Untuk membuktikan bahwa Yesus bangkit pada hari ke-tiga seperti dikatakan-Nya, kita perlu mengetahui hari wafat-Nya. Berikut ini adalah penjelasan yang mengambil sumber utama dari penjelasan EWTN. ((http://www.philvaz.com/apologetics/num56.htm))
1. Hari penyaliban Yesus dan penguburan-Nya jatuh pada hari Jumat
Kitab Suci mengatakan demikian:
“Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat.” (Mrk 15:42)
“And when evening had come, since it was the day of Preparation, that is, the day before the sabbath...” (Mrk 15:42, RSV)
Ayat ini menjadi ayat kunci untuk memahami pada hari apakah Yesus wafat dan langsung dikuburkan (lih. Mat 27:57-64; Mrk 15:42-47; Luk 23:50-56; Yoh 19:31-42). Injil Markus sendiri mendefinisikan hari persiapan sebagai hari sebelum hari Sabat. Jika para ahli Kitab Suci menyebutkan bahwa hari Sabat Yahudi adalah hari Sabtu (hari ketujuh), maka hari sebelum Sabat adalah hari Jumat. St. Matius juga menyebutkan bahwa keesokan harinya (setelah Yesus wafat itu) adalah hari sesudah hari persiapan (Mat 27:62). Dengan demikian apa yang disampaikan Injil Markus sesuai dengan yang disampaikan oleh Injil Matius.
Untuk mengetahui bahwa “Hari Persiapan” (Yunani Paraskeue / Latin Parasceve) itu adalah hari Jumat, kita mengacu kepada apa yang tertulis dalam Kitab Yudit (Yud 8:6) dan Makabe (2 Mak 8:26); di mana hari sebelum hari Sabat telah dianggap sebagai hari khusus untuk mempersiapkan hari Sabat. Ahli sejarah Josephus (Antiquities of the Jews 16:163), demikian juga tulisan Bapa Gereja, yaitu Didache (8:1) and the Martyrdom of Polycarp (7:1), juga mengatakan hal serupa, bahwa hari persiapan mengacu kepada hari Jumat, yaitu hari ke-enam.
Maka mayoritas/hampir semua ahli Kitab Suci, baik dari kalangan Katolik maupun Protestan, juga meyakini bahwa Yesus wafat pada hari Jumat, dan hal ini sudah diterima sampai sekitar 2000 tahun:
“Keempat Injil sepakat, sebagaimana juga keseluruhan Tradisi Gereja bahwa Kristus wafat pada hari Jumat” (Warren Carroll, The Founding of Christendom, (Christendom Press: 1985), p. 366)
“Kata terakhir “persiapan”, dapat berarti “hari persiapan” (Mrk 15:42; Mat 27:62; Yoh 19:14,31,42). Ini mengacu kepada hari pada pekan Yahudi, tepat sebelum Sabat (yaitu Kamis malam sampai Jumat malam) … Di sini maksudnya pastilah Jumat, sebagaimana frasa berikutnya jelas menyebutkannya [Luk 23:540.” (I. Howard Marshall, The Gospel of Luke, (Wm. B. Eerdmans Publishing Co: 1978), p. 881)
“Kenyataan harus dihadapi bahwa tidak ada contoh lain tentang penerapan [Hari Persiapan dalam bahasa Yunani] disebutkan mengacu kepada hari lain kecuali hari Jumat. Sebab penyebutan hari Jumat, dihubungkan dengan Sabat (lih. Josephus, Ant 16.163) dan dari teks di abad ke-2 (Didache 8.1; Martyrdom of Polycarp 7.1). Bukti bahwa istilah tersebut digunakan untuk hari Jumat harus diterima.” (Leon Morris, The Gospel According to John, (Wm. B. Eerdmans Publishing Company:1995), p. 687)
2. Hari Kebangkian Kristus jatuh pada hari Minggu
Injil mencatat bahwa Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa Ia akan dianiaya oleh para tua-tua/ imam kepala Yahudi, dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga (lih. Mat 16:21; 17:23; 20:19; Luk 9:22; 18:33; 24:7,46; Kis 10:40; 1 Kor 15:4).
“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Mat 16:21)
“….Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.” (1 Kor 15:4)
Sehingga frasa “pada hari yang ketiga” menjadi frasa utama yang menentukan untuk memahami hari kebangkitan Yesus. Nah, di point 1 telah dibuktikan bahwa hari wafat Yesus jatuh pada hari Jumat. Kini untuk menghitungnya kita mengacu kepada cara menghitung hari menurut kebiasaan Yahudi, yaitu secara inklusif, maka hari Jumat tersebut (yaitu hari Yesus dibunuh dan dikubur) dihitung sebagai hari pertama, sehingga hari yang ketiga jatuh pada hari Minggu. Yesus wafat di hari Jumat jam 3 siang, sebelum hari Sabat (Sabtu). Maka penghitungan dimulai hari Jumat (hari pertama, walau hanya beberapa jam sebelum jam 6 sore), hari Sabtu (hari kedua) dan hari Minggu (hari ketiga).
Kitab Suci bahasa Inggris versi The New Living Translation yang dikeluarkan baru-baru oleh kelompok Evangelikal bahkan menerjemahkan demikian:
“It was early on Sunday Morning when Jesus rose from the dead .…” (Mrk 16:9, NLT)
Frasa tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah:
“Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu…. (Mrk 16:9)
Sebab menurut perhitungan Yahudi hari pertama minggu adalah hari Minggu. Maka jelas Kitab Suci menyatakan bahwa pada hari ketiga itu jatuh pada hari pertama minggu itu yaitu hari Minggu.
3. Arti “tiga hari tiga malam” dalam perhitungan Yahudi
Orang-orang yang mempermasalahkan hari wafat dan kebangkitan Yesus ini, umumnya mengambil dasar ayat-ayat Kitab Suci yang menyebutkan bahwa Kristus bangkit “sesudah tiga hari” (Mat 27:63; Mk 8:31; 9:31; 10:34).
Memang Kitab Suci menyebutkan frasa “tiga hari tiga malam”, “sesudah tiga hari”, atau “dalam tiga hari”, yang mengacu kepada kebangkitan Yesus:
“Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Mat 12:29-40, Bdk. Yun 1:17; Lk 11:30)
“Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” (Mrk 8:31)
“Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” (Yoh 2:19, Bdk Mt 26:61; Mt 27:40; Mk 14:58; Mk 15:29).
Namun frasa ini tidak untuk diartikan sebagai 3x 24 jam menurut pola pikir masyarakat zaman sekarang, sehingga menjadi 72 jam. Mengapa? Karena jika diartikan demikian, justru malah tidak sesuai dengan penyebutan hari yang sudah jelas dan eksplisit disebutkan dalam Kitab Suci, yaitu bahwa Yesus wafat dan dikubur pada hari Jumat (hari persiapan Sabat), yang dengan cara penghitungan inklusif menunjukkan hari ketiga jatuh pada hari Minggu. Jika dipaksakan 3x 24 jam dihitung sejak hari Jumat, maka konsekuensinya Yesus bangkit pada hari Senin atau hari ke-empat. Namun bukan ini yang ditulis secara eksplisit dan berulang-ulang dalam Kitab Suci, yaitu bahwa Yesus bangkit pada hari ketiga, dan itu jatuh pada hari pertama minggu itu.
Ada juga hipotesa sejumlah orang yang mengatakan bahwa Yesus wafat pada hari Rabu, lalu dari hari Rabu ditambahkan 3×24 menjadi hari Sabtu sore atau Minggu dinihari. Tetapi ini malah tidak cocok dengan frasa “pada hari yang ketiga” sebab dengan hipotesa perhitungan ini, maka Yesus bangkit pada hari yang ke-empat, atau malah kelima.
Mungkin bagi sejumlah orang, frasa ‘hari yang ketiga’, artinya berbeda dengan ‘sesudah tiga hari’, atau ‘tiga hari tiga malam’. Namun menurut pemahaman dan gaya bahasa Yahudi, ketiga frasa tersebut artinya sama saja. Ini kita ketahui dari Injil Matius:
“Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: “Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama.” (Mat 27:62-64)
Selain itu, kunci untuk mengetahui bahwa hari yang ketiga itu jatuh pada hari pertama minggu (hari Minggu) juga disebutkan dalam penampakan Yesus kepada dua murid-Nya ke Emaus. Dikatakan di sana, bahwa sore itu tetap masih hari yang ketiga (bukan hari keempat atau kelima), sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa penampakan Yesus itu terjadi pada hari yang sama dengan hari kebangkitan-Nya, yaitu hari pertama minggu itu (lih. Luk 24:1,13). Dengan demikian, perikop ini saja (Luk 24:1, 13-27) membuktikan bahwa Yesus wafat pada hari Jumat dan bangkit pada hari Minggu (hari pertama minggu itu).
“Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?…. Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.” (Luk 24:18-21)
“Concerning Jesus of Nazareth, who was a prophet mighty in deed and word before God and all the people, and how our chief priests and rulers delivered him up to be condemned to death, and crucified him….it is now the third day since this happened…” (Luke 24:18-21 RSV)
Yesus wafat hari Jumat jam 3 siang sebelum hari Sabat jam 6 sore, ini sudah dihitung 1 hari (hari pertama). Hari Sabat (dari Jumat sore-Sabtu sore) dihitung 1 hari (hari kedua). Dari hari Sabtu sore sampai hari keesokan harinya pagi-pagi benar ketika para wanita menemukan Yesus telah bangkit, dihitung 1 hari (hari ketiga). Maka frasa “sesudah tiga hari” dan “sampai hari ketiga” adalah sama artinya (lih. Mat 27:62-), semikian juga “pada hari ketiga” (te trite hemera) dan “setelah tiga hari” (meta treis hemeras), seperti terlihat dalam teks Mat 16:21 dan Mrk 8:31.Lebih lanjut tentang hal ini sudah permah dibahas di artikel ini, silakan klik.
Jadi ‘tiga hari tiga malam’ SAMA artinya dengan ‘tiga hari’. Kita mengetahui prinsip ini antara lain dari penjabaran tentang lamanya Yesus berpuasa, yang disebut dalam Injil Matius sebagai “empat puluh hari dan empat puluh malam” (Mat 4:2), sedangkan pada perikop paralelnya yaitu Injil Lukas, dikatakan bahwa Yesus berpuasa “empat puluh hari lamanya” (Luk 4:2). Dari sini kita ketahui bahwa jika empat puluh hari empat puluh malam = empat puluh hari lamanya, maka dengan prinsip yang sama, tiga hari tiga malam = tiga hari, yang disebut sebagai hari ketiga ataupun setelah tiga hari. Ayat-ayat lain dalam Kitab Suci yang menunjukkan bahwa ‘tiga hari lamanya’ sama dengan ‘pada hari yang ketiga’ terdapat dalam Kitab Ester (Est 4:16-17 – 5:1)
Konsekuensi penghitungan hari secara inklusif ini, mengakibatkan bahwa jangka waktu seminggu yang telah lewat sama artinya dengan “delapan hari kemudian” (lih. Yoh 10:26). Sebab hari kejadian [yaitu hari kebangkitan Yesus dan penampakan-Nya kepada para murid-Nya], dihitung sebagai hari pertama; sehingga maksudnya adalah seminggu telah lewat sehubungan dengan kejadian tersebut. Menurut cara penghitungan Yahudi hari Minggu ke hari Minggu berikutnya adalah delapan hari. Maka, jika dari hari Minggu ke Minggu dikatakan sebagai “delapan hari kemudian” atau sesudah delapan hari, maka dari hari Jumat ke Minggu dikatakan sebagai “tiga hari kemudian” atau sesudah tiga hari.
Maka dengan membaca ayat-ayat Kitab Suci tentang bagaimana cara orang Yahudi menghitung hari, kita ketahui bahwa cara mereka menghitung hari adalah secara inklusif, di mana hari kejadian walaupun kurang dari satu hari, tetap dihitung sehari penuh. Dengan demikian, “sesudah tiga hari” atau “tiga hari tiga malam” tidak perlu harus berarti tiga hari penuh atau 72 jam. Penghitungan hari menurut cara Yahudi ini juga dapat dilihat dari penulisan catatan sejarah Yahudi di abad pertama oleh Josephus (Antiquities 7:280f; 8:214/218; 5:17), juga dari “Jewish Talmud” dan “The Babylonian Jerusalem Talmud (The Commentaries of the Jews)“. Mengingat Kitab Suci ditulis dengan latar belakang budaya/ pemahaman Yahudi, kita harus menerima keseluruhan cara penghitungan hari menurut kebiasaan Yahudi, yaitu baik bahwa hitungan hari yang dimulai jam 6 sore sampai 6 sore berikutnya, maupun cara menghitung jumlah hari secara inklusif tersebut (bahwa beberapa jam sebelum jam 6 sore sudah dihitung satu hari penuh). Kita tidak bisa mengadopsi hanya sebagian, yaitu menghitung hari mulai jam 6 sore sampai jam 6 sore berikutnya, tetapi menghitung jumlah hari sesuai pengertian pribadi pada zaman sekarang. Pemahaman macam ini tidak cocok dengan pemahaman Yahudi yang dengannya Kitab Suci dituliskan, dan membuat orang menjadi salah paham.
Artikel di luar katolisitas tentang hal ini:
- Selanjutnya tentang penjelasan para ahli Kitab Suci tentang “tiga hari tiga malam” ini, silakan membaca di link ini, silakan klik.
Saya mau bertanya :
1. Dalam Injil Yohanes 19:30 , Saat Yesus menghembuskan napas terakhir mengatakan ‘Sudah Selesai’ , Sedang Injil Mat 27:46 dan Markus 15:34 “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Menurut ajaran Gereja itu mana yang benar , atau menurut pendapat masing-2 yang benar yang mana ? dengan memberikan alasannya.
2. Cara mengartikan Kitab Suci apakah semua sama ?.
3. Jika membahas hal tersebut diatas , acara tersebut Pendalaman Iman atau Pendalaman Alkitab atau sebutan lain.
Terima Kasih.
Shalom Tomy King,
Prinsipnya adalah, keempat Injil melengkapi satu sama lain, untuk menyampaikan kebenaran Sabda Tuhan. Injil-injil itu ditulis melibatkan kemampuan pengarangnya, termasuk pengalaman pribadi mereka dengan Yesus ataupun dengan para saksi kehidupan Yesus. Inilah yang menyebabkan adanya perbedaan sudut pandang dari tiap-tiap pengarang dalam menuliskan Injilnya.
Dari Injil, kita mengetahui bahwa hanya Rasul Yohanes-lah yang berdiri dekat salib Yesus bersama dengan ibu-Nya, Bunda Maria (lih. Yoh 19:25-27). Semua murid-Nya yang lain telah melarikan diri meninggalkan Yesus sejak Ia ditangkap (Mat 26:56). Rasul Petrus mengikuti Dia dari jauh (lih. Mat 26:58), demikian juga para murid-Nya yang lain yang melihat peristiwa penyaliban Yesus itu dari jauh (lih. Luk 23:48-48; Mrk 15:40). Dengan demikian, dapat dimengerti jika para murid selain Yohanes, mencatat perkataan Yesus yang diucapkan dengan suara nyaring sebelum wafat-Nya, sedangkan Rasul Yohanes, karena berdiri paling dekat, dapat menangkap perkataan-Nya yang lain tepat sesaat sebelum Ia menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.
Maka nampaknya, perkataan Yesus yang terakhir sebelum Ia wafat adalah, “Sudah selesai” (Yoh 19:30), sebagai ungkapan bahwa Ia telah selesai menunaikan tugas yang dipercayakan oleh Bapa kepada-Nya. Namun sebelumnya, memang Yesus berseru dengan suara nyaring dua kali. Pertama, adalah ketika Ia menyerukan, “Eli, Eli lama sabakhtani?”/ Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat 27:46; Mrk 15:34), yang merupakan kata frasa pembuka dari Mazmur 22. Mazmur 22 ini memang diawali dengan seruan ini, dan ayat-ayat berikutnya menunjukkan bagaimana penderitaan sang hamba Tuhan yang tercatat di kitab Mazmur itu, tergenapi di dalam Kristus. Maka adalah rencana Tuhan Yesus sendiri, bahwa Ia menyerukan perkataan itu, untuk menunjukkan bahwa Ia-lah yang merupakan penggenapan nubuat tersebut. Kedua, Yesus juga berseru dengan suara nyaring setelah itu, yang tidak disebutkan secara eksplisit apakah bunyinya, oleh kedua pengarang Injil tersebut. Namun, Injil Lukas menyebutkan isi seruan kedua tersebut, yaitu, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46). Perkataan Yesus ini juga menggenapi ayat Mazmur, yaitu, “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawa-ku…” (Mzm 31:6). Maka sesaat sebelum wafat-Nya, Yesus menyerukan perkataan ini dengan nyaring, lalu berkata dengan suara yang lebih rendah, “Sudah selesai”, sebelum menghembuskan nafas-Nya yang terakhir.
Untuk membaca penjelasan tentang perkataan terakhir Kristus, sebagaimana diajarkan oleh Paus Yohanes Paulus II, silakan membaca di link ini, silakan klik.
Atau untuk membaca penjabaran di situs ini, tentang 7 perkataan terakhir Yesus di kayu salib, silakan klik di sini.
Untuk memahami maksud pengajaran suatu perikop dalam Kitab Suci memang kita perlu memohon tuntunan Roh Kudus, dan kemudian membaca dan merenungkannya perlahan-lahan. Namun ada baiknya, dan bahkan akan sangat berguna sekali, kalau kitapun mau mencari tahu, akan apakah yang diajarkan oleh Magisterium Gereja ataupun para Bapa Gereja tentang topik tersebut. Sebab ada banyak hal yang mungkin tidak akan pernah kita ketahui, jika kita tidak membacanya. Pengajaran dari Gereja tersebut akan membuat kita semakin memahami ajaran yang disampaikan oleh Kristus.
Maka, dalam merenungkan perkataan terakhir Kristus, setiap orang mungkin dapat memberikan permenungan yang berbeda satu sama lain. Namun bagi kita umat Katolik, sesungguhnya kita memiliki panduan yang lebih jelas untuk memahaminya. Pengajaran Paus, ataupun para Bapa Gereja dapat membantu kita. Tentang ketujuh perkataan terakhir Yesus, urutan perkataan Yesus bukanlah hal yang lebih penting daripada isi dari perkataan itu sendiri. Maka, baik jika kita kurang lebih mengetahui urutannya dan apakah perkataan terakhirnya; namun terutama adalah menangkap makna dari pesan itu dan menjadikannya sebagai pedoman juga bagi kita untuk setia menjalani tugas panggilan hidup kita sampai akhir.
Bagi kita umat Katolik, pembahasan akan makna ayat-ayat Kitab Suci, termasuk dalam Pendalaman Kitab Suci. Walaupun pendalaman Kitab Suci ini juga tidak terpisah dari pendalaman iman, namun sepertinya memang ada perbedaan penekanan antara keduanya. Umumnya pendalaman Kitab Suci mengambil dasar perikop tertentu dalam Kitab Suci sebagai titik awal/ dasar permenungannya, sedangkan dalam pendalaman iman, titik awalnya adalah artikel-artikel iman, seperti misalnya topik-topik tertentu yang ada dalam Katekismus Gereja Katolik. Topik-topik tersebut tetap mengambil dasar dari Kitab Suci dan ajaran Bapa Gereja, namun titik awalnya adalah dari topik tertentu, yang dapat berkaitan dengan berbagai ayat dalam Kitab Suci, yang belum tentu berasal dari satu perikop.
Demikian tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom..
Ada yang ingin saya tanyakan mengenai hari Kebangkitan Yesus Kristus sebagai orang katolik kita merayakan hari paskah dan idenntik dengan Telur paskah,
Pertanyaannya, Bisa di share asal mula kenapa tiap Paskah ada identik dengan Telur Paskah ??
Terima Kasih
Fiat lux!
Shalom Antonius,
Telur dipahami sebagai lambang bakal kehidupan baru. Sedangkan Paskah, yang adalah perayaan kebangkitan Kristus, juga merupakan perayaan kehidupan baru, karena dengan kebangkitan-Nya, Kristus memberikan kepada kita kehidupan baru di dalam Dia, yang telah bangkit dari mati.
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2Kor 5:17)
Makna meninggalkan kehidupan yang lama dan segala dosanya untuk memperoleh hidup yang baru, yaitu hidup ilahi di dalam Kristus, adalah arti utama dari sakramen Baptis, sebagaimana pernah secara sekilas dibahas di sini, silakan klik.
Dengan makna ini, maka Paska sering dirayakan dengan menggunakan simbol-simbol seperti telur, atau kuncup bunga-bunga, dst. Simbol-simbol itu tidak identik dengan Paska. Simbol-simbol tersebut hanyalah sarana yang membantu kita untuk semakin memahami makna adanya kehidupan baru yang dibawa oleh Misteri Paska Kristus. Yaitu Kristus telah bangkit dari kematian, untuk membawa kita kepada kehidupan yang baru oleh Roh-Nya, agar kita dapat sampai kepada kehidupan yang kekal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Martinus,
1. Tentang kebangkitan Yesus menurut Injil Yohanes dibandingkan dengan ketiga Injil yang lain.
Kalau kita membaca kisah kebangkitan Yesus dalam keempat Injil, kita akan mengetahui bahwa memang keempat Injil menceritakannya dengan sedikit berbeda, tetapi bukan berarti menjadi bertentangan, melainkan saling melengkapi.
Injil Yohanes mengisahkan bahwa pagi hari, di hari pertama minggu itu, Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus (lih. Yoh 20:1), sedangkan di Injil Matius dikatakan, Maria Magdalena dan Maria yang lain (Mat 28:1), di Injil Markus disebutkan Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome (Mrk 16:1), dan Injil Lukas, menyebut ‘mereka’, yang mengacu kepada ‘perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea’ (lih. Luk 23:55) yang di antaranya adalah Maria dari Magdala, Yohana, Maria ibu Yakobus, dan juga perempuan-perempuan lain (Luk 24:10).
Maka nampaknya yang terjadi adalah, perempuan-perempuan dari Galilea itu, yang salah satunya adalah Maria Magdalena (bersama dengan Maria ibu Yakobus, Salome, Yohana), pergi ke kubur Yesus. Mereka melihat batu kubur digulingkan dan kubur telah kosong. Lalu ada malaikat Tuhan yang memberitakan kepada mereka bahwa Kristus yang mereka cari telah bangkit. Malaikat itu meminta kepada para wanita itu untuk pergi memberitahukan kepada para murid Yesus tentang kebangkitan-Nya dan untuk menemui Yesus di Galilea. Lalu perempuan-perempuan ini dengan gentar bersegera pergi tanpa bicara kepada siapapun, untuk langsung menemui para murid. Namun para murid pada awalnya tidak percaya kepada para perempuan ini.
Namun demikian, Rasul Petrus pergi ke kubur Yesus. Injil Yohanes mencatat, bahwa Yohanespun pergi ke kubur Yesus. Keduanya melihat ke dalam kubur dan melihat bahwa benarlah yang dikatakan oleh perempuan-perempuan itu. Kubur telah kosong, hanya kain kafan dan kain peluh-Nya yang tertinggal di sana. Lalu kedua murid itu pulang ke rumah.
Namun Maria Magdalena berdiri di dekat kubur dan menangis, dan tampaklah kepadanya dua malaikat. Akhirnya ia bertemu dengan Yesus sendiri, yang tadinya ia pikir adalah seorang penunggu taman. Namun ketika Yesus memanggil namanya, ‘Maria’, Maria Magdalena mengenali bahwa Orang itu adalah Tuhan Yesus. Demikianlah seterusnya sebagaimana kita baca dalam Injil Yohanes.
Nah, maka tidak ada pertentangan antara apa yang disampaikan oleh Yohanes dengan para pengarang Injil lainnya. Adalah kekhasan Injil Yohanes, yang menyebutkan nama Maria Magdalena yang mengunjungi kubur Yesus, tanpa menyebut nama perempuan-perempuan yang lain. Namun ini tidak menentang penyampaian kisah ketiga Injil lainnya, sebab di ketiga Injil lainnya, menyebutkan bahwa Maria Magdalena memang adalah salah satu dari perempuan-perempuan yang pergi ke kubur Yesus di pagi hari itu. Kita tidak dapat mengetahui secara persis, mengapa Yohanes memilih untuk hanya menyebutkan satu nama, yaitu Maria Magdalena. Namun kemungkinan Yohanes bermaksud menyampaikan kontras ini: yaitu Maria Magdalena, yang dikenal sebagai wanita pendosa yang bertobat (lih. Yoh 8); adalah wanita, yang oleh kasihnya kepada Kristus, datang ke kubur untuk mengurapi jenazah-Nya. Ia tidak menyerah ketika semua murid yang lain pulang ketika melihat kubur telah kosong. Melihat ke kedalaman hati Maria Magdalena, Yesus berkenan menampakkan Diri kepadanya. Dan dengan demikian, Maria Magdalena dicatat dalam Injil sebagai orang pertama yang menjadi saksi melihat Kristus yang telah bangkit. Wanita pendosa yang bertobat, dipilih Kristus untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya, dan menjadi salah satu bukti bahwa cara pandang Tuhan berbeda dengan cara pandang manusia. Kristus memilih orang-orang yang kecil dan tak diperhitungkan sebagai saksi-Nya, dan figur Maria Magdalena adalah contoh yang tepat untuk membuktikan betapa besar kemurahan hati Allah kepada para pendosa yang bertobat.
2. Apa maksud, “belum pergi kepada Bapa?” (Yoh 20:17)
Itu adalah frasa yang menjelaskan bahwa kemuliaan Kristus, sejak kebangkitan-Nya sampai pada saat kenaikan-Nya ke Surga dan ditinggikan di sebelah kanan Allah Bapa, belumlah dengan jelas dinyatakan. Katekismus Gereja Katolik menjelaskannya demikian:
KGK 660 Bahwa kemuliaan dari Dia Yang Telah Bangkit dalam waktu antara ini [sampai Ia naik ke Surga dan ditinggikan di sebelah kanan Bapa] terselubung, dapat didengar dari perkataan-Nya yang penuh rahasia kepada Maria dari Magdala: “Saya belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” (Yoh 20:17). Ini menunjukkan bahwa kemuliaan Kristus yang bangkit, belum bersinar dengan jelas seperti kemuliaan Kristus yang ditinggikan di sebelah kanan Bapa. Peristiwa kenaikan ke surga yang sekaligus historis dan transenden merupakan peralihan.
Sedangkan tentang apakah arti ‘duduk di sebelah kanan Allah Bapa’, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Kenapa Yesus mengatakan “Allah-Ku dan Allah mu’?
Mohon penjelasan nya.
Terima kasih
[dari katolisitas: “Allahku” menyatakan kemanusiaan Yesus. Namun dikatakan juga di ayat yang sama “Bapaku”, merujuk pada ke-Allahan Yesus]
Dear Katolisitas,
Sehubungan dengan bacaan Injil di hari Paskah, saya masih ada rasa penasaran.
1. Maria Magdalena dan teman teman pergi ke kubur Yesus pagi pagi benar.
Apakah hal ini (para perempuan pergi ke makam untuk mengurapi jenazah) adalah kebiasaan / adat yahudi? Jika ya, berarti memang masuk diakal bahwa Maria Mag. dkk yang pergi ke kubur, bukan para rasul yang notabene kaum lelaki. Jika hal itu bukan kebiasaan yahudi, pertanyaan saya mengapa kaum perempuan itu yang pergi tanpa mengajak para rasul?
2. Kubur Yesus ditutup batu besar.
Mengapa para perempuan itu “nekad” pergi ke kubur padahal sudah tahu penutup kubur itu berat dan tidak akan bisa digulingkan oleh ketiga perempuan itu. Apakah mereka yakin bisa minta tolong penjaga kubur (tentara romawi) untuk menggulingkan batu itu?
Shalom Yusup,
Demikianlah penjelasan yang diperoleh dari A Catholic Commentary on Holy Scriptures, ed Dom Orchard, OSB., dan The Navarre Bible, tentang Mrk 16:1 (lih. Mat 28; Luk 24; Yoh 20-21—1-8):
Aturan hari Sabat ditentukan oleh Hukum Taurat Musa sebagai hari di mana bangsa Israel harus mempersembahkan hari itu sebagai hari untuk berdoa dan menyembah Tuhan, dan juga sebagai hari istirahat bagi para pekerja. Seiring perjalanan waktu, para Rabi menentukan detail yang sekecil-kecilnya tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Oleh karena itulah, para wanita kudus tersebut (Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf) tidak dapat mengurus tata cara penguburan Yesus secara lengkap menurut adat Yahudi, karena pada saat Yesus dibaringkan di kubur, hari telah menjelang malam, di hari menjelang Sabat (lih. Mrk 15:42), artinya hari Sabat sudah hampir dimulai. Memang para wanita itu melihat bagaimana Yesus dibaringkan, dan dengan demikian, kemungkinan merekapun melihat bahwa saat itu Nikodemus telah membawa campuran mur, dan minyak gaharu yang digunakan saat mengapani jenazah Yesus (Yoh 19:39). Namun nampaknya para wanita itu merasa hal tersebut tidak cukup, sebab dilakukan dengan tergesa-gesa karena sudah menjelang hari Sabat. Maka mereka bermaksud melengkapi/ menyempurnakan tatacara pengurapan jenazah Yesus itu. Mereka kembali ke kubur itu di hari pertama minggu itu setelah hari Sabat telah lewat, yaitu di saat pagi-pagi benar, sambil membawa campuran rempah-rempah dan minyak mur.
Kitab Suci tidak menyebutkan mengapa para Rasul tidak menyertai para wanita itu untuk mengunjungi kubur Yesus, atau mengapakah para wanita itu tidak mengajak para Rasul.
Kita tidak mengetahui dengan pasti mengapa para wanita itu nekad datang di pagi hari Minggu itu, padahal mereka tahu bahwa kubur telah ditutup dengan batu besar (lih. Mat 27:60). Kitab Suci tidak menjelaskan apakah mereka yakin bahwa akan ada orang yang akan membantu mereka menggulingkan batu besar itu. Yang ditulis adalah sebaliknya, yaitu “Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan kita menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” (lih. Mrk 16:3). Kenyataan bahwa tanpa tahu siapa yang dapat menggulingkan batu yang besar itu, namun mereka tetap datang membawa rempah-rempah, mengisyaratkan bahwa mereka memiliki iman (setidaknya mereka mempunyai pengharapan) bahwa entah bagaimana caranya batu itu dapat terguling sehingga mereka dapat masuk ke kubur dan mengurapi jenazah Yesus. Sebab untuk maksud itulah mereka mau datang pagi-pagi benar ke kubur itu. Maksud yang luhur ini ternyata berkenan di hadapan Tuhan, sehingga mereka dapat melihat bahwa batu yang sangat besar itu telah terguling, dan melihat malaikat surgawi yang memberikan kabar suka cita kebangkitan Kristus, untuk disampaikan juga kepada Petrus dan murid-murid Kristus yang lain (lih. Mrk 16: 6-7).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ohhh begitu toh…
Banyak juga petunjuk2nya ya.
Tapi mungkin sy pegangnya yg Lukas 24:18-21 saja. Mudah diingat hehehe
Terima kasih ats pelajarannya, pak Stef/ bu Ingrid.
Shalom..?
1 soalan bu. Alang2 kta b’bincang tntang hari minggu- hari p’ciptaan & hari Kristus bangkit. Klau Yesus dmakam’n pd hari Jumaat mlam, bukan kh spatutnya kebangkitanNya pd hari Isnin? Sesuai dgn firman – “bangkit antara orang mati pd HARI KE-3…”
Adakah ini kesilapan matematika dlm Injil? Mohon djelas’n bu…
Thank you in advance. Shalom & puji Tuhan
[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel di atas, silakan klik]
Shalom bu..?
Trima ksih atas jwapannya. Tp sya sdh jd bingung. Klau bgtu p’kiraannya, kn hnya 3 hari 2 mlam? Mna mugkin 3 hari 2 mlam SAMA dgn 3 hari 3 mlam?
Bg soal Yesus b’puasa yg dkata’n 40 hari 40 mlam, ya mugkin benar Yesus b’puasa 40 hari penuh & 40 mlam penuh… Mksudnya siang & mlam 40 hari penuh pusingannya. Tp dlam konteks kebangkitan ini, bgaimana dkira jg ttap tdak pnuh 3 mlam trsebut… Krana pagi2 hari minggu Yesus sdh dberita’n bangkit. Maka bleh diandai’n pristiwa bangkitNya pd MALAM HARI SABTU? Maka mlamnya kurang lg? Shingga bisa2 jd 3 hari 1 1/2 mlam sj…
Maaf bu. Sya m’nanyakan soalan2 bgni. Soalnya sya tdak dpat trima kekeliruan sbegini. Mohon ibu sabar m’beri penjelasan…
Thanx in advance. God bless u…
[dari katolisitas: Apakah Anda telah membaca keterangan di atas – silakan klik?]
terimakasih banyak katolisitas.org
dengan ini saya sangat terbantu sekali
#tuhan memberkati#
shalom katolisitas,
Saya ingin bertanya mengenai ayat berikut ini ;
Mat 12:40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
Bukankah menurut perhitungan yang kita kenal saat ini “tiga hari tiga malam”, berati 3x siang + 3x malam,yang berati ada pertentangan dengan yang tradisi yang kita jalani dimana hanya ada 2x malam saja (jumat malam + sabtu malam) dan langsung pada perayaan paskah dihari minggu?
mohon penjelannya, terima kasih
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
shalom katolisitas,
saya ingin muinta pendapat mengenai ayat ini :
Mat 12:40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
apakah ayat ini tidak bertentangan dengan kebiasaan kita selama ini yang merayakan Paskah pada hari minggu? (kan itu baru dua malam)
[dari katolisitas: Silakan melihat keterangan di atas – silakan klik]
Ko stef, saya mendapat pertanyaan begini: dlm injil, Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia akan tinggal dlm rahim bumi selama 3hari. Dlm syahadat singkat jg dikatakan “yang turun ke tempat penantian, pada hari ketiga bangkit dr antara orang mati…..”. Apakah tempat penantian itu mengarah kepada api penyucian? Mohon bantuannya ko stef utk bisa menjawab pertanyaan tersebut. Makasi ko
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Saya senang membaca katolisitas… bahkan saya copy paste (maaf ya) utk dibagikan ke teman-teman. Saya ada pertanyaan.. ttg Kitab Suci… apa ajaran iman Katolik ttg kematian Yesus… ada ayat.. sepert nabi Yunus 3 hari 3 malam di perut ikan begitu juga Anak Manusia….dst… kalau Yesus matinya Jumat petang, bangkit Minggu pagi…kayaknya cuma 2 malam 3 hari.. yg kedua ketika Yesus berkata sama penjahat yang disalib seperti ini; Luk 23;43, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama -sama dengan Aku di Firdaus..setahu saya sesudah Yesus mati Dia turun ke alam maut dan mengalahkan setan…? Dan tentang kalimat dalam kitab Kejadian1;26 baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa kita.. kata “kita” ini yg membingungkan..kok jamak. Padahal orang Israel yg notabene menulis kitab Kejadian menganut paham monoteisme…memang Kitab Suci adalah buku iman, tapi tidak ada salahnya saya bertanya…tks utk katolisitas
[dari katolisitas: Tiga hari tiga malam – klik ini. Penjahat yang disalib – silakan klik. Tentang kitab Kejadian 1:26, bagi umat Kristen, kita melihatnya sebagai gambaran akan Trinitas. Bagi sebagian umat Yahudi, mereka menganggap bahwa “kita” adalah Tuhan berbicara dengan kumpulan malaikat atau “kita” dalam bahasa dapat juga merujuk kepada Tuhan atau Raja yang tunggal, yang membicarakan dirinya. Apapun juga, Trinitas bukanlah tiga Tuhan namun satu Tuhan – tetapi dalam tiga pribadi.]
ini tolong di jawab ya fari temanku…………..
Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Matius 12:40.
Waktu itu beberapa orang ahli Taurat dan orang Farisi meminta sesuatu tan…da dari Yesus, dan kepada mereka Yesus berikan suatu tanda nabi Yunus tinggal dalam perut ikan 3 hari 3 malam. Ternyata tanda-tanda yang diberikan Yesus tersebut tidak tepat.
Alasannya sebagai berikut :
Nabi Yunus berada dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam, sementara Yesus berada dalam perut bumi hanya 1 malam 3 hari.
Nabi Yunus selama dalam perut ikan tetap dalam keadaan hidup, sementara Yesus dalam perut bumi dalam keadaan mati.
Kalau Yesus itu benar-benar adalah Tuhan, tentu ramalannya akan tepat atau tidak akan meleset. Ternyata ramalan atau tanda-tanda yang Yesus berikan kepada ahli Taurat dan orang Farisi, tidak tepat atau meleset. Tentu saja ini cukup memberikan suatu bukti bahwa dia bukan Tuhan.
Setiap yang memberikan ramalan yang tidak tepat, pasti bukan Tuhan!
Yesus meberikan ramalan atau tanda yang tidak tepat, berarti Yesus bukan Tuhan!
Setiap yang mati dan tinggal ke dalam rahim bumi, pasti bukan Tuhan!
Yesus mati dan tinggal dalam rahim bumi, berarti Yesus bukan Tuhan!
[dari katolisitas: silakan membaca jawaban di atas – silakan klik]
Bro David Metalik: Sebenarnya itu masalah faktor bahasa… lucu jika Yesus bersabda: “Aku akan bangkit 3×24 jam atau 72 jam terhitung dari Aku wafat” Yesus memakai perhitungan siang, bukan malam.. Ia wafat pd Jumat Siang pukul 3 terhitung hari pertama, matahari sedang bersinar. Besoknya Sabbat terhitung hari kedua… Matahari tentu bersinar pada hari itu. Hari ketiga dalam Injil Yohanes dikatakan: “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar KETIKA HARI MASIH GELAP, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu…….(Yohanes 20:1)” Itu adalah hari ketiga, tepat sebelum fajar. Menurutmu mengapa Ia bangkit sebelum fajar?
Yesus pernah bersabda: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12). Bayangkan jika bumi ini tanpa Matahari, itulah jiwa manusia tanpa Yesus.
Kini tentang ramalan Yesus. Kalau aku kasih bukti kamu percaya Dia adalah Tuhan ya, itu baik biar jiwamu selamat. Yang pertama harus kamu mengerti, Yesus tidak meramal, karena ramalan kadang tdk tergenapi, Yesus mengatakan kebenaran. Yesus menyuruh dua murid-Nya mempersiapkan Perjamuan bagi-Nya: Lukas 22:10-13 Jawab-Nya: “Apabila kamu masuk ke dalam kota, kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia ke dalam rumah yang dimasukinya,
dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku bersama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah?
Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya.”
Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah”
Yesus mengatakan bahwa seorang murid-Nya akan menyerahkan-Nya untuk ditangkap: Matius 26:21 Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
Dan akhirnya digenapi:
Lukas 22:47-48 Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya.
Maka kata Yesus kepadanya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?”
Kemudian Yesus berkata bahwa Petrus akan menyangkal dia tiga Kali sebelum ayam berkokok:
Lukas 22:34 Tetapi Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.”
Lalu digenapi:
Lukas 22:55-60 Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka.
Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu berkata: “Juga orang ini bersama-sama dengan Dia.”
Tetapi Petrus menyangkal, katanya: “Bukan, aku tidak kenal Dia!”
Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: “Engkau juga seorang dari mereka!” Tetapi Petrus berkata: “Bukan, aku tidak!”
Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: “Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.”
Tetapi Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.” Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.
Selanjutnya bro, tadi kamu mempermasalahkan waktu kebangkitan Yesus, berarti sebelum mempermasalahkan itu kamu terlebih dahulu telah percaya bahwa YESUS BANGKIT DARI MATI. Karena jika kamu tidak percaya untuk apa kamu mempermasalahkan waktunya.Terima kasih utk itu. Itu bagus buat jiwamu. Menurutmu manusia atau Nabi seperti APA yg bisa bangkit Dari mati? Ingat bro, masalah mati atau hidup, itu wilayah otoritas KETUHANAN. Kebangkitan-Nya itu memberi pesan tegas, DEAD IS NOT WORK FOR ME sehingga siapapun yg percaya kepada-Nya memperoleh jaminan hidup setelah mati.
Yohanes 11:25 “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
Kemudian tentang Yesus mati Dan tinggal dalam rahim bumi. Patut diingat bahwa Yesus disebut Tuhan Karena Roh-Nya adalah Roh Tuhan. Baik Alkitab maupun Quran mengatakan bahwa Roh-Nya adalah Roh Tuhan. Tetapi Roh itu masuk ke dalam daging manusia, mengambil rupa manusia. Itu berarti Ia akan mengalami KEMATIAN BADAN, seperti semua manusia. Kematian badan-Nya berhubungan dengan misi penebusan dosa yg telah direncanakan Tuhan ribuan tahun sebelumnya, dan telah dinubuatkan oleh pars nabi mulai Dari Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Daud, Daniel, Yehezkiel, Yeremia, Yesaya, Nahum, Hosea, dann banyak lagi. Tapi kematian badan-Nya bukanlah utk abadi. Bukti bahwa Ia adalah Roh Allah yaitu dengan KEBANGKITANNYA DARI MATI. Patut diingat Nabi Yunus Dan Nabi-nabi yg pain telah mati ribuan tahun yg lalu, jasadnya pasti telah menyatu dengan tanah, tetapi YESUS BANGKIT DARI MATI DAN TERANGKAT KE SURGA. Percayalah pada-Nya bung! Dia berikan jaminan hidup sesudah mati, buktinya telah Dia contohkan sendiri.
Shalom katolisitas.org
saya mau brtanya mengenai Lukas 24:46.
Di kitab mana, selain Lukas tentunya, ada tertulis demikian bahwa Mesias harus menderita dan bangkit pada hari ketiga.
Terima kasih
Shalom Robby,
Penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus telah dinubuatkan oleh para Nabi sebelum Kristus. Silakan menemukan ayat-ayatnya dalam artikel ini, silakan klik.
Sedangkan di Injil kita melihat, tidak saja hanya Injil Lukas yang menulis tentang pernyataan bahwa Yesus harus menderita dan bangkit pada hari ketiga. Injil Matius dan Markus juga menuliskannya.
Yesus telah memberitahukan kepada para murid-Nya sebanyak tiga kali bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem, menanggung penderitaan dari pihak imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
– Injil Matius, yaitu Mat 16:21; Mat 17:23 ; Mat 20:19
– Injil Markus, yaitu Mrk 8:21; Mrk 9:30; Mrk 10:33-34
– Injil Lukas, yaitu Luk 9: 22, 44; Luk 18:33; Luk 24:46
Rasul Paulus dalam 1 Kor 15:4 mengatakan bahwa Ia (Yesus) telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci. Kitab Suci di sini mengacu pada nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa Yesus sang Mesias harus menderita, sebelum kebangkitan-Nya dari kematian.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
terimakasih banyak katolisitas.org
anda sungguh membantu.
Salam Damai Sejahtera
Dear Stefanus
Ada yang ingin saya tanyakan tentang kisah 10 anak dara
1. Mengapa 5 diantaranya ditolak, apa alasannya ?
2. Siapa yang berseru “Mempelai datang” ?
Salam
Machmud
Shalom Machmud,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang perumpamaan 10 gadis, yang diceritakan di Mat 25:1-13.
1) Diceritakan ada 10 orang gadis, 5 gadis bijaksana dan 5 gadis bodoh. Yang ditolak ada 5 gadis yang bodoh, karena mereka membawa pelita, namun tidak membawa buli-buli yang berisi minyak, seperti yang dilakukan oleh gadis yang bijaksana. Ada banyak interpretasi tentang hal ini, namun satu hal yang sama adalah 5 orang gadis yang bodoh yang membawa pelita namun tidak membawa buli-buli minyak adalah orang-orang yang tidak siap menerima kedatangan Kristus yang kedua kali. Ini juga termasuk orang-orang yang telah dibaptis (dilambangkan dengan membawa pelita), namun tidak hidup dalam Roh, melainkan hidup di dalam daging (Rm 8:1-17). Dan pada saat Sang Mempelai Pria (Kristus) datang, 5 gadis yang bodoh ini tidak siap dan tidak dapat melakukan persiapan apapun lagi, karena sangkakala telah dibunyikan. Inilah sebabnya keselamatan manusia bukan tergantung dari satu kali peristiwa dalam hidup, namun merupakan suatu proses, dimana umat Allah dituntut untuk setia sampai akhir hayatnya, baik melalui kematian natural maupun melalui kedatangan Kristus yang kedua.
2) Yang berseru mempelai datang adalah para malaikat yang meniup sangkakala, dimana dikatakan "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;" (1 Thes 4:16).
Semoga uraian singkat ini dapat menjawab pertanyaan Machmud.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Ok , terima kasih
Machmud
Yesus mati dan pada hari yang ketiga Yesus telah bangkit semula,jadi bagaimana kita memperjelaskan perkara ini kerana kita percaya bahawa Yesus telah mati pada hari jumaat dan telah bangkit pada hari minggu.Jika dihitung hari,ianya tidak mencukupi tiga hari Yesus mati dan bangkit kembali. Kepercayaan kita yang Yesus telah mati pada hari jumaat dikuatkan lagi dengan pantang wajib melarang kita memakan daging bagi memperingati kematianNya. Bolehkah stef perjelaskan perkara ini?
[Dari katolisitas: telah dijawab di artikel di atas – silakan klik]
Comments are closed.