis, yang dipromulgasi 12 Agustus 1950; apalagi kisah-kisah berikutnya. Dengan kata lain, jika kisah yang paling awal/ purba dalam Alkitab diimani sebagai sesuatu yang benar terjadi, apalagi kisah- kisah selanjutnya, seperti kisah eksodus bangsa Israel tersebut.

      2. Karena alasan kekurangan bukti tertulis dalam sejarah Mesir bukan menjadi alasan bahwa kejadian itu tidak terjadi. Suatu bangsa akan condong untuk tidak memasukkan dalam buku sejarah bangsanya suatu kejadian yang ‘memalukan’/ merendahkan derajat bangsanya. Sebagai contohnya, bangsa China dan Jepang belum lama berseteru tentang hal ini, di mana di buku sejarah Jepang, tidak memasukkan tindakan Jepang yang semena-mena terhadap China dalam perang antara kedua negara itu selama dekade terakhir. Maka tidak mengherankan kalau bangsa Mesir sendiri tidak menuliskan dengan jelas dan rinci ke dalam dokumen sejarahnya, bagaimana rajanya ‘terkecoh’ dan binasa ketika mengejar kumpulan budak Israel. [Sebagaimana disebutkan di artikel di atas, yang dituliskan dalam dokumen Mesir Ipuwer itu adalah pengusiran bangsa Hyksos; dan oleh para ahli sejarah, bangsa Israel diperkirakan termasuk di dalamnya.]

      3. Fakta bahwa bangsa Israel malah mencatat sejarah bangsanya yang dimulai dengan perbudakan Mesir dan ini cocok dengan Kitab Suci, malah menunjukkan kebenarannya, sebab kalau sebuah bangsa boleh memilih sendiri kisah sejarahnya, mestinya tidak mau mengatakan berasal dari perbudakan.

      4. Kisah eksodus bangsa Israel diajarkan oleh Gereja sebagai prefigurasi dari Pembaptisan. Katekismus mengajarkan:

      KGK 1221 Terutama penyeberangan melalui Laut Merah – pembebasan Israel yang sebenarnya dari perhambaan Mesir – menyatakan pembebasan yang dilaksanakan oleh Pembaptisan:
      “Ketika anak-anak Abraham, setelah dibebaskan dari perhambaan Firaun, melewati Laut Merah dengan kaki kering, mereka adalah pratanda bagi umat beriman, yang oleh air pembaptisan dibebaskan dari perhambaan yang jahat” (MR. Malam Paska 42: Pemberkatan air pembaptisan).

      Tidak mungkin jika Magisterium Gereja mengajarkan berdasarkan sesuatu kisah yang fiktif/ tidak benar- benar terjadi.

      Berpegang pada prinsip-prinsip di atas, seharusnya kita tidak meragukan kisah Eksodus, sebab kita percaya bahwa Allah yang tidak pernah berdusta tidak mungkin menginspirasikan hal yang sifatnya fiktif untuk dituliskan dalam Kitab Suci. Meragukan hal ini sama dengan meragukan kejujuran Allah sendiri. Kejadian Eksodus pasti terjadi- dan karena itu pasti bukan hoax, sebab itulah yang gambaran yang digenapi pada saat Pembaptisan kita: seperti bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan Mesir menuju Tanah Perjanjian di Kanaan; kita yang dibaptis dibebaskan dari perbudakan dosa untuk hidup baru bersama Kristus untuk mencapai Tanah Perjanjian Baru yaitu Kerajaan Surga.

      Selanjutnya, tentang Asal Usul Kitab Suci, yang juga tidak mungkin hanya hoax, silakan klik di sini. Mereka yang beranggapan demikian adalah mereka yang sudah sejak awal tidak percaya, entah kepada keberadaan Kitab Suci atau bahkan kepada keberadaan Allah sebagai Pengarang-Nya. Diskusi dengan orang-orang semacam ini, mungkin dapat mengarah kepada Bagaimana Membuktikan bahwa Tuhan itu Ada, dan untuk itu silakan klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  1. shalom sdr Stefanus

    Anda tdk sendiri.sy dr keluarga besar(5 bersaudara)dibesarkn scr katolik tp pd akhirnya hanya tertinggal sy yg katolik,smua sdr sy pindah agama.sy prnh krj dimana hmpir semua krywnnya muslim hanya sy yg katolik.ada yg mencibir sy,menghina ajarn katolik atopun yg menghormati sy.banyak jg yg menginginkan ato meminta sy utk pindah agama baik scr terang2an maupun tdk tp anda jgn takut ato minder ato merasa kesepian.sy berpegang pd perkataan Yesus(difilm Passion of The Christ)”…Jika dunia membencimu,ingatlah bahwa ia tlh terlebih dahulu membenciKu tp jgn takut Penolong akan datang….”jd jika sekitar anda memandang aneh saat anda membuat tanda salib,ingatlah terlebih dulu bnyk org2 yg memandang aneh Yesus sbg seorg yg kena tulah dn memandang jijik kpdNya(bahkan skrg masih bnyk yg memandang aneh dn jijik kpd Yesus yg disalib dr penglmn sy yg srg dihina krn jd pengikut Yesus).doakn mereka,itu yg srg sy lakukan jika ada org yg berniat menjelek2kan katolik maupun Yesus ato berdoa mhn dikuatkan iman anda jika ada yg mencoba menggoyahkn iman anda.ingatlah sell anda tdk sendiri.

    • salut untuk anda

      tetaplah teguh dalam iman sebagaimana bunda Maria tetap mendampingi Tuhan Yesus bahkan hingga wafat di salib. Tetaplah menjadi lilin yang menyala di tengah-tengah lilin yang telah padam. semoga dengan kesaksian anda dan rahmat Roh Kudus, Tuhan Yesus berkenan menghidupkan lagi lilin-lilin di sekitar anda.

      Tuhan Yesus memberkati

    • Shalom sdri. Maria, sdr Alexander, pengasuh Katolisitas.org. dan pembaca yg terkasih
      dalam Tuhan Jesus,

      Hanya menegaskan lagi, bhw perkataan Tuhan Jesus yg disitir di atas oleh sdr. Maria dpt dibaca (dan diresapkan lebih dalam) pada Yoh.15:18 – 16:4.

      Saya merasa bahwa tiap jaman ada pemenuhan Firman tsb, demikian juga saat ini di negeri kita! Marilah kita saling mendoakan mohon rahmat penguatannya yg sudah dijanjikanNya supaya kita juga mampu memberi kesaksian tentang Dia (Yoh. 15:27).
      Shalom.

  2. Bagi pendapat saya, tidak timbul soal mencemar nama baik Mesir kerana melalui Alkitab ini malah Negara Mesir menjadi sangat terkenal di seluruh dunia. Negara yang menjadi tumpuan pengkaji sejarah lampau. Lagipun dahulu Mesir masih kuno sudah tentu tidak kenal Tuhan yang sebenarnya jadi bukan salah dia malah menjadi hak dia mempertahankan negaranya. Ketika ini negara Mesir sudah kenal Tuhan yang sebenar dan mereka bebas memilih atau menolaknya dan tidak timbul lagi rasa tercemar dengan kisah kuno kerana mereka bangsa yang bertemadun. Walaupun dalam Keluaran disingkapkan kelemahan Mesir tetapi apabila direnungkan ternyata dalam kisah Keluaran ini, Mesir juga boleh dilihat mempunyai banyak sumbangan dalam karya Penyelamatan Allah kepada manusia seluruhnya. Kalaulah desa saya tercatat dalam Alkitab dengan apa sahaja alasannya saya sesungguhnya rasa sangat bangga kerana ia tentu menjadi tumpuan pelancong seluruh dunia dan terhitung dalam rencana Allah untuk menyelamatkan umat seluruh dunia. Salam Damai Kristus.

  3. Sebagai pengikut Kristus yang benar-benar beriman sudah seharusnya tidak meragukan Alkitab apalagi membandingkan dengan info-info yang sulit dipertanggungjawabkan.

    Syaloom

    • Shaloom, maaf saya bukan meragukan tetapi saya rasa jika anda menjadi saya, tidak punya keluarga yang Katolik, baru 1 tahun dibaptis dan kemudian saat anda bingung, anda memillih untuk bertanya bukanlah hal yang salah.

      Lebih baik saya bertanya saja langsung kepada orang yang benar2 memahami Alkitab daripada saya ragu dan lantas berpindah agama. TRIMS

      Semoga anda memahami bahwa iman tidak selamanya aman2 saja, tentu Tuhan akan menguji iman kita, dan saat inilah Tuhan coba uji iman saya apakah saya masih mempercayaiNya atau tidak. Dan Puji Tuhan berkat kejelasan ini iman saya masih bisa diselamatkan.
      SEKALI LAGI TERIMA KASIH

      [dari katolisitas: Tidak ada masalah dengan mempertanyakan iman kita, sejauh kita terus mencari. Orang yang mempertanyakan dan terus mencari kebenaran adalah lebih baik daripada yang suam-suam kuku.]

      • Terima kasih,,
        Saya senang jika ada yang mengerti posisi saya..
        Tidak mudah menjalani iman katolik sendirian di tengah2 keluarga dan lingkungan yang jauh dari yang namanya katolik.. bahkan memegang alkitab dipandang asing oleh orang2 disekitar anda.. Bahkan ketika makan pun, HANYA untuk membuat tanda salb saya dipandang lain,,
        Semoga Tuhan mau sedikit memberi saya kemudahan dalam menjalankan agama saya…
        amin

        • Shalom Stefanus,

          Memang tidak mudah menjalankan iman Katolik di lingkungan yang tidak Katolik, namun bukannya tidak mustahil. Mohonlah kekuatan dari Tuhan dan ingatlah selalu bahwa meskipun sulit, kesulitan yang Anda hadapi tetaplah belum sampai sesulit para jemaat perdana yang bahkan sampai mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan iman mereka.

          Tips lain, janganlah terlalu menganggap bahwa membuat tanda salib itu adalah sesuatu yang terlalu sulit karena akan dipandang aneh orang lain. Tanggapan itu hanya ada di pikiran kita sendiri. Seperti halnya kitapun menghormati umat beragama lain untuk menjalankan kewajiban agama mereka, merekapun juga akan menghormati kita pada saat kita membuat tanda salib. Untuk itulah kita perlu bersyukur karena kita hidup di negara yang mempunyai prinsip toleransi beragama.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

        • salut untuk anda

          mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk memberikan kekuatan memanggul salib
          Tuhan Yesus selalu menyertai kita

  4. Terima kasih ibu atas kejelasannya..
    Paling tidak saya dapat mendapatkan kejelasan sejarah dan bukti kebenaran Alkitab di sini..
    Saya sungguh berterima kasih atas jawaban Ibu..
    Terimakasih, Tuhan memberkatii, :)

  5. Shaloom saya ingin kejelasan dari link ini

    http://top10.sidomi.com/25486/10-mitos-menyimpang-mesir-kuno/

    Pada point ke dua, Perbudakan Israel
    Terdapat perbedaan antara sejarah Alkitab dan menurut info di sini,
    Di sana dikatakan bahwa Israel tidak diperbudak Mesir..

    Yang ingin saya tanyakan apakah benar info tersebut???
    Karena secara tidak langsung Umat Nasrani melalui Alkitab telah “mencemarkan nama baik Mesir”
    Mohon penjelasannya…

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di sini, silakan klik]

Comments are closed.