Mengapa bangsa Israel mengklaim bahwa bangsanya adalah bangsa pilihan dan senantiasa disertai oleh Allah? Jika kita membaca Kitab Suci, kita akan mengetahui bahwa dalam melaksanakan rencana keselamatan manusia, memang Allah melakukannya secara bertahap. Mulai dari Adam dan Hawa, lalu dengan keturunan mereka, Nabi Nuh, dan sampai kepada Bapa Abraham yang kepadanya Allah Bapa berjanji akan menjadikan keturunannya berjumlah sebanyak bintang di langit (lih. Kej 15:5) dan oleh keturunannya maka segala bangsa akan diberkati (lih. Kej 22:18). Janji ini ditepati Allah, dan Allah memberikati keturunan Bapa Abraham dari Ishak, Yakub yang disebut Israel dengan keturunannya yang membentuk kedua belas suku Israel.
Dan ini berlanjut sampai ke jaman nabi Musa, dan selanjutnya sampai masa Perjanjian Baru. Allah memang menyertai bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah; kita mengetahui bagaimana Allah memimpin bangsa Israel keluar dari penjajahan Mesir, memimpin mereka dari kejaran tentara Pharaoh melintasi Laut Merah yang terbelah, memberi makan mereka selama 40 tahun di padang gurun dengan manna; dan menghantar mereka memasuki Tanah Perjanjian yaitu tanah Kanaan. Penyertaan Allah inipun terus menyertai bangsa Israel, meskipun berkali- kali bangsa Israel tidak setia kepada-Nya. Jika ada saatnya Allah mengijinkan bangsa Israel mengalami kejatuhan di bawah bangsa- bangsa lain, adalah untuk memberikan pelajaran kepada bangsa Israel; agar mereka kembali kepada Tuhan. Keadaan jatuh bangun-nya bangsa Israel ini mengisi hampir secara keseluruhan kitab Perjanjian Lama, sejak jaman nabi Musa, hakim- hakim dan jaman kerajaan di Israel (Saul, Daud, Salomo, dst), perpecahan antara kerajaan Yehuda dan Israel, pembuangan ke Babilon, kembalinya ke Yerusalem, sisa Israel pada jaman Yudas Makabe, sampai akhirnya sampai ke jaman Perjanjian Baru.
Maka memang benar jika dikatakan bahwa Allah menyertai bangsa Israel dengan cara yang istimewa (lih. Ul 4:7; 2 Sam7:23). Jika kita melihat realita ini, ada beberapa point penting yang kita ketahui:
1. Rencana keselamatan Allah bagi umat manusia dilakukan secara bertahap dalam sejarah. Dalam hal ini kita melihat perlunya persiapan umat manusia (dalam PL) untuk menerima Kristus (dalam PB).
2. Rencana ini dilakukan menurut prinsip pengantaraan/ mediasi. Untuk menyelamatkan umat manusia, ia melakukannya dengan memilih terlebih dahulu suatu bangsa (yaitu Israel), agar melalui bangsa ini, seluruh bangsa diberkati. Dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia, Yesuspun lahir sebagai seorang berkebangsaan Israel.
Maka, sudah menjadi rencana Allah untuk menentukan bangsa Israel menjadi pengantara agar seluruh dunia mengenal Kristus. Maka Israel sebagai bangsa pilihan (pada PL) ini merupakan pre-figurasi dari Gereja/ bangsa pilihan Allah yang baru (pada PB). Demikian pula sekarang, dunia mengenal Kristus melalui Gereja yang didirikan-Nya. Silakan membaca lebih lanjut tentang prinsip Gereja ini, di tanya jawab ini, silakan klik.
3. Bahwa karena kesetiaan Allah, maka Ia tidak akan meninggalkan bangsa pilihan-Nya, baik bangsa Israel maupun Gereja-Nya. Allah sendiri mengatakan dalam Rom 11:2, “Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya”. Maka dengan cara-Nya sendiri Allah akan berkarya untuk menyelamatkan bangsa Israel dengan membukakan mata hati mereka bahwa Ia sungguh telah mengutus Kristus Putera-Nya sebagai Sang Penyelamat. Walaupun sebagian dari bangsa Israel telah menolak Kristus, tidak berarti bahwa Allah mencoret mereka semua di dalam rencana keselamatan Allah. Allah tetap memberikan kesempatan yang sama kepada mereka untuk bertobat. “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya” (Rom 11:29).
Shalom Tim Katolisitas,
Mengapa ada gereja/denominasi yang begitu memuja Israel? Mereka dianggap adalah bangsa yg diberkati Allah.
Terutama pada saat ini yang lagi santer dengan Peperangan di Gaza.
Padahal Israel sendiri notabene adalah agama Yahudi.
Dasar ayat alkitab yg mereka ambil
Kejadian 12:3
Ulangan 28:3-13
Zefanya 2:4-5
Wahyu 7
Mohon pencerahannya.
Terima Kasih
Shalom Gustaphe,
Untuk mewujudkan rencana-Nya mengutus Putera Tunggal-Nya, Yesus Kristus, Allah memilih suatu bangsa, sebagai bangsa pilihan-Nya agar Ia dapat masuk dalam sejarah umat manusia. Dan untuk maksud ini, Allah memilih Israel, suatu bangsa yang terkecil dari segala bangsa. Hal ini memang sesuai dengan cara kerja Allah, yang memang selalu memilih yang lemah, sebab di dalam kelemahan-lah kuasa Allah menjadi sempurna (2 Kor 12:9).
Nah, maka pemilihan Israel sebagai bangsa pilihan itu selalu ada dalam kesatuan dengan rencana Allah untuk mengutus Kristus menjadi manusia, sehingga Ia memilih suatu bangsa di mana Kristus menjadi Putera bangsa tersebut. Selanjutnya, pemilihan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah juga menjadi gambaran akan umat Allah yang baru, yang didasari bukan atas hubungan keturunan lahiriah, melainkan atas hubungan secara rohani, yaitu iman akan Allah Tritunggal, yang dinyatakan oleh Kristus itu.
Maka rencana keselamatan Allah menempatkan bangsa Israel bukan sebagai bangsa pilihan yang berdiri sendiri terlepas dari penggenapannya yaitu Gereja. Allah memang tidak menyesali pilihan-Nya terhadap bangsa Israel dan tetap menantikan pertobatan bangsa tersebut sampai akhir zaman, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus (Rm 11:25-26). Namun di sepanjang sejarah bangsa Israel sendiri, bahkan dalam Kitab Suci dikatakan berulang kali bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk (Kel 32:9; 33:3,5; UL 9:6,13 dst). Dan nampaknya, ini juga nyata bahwa sampai saat ini, mayoritas bangsa Israel bahkan tidak mengakui Kristus sebagai Mesias yang merupakan penggenapan janji Tuhan, yang telah dinanti-nantikan di sepanjang sejarah bangsa Israel. Di zaman ini bahkan di kalangan bangsa Israel sendiri ada banyak orang yang cenderung menjadi atheis, dan tidak lagi memegang ajaran Yahudi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Dalam keadaan seperti ini, persyaratan berkat yang dijanjikan Allah dalam Ul 28:9, juga tidak terpenuhi. Sebab mereka tidak lagi berpegang kepada perintah Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.
Kita umat Katolik memaknai bangsa Israel dalam kesatuan dengan rencana keselamatan Allah. Oleh wafat, kebangkitan Kristus, dan kenaikan-Nya ke Surga, rencana keselamatan Allah memang disampaikan kepada seluruh bangsa, sesuai dengan pesan Kristus (lih. Mat 28:19-20). Oleh sebab itu, keanggotaan umat pilihan Allah tidak lagi berdasarkan atas keturunan Yahudi, namun atas dasar iman akan Kristus. Tentang hal ini telah diuraikan di sini, silakan klik.
Atas dasar iman inilah, kita terhubung dengan bapa Abraham, dan juga disebut sebagai keturunan Abraham (lih. Rm 4:16-18), dan dengan demikian dapat mengambil bagian dalam penggenapan janji Allah kepada Abraham, yaitu di dalam Kristus, yang lahir sebagai keturunan Abraham; dan yang telah wafat dan bangkit bagi kita, untuk menyelamatkan kita umat manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom bapak/ibu Tay,
Menyikapi pertempuran di Gaza antara Israel dan Palestina. Ini bukan Just War!
a. Bagaimana kita sebagai umat katolik bisa mengambil peranan dalam usaha perdamaian di tanah suci palestina? Selain doa, juga dibutuhkan usaha konkret yang nampaknya KWI masih belum mengeluarkan himbauan tentang masalah ini. Setiap melihat darah dan air mata rakyat palestina di tv atau di youtube, saya merasa bersalah karena belum mengambil peranan apapun dalam hal ini.
Paus pun sudah melakukan usaha perdamaian, walaupun usaha itu belum membuahkan hasil yang memuaskan sampai saat ini. Bantuan internasional pun juga di-stop dan tidak boleh masuk ke palestina. Jadi, bagaimana iman katolik kita menjawab panggilan moral kemanusiaan ini?
b. Dalam perang 6 hari (1967) dan perang Yom Kippur (1973) menyajikan fakta bahwa Israel adalah negara yang hebat, seakan Tuhan memenuhi janjinya dengan menunjukkan bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah. Namun, magisterium gereja mengajarkan bahwa gereja katolik sekarang adalah ‘Israel baru’ beserta kepenuhan janji Allah kepadanya.
Bagaimana kita umat katolik memandang bangsa Israel yang sekarang itu? Masihkah janji-janji Allah yang tertulis di perjanjian lama masih berlaku pada bangsa Israel sekarang?
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. (Kejadian 12:2-3). Berkat? Berkat apa? Bukankah ini semua menjadi ironis.
Terima kasih sebelumnya sudah boleh corat-coret di buku tamu ini. Berkah dalem.
Shalom Bimomarten,
1. Tentang keadaan di Palestina
Saya rasa bukan Anda sendiri yang merasa prihatin dengan apa yang terjadi di Palestina saat ini. Memang mungkin Anda benar, bahwa yang terjadi di sana jauh dari apa yang disebut sebagai ‘a just war‘. Namun sejujurnya, agak sulit bagi kita untuk mengetahui dengan pasti duduk masalahnya di sana, mengingat informasi yang umumnya sampai kepada kita sepertinya kurang lengkap. Informasi yang marak beredar saat ini nampaknya menampilkan sosok bangsa Israel (atau yang mungkin dikenal sebagai kaum Zionists) yang demikian bengis yang membunuh begitu banyak masyarakat sipil di Palestina. Memang benar bahwa jika bangsa Israel melancarkan serangan dengan target masyarakat sipil, maka tentu saja kita menjadi sangat prihatin. Tetapi pada saat yang sama, sesungguhnya kitapun perlu prihatin akan kejadian-kejadian sebelumnya yang kemungkinan menjadi sebab yang mendorong serangan Israel pada saat ini. Sebab menurut berita di link ini, sejak tahun 2001 sampai sekarang ini, telah ada sekitar 15,200 roket dan mortars diluncurkan dengan target orang-orang Israel, sehingga kira-kira setiap hari ada 3 roket, silakan klik di sini. Tetapi nampaknya tentang hal ini tidak terlalu diberitakan.
Entah apakah berita ini benar atau tidak, bukan bagian kami di Katolisitas untuk memeriksanya. Tetapi secara jujur kita harus mengakui bahwa kita tidak cukup mengetahui duduk masalahnya untuk menghakimi keadaan di Palestina itu, apalagi menawarkan solusinya yang konkrit. Tentu hal itu menjadi bagian tanggung jawab para pemimpin negara terkait yang mempunyai lebih banyak pemahaman akan situasi yang sesungguhnya. Dengan terbatasnya pengetahuan kita, maka akan lebih bijaksana jika kita tidak bertindak yang ekstrim ataupun tergesa-gesa untuk menanggapi situasi di sana, walaupun tentu tidak dilarang jika Anda mau berpartisipasi, entah dengan menyumbang kepada yayasan yang mengkoordinasikan bantuan, atau bantuan dalam bentuk lainnya. Hanya saja, untuk datang ke sana dan membantu (seandainya Anda misalnya mempunyai latar belakang medis), memang Anda perlu mempertimbangkan masak-masak, mengingat bahwa jika bertindak atas nama pribadi atau golongan yang tidak memiliki afiliasi di sana, maka dapat saja kehadiran Anda malah dicurigai, di tengah keadaan yang memang sudah sangat pelik. Sebab korban telah berjatuhan di kedua belah pihak, dan tentulah tidak mudah jika Anda sebagai pihak asing mau membantu kedua belah pihak yang bertikai.
Nampaknya, karena urusan yang terjadi di sana lebih berbau politik dan bukan agama, maka langkah yang lebih strategis tentu yang menyangkut hubungan kenegaraan yang dikoordinasikan oleh PBB. Paus dalam kapasitasnya sebagai pemimpin Gereja tentu dapat mengusulkan, tetapi ia tidak mempunyai kuasa apapun untuk mengintervensi keputusan para pemimpin negara yang sedang bermasalah itu.
Maka jika kita mau membantu, tentu pertama-tama kita dapat mendoakan semua pihak yang bertikai di Palestina, terutama pihak masyarakat sipil. Sedangkan untuk langkah konkritnya, mari kita menggunakan kebijaksanaan/ ‘prudence‘, untuk memutuskan kiranya apakah yang dapat dilakukan.
2. Tentang bangsa Israel
Silakan terlebih dahulu membaca di artikel di atas, silakan klik.
Magisterium Gereja Katolik mengajarkan, seperti yang tertera dalam Konsili Vatikan II, memang mengatakan bahwa Gereja adalah Umat pilihan Allah yang baru (lih. Lumen Gentium 9).
Apa yang disebutkan dalam Kitab Kejadian 12:2-3, itu adalah janji Allah kepada Abraham. Dan karena dalam Kitab Suci sendiri Abraham disebut sebagai bapa segala bangsa, maka janji ini adalah untuk semua keturunan Abraham yang mengikuti teladan imannya. Yaitu: semua orang yang hidup oleh iman menjadi anak-anak Abraham, dan karena itu menerima berkat Allah bersama-sama dengan Abraham (lih. Gal 3:6-9). Karena janji yang dikatakan Allah dalam Kej 12:2-3 tersebut adalah janji bagi keturunan Abraham karena iman, maka itu adalah juga janji Tuhan bagi Anda dan saya. Berkat yang disebutkan di sini menyangkut berkat rahmat keselamatan, dan jika dipahami demikian, maka nampaknya tidak ironis.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
apakah ayat ini “Deberkatilah orang yg memberkati engkau, terkutuklah orang yg mengutuk engkau” tetap berlaku untuk keturunan Israel skarang ini, seandainya mereka terbukti melakukan kesalahan yg merugikan pihak lain ? Pernah rekan bicara ayat ini, menangkap arti seperti imunitas.
Terima kasih,
Roberts
Shalom Roberts,
Janji Allah kepada Abraham, “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3); adalah untuk dibaca bersama-sama dengan ayat berikutnya dalam perikop yang sama, “Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” (Kej 12:7)
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia mengacu kepada ayat-ayat ini, sewaktu mengatakan bahwa janji Allah ini telah digenapi di dalam Kristus, “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan “kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: “dan kepada keturunanmu”, yaitu Kristus.” (Gal 3:16) Dengan demikian secara implisit mengatakan bahwa Tanah yang dijanjikan Allah itu diberikan kepada manusia melalui Kristus, yang dalam kodrat-Nya sebagai manusia, adalah keturunan Abraham.
Artinya, janji bahwa Allah memberkati orang yang memberkati Abraham, juga berarti bahwa Allah akan memberkati orang-orang yang memberkati keturunan Abraham, dalam hal ini Kristus dalam kesatuan dengan Gereja-Nya, dan tidak untuk diartikan sempit hanya kepada bangsa Israel. Sebab tujuan Allah memberikan janji itu adalah untuk memberikan penggenapannya di dalam Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
shalom katolisitas
saya membaca kitab Amos 8:1-14。
Pertanyaan saya, apa maksud ayat2 diatas ?
untuk ay 12. mengapa dikatakan “Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya.”
apakah firman Tutan suatu saat nanti akan lenyab…
Mohon pencerahannha dan terima kasih
Salam
Felix S
Shalom Felix,
Salah satu cara untuk memahami maksud ayat-ayat yang ‘sulit’ dalam Kitab Suci adalah, kita membaca perikop keseluruhannya, yaitu ayat-ayat yang mendahuluinya dan ayat-ayat yang sesudahnya.
Nah, ayat Am 8:12, ada dalam bab 8:1-14. Konteksnya adalah Allah mengecam perbuatan curang sejumlah orang Yahudi yang mengisap sesamanya, dengan mengelabui orang-orang miskin (8:4-6). Maka Allah berjanji akan memperhitungkan perbuatan jahat mereka dan mereka akan menerima akibatnya. Nah akibatnya ini adalah, mereka akan mengalami kelaparan (famine), yang bukan karena kelaparan jasmani, tetapi kelaparan rohani. Mereka tak dapat mendengar firman Allah, menjadi tuli secara rohani. Bukan karena Allah tidak mau menyatakan firman-Nya kepada mereka, namun kejahatan orang-orang itu sendiri, yang membuat mereka menjadi demikian. Ayat berikutnya juga menunjukkan apa sebabnya, yaitu karena hati mereka terbagi: karena mereka menyembah berhala. Walaupun mereka sudah mengenal Allah, namun mereka juga menyembah allah-allah lain yaitu Asima, dewi Samaria, dan Bersyeba. Dengan demikian, hati mereka sesungguhnya jauh dari Allah, dan dalam keadaan sedemikian, mereka tak dapat mendengar firman Allah, meskipun mereka mencari/ menghendakinya sekalipun. Melalui kisah ini kita diingatkan bahwa dosa memisahkan kita dari Allah. Agar kita dapat mengalami kasih Allah dan dapat mendengarkan dan menangkap kehendak/ firman-Nya, kita perlu bertobat dan menempatkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan Penyelamat kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
apakah dengan begini kita mampu untuk melihat bahwa tuhan yang selama ini dikatakan baik, ternyata juga sangat jahat.
sekarang jika dilihat dari sudut pandang orang kanaan yang sudah mendiami tanah perjanjian, tuhan dari orang israel atau juga tuhan kita sekarang ini mendukung dan melegalkan penjajahan.
jadi penjajahan bangsa belanda yang 350 tahun di indonesia adalah kehendak tuhan kita.
jadi tuhan itu jahat.
[Dari Katolisitas: Nampaknya kesimpulan Anda keliru. Silakan membaca artikel ini, silakan klik, dan juga jawaban kami atas pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan Anda, silakan klik di sini].
Shalom Tim Katolisitas,
Saya sering membaca kitab Keluaran ( Exodus ) yang menceritakan bagaimana Musa dipanggil Allah untuk memimpin umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir. saya mohon tanggapan dari tim beberapa hal berkaitan dengan kisah dalam Keluaran. Apakah ada historical background untuk beberapa hal berikut?
i. Yusuf sebagai orang kanan Firaun
ii.Orang Israel menjadi budak ( hamba abdi ) di Mesir
iii. Kejadian 10 tulah yang ditimpakan kepada Mesir
iv. Siapakah Firaun yang di sebutkan dalam Kitab Keluaran?
Apakah ada catatan sejarah Mesir mengenai hal hal yang berkaitan dengan di atas. Semoga penjelasan tim bisa meneguhkan lagi iman kami sebagai pembaca Alkitab.
For the greater glory of God
Linda M.
Shalom Linda Maria,
Tentang latar belakang historis kisah-kisah dalam Kitab Kejadian dan Keluaran:
i. Yusuf sebagai orang tangan kanan Firaun
Memang nama Yusuf tidak muncul dalam sumber sejarah Mesir, namun ini tidaklah mengherankan karena sesungguhnya informasi tentang nama-nama para pemimpin bangsa Mesir sebelum Zaman Kerajaan Baru (New Kingdom) bangsa Mesir juga relatif sangat sedikit; dan juga tidak adanya konsensus tentang nama Yusuf menurut bangsa Mesir. Para ahli sejarah memperkirakan zaman Yusuf dalam masa Periode Antara Kedua (Second Intermediate Period) dalam sejarah Mesir, yaitu 1786-1570/1550 BC ketika ada kelompok Hyksos memerintah di daerah delta Sungai Nil.
Asumsi ini berdasarkan atas: 1) Perhitungan Eksodus yang terjadi di zaman Raja Ramses II. Jika Eksodus terjadi di abad 13 BC, dan masa pembuangan di Mesir terjadi sekitar 400 tahun (430 tahun menurut Kel 12:40), maka kisah Yusuf terjadi di abad 17 BC. 2) Kejayaan pemerintahan Asiatik, yaitu kaum Hyksos yang memerintah di sekitar Sungai nil pada sekitar abad 18-16 BC.
Selanjutnya tentang penjelasan historisitas kisah Yusuf, silakan membaca di link ini, silakan klik.
ii-iv. Tentang kisah pembebasan Orang Israel dari perbudakan Mesir:
Para ahli sejarah menduga bahwa kemungkinan Raja Firaun yang dimaksud di sini adalah Raja Rameses II. Para archeologist mencatat adanya kota Mesir (Pi-Rameses di sekitar sungai Nil/ Nile Delta) yang ditinggalkan oleh penghuninya (abandoned) sekitar 3000 tahun yang lalu, yaitu sekitar 1279-1213 (silakan klik link ini). Para ilmuwan itu mengatakan bahwa bencana wabah dapat merupakan sebabnya, dan mereka mengkaitkan wabah tersebut dengan fenomena alam yang terjadi karena perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Namun Kitab Suci menyatakannya sebagai 10 tulah yang diizinkan Allah terjadi atas bangsa Mesir; akibat dosa-dosa mereka menindas bangsa Israel dan tak membiarkan bangsa Israel itu pergi meninggalkan Mesir. Jika kita menghubungkan keduanya: Tuhan dapat menggunakan fenomena alam untuk mewujudkan rencana-Nya, sehingga kedua hal tersebut bukanlah suatu pertentangan.
Sedangkan tentang kebenaran kisah Eksodus (keluarnya bangsa Israel dari Mesir) itu sendiri, didukung oleh peninggalan sejarah, sebagaimana pernah diulas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolsiitas.org
Salam Damai Kristus
Stlh sy m’baca bagian awal kitab Yosua, sy jd brtanya” mengapa Allah m’ijinkan atau malah memerintahkan Yosua dan bgs Israel untuk m’binasakan kerajaan” beserta rakyat dan raja nya?
Kemudian sy mau tny lg mgkn jauh dr p’bhsn
“Bbrp hr lalu sy iseng’jln” d gramedia dan melihat 1 buku yg berisi fenomena aneh dunia dan tfsiran nya mnrt kajian ag.Islam, dan d slh 1 bab ada cerita ttg 7 pemuda yg d ceritakan pd jaman romawi d kejar oleh kaisar romawi krn mereka tidak mau m’ingkari iman(kristiani) mereka, hingga akhirnya ke 7 pemuda tsb bersembunyi dlm gua, dan para p’ejar yg tau keberadaan ke 7 org tsb menutup gua dng batu bsar, dan 7pemuda tsb berdoa lalu tidur dlm gua tsb, tnpa disangka ketika mereka bangun dan gua sudah terbuka, mereka terkejut krn tlah tdr smpai ratusan taun (350-450 taun) dan krn pd saat itu kaisar romawi tlah memeluk iman Kristiani, akhirnya ke7 pemuda tsb d muliakan sbg org suci. Krn dlm buku tsb tdk d jelaskan detail, sy ingin bertanya, apakah ke 7 org tsb tmsuk Santo/org kudus, siapakah mereka bila d lihat dlm tradisi gereja?
Trima Kasi, maaf jika tulisan sy krg jelas
Berkah Dalem
Shalom Michael,
1. Tentang kisah Yosua, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Kita hanya dapat memahami maksud kitab Perjanjian Lama, jika membacanya dalam terang Perjanjian Baru. Dalam mewujudkan rencana keselamatan-Nya, Allah memang mendidik umat-Nya secara bertahap dalam sejarah manusia. Silakan membaca lebih lanjut dalam artikel Allah Terlihat Kejam di Perjanjian Lama? silakan klik.
2. Tentang kisah 7 bersaudara
Silakan membaca tulisan ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Paskah, pertanyaan saya singkat saja. Apakah Allah bangga memilih bangsa Israel sbg bangsa pilihan-Nya? Seyogyanya ayah sayang pada anaknya? Terima kasih.
Shalom Wilfirmus,
Allah memang telah memilih bangsa Israel sebagai bangsa pilihan-Nya, agar melalui bangsa ini Allah dapat mengutus Yesus Kristus Putera-Nya. Hal Allah mengasihi bangsa Israel [yaitu kepada orang- orang yang takut akan Dia] sebagai bapa yang sayang kepada anaknya, itu ditulis dalam kitab Mazmur (lih. Mzm 103:13).
Namun soal bangga atau tidaknya Allah memilih bangsa Israel, mungkin harus kita lihat dahulu, apa definisi kata bangga di sini. Sebab yang jelas, Allah tidak menyesali pilihan-Nya (lih. Rom 11:29), namun juga Allah tidak membenarkan sikap bangsa pilihan-Nya yang menolak Kristus (lih. Mat 21:33-46; Mrk 12:1-12; Luk 20:9-19) dan karena itu, kemudian Allah berpaling kepada bangsa- bangsa lain juga (lih. Gal 3:14; Kis 9:15;11:18).
Selanjutnya, tentang pemilihan bangsa Israel, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Mba Inggrid dan Pak Stef,
Saya ada pertanyaan ttg Allah yang bersumpah demi kebanggaan Yakub , pada Amos 8:7, Mazmur 47:4 ,Nahum 2:2, namun berdasarkan (Ibr 6:16-17), Sumpah itu adalah memanggil Tuhan, yang lebih tinggi dari manusia, sebagai saksi .
Karena tidak ada yang lebih tinggi dari diriNya sendiri, maka Tuhan bersumpah demi diri-Nya sendiri. spt yg tercatat pula di ayat2 lain.
Apakah ini tidak berkontradiksi?
Pada sejumlah commentary menunjukkan pride of jacob pada ayat mazmur 47:4 itu adalah land of israel, land of canaan bukan Tuhan itu sendiri. kutipannya:
The excellency of Jacob – literally, “the pride – גאון gâ’ôn – of Jacob.” Septuagint, “beauty” – καλλονὴν kallonēn. So the Vulgate, “speciem.” The meaning is, that it was a land of which Jacob, the ancestor of the people, might be proud, or which he did boast of. It was ever regarded as an honor among the Jews that they dwelt in a land which had been the abode of the prophets; and especially was anything regarded as of value that could be traced to Jacob; that bad been once in his possession; or that could be regarded as his gift.
(Barnes’s Note on the bible)
Or the heavenly inheritance, so called in allusion to the land of Canaan, subdued and possessed by the Israelites, in which Christ is greatly concerned; his people are predestinated to the adoption of children, that is, to the inheritance they are adopted to by him, in whom they obtain it; through his death they receive the promise of eternal inheritance, he being the testator of that will of their heavenly Father which bequeaths it to them; it is his righteousness which gives them a title to it, and through his grace they have a meetness for it, and he will at last introduce them into it; all which is a reason for joy and gladness in them.
(Gill’s Exposition of the Entire Bible)
Mohon pencerahan. Trims, Pax et Bonum
Shalom Alex,
Allah bersumpah demi kebanggaan Yakub. Dikatakan di Amos 8:7 “TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: “Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!” (bdk Mzm 47:4; Nah 2:2). Kalau kita melihat kata “bersumpah”, maka NASEC (New American Standard Exhoustive Concordance) memberikan definisi sebagai berikut:
Dengan demikian, kita melihat bahwa ada beberapa macam arti sumpah. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih tinggi dari Tuhan, dalam beberapa ayat, kita juga dapat melihat bahwa Allah bersumpah demi Diri-Nya sendiri. Dia berkata kepada Abraham “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian,…” (Kej 22:16). Melalui Nabi Yeremia, Allah berkata “Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diri-Ku, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan.” (Yer 22:5). Atau Amos 6:8 menuliskan “Tuhan ALLAH telah bersumpah demi diri-Nya, –demikianlah firman TUHAN, …” Tidak ada seseorang dapat bersumpah demi dirinya sendiri, kecuali Allah, karena tidak ada yang lebih tinggi dari Allah. Namun, kalau kita melihat perkataan Allah yang bersumpah demi kebanggaan Yakob di Amos 8:7, maka bukan berarti bahwa kebanggaan Yakob adalah lebih tinggi dari Allah, namun kebanggaan Yakob lebih tinggi dari orang-orang di dalam konteks ayat tersebut.
Apakah yang dimaksud dengan “kebanggaan Yakob“? Kalau kita membaca beberapa komentar Kitab Suci, maka kita dapat melihat bahwa kebanggaan Yakob mempunyai beberapa arti. Dalam arti literal, kita dapat mengartikan sebagai tanah terjanji atau tanah Kanaan. Namun, arti lain, yang lebih luas, kebanggaan Yakob dapat diartikan sebagai bangsa Israel sendiri. Dan kalau mau dihubungkan dengan Perjanjian Baru, maka kita dapat menerapkannya pada Gereja, karena Gereja adalah Israel yang baru. Mzm 2:8 menuliskan “Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.” Gereja yang didirikan oleh Kristus, terdiri dari semua bangsa dan menjadi milik pusaka Allah. Semoga ulasan ini dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Trimakasih Pak Stef untuk jawabannya, kalau boleh sy ingin sekali diberikan referensi ajaran magisterium ttg pemaknaan dari Amos 8:7, di mana kebanggaan Yakub di sana, adalah Allah sendiri. Krn sy malah mendapat tafisran spt ini:
This, then, is the main word that God had wanted them to listen to (Amos 8:4), that He’d been leading into through the previous three verses. He’d set Himself not to forget their transgressions against Him, affirming it with an oath by the ‘pride of Jacob’, a label for the land (as we saw in the previous web page under the header ‘Pride and Destruction’).
The reason for swearing by the land is, as Amstu observes
‘…analogous to a person’s swearing by a valuable possession…’
where he cites Is 62:8 where YHWH swears by His right arm to affirm the sincerity and certainty of what He’s about to declare. The land that the Israelites delighted in would be the very object that testified to the certainty of the outpouring of judgment against their sin
http://www.arlev.co.uk/amos19.htm
========
Perhatikan, bahwa commentary di atas menginterpretasikan pride of jacob adalah the land of israel, dengan mengaitkan pada mazmur 47:4-5. apakah hal ini berarti, Sumpah Allah dengan tanah Israel dapat dianalogikan dengan sumpah dengan sesuatu yang dianggap valuable. Tanah Israel tersebut yang akan menjadi saksi (bukan hakim) atas penghakiman Allah terhadap bangsa Israel?
Pax et Bonum
Shalom Alex,
Maaf lama menjawabnya, karena menunggu jawaban dari beberapa pastor yang ahli di bidang Kitab Suci. Namun, sambil menunggu, saya akan mencoba menjawabnya. Menurut saya, “pride of Jacob” dapat merujuk kepada “the land of Israel” maupun “Tuhan sendiri”.
Amos 6:8 menuliskan “I detest the pride of Jacob.” Kalau dalam hal ini the pride of Jacob diartikan sebagai Tuhan, maka bagaimana Tuhan dapat membenci atau keji (detest) akan diri-Nya sendiri? Dan Mzm 47:4 menuliskan “Ia memilih bagi kita tanah pusaka kita, kebanggaan Yakub yang dikasihi-Nya,” di mana mempunyai implikasi bahwa kebanggan Yakub adalah tanah pusaka kita, yaitu tanah Israel atau tanah Israel yang baru, yaitu Sorga. Hal ini juga diperkuat oleh Dom Orchard dalam A Catholic Commentary on Holy Scripture, hal. 664.
Sebaliknya, tentu saja kita menyadari bahwa pada waktu Allah bersumpah, maka tentu saja tidak ada yang lebih tinggi dari diri-Nya, sehingga Dia mengatakan di Amos 6:8 dan Yer 22:5 bahwa Tuhan Allah telah bersumpah demi diri-Nya. Dengan demikian, dalam Amos 8:7, yang menuliskan “TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub (the pride of Jacob)” maka tentu saja dapat diartikan bahwa the pride of Jacob adalah Tuhan sendiri.
Semoga hal ini dapat menjawab keberatan-keberatan yang timbul. Kalau ada alasan yang lebih baik, saya juga ingin mengetahuinya lebih lanjut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Sajian-sajian di website ini menarik, dan menambah pengetahuan dan pemahaman serta penghatan iman saya. Melalui website ini mohon diberikan penjelasan kepada kami, mengapa bangsa Israel mulai dari Adam hingga masa Yesus Kristus mengklaim diri selalu disertai Allah. Bagaimana pengalaman itu didapatkan? Mengapa hal serupa tidak dialami oleh bangsa-bangsa lain? Pertanyaan lainnya, bagaimana nasib bangsa Israel yang tidak mau menerima penebusan oleh Kristus, namun tetap setia dengan agamanya Yahudi sampai sekarang? Terima kasih atas perhatian Bapak dan Ibu. Shalom. Ateng Winarno.
[Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.